แชร์

03. Kemunculan Lelaki Tampan

ผู้เขียน: irma_nur_kumala
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-10-08 00:34:21

“Jes—” Naura memberikan kode pada Jessi, sekretaris Wisnu yang duduk di meja kerjanya tidak jauh dari ruangan kantor bosnya.”Kamu pahamkan yang aku bilang tadi?”

Jessi mengangguk,”Paham,Bu. Kalian lagi bertengkar ya,Bu Naura?”

“Ssstt—” Naura menggeleng. “Cuma salah paham aja.” Melirik sekilas pintu kantor Wisnu yang saat ini terutup karena dia sedang ada meeting dengan client.

“Hati-hati loh,Bu.” Naura mengeryit. “Salah pahamnya jangan kelamaan—” Jessi berbisik pelan. “Yang mau ngerebut pak Wisnu banyak.”

Naura melotot,”Ihh, awas aja! Kamu lihat dong cincin ini—” Naura menunjukkan cincin lamaran Wisnu.”Kami on the way menikah.”

“Ohh—” Jessi manggut-manggut sembari membenarkan rambutnya. “Selamat deh,Bu.”

Naura mengibaskan rambutnya, melirik sekilas Siska yang nampak tidak senang dengan Jessi yang sudah sibuk sendiri dengan riasannya. Rencananya, dia akan menyelinap ke kantor Wisnu saat kekasihnya itu keluar. Mereka harus mencoba berbicara dari hati ke hati.

Klek!

Naura menoleh ketika mendengar suara gagang pintu,menarik Siska sembunyi bersamanya di balik dinding yang tertutup tanaman tidak jauh dari pintu.

Wisnu terlihat keluar bersama seorang pria paruh baya,sibuk mengobrol hingga tidak menyadari keberadaannya dan berhenti di depan lift memberikan kesempatan pada Naura untuk menyelinap masuk. Meninggalkan Siska,sahabat yang dia seret menemaninya untuk menunggu sebentar di luar. Dia terpaksa melakukan ini agar Wisnu mau berbicara dengannya.

Sesampainya di dalam, Naura memilih duduk di kursi Wisnu seperti yang biasa dia lakukan kalau sedang berkunjung, menunggu Wisnu dengan harap-harap cemas.

Klek.

Naura menahan napas, mendengar suara pintu yang terbuka hingga tanpa sadar dalam hati menghitung langkah kaki Wisnu hingga menyadari keberadaannya.

“Naura.” Wisnu nampak kaget. “Ngapain kamu di sini?”

“Memangnya mau apa lagi selain menemuimu yang sama sekali tidak mau mengangkat teleponku.”

Wisnu berdecak, melipat lengannya di dada,”Jadi, apa keputusanmu?” tanyanya to the point.

Naura berdiri, menghampiri Wisnu dan berdiri berhadapan,”Kasih aku waktu tiga bulan.”

“Tiga bulan?”

“Ya, setelah tiga bulan, aku akan memberikan keputusanku. Kamu harus memberiku kesempatan untuk mempersiapkan diriku sendiri dengan apa yang menjadi ketakutanku selama ini.”

Wisnu nampak berpikir sesaat,”Memangnya apa yang akan kamu lakukan?”

Naura menggigit ujung kukunya yang runcing,”Aku sudah ada rencana yang mungkin bisa membuatku berubah pikiran nanti meskipun aku nggak yakin juga tapi tidak ada salahnya di coba."

Wisnu berdecak, melewatinya begitu saja dan duduk di kursinya.

“Kamu nggak percaya sama aku?” Naura mulai gusar. “Nunggu tiga bulan lagi tidak akan jadi masalahkan?”

“Entahlah. Mama menyuruhku untuk segera menikah dan memberinya cucu. Aku tidak tahu dia bisa menunggu tiga bulan lagi atau tidak!”

Suara Naura mulai meninggi,”Memangnya selain aku, kamu akan menikah dengan siapa lagi?!”

Wisnu berdiri,”Seharusnya kamu tidak keras kepala seperti ini dari awal. Tugas seorang istri itu ya memberikan keturunan. Kalau kamu nggak mau direpotkan dengan hal-hal seperti ini seharusnya kamu hidup sendiri aja!”

Naura ternganga mendengar semua hal yang dikatakan Wisnu. Memangnya salah jika dia memiliki pemikiran untuk menunda memiliki anak sampai dia merasa siap lahir dan batin.

Wisnu berjalan melewati Naura yang bergeming di tempatnya.

“Wisnu—” Naura balik badan.”Kita masih belum selesai bicara!”

Wisnu berhenti dan menoleh,”Memangnya apa lagi? Ya kita lihat saja tiga bulan lagi. Apakah kita bisa menikah atau tidak?!”

Wisnu meninggalkannya begitu saja bergeming di tempatnya berdiri. Dia merasa kalau Wisnu tidak mau mempertahankan hubungan mereka hanya karena masalah ini. Tapi Naura mencintainya.

“Ah,sialan!” decak Naura,kesal sendiri.”Punya laki kok kebelet kawin dan beranak pinak gitu sih.”

Naura keluar dari ruangan Wisnu sambil memikirkan jalan keluar untuk masalahnya karena Wisnu tidak mau mengalah dengannya sedikit saja.

***

"This's crazy!!"

Naura mengedarkan pandangan, mencoba menganalisis medan perang yang akan dia takhlukan beberapa bulan ke depan. Khas seperti bangunan sekolah yang memiliki beberapa sarana bermain, lapangan luas, ruangan serba guna yang berbentuk seperti pendopo, kantin yang terjamin kebersihannya dan bangunan lain yang tidak tahu apa fungsinya. Ibu-ibu yang menunggu anak-anaknya, duduk bergerombol sambil berceloteh di sudut lain bangunan yang sepertinya dikhususkan untuk menunggu.

Tanpa sadar, Naura menghela napasnya. Sanggupkah dia melakukannya tanpa mengibarkan bendera putih tanda menyerah lebih dulu?

Bapak yang diikutinya tiba-tiba berhenti di depan salah satu pintu coklat membuat Naura hampir saja menubruknya dari belakang dan saat si Bapak berbalik, Naura langsung mundur selangkah.

"Langsung masuk aja Mbak." Bapak itu tersenyum ramah.

"Makasih Pak—"

"Pak Kasep," ujarnya seraya tersenyum.

Naura menganguk lalu Bapak itu meninggalkannya berdiri sendiri di depan pintu kayu yang tertutup rapat.

"Selamat pagi."

Naura mengetuknya seraya memberikan salam dan pintu itu terbuka menampilkan seorang wanita gemuk yang mencepol rambutnya ke atas.

"Pagi."

Ibu kepala sekolah bernama Dahlia itu memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan heran. Mungkin penasaran berapa kira-kira kisaran harga yang harus dikeluarkan untuk bisa tampil cetar sepertinya.

"Apa kamu benar yang bernama Naura yang direkomendasikan langsung sama Ibu Keke Pramudhani untuk mengajar seni di sini?"

Ah ya itu nama Tantenya temen Arbella.

"Iya benar."

Wajah si Ibu gak ada senyum-senyumnya sama sekali, terlihat judes dan menyebalkan.

"Kamu enggak salah kostum?" tanyanya tanpa aba-aba.

"Hah?" Naura cengok.

"Kamu itu di sini mau ngajar paud bukannya jadi sekretaris direktur lelaki berperut kotak-kotak. Yang kamu hadapin itu anak-anak bukannya lelaki dewasa yang bisa kamu goda."

Naura mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Ya sudah kalau begitu karena ini hari perkenalan saja jadi kamu saya kasih toleransi. Ayo masuk dulu."

Belum juga sempat menjawab eh si Ibu gendut sudah kembali ke mejanya meninggalkan Naura yang cengok selama beberapa saat kemudian tersadar dan buru-buru masuk ke dalam.

"Bukannya yang terpenting pakaian saya masih sopan Bu?" Naura berdiri di depan mejanya. "Tidak mengumbar aurat ke mana-mana."

"Tapi kostum sama dandananmu itu terlalu berlebihan. Duduk!" perintahnya tegas.

Naura duduk sambil merengut dan selama belasan menit berikutnya dia habiskan dengan mendengarkan semua peraturan yang ada di sekolah dengan kepala mengangguk, malas banget berdebat.

"Ayo kita keliling sekolah."

Akhirnya ocehannya selesai juga. Dalam hati Naura mendesah lega karena jengah dengan semua omongan si Ibu.

"Iya Bu."

Naura mengikuti Ibu Dahlia keluar dari ruangan, membawanya berkeliling memperlihatkan ruangan-ruangan yang sering mereka gunakan dan mengenalkannya pada orang-orang yang bekerja di tempat ini.

Sampai di depan pintu yang tertutup dan terdengar suara anak-anak menyanyi di dalam, Bu Dahlia berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Mereka lagi belajar."

Naura langsung bergidik sembari mengintip sedikit ke dalam. Ruangannya luas, berdinding kaca dan ada sekitar lima belas anak berseragam yang umurnya sekitar tiga atau empat tahun berdiri bergerombol di depan.

Naura memperhatikan kegiatan mereka yang muter-muter gak jelas bahkan ada yang ngesot-ngesot di lantai entah maksudnya apa. Hanya Tuhan dan anak itu sendiri yang tahu dan Naura gak mau capek-capek memikirkannya.

“Sepertinya cukup sampai di sini dulu.”

Naura mengalihkan pandangannya ke ibu Dahlia yang kembali melanjutkan langkahnya dan dia mengekori di belakang sampai kembali ke dalam ruangannya.

“Sekarang kita bahas tentang kontraknya.”

Selama satu jam Naura berada di dalam mendengarkan ocehan Ibu Kepala Sekolah dan menandangani surat kontrak yang hanya memakan waktu sepuluh menit itu. Naura membuka pintu dan ternganga kaget saat mendapati seseorang berdiri menjulang menghalangi jalannya.

Reflek Naura langsung banting pintu hingga tertutup kembali dengan kerasnya membuat Ibu Dahlia jelas kaget.

“Pintu saya bisa ambruk kalau kamu tutup begitu, Naura.” Ibu Dahlia menghampiri. “Ada apa sih?”

“Jangan di buka,Bu. Ada setan.”

Telat. Ibu Dahlia sudah membukanya dan Naura menutup wajahnya dengan tangan karena takut dengan apa yang dia lihat tadi.

“Ada apa sih?”

Naura mencoba mengintip, lalu bingung saat melihat tidak ada siapa-siapa di sana seperti yang dilihatnya tadi. Naura berpikir mungkin dia berhalusinasi akibat dari ciuman menyebalkan laki-laki itu tapi sepertinya dia juga tidak salah lihat.

“Angin Bu.” Naura cegengesan membuat Ibu Kepala Sekolah mendelik. “Saya pulang dulu ya Bu.”

Tanpa menunggu jawaban, Naura langsung ngacir pergi ke tempat parkir di mana mobilnya berada dan masuk ke dalamnya.

Saat akan menyalakannya seseorang membuka pintu samping dan masuk begitu saja membuat Naura reflek menjerit.

“AAAKHH!” Naura terlonjak ke pojokan, kaget.

Laki-laki itu melipat lengan di dada dan tersenyum smirk,”Akhirnya, ketemu juga dengan orang yang tidak bertanggungjawab itu."

Naura menggerang, tidak lagi bisa berkutik tapi saat melihat ke spion, ada taksi yang sedang menurunkan penumpang tepat di belakang mobilnya, ide gilanya muncul.

“Sori, kita nggak ada urusan!”

Setelah mengatakannya, Naura melesat keluar membawa tasnya dan secepat kilat masuk ke dalam taksi mengabaikan teriakan seseorang.

“Terbang Pak, cepat!”

Bodo amat sama mobilnya yang dia tinggalkan begitu saja. Pokoknya dia harus melarikan diri dulu dari laki-laki yang membuat jantungnya rasanya mau copot.

***

บทที่เกี่ยวข้อง

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   04. Bersiap Untuk Perang

    "Ya Tuhan,kenapa gue apes banget ya!"Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan terlihat begitu frustasi sementara sahabatnya, Fransiska, pemilik apartemen yang dia tinggali sementara selama mengajar di Paud sedang duduk santai menikmati kue blackforest sambil bertopang dagu. Mendengarkan saja Naura menumpahkan kekesalannya."Di sana penuh dengan anak-anak yang terlihat susah diatur.""Yaiyalah anak-anak. Kalau nenek-nenek ya namanya panti jompo!"Naura melotot. "Ih serius. Elo tahu kan apa yang gue maksud?!""Lebay." Siska mengunyah blackforestnya. "Cuma elo aja yang menganggap kalau anak-anak itu menyebalkan padahal ya mereka itu lucu dan ngegemesin.”Naura menopangkan dagu, menghela napas panjang. "Keponakan-keponakan gue yang biang onar itu. Setiap mereka datang ke rumah atau pas gue lagi main ke rumah mereka, pokoknya hanya ada keributan aja di sana. Bikin pusing dan sumpek. Belum lagi kalau kakak-kakak gue lagi ngomelin mereka."Siska tertawa membuat Naura keki dan dengan ger

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-09
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   05. Frustasi Di Hari Pertama

    “Beb, ini sih namanya bunuh diri." Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar."Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang.""Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak."Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."“Makany

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-10
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   06. Rusuh dalam Kelas

    “Bagaimana hari pertamamu bekerja?” Naura yang sedang selonjoran kaki di sofa ruang tamu rumahnya mencebik menjawab pertanyaan Arbella yang datang dari arah dapur dan duduk di sofa tunggal sambil nyemilin kacang goreng. “Rusuh.” Arbella tertawa membuat Naura keki dan membuang muka kembali fokus dengan ponselnya untuk mencari tahu kegiatan Wisnu. Tapi sayangnya, sejak satu jam yang lalu tidak ada yang bisa di dapatkannya. “Tapi seru kan?” “Seru apanya? Stress sih iya.” Arbella berdecak, “Tapi ingat loh ya, mereka itu anaknya orang yang nggak bisa kamu marahin sembarangan. Kamu harus hati-hati dalam berbicara dan bersikap.” “Aku sudah berusaha semampuku,” desah Naura. Membayangkan kembali dia harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak berubah menjadi hulk. “Percayalah, itu semua akan kamu rasakan manfaatnya suatu hari nanti.” “Aku tidak peduli,” cibir Naura. “Kalau kamu mau menyerah dan pasrah ditinggalkan Wisnu ya kamu berhenti saja.” Naura mendelik. “Kamu bilang aja sam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-27
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   07. Kesialan Tak Terduga

    Hari ini lengkap sudah deritanya. Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya. Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini." Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-28
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   08. Memergoki Hot Daddy

    Setelah diancam akan digeret ke pengadilan sama hot daddy yang ganteng itu, Naura stress. "Elo kalau stress mengerikan!!" Di sampingnya, Siska begidik seraya menunjuk lima paperbag dengan ukiran nama merek butik terkenal yang Naura letakkan di atas kursi. Malam ini, Naura menggeret paksa Siska menemaninya ke mall untuk menghilangkan rasa stress dan penat setelah seharian mengalami kesialan. "Ya inilah gue." Naura menggidikkan bahu, duduk menyandar di kursi salah satu restoran di dalam mall yang malam ini cukup ramai. Steak di piringnya masih sisa setengah berbeda dengan Siska yang sudah menghabiskan spaghetti-nya dan sedang menyantap es krim coklat bertabur kacang almond. "Memangnya elo gimana?" "Gym—" Siska menyendok es krim di mangkuknya. "Yoga dan sebagainya." "Ah kalau itu sih memang keharusan. Gue selalu rutin olahraga." "Elo ngilangin stress ngabisin duit berjuta-juta." Siska menggelengkan kepala, Naura hanya nyengir. "Jadi sebenarnya elo stress karena bertemu dengan lak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-29
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   09. Like Father like Son

    Gara-gara laki-laki itu juga, Naura sampai gak bisa tidur dan paginya malah bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke sekolah sampai tidak sempat sarapan. Padahal dia tahu akibatnya jika tidak sarapan bagi tubuhnya.Di sekolah, dia jadi gampang marah. Entah sudah berapa banyak anak-anak yang dia omeli padahal mereka melakukan kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan Keylan sudah dia marahi habis-habisan karena tidak mau menurut.Setelah semua anak-anak sudah pulang, Naura keluar dari ruangan kelas setelah membersihkan beberapa barang yang tercecer. Dia sudah membayangkan makan rawon iga yang enak banget hingga membuatnya buru-buru keluar dari sana.Saat berada di depan pintu di mana sepatunya berada, Naura terdiam sesaat dan menyimpitkan mata. Ada yang bergerak-gerak di sana. Naura mengedarkan pandangan melihat suasana sekolah yang sepi lalu kembali memperhatikan apa yang ada di dalam sepatunya. Naura mengaitkan rambut panjangnya ke telinga, merunduk seraya mengulurkan ta

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-30
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   10. Adegan Pingsan Dadakan

    “Arjuna Ivander.” Naura mengulang nama itu di kepalanya. Namanya aja udah macho banget meski terkesan sangat Indonesia tapi cocok untuk hot daddy yang satu itu. Bertanya-tanya dalam hati apa wanita berdandanan menor yang dilihatnya kemarin malam di restoran itu adalah Srikandinya. "Iya." Karen menyendok rawon iganya ke dalam mulut sebelum melanjutkan. "Pak Arjuna yang gendong kamu ke klinik. Dia panik banget tadi." "Bohong!!" bantah Naura dengan lantang. Mana mungkin lelaki straight face begitu panik. Kalau tertawa mengejek sih lebih masuk akal. Karen berdecak, menggigit iga lepas dari tulangnya dan mengunyahnya. "Terserah kalau gak percaya." "Aku gak percaya." Karen menggidikkan bahu, terus mengunyah sementara Naura bahkan belum menyentuh iga rawon yang sangat diidamkannya dari tadi pagi karena sibuk memikirkan nasibnya yang hari ini memalukan. Lebih tepatnya, sangat-sangat-sangat-sangat memalukan. Naura bersyukur ketika terbangun dari pingsannya, lelaki dengan ekspresi sedat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-10-31
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   11. Membuat Bento Dadakan

    "Bu Naula—" "Apa?!" jawab Naura sambil melotot. Keylan merengut seraya mengulurkan kotak bekalnya. "Ini buat Ibu Gulu." "Kenapa buat Ibu?" Naura sempat kaget saat tiba-tiba Keylan datang dan memberikan bekalnya yang biasa dia bawa di kotak makan motif spiderman itu padahal masih terlalu pagi. Biasanya Keylan akan datang kalau sudah mendekati jam masuk sekolah. "Supaya Bu Gulu enggak pingsan lagi sepelti kemalin." Naura mendorong balik bekal itu. "Gak usah, Ibu sudah sarapan." Keylan menarik bekal itu dengan wajah sedih. Naura berdecak. "Nanti kalau Ibu yang makan, kamu bisa pingsan." Keylan menggelengkan kepala, menyodorkan lagi bekalnya. "Kata Papi jadi anak lelaki itu halus kuat, halus mendahulukan pelempuan." Naura menaikkan alis mendengarnya, anak sekecil ini sudah diajarin menjadi seorang gantleman. “Kalau gak mau semua ya udah sepaluhnya aja.” "Nanti Ibu yang dimarahin sama Papimu." Naura berdiri dari duduknya setelah membereskan buku bergambar juga crayon yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-01

บทล่าสุด

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   47. Mata Kelilipan

    "Papaaa??!” Naura berteriak memanggil Papanya sesaat setelah masuk ke dalam rumah. “Duh, jangan teriak-teriak gitu dong, Na,” ucap Mamanya, duduk menonton televisi di ruang tamu sembari mengupaskan Mangga untuk Papanya yang duduk selonjoran kaki di sofa. “Gimana Naura gak teriak Ma kalau seperti ini.” Naura duduk di lantai di samping Papanya yang senyum-senyum sendiri membuat Naura kesal melihatnya. "Naura kaget banget waktu lihat berita itu terlebih saat nama Papa di sebut. Itu gimana ceritanya?" Naura penasaran. "Sepertinya kamu demen sama dia ya,Na. Gimana kalau kita jebak dia dengan pernikahan juga mumpung Papa punya saham besar di sana?" Naura ternganga maksimal memandangi Papanya yang nampak santai sementara anaknya sudah seperti kena serangan jantung. "Papa yakin dia gak akan menolak dijodohkan paksa dengan kamu." "Ih, Papa ini ngaco deh! Kalau dia aja menolak dijodohkan dengan wanita modelan Fransiska apalagi sama modelan Naura yang amburadul begini!" decaknya. "Eh, ja

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   46. Dipanggil Sayang

    "Tumben, Ibu bos ada di kantor sepagi ini." Naura sedang duduk diam di dalam ruang kantornya sejak pagi-pagi sekali saat sekretarisnya, Amel, masuk ke dalam kantornya."Lagi nggak mood aja," balasnya asal.Naura hari ini memutuskan untuk izin sehari pada Ibu Dahlia dari kegiatan mengajar dengan alasan kurang sehat padahal dia hanya tidak ingin melakukan apapun saat ini. Kalau datang ke sekolah bisa-bisa dia berubah jadi hulk."Kalau nggak mood mending tidur aja di rumah,Bu." Amel meletakkan secangkir teh herbal yang masih mengepul di mejanya. "Tapi, karena kebetulan Ibu ada di sini jadi ada beberapa berkas yang harus Ibu tanda tanganin." Amel meletakkan setumpuk berkas yang membuat Naura melotot. Biasanya saat dia harus ke sekolah, Naura akan menyelesaikan pekerjaannya di restoran saat sore hari."Haaaah--" Naura mendesah. "Ini kan masih pagi,Mel.""Yah, senam jari pagi-pagi bagus juga."Amel terkekeh, Naura memutar bola matanya kesal."Tapi Bu, maaf nih, apa Ibu sudah putus sama Pak

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   45. Hadiah Tamparan

    "Apa yang elo pikirkan sampai segitunya?" tanya Siska yang datang dari dapur membawa semangkuk salad buah saat melihat Naura bengong memandangi keluar kaca jendela. Saat ini mereka sedang asyik menikmati Weekend di apartemen. "Elo kan sudah lega bisa lepas dari Wisnu. Dia sama sekali nggak ada hubungin elo lagi kan?"Naura menggelengkan kepala,"Seminggu ini hidup gue rasanya tenang, tentram dan adem banget. Keylan tukang rusuh belum masuk sekolah, Arjuna belum menampakkan hidung mancungnya, Wisnu sudah nggak tahu gimana kabarnya, walaupun yah, duda nomor dua masih tetap berusaha mengajak gue makan malam.""Elo suka sama duda nomor dua?""Masih belum tahu.""Kalau sama duda nomor satu?""Masih dalam tahap memahami cara berpikir Arjuna gendeng yang kadang gak gue pahamin.""Terus nanti elo nyoblos kandidat duda yang mana?""Nomor—" Naura mendelik saat menyadari sesuatu, Siska di depannya sudah menutup mulut geli."Sialan lo ngerjain mulu!!!""Arjuna itu cinta sama elo. Tandanya

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   44. Tidak Boleh Tergoda

    Aku akan merindukanmuAku akan merindukanmuAku akan merindukanmuKalimat itu yang terus terulang di dalam kepala Naura bahkan di saat dia tengah duduk di depan Wisnu yang hanya diam memandanginya di salah satu sudut area outdoor cafe yang siang hari nampak tidak banyak pengunjung,kecuali yang berada di area dalam.Apa laki-laki itu memang benar-benar menyukainya? Kenapa sulit sekali memahaminya? Naura jadi pusing memikirkannya. Naura bahkan tidak tahu kenapa dia sempat-sempatnya memikirkan kalimat itu dalam keadaan seperti ini."Naura."Panggilan itu menarik kembali Naura dari lamunannya akan duda nomor satu. Akhirnya, Wisnu buka suara setelah keterdiamannya selama beberapa menit lalu."Mama meminta kita berpisah." Naura tidak kaget lagi dengan hal itu. Malah aneh kalau Mamanya malah memperbolehkannya menikah setelah pembicaraan mereka tempo hari."Apa kamu memang tidak mau menikah denganku hingga menolak persyaratan dari Mama?" lirihnya."Bagaimana bisa kita menikah dalam

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   43. Dicegat Si Mantan

    “Taman hiburan?” Naura tidak menyangka jika Arjuna akan membawanya ke taman hiburan yang malam ini terlihat padat pengunjung. Naura pikir dia harus melakukan sesuatu contohnya memasak seperti niat awalnya di mana dia akan menukar kunci mobilnya dengan bento buatannya tapi ternyata dia salah. “Iya. Keylan pengen naik komedi putar.” Sepertinya, ini rencana dadakannya Arjuna karena malu jika bermain berdua saja dengan Keylan. Naura berjalan bersisian di samping Arjuna sembari memperhatikan sekitarnya yang ramai dengan banyaknya stan jualan juga wahana yang lampunya berpendar meriah. Keylan yang berada dalam gendongan Papinya juga terlihat senang. “Bu gulu Naula, nanti kita naik kuda yang itu ya,” tunjuknya ke arah kejauhan di mana wahana komedi putar berada. “Loh, naiknya sama Papimu aja dong. Kenapa ajak-ajak Ibh!" “Nda mau. Pokoknya sama Bu Gulu aja.” "Kalau aku sudah ketuaan nail begituan," kilah Arjuna. "Memangnya aku masih terlihat seperti anak baru gede gitu," cibir

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   42. Diculik si Duda

    Sepanjang sore, ponsel Naura tidak berhenti berdering hingga dia harus mengubahnya menjadi mode getar. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Wisnu yang sudah bisa dia tebak apa yang akan dia bicarakan, yaitu Mamanya. Naura memang merasa bersalah karena sudah bersikap tidak sopan tapi dia tidak punya pilihan lain. Dia tidak bisa menunda-nunda melakukan pemutusan hubungan dengan Wisnu. Sebagai seorang anak tunggal yang selalu dimanja, Wisnu pasti akan membela Mamanya dan Naura enggan untuk berdebat. Naura akan menenangkan diri dulu lalu menemui Wisnu untuk membicarakan semuanya.Naura keluar dari restoran selepas matahari tenggelam dan berniat untuk pulang ke apartemen Siska. Selama perjalanan, Naura tidak habis pikir dengan semua yang dibicarakan oleh Mamanya Wisnu. Baginya itu terlalu berlebihan memaksakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu ikut campur. Bagaimana nanti kalau ternyata, dia dan Wisnu malah ditunda memiliki momongan oleh Tuhan bukan karena mereka tidak subur dan sejenisnya.

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   41. Mantan Calon Ibu Mertua

    Naura baru saja akan membuka pintu ruangan Wisnu di kantornya saat pintu itu terbuka dari dalam dan muncul Jessi dari sana yang langsung kaget melihatnya. “Astaga, Bu Naura.” Jessi yang memeluk map di dadanya nampak tidak menyangka dengan kedatangannya. “Kok nggak kasih kabar dulu kalau mau datang.” Naura menaikkan alis, memperhatikan penampilan Jessi dari atas sampai bawah, tidak ada yang aneh tapi di mata Naura nampak sedikit mencurigakan.“Memangnya harus ngabarin dulu kalau mau ketemu bosmu.”Jessi merapikan rambutnya yang diikat satu, “Bisa saja Pak Wisnunya sedang ada meeting di luar,Bu. Lagian, saya pikir kalian sudah putus karena Bu Naura nggak pernah kelihatan lagi ngejar-ngejar Pak Wisnu.”Naura mendelik, mulut sekretarisnya Wisnu ini memang kadang-kadang bisa membuat orang darah tinggi yang diucapkan dengan ekspresi sok imut.“Sok tahu kamu!” decak Naura, mendorong Jessi minggir dengan lengannya. “Tapi, dia ada di dalam kan?” Jessi minggir,“Ada kok,Bu. Silahka

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   40. Menikahi Duda?

    Naura melintasi halaman lobbi salah satu apartemen mewah setelah mengantarkan kue titipan Mamanya untuk temannya dan segera masuk ke dalam mobil saat Siska menelepon."Hmm—""Elo beneran makan siang sama duda nomor dua?""Apaan sih duda nomor dua?" decaknya. "Namanya Mas Rendy.""Wuiiihhhhh—" Naura menjauhkan ponselnya saat mendengar pekikan Siska. "Jadi sekarang manggilnya sudah Mas?""Itu cuma panggilan biasa aja!" dengus Naura kesal, duduk di balik kemudi. "Kita cuma makan siang biasa terus nemenin dia nyari kado buat Malika.""Wuuiiiihhhh—" Naura memutar bola mata saat Siska memekik lagi. "Jadi sekarang sudah makin akrab sama tuh duda sampai diajak makan dan jalan-jalan begitu?""Itu cuma makan dan jalan biasa aja.""Tetap aja dari hal yang biasa bisa berubah menjadi hal yang luar biasa. Elo memperbolehkan dia satu kali dan dia akan mencoba lagi nanti. Pegang aja kata-kata gue!""Entahlah, gue gak mau terlalu mikirin itu.""Tapi elo harus bisa menentukan pilihan. Semakin lama elo

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   39. Ada Apa Dengannya?

    Siska tertawa sampai guling-guling di lantai saat malamnya Naura menceritakan kesialan apa yang dialaminya tadi siang termasuk adegan pertikaian antara dirinya dengan Arjuna.Niat hati ingin menghindar dari serangan para duda tapi apa daya kalau dia malah membuat Wisnu berasa senang akibat dipanggil calon suami. Yeah, senjata makan tuan. Kampret memang!!"Heh, elo udahan kenapa sih ah ketawanya!!" Sungutnya kesal, mendaratkan bantal sofa berkali-kali ke badan Siska yang masih dikuasai oleh tawa. "Prihatin kek, khawatir kek atau dihibur kek, eh, malah ketawa. Gue ini lagi kena musibah, Siskaaa gendengggg!!""Wait!" Siska menarik bantal di tangannya. "Gue lagi ngetawain kebegoan lo!!"Siska tertawa lagi, Naura manyun dan merebahkan diri di sofa, menutup wajahnya dengan bantal. "Aihh sial banget gue hari ini. Gara-gara dikerubungin dua duda sekaligus bikin gue jadi kehilangan fokus." Naura duduk lagi dan menarik rambut Siska dengan kesal. "Elo kemana sih?!! Gue kan sudah suruh elo siaga

DMCA.com Protection Status