Beranda / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 02. Bocah-Bocah Menyebalkan

Share

02. Bocah-Bocah Menyebalkan

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 15:04:38

HATCHIMM!

“Errgh, sial!” umpatnya sembari menyeka hidungnya yang meler.

Bisa-bisanya dia malah terserang flu dalam keadaan patah hati seperti ini. Rasanya tubuhnya menggigil dan hidungnya mampet. Ini pasti akibat dari berenang malam-malam. Kejadian itu membuat Naura ingin mengeluarkan umpatan dari mulutnya meskipun dia jadi teringat dengan ciuman itu.

Naura diam memandangi langit-langit kamarnya dengan tubuh tidak berdaya.

Mencoba merenungkan kejadian semalam yang masih terasa seperti mimpi baginya. Di mana letak salahnya saat dia memang belum siap lahir dan batin untuk memiliki anak setelah menikah?

Tidak bisakah mereka berdua duduk, membicarakan semuanya baik-baik dan mencari jalan keluarnya bersama bukannya malah adu mulut demi ego masing-masing hingga membuat hubungan mereka renggang seperti ini. Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan. Mungkin, dia yang terlalu egois.

"Hiihihihihihihihih. Tan-Tan ngomong cendili taya olang gila."

Suara cekikikan itu tiba-tiba terdengar.

"Ssttt, nanti Tan-Tan dengar terus ngamuk. Ssssstt. Jangan berisik."

Naura mengerjap mendengar bisik-bisik itu, melirikkan manik matanya ke kanan dan ke kiri dengan cepat, merasakan firasatnya tidak enak lalu bangkit dari posisi berebahannya dan ternganga maksimal memandangi pantulan wajahnya di cermin yang rambutnya berantakan. Bukan penampilannya yang membuatnya tidak bisa berkata-kata tapi sesuatu yang ada di sana. Tidak butuh waktu lama sampai dia tersadar dan jeritannya terdengar.

"AAAKKKHHHHHHHHH,BOCCIIIILLLLLLLLL!!!!" pekiknya murka.

Siapa yang tidak akan mengamuk kalau kaca riasnya sudah dihiasi dengan gambar truk, mobil, tayo dan entah apa lagi di sana menggunakan lipstik mahalannya.

"Noooooo!!" Pekiknya seraya mengulurkan tangan dengan lebay.

"Laaaalllliiiii, ada musuh menyelaaaaanggg," jerit salah satunya seraya menyeret serta saudaranya yang lain untuk menyelamatkan diri.

"Kan, Tan-Tan bangun. Sudah kakak bilang kalau kalian jangan ribut."

"Atu enda libut. Atu cuma teltawa. Tayo yang atu buat kan badus milip sama bus," oceh yang satunya lagi, yang paling kecil. Cadelnya gak ketulungan.

Naura menyibak selimut tebalnya, loncat turun dari tempat tidur dan hampir saja terjerembab kalau saja dia tidak bisa menguasai diri dan cepat-cepat mendekati tempat kejadian perkara seraya meletakkan kedua tangan di kepala, frustasi. Lipstiknya tergeletak tanpa daya di bawah kursi yang sudah terkikis sampai hampir habis.

Sementara tersangka utamanya, berdiri bergerombol di sudut mengamati ekspresi Tantenya yang seperti penyihir dan siap-siap ambil langkah seribu untuk lari.

Naura menoleh cepat ke arah ketiganya dengan wajah penuh amarah lalu berteriak. "Apa yang kalian lakukan,Hah?!"

Ketiganya diam, saling merapatkan diri dan melindungi karena dipelototin.

"Itu kan hanya lipstik, Tan." Naura makin melotot mendengar jawaban Naufal, anak kakak pertamanya. "Tante kan bisa beli lagi yang banyak. Jangan kayak orang susah gitu dong."

"Pencil walnanya di pinjam sebental aja sudah malah-malah," sahut Alby sambil manyun, adiknya Naufal yang berumur empat tahun.

"Atu cuma mau dambal tayo kok." Kaisar, berumur tiga tahun lebih anak kakak keduanya juga ikut-ikutan.

Yeah mereka-lah kumpulan troublemakers dalam hidupnya, kurang satu anak lagi, anak perempuan kembarannya Kaisar yang manjanya gak ketulungan, Keisha.

"Kalian ini—" geramnya dengan hidung kembang kempis. "Tante akan menangkap kaliaaaan!!!""

"Papaaaa!!!" Jerit mereka bertiga sambil berlari memutari kamar tidurnya sementara Naura mengejar dengan kekuatan penuh. Mereka lalu berpencar ke sana kemari untuk menghindar dari kejarannya.

“Mamaaaa, toyonggg!!!” pekik Alby, naik ke atas tempat tidur dan loncat turun.

“Aaarrgghh atu teltangkap!!” pekik Kaisar yang digendong Naura dan membawanya keluar diikuti Naufal dan Alby yang manyun.

"Dengar ya, anak-anak bandel." Di depan pintu, Naura melepaskan belitannya membuat ketiganya berdiri bersisian untuk mendengarkan omelannya. "Ini peringatan terakhir kalau kalian gak boleh masuk ke dalam apapun alasannya. Sudah ada rambu-rambunya kalau anak kecil di larang masuk. Apa kalian mau Tante kurung di kandang ayam, hah?”

Ketiganya serempak menggelengkan kepala.

“Kalau begitu, jangan lagi diulangi. Mengerti!!!”

"Astaga!!" Naura menoleh ke arah tangga saat mendengar suara kakak perempuannya, Arbella lalu menyusul abangnya, Andre. “Ada ribut-ribut apa ini?”

“MAMAAA—”

“PAPAAA—”

Naura melipat lengan di dada saat anak-anak menyebalkan itu langsung berhambur ke pelukan Mama dan Papanya.

“Ayo,kalian berhenti menganggu Tantemu yang sedang sakit,” pinta Arbella pada anak-anak rusuh itu.

“Yaaaah,” Anak-anak itu pasrah pergi meski sambil mengeluh. “Nda jadi main deh.”

Naura berdecak, berbalik masuk kamar, duduk di tempat tidur sembari mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Wisnu.

Nomor yang anda hubungi sedang sibuk—BRAAKK!!!!

Setelah semua rasa putus asa yang melandanya semalaman suntuk, Naura melempar ponselnya begitu saja ke lantai.

“Wisnu masih tidak bisa dihubungi?” tanya Andre bersama Arbella yang masuk ke kamar.

"Belum! Ini semua karena para troublemaker kalian, tahu nggak?!" Naura kembali emosi.

"Naura, mereka itu keponakanmu dan mereka nggak ada hubungannya dengan lamaranmu.” Arbella ikutan kesal. "Sejak dulu, kamu sama sekali gak pernah bersikap seperti Tante yang baik buat mereka. Kamu tuh udah dewasa dan seharusnya mengerti dengan perangai anak-anak. Gimana nanti kalau kamu punya anak—"

"Itu sebabnya aku gak mau punya anak dulu!!" Teriaknya, membuat kedua kakaknya kaget. Naura berdiri dengan emosi. "Mereka itu sukanya bikin pusing, gak bisa diatur dan menjengkelkan. Konyol banget aku diputusin hanya gara-gara ini!”

Andre menggelengkan kepala, "Setiap lelaki pasti ingin punya anak setelah berkeluarga."

"Kamu kayaknya harus ke psikolog deh," sahut Arbella membuat Naura jelas melotot.

"Kakak pikir aku stress dan butuh curhat ke dokter?!"

"Rasa nggak sukamu sama anak-anak gak wajar," desahnya kemudian.

"Bagiku anak-anak itu memang menyebalkan! Lebih baik kalian keluar dari sini. Bukannya bantuin malah ceramah nggak jelas bikin tambah pusing!"

Andre dan Arbella saling memandang. Andre menatap adik bungsunya itu dengan sayang. "Kamu nggak bisa terus-terusan begini!!"

“Kakak kepikiran ide yang bagus nih,” sahut Arbella.

“Ide apaan sih?!”

“Sesuatu yang bisa membuat kamu pelan-pelan bisa memahami dunia anak-anak.”

Naura bergidik,”Ihh, untuk apa?”

Arbella mendelik, menunjuk wajahnya dengan jemari,”Heh, itu banyak manfaatnya. Anggap saja ini sebagai bentuk usaha kamu untuk mendapatkan Wisnu kembali agar kalian jadi nikah. “

“Nggak ada yang minta pendapat kalian berdua!” decak Naura, merengut kesal.

“Loh, kenapa nggak dicoba dulu.” Arbella menggelengkan kepala. “Kamu mau pasrah gitu aja Wisnu berpaling dan nikah sama orang lain karena keras kepalamu sendiri.”

“Ya jangan dong!”

“Makanya itu, ikutin aja deh saran kakak.”

“Nggak ada salahnya dicoba dulu. Kalau berhasil,kamu juga yang bahagia. Masa kamu mau diam aja nggak ngelakuin apapun kayak gini. Nanti Wisnu malah kabur loh.”

“Isssh kalian berdua ini!! Terus apa yang harus Naura lakukan?"

“Kakak punya teman yang tantenya bekerja sebagai seorang kepala sekolah di salah satu Paud—”

“Tunggu—” sela Naura, nampak bisa menebak apa yang dipikirkan kakaknya.”Paud?”

“Iya. Kamu bisa trainning di sana jadi guru supaya bisa berinterakai langsung dengan anak-anak yang lucu.”

Naura menatap horor Arbella mengabaikan suara tawa Andre sembari membayangkan di dalam kepalanya dia bersama dengan banyak troublemaker – Naura bergidik ngeri.

“Itu sih bukan latihan tapi uji nyali!!”

Arbella dan Andre tertawa bareng membuat Naura keki. Apakah dia bisa keluar dari sana tanpa menjadi gila?

“Jangan terlalu dipikirkan. Coba dan lakukan saja demi pernikahanmu,” tambah Andre memberi semangat.

“Kakak sih enak ngomongnya. Gila aja harus uji nyali jadi guru Paud begitu!”

“Ah, masa Naura yang kakak kenal ciut sama hal yang kayak gini. kamu aja berani menghadapi client yang tempramental dengan anggun dan cerdas tapi ngadepin anak-anak aja sepengecut ini,” decak Arbella.

“Jujur ya kak—“Naura nampak serius.”Naura lebih milih berhadapan sama preman dari pada sama troublemaker bermuka polos begitu!”

“Lebay!” decak Andre. “Kalau gitu itu tantangan buat kamu entah gimana caranya kamu harus bertahan di sana selama tiga bulan. Apa perlu kami berdua kasih iming-imingan hadiah yang lain?”

“Hadiah?” Naura nampak berpikir sesaat. “Hadiah apa?”

Arbella bergidik."Apapun itu kalau kamu berhasil bertahan di sana tanpa menjadi gila.” Arbella tertawa keras setelahnya.

Naura kesal jadi bahan tawa kakaknya, dia berdiri dari duduknya dan menunjuk keduanya dengan mata penuh kobaran semangat.

“Oke deh. Aku harus bisa bertahan di sana bagaimanapun caranya. Mudah-mudahan aja Wisnu bisa melihat kesungguhanku dari sini dan kita bisa menikah.”

“Gitu dong." Arbella nampak puas dengan hasil dari idenya itu.

“Itu baru namanya Naura,” Andre menimpali.

Naura tersenyum, meskipun dia dilanda rasa takut karena harus berurusan dengan para troublemaker yang menyebalkann tapi mungkin ini satu-satunya jalan keluar.

***

Bab terkait

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   03. Kemunculan Lelaki Tampan

    “Jes—” Naura memberikan kode pada Jessi, sekretaris Wisnu yang duduk di meja kerjanya tidak jauh dari ruangan kantor bosnya.”Kamu pahamkan yang aku bilang tadi?”Jessi mengangguk,”Paham,Bu. Kalian lagi bertengkar ya,Bu Naura?”“Ssstt—” Naura menggeleng. “Cuma salah paham aja.” Melirik sekilas pintu kantor Wisnu yang saat ini terutup karena dia sedang ada meeting dengan client.“Hati-hati loh,Bu.” Naura mengeryit. “Salah pahamnya jangan kelamaan—” Jessi berbisik pelan. “Yang mau ngerebut pak Wisnu banyak.”Naura melotot,”Ihh, awas aja! Kamu lihat dong cincin ini—” Naura menunjukkan cincin lamaran Wisnu.”Kami on the way menikah.”“Ohh—” Jessi manggut-manggut sembari membenarkan rambutnya. “Selamat deh,Bu.”Naura mengibaskan rambutnya, melirik sekilas Siska yang nampak tidak senang dengan Jessi yang sudah sibuk sendiri dengan riasannya. Rencananya, dia akan menyelinap ke kantor Wisnu saat kekasihnya itu keluar. Mereka harus mencoba berbicara dari hati ke hati.Klek! Naura menoleh ketika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   04. Bersiap Untuk Perang

    "Ya Tuhan,kenapa gue apes banget ya!"Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan terlihat begitu frustasi sementara sahabatnya, Fransiska, pemilik apartemen yang dia tinggali sementara selama mengajar di Paud sedang duduk santai menikmati kue blackforest sambil bertopang dagu. Mendengarkan saja Naura menumpahkan kekesalannya."Di sana penuh dengan anak-anak yang terlihat susah diatur.""Yaiyalah anak-anak. Kalau nenek-nenek ya namanya panti jompo!"Naura melotot. "Ih serius. Elo tahu kan apa yang gue maksud?!""Lebay." Siska mengunyah blackforestnya. "Cuma elo aja yang menganggap kalau anak-anak itu menyebalkan padahal ya mereka itu lucu dan ngegemesin.”Naura menopangkan dagu, menghela napas panjang. "Keponakan-keponakan gue yang biang onar itu. Setiap mereka datang ke rumah atau pas gue lagi main ke rumah mereka, pokoknya hanya ada keributan aja di sana. Bikin pusing dan sumpek. Belum lagi kalau kakak-kakak gue lagi ngomelin mereka."Siska tertawa membuat Naura keki dan dengan ger

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   05. Frustasi Di Hari Pertama

    “Beb, ini sih namanya bunuh diri." Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar."Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang.""Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak."Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."“Makany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   06. Rusuh dalam Kelas

    “Bagaimana hari pertamamu bekerja?” Naura yang sedang selonjoran kaki di sofa ruang tamu rumahnya mencebik menjawab pertanyaan Arbella yang datang dari arah dapur dan duduk di sofa tunggal sambil nyemilin kacang goreng. “Rusuh.” Arbella tertawa membuat Naura keki dan membuang muka kembali fokus dengan ponselnya untuk mencari tahu kegiatan Wisnu. Tapi sayangnya, sejak satu jam yang lalu tidak ada yang bisa di dapatkannya. “Tapi seru kan?” “Seru apanya? Stress sih iya.” Arbella berdecak, “Tapi ingat loh ya, mereka itu anaknya orang yang nggak bisa kamu marahin sembarangan. Kamu harus hati-hati dalam berbicara dan bersikap.” “Aku sudah berusaha semampuku,” desah Naura. Membayangkan kembali dia harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak berubah menjadi hulk. “Percayalah, itu semua akan kamu rasakan manfaatnya suatu hari nanti.” “Aku tidak peduli,” cibir Naura. “Kalau kamu mau menyerah dan pasrah ditinggalkan Wisnu ya kamu berhenti saja.” Naura mendelik. “Kamu bilang aja sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   07. Kesialan Tak Terduga

    Hari ini lengkap sudah deritanya. Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya. Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini." Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   08. Memergoki Hot Daddy

    Setelah diancam akan digeret ke pengadilan sama hot daddy yang ganteng itu, Naura stress. "Elo kalau stress mengerikan!!" Di sampingnya, Siska begidik seraya menunjuk lima paperbag dengan ukiran nama merek butik terkenal yang Naura letakkan di atas kursi. Malam ini, Naura menggeret paksa Siska menemaninya ke mall untuk menghilangkan rasa stress dan penat setelah seharian mengalami kesialan. "Ya inilah gue." Naura menggidikkan bahu, duduk menyandar di kursi salah satu restoran di dalam mall yang malam ini cukup ramai. Steak di piringnya masih sisa setengah berbeda dengan Siska yang sudah menghabiskan spaghetti-nya dan sedang menyantap es krim coklat bertabur kacang almond. "Memangnya elo gimana?" "Gym—" Siska menyendok es krim di mangkuknya. "Yoga dan sebagainya." "Ah kalau itu sih memang keharusan. Gue selalu rutin olahraga." "Elo ngilangin stress ngabisin duit berjuta-juta." Siska menggelengkan kepala, Naura hanya nyengir. "Jadi sebenarnya elo stress karena bertemu dengan lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   09. Like Father like Son

    Gara-gara laki-laki itu juga, Naura sampai gak bisa tidur dan paginya malah bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke sekolah sampai tidak sempat sarapan. Padahal dia tahu akibatnya jika tidak sarapan bagi tubuhnya.Di sekolah, dia jadi gampang marah. Entah sudah berapa banyak anak-anak yang dia omeli padahal mereka melakukan kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan Keylan sudah dia marahi habis-habisan karena tidak mau menurut.Setelah semua anak-anak sudah pulang, Naura keluar dari ruangan kelas setelah membersihkan beberapa barang yang tercecer. Dia sudah membayangkan makan rawon iga yang enak banget hingga membuatnya buru-buru keluar dari sana.Saat berada di depan pintu di mana sepatunya berada, Naura terdiam sesaat dan menyimpitkan mata. Ada yang bergerak-gerak di sana. Naura mengedarkan pandangan melihat suasana sekolah yang sepi lalu kembali memperhatikan apa yang ada di dalam sepatunya. Naura mengaitkan rambut panjangnya ke telinga, merunduk seraya mengulurkan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   10. Adegan Pingsan Dadakan

    “Arjuna Ivander.” Naura mengulang nama itu di kepalanya. Namanya aja udah macho banget meski terkesan sangat Indonesia tapi cocok untuk hot daddy yang satu itu. Bertanya-tanya dalam hati apa wanita berdandanan menor yang dilihatnya kemarin malam di restoran itu adalah Srikandinya. "Iya." Karen menyendok rawon iganya ke dalam mulut sebelum melanjutkan. "Pak Arjuna yang gendong kamu ke klinik. Dia panik banget tadi." "Bohong!!" bantah Naura dengan lantang. Mana mungkin lelaki straight face begitu panik. Kalau tertawa mengejek sih lebih masuk akal. Karen berdecak, menggigit iga lepas dari tulangnya dan mengunyahnya. "Terserah kalau gak percaya." "Aku gak percaya." Karen menggidikkan bahu, terus mengunyah sementara Naura bahkan belum menyentuh iga rawon yang sangat diidamkannya dari tadi pagi karena sibuk memikirkan nasibnya yang hari ini memalukan. Lebih tepatnya, sangat-sangat-sangat-sangat memalukan. Naura bersyukur ketika terbangun dari pingsannya, lelaki dengan ekspresi sedat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31

Bab terbaru

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   70. Bahagia Selamanya

    “Gak nyangka kalau Papa bisa melihat Naura seperti ini.” Arjuna yang sedang memeluk Alvaro yang namplok di dadanya menoleh ke samping, dimana Papa mertuanya Restu duduk, memandangi anak bungsunya yang saat ini sedang duduk di atas hamparan karpet di area kebun belakang rumah bersama para keponakannya. Minggu ini jadwalnya cucu-cucu keluarga Widjaja berkumpul untuk memeriahkan rumah yang biasanya hanya diisi oleh Papa Restu dan istrinya. Di sisi lain, kakak iparnya dan Mama mertuanya sedang memanggang daging juga ayam dan membiarkan Naura yang menjaga semua keponakannya. Arjuna yang duduk di kursi seraya meluruskan kakinya membiarkan Alvaro menarik-narik bajunya dengan mata yang mulai sipit kerena mengantuk sementara saudaranya masih asik bermain. Didekapnya erat pungung anaknya dan mengelusnya supaya anaknya itu bisa tidur. “Kalau bukan karena kamu, Papa speechless bisa melihat hal seperti ini mengingat begitu kerasnya Naura menghindari yang namanya anak-anak sampai dia be

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   64. Tragedi Tak Terduga

    “Aku besok harus ngapain Mas?”Naura merasa khawatir karena besok siang dia harus datang ke persidangan sebagai saksi dan bertemu lagi dengan Mirza. Suaminya yang tidur di sebelahnya mengelus kepalanya. “Jangan hiraukan keberadaan Mirza di sana. Kamu hanya harus menceritakan kejadian saat kamu mendengar Mirza menelepon preman-preman suruhannya itu dan juga saat dia mengancammu di swalayan.”Naura mengigit ujung kukunya. “Apa bukti rekaman ancamannya yang aku rekam diam-diam itu belum cukup?”“Kamu harus tetap bersaksi sayang. Ini salah satu prosedur persidangan yang harus dilakukan agar bukti-bukti semakin kuat.”“Aku bukan saksi utamanya kan?” Naura menatap suaminya. “Secara tidak langsung semua ini bermula karena hubungan kami yang hancur. Seperti yang dikatakan oleh Tante Marina.”“Andai saja aku ada di sana saat dia datang.”“Sikapnya itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya,” ucap Naura. “Dulu, aku bertemu dengannya hanya beberapa kali dan itu juga bukan pertemuan yang men

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   63. Keluarga Cemara

    “Event kuliner Asia ya?” Tanya Naura, memperhatikan proposal di tangannya yang baru saja diserahkan oleh Marketing Head untuk mendapatkan persetujuannya. “Iya Bu. Tahun ini kita memenuhi kualifikasi untuk ikut pagelaran kuliner yang diadakan di hotel Armani Dubai.”“Ini kesempatan langka.” Naura membaca baik-baik proposalnya, sementara Amel yang duduk di depan mejanya memperhatikan. “Mereka melakukan sistem seleksi—“ Naura mengangkat pandangannya. “Orang kita harus benar-benar menyiapkan banyak hal itu event ini.”Amel mengangguk, “Pak Dani sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meeting akan dilakukan lusa untuk membahas event ini dan saya sudah mengirim semua bahan meetingnya ke email Bu Naura.”Naura mengangguk, mengelus perutnya yang terasa lapar membuat Amel langsung berdiri siaga. “Ibu Naura mau makan apa? Biar Amel pesankan.”Naura memerengkan bibirnya, “Tumben kamu perhatian banget.”“Nanti saya disemprot sama Pak Arjuna Bu,” kekeh Amel, Naura memutar bola mata. “

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   62. Tentang Keylan

    Tiga bulan kemudian, "Deg..Deg…Deg..Deg” Naura merasakan matanya berkaca-kaca saat mendengar detak jantung kedua anaknya yang saling bersahutan saat mereka cek kandungan ketika kehamilannya memasuki trimester kedua. Suaranya begitu menenangkan dan Naura tidak bisa berhenti mendengarnya. “Semuanya sehat, Ibu dan bayi sehat dan berkembang dengan baik. Detak jantungnya bisa kalian dengar sendiri.” Arjuna menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Mual-mualnya juga sudah mulai berkurang dok.” Dokter Melani mengangguk. “Itu artinya, setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Ibu bisa beraktifitas lebih banyak karena masa mabuknya sudah berkurang tapi tetap harus hati-hati karena kehamilan kembar lebih membuat cepat lelah dari pada kehamilan tunggal.” “Rasanya perut pasti bakalan sesak ya dok," Tanya Naura. “Iya begitulah. Semakin besar mereka akan semakin memenuhi dinding Rahim, saling bersinggungan sesama saudara dan berbagi makanan. Ibu Naura harus banyak-banyak mengonsumsi makan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status