Beranda / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 03. Kemunculan Lelaki Tampan

Share

03. Kemunculan Lelaki Tampan

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-08 00:34:21

“Jes—” Naura memberikan kode pada Jessi, sekretaris Wisnu yang duduk di meja kerjanya tidak jauh dari ruangan kantor bosnya.”Kamu pahamkan yang aku bilang tadi?”

Jessi mengangguk,”Paham,Bu. Kalian lagi bertengkar ya,Bu Naura?”

“Ssstt—” Naura menggeleng. “Cuma salah paham aja.” Melirik sekilas pintu kantor Wisnu yang saat ini terutup karena dia sedang ada meeting dengan client.

“Hati-hati loh,Bu.” Naura mengeryit. “Salah pahamnya jangan kelamaan—” Jessi berbisik pelan. “Yang mau ngerebut pak Wisnu banyak.”

Naura melotot,”Ihh, awas aja! Kamu lihat dong cincin ini—” Naura menunjukkan cincin lamaran Wisnu.”Kami on the way menikah.”

“Ohh—” Jessi manggut-manggut sembari membenarkan rambutnya. “Selamat deh,Bu.”

Naura mengibaskan rambutnya, melirik sekilas Siska yang nampak tidak senang dengan Jessi yang sudah sibuk sendiri dengan riasannya. Rencananya, dia akan menyelinap ke kantor Wisnu saat kekasihnya itu keluar. Mereka harus mencoba berbicara dari hati ke hati.

Klek!

Naura menoleh ketika mendengar suara gagang pintu,menarik Siska sembunyi bersamanya di balik dinding yang tertutup tanaman tidak jauh dari pintu.

Wisnu terlihat keluar bersama seorang pria paruh baya,sibuk mengobrol hingga tidak menyadari keberadaannya dan berhenti di depan lift memberikan kesempatan pada Naura untuk menyelinap masuk. Meninggalkan Siska,sahabat yang dia seret menemaninya untuk menunggu sebentar di luar. Dia terpaksa melakukan ini agar Wisnu mau berbicara dengannya.

Sesampainya di dalam, Naura memilih duduk di kursi Wisnu seperti yang biasa dia lakukan kalau sedang berkunjung, menunggu Wisnu dengan harap-harap cemas.

Klek.

Naura menahan napas, mendengar suara pintu yang terbuka hingga tanpa sadar dalam hati menghitung langkah kaki Wisnu hingga menyadari keberadaannya.

“Naura.” Wisnu nampak kaget. “Ngapain kamu di sini?”

“Memangnya mau apa lagi selain menemuimu yang sama sekali tidak mau mengangkat teleponku.”

Wisnu berdecak, melipat lengannya di dada,”Jadi, apa keputusanmu?” tanyanya to the point.

Naura berdiri, menghampiri Wisnu dan berdiri berhadapan,”Kasih aku waktu tiga bulan.”

“Tiga bulan?”

“Ya, setelah tiga bulan, aku akan memberikan keputusanku. Kamu harus memberiku kesempatan untuk mempersiapkan diriku sendiri dengan apa yang menjadi ketakutanku selama ini.”

Wisnu nampak berpikir sesaat,”Memangnya apa yang akan kamu lakukan?”

Naura menggigit ujung kukunya yang runcing,”Aku sudah ada rencana yang mungkin bisa membuatku berubah pikiran nanti meskipun aku nggak yakin juga tapi tidak ada salahnya di coba."

Wisnu berdecak, melewatinya begitu saja dan duduk di kursinya.

“Kamu nggak percaya sama aku?” Naura mulai gusar. “Nunggu tiga bulan lagi tidak akan jadi masalahkan?”

“Entahlah. Mama menyuruhku untuk segera menikah dan memberinya cucu. Aku tidak tahu dia bisa menunggu tiga bulan lagi atau tidak!”

Suara Naura mulai meninggi,”Memangnya selain aku, kamu akan menikah dengan siapa lagi?!”

Wisnu berdiri,”Seharusnya kamu tidak keras kepala seperti ini dari awal. Tugas seorang istri itu ya memberikan keturunan. Kalau kamu nggak mau direpotkan dengan hal-hal seperti ini seharusnya kamu hidup sendiri aja!”

Naura ternganga mendengar semua hal yang dikatakan Wisnu. Memangnya salah jika dia memiliki pemikiran untuk menunda memiliki anak sampai dia merasa siap lahir dan batin.

Wisnu berjalan melewati Naura yang bergeming di tempatnya.

“Wisnu—” Naura balik badan.”Kita masih belum selesai bicara!”

Wisnu berhenti dan menoleh,”Memangnya apa lagi? Ya kita lihat saja tiga bulan lagi. Apakah kita bisa menikah atau tidak?!”

Wisnu meninggalkannya begitu saja bergeming di tempatnya berdiri. Dia merasa kalau Wisnu tidak mau mempertahankan hubungan mereka hanya karena masalah ini. Tapi Naura mencintainya.

“Ah,sialan!” decak Naura,kesal sendiri.”Punya laki kok kebelet kawin dan beranak pinak gitu sih.”

Naura keluar dari ruangan Wisnu sambil memikirkan jalan keluar untuk masalahnya karena Wisnu tidak mau mengalah dengannya sedikit saja.

***

"This's crazy!!"

Naura mengedarkan pandangan, mencoba menganalisis medan perang yang akan dia takhlukan beberapa bulan ke depan. Khas seperti bangunan sekolah yang memiliki beberapa sarana bermain, lapangan luas, ruangan serba guna yang berbentuk seperti pendopo, kantin yang terjamin kebersihannya dan bangunan lain yang tidak tahu apa fungsinya. Ibu-ibu yang menunggu anak-anaknya, duduk bergerombol sambil berceloteh di sudut lain bangunan yang sepertinya dikhususkan untuk menunggu.

Tanpa sadar, Naura menghela napasnya. Sanggupkah dia melakukannya tanpa mengibarkan bendera putih tanda menyerah lebih dulu?

Bapak yang diikutinya tiba-tiba berhenti di depan salah satu pintu coklat membuat Naura hampir saja menubruknya dari belakang dan saat si Bapak berbalik, Naura langsung mundur selangkah.

"Langsung masuk aja Mbak." Bapak itu tersenyum ramah.

"Makasih Pak—"

"Pak Kasep," ujarnya seraya tersenyum.

Naura menganguk lalu Bapak itu meninggalkannya berdiri sendiri di depan pintu kayu yang tertutup rapat.

"Selamat pagi."

Naura mengetuknya seraya memberikan salam dan pintu itu terbuka menampilkan seorang wanita gemuk yang mencepol rambutnya ke atas.

"Pagi."

Ibu kepala sekolah bernama Dahlia itu memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan heran. Mungkin penasaran berapa kira-kira kisaran harga yang harus dikeluarkan untuk bisa tampil cetar sepertinya.

"Apa kamu benar yang bernama Naura yang direkomendasikan langsung sama Ibu Keke Pramudhani untuk mengajar seni di sini?"

Ah ya itu nama Tantenya temen Arbella.

"Iya benar."

Wajah si Ibu gak ada senyum-senyumnya sama sekali, terlihat judes dan menyebalkan.

"Kamu enggak salah kostum?" tanyanya tanpa aba-aba.

"Hah?" Naura cengok.

"Kamu itu di sini mau ngajar paud bukannya jadi sekretaris direktur lelaki berperut kotak-kotak. Yang kamu hadapin itu anak-anak bukannya lelaki dewasa yang bisa kamu goda."

Naura mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Ya sudah kalau begitu karena ini hari perkenalan saja jadi kamu saya kasih toleransi. Ayo masuk dulu."

Belum juga sempat menjawab eh si Ibu gendut sudah kembali ke mejanya meninggalkan Naura yang cengok selama beberapa saat kemudian tersadar dan buru-buru masuk ke dalam.

"Bukannya yang terpenting pakaian saya masih sopan Bu?" Naura berdiri di depan mejanya. "Tidak mengumbar aurat ke mana-mana."

"Tapi kostum sama dandananmu itu terlalu berlebihan. Duduk!" perintahnya tegas.

Naura duduk sambil merengut dan selama belasan menit berikutnya dia habiskan dengan mendengarkan semua peraturan yang ada di sekolah dengan kepala mengangguk, malas banget berdebat.

"Ayo kita keliling sekolah."

Akhirnya ocehannya selesai juga. Dalam hati Naura mendesah lega karena jengah dengan semua omongan si Ibu.

"Iya Bu."

Naura mengikuti Ibu Dahlia keluar dari ruangan, membawanya berkeliling memperlihatkan ruangan-ruangan yang sering mereka gunakan dan mengenalkannya pada orang-orang yang bekerja di tempat ini.

Sampai di depan pintu yang tertutup dan terdengar suara anak-anak menyanyi di dalam, Bu Dahlia berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Mereka lagi belajar."

Naura langsung bergidik sembari mengintip sedikit ke dalam. Ruangannya luas, berdinding kaca dan ada sekitar lima belas anak berseragam yang umurnya sekitar tiga atau empat tahun berdiri bergerombol di depan.

Naura memperhatikan kegiatan mereka yang muter-muter gak jelas bahkan ada yang ngesot-ngesot di lantai entah maksudnya apa. Hanya Tuhan dan anak itu sendiri yang tahu dan Naura gak mau capek-capek memikirkannya.

“Sepertinya cukup sampai di sini dulu.”

Naura mengalihkan pandangannya ke ibu Dahlia yang kembali melanjutkan langkahnya dan dia mengekori di belakang sampai kembali ke dalam ruangannya.

“Sekarang kita bahas tentang kontraknya.”

Selama satu jam Naura berada di dalam mendengarkan ocehan Ibu Kepala Sekolah dan menandangani surat kontrak yang hanya memakan waktu sepuluh menit itu. Naura membuka pintu dan ternganga kaget saat mendapati seseorang berdiri menjulang menghalangi jalannya.

Reflek Naura langsung banting pintu hingga tertutup kembali dengan kerasnya membuat Ibu Dahlia jelas kaget.

“Pintu saya bisa ambruk kalau kamu tutup begitu, Naura.” Ibu Dahlia menghampiri. “Ada apa sih?”

“Jangan di buka,Bu. Ada setan.”

Telat. Ibu Dahlia sudah membukanya dan Naura menutup wajahnya dengan tangan karena takut dengan apa yang dia lihat tadi.

“Ada apa sih?”

Naura mencoba mengintip, lalu bingung saat melihat tidak ada siapa-siapa di sana seperti yang dilihatnya tadi. Naura berpikir mungkin dia berhalusinasi akibat dari ciuman menyebalkan laki-laki itu tapi sepertinya dia juga tidak salah lihat.

“Angin Bu.” Naura cegengesan membuat Ibu Kepala Sekolah mendelik. “Saya pulang dulu ya Bu.”

Tanpa menunggu jawaban, Naura langsung ngacir pergi ke tempat parkir di mana mobilnya berada dan masuk ke dalamnya.

Saat akan menyalakannya seseorang membuka pintu samping dan masuk begitu saja membuat Naura reflek menjerit.

“AAAKHH!” Naura terlonjak ke pojokan, kaget.

Laki-laki itu melipat lengan di dada dan tersenyum smirk,”Akhirnya, ketemu juga dengan orang yang tidak bertanggungjawab itu."

Naura menggerang, tidak lagi bisa berkutik tapi saat melihat ke spion, ada taksi yang sedang menurunkan penumpang tepat di belakang mobilnya, ide gilanya muncul.

“Sori, kita nggak ada urusan!”

Setelah mengatakannya, Naura melesat keluar membawa tasnya dan secepat kilat masuk ke dalam taksi mengabaikan teriakan seseorang.

“Terbang Pak, cepat!”

Bodo amat sama mobilnya yang dia tinggalkan begitu saja. Pokoknya dia harus melarikan diri dulu dari laki-laki yang membuat jantungnya rasanya mau copot.

***

Bab terkait

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   04. Bersiap Untuk Perang

    "Ya Tuhan,kenapa gue apes banget ya!"Naura memegangi kepalanya dengan dua tangan terlihat begitu frustasi sementara sahabatnya, Fransiska, pemilik apartemen yang dia tinggali sementara selama mengajar di Paud sedang duduk santai menikmati kue blackforest sambil bertopang dagu. Mendengarkan saja Naura menumpahkan kekesalannya."Di sana penuh dengan anak-anak yang terlihat susah diatur.""Yaiyalah anak-anak. Kalau nenek-nenek ya namanya panti jompo!"Naura melotot. "Ih serius. Elo tahu kan apa yang gue maksud?!""Lebay." Siska mengunyah blackforestnya. "Cuma elo aja yang menganggap kalau anak-anak itu menyebalkan padahal ya mereka itu lucu dan ngegemesin.”Naura menopangkan dagu, menghela napas panjang. "Keponakan-keponakan gue yang biang onar itu. Setiap mereka datang ke rumah atau pas gue lagi main ke rumah mereka, pokoknya hanya ada keributan aja di sana. Bikin pusing dan sumpek. Belum lagi kalau kakak-kakak gue lagi ngomelin mereka."Siska tertawa membuat Naura keki dan dengan ger

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   05. Frustasi Di Hari Pertama

    “Beb, ini sih namanya bunuh diri." Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar."Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang.""Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak."Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."“Makany

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   06. Rusuh dalam Kelas

    “Bagaimana hari pertamamu bekerja?” Naura yang sedang selonjoran kaki di sofa ruang tamu rumahnya mencebik menjawab pertanyaan Arbella yang datang dari arah dapur dan duduk di sofa tunggal sambil nyemilin kacang goreng. “Rusuh.” Arbella tertawa membuat Naura keki dan membuang muka kembali fokus dengan ponselnya untuk mencari tahu kegiatan Wisnu. Tapi sayangnya, sejak satu jam yang lalu tidak ada yang bisa di dapatkannya. “Tapi seru kan?” “Seru apanya? Stress sih iya.” Arbella berdecak, “Tapi ingat loh ya, mereka itu anaknya orang yang nggak bisa kamu marahin sembarangan. Kamu harus hati-hati dalam berbicara dan bersikap.” “Aku sudah berusaha semampuku,” desah Naura. Membayangkan kembali dia harus menahan dirinya sekuat tenaga agar tidak berubah menjadi hulk. “Percayalah, itu semua akan kamu rasakan manfaatnya suatu hari nanti.” “Aku tidak peduli,” cibir Naura. “Kalau kamu mau menyerah dan pasrah ditinggalkan Wisnu ya kamu berhenti saja.” Naura mendelik. “Kamu bilang aja sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   07. Kesialan Tak Terduga

    Hari ini lengkap sudah deritanya. Tadi pagi mobilnya mogok, tidak ada seorangpun yang bisa diandalkan untuk datang membantunya selain tukang bengkel hingga akhirnya memilih naik taksi, maag-nya kambuh karena belum makan, kemeja putihnya sudah bercorak saat ini yang bisa aja dia cuci tapi itu malah akan membuat warnanya amburadul jadi terpaksa dia pakai dan akan membuangnya saat berada di apartemen dan sekarang saat pulang, hujan turun dengan derasnya. Sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu, Naura memilih berdiri sendirian di gerbang menunggu Fransiska yang akan menjemputnya, di bawah lindungan payung yang dipinjamkan Karen yang motifnya spongebob. Luar biasa sekali Naura meniup poninya. "Apes banget hari ini." Naura memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan sekelilingnya dan hujan seakan mengaburkan pemandangan apapun yang ada di depannya. Saat melihat kemejanya, di mana ada dua corak telapak tangan yang letaknya pas banget di masing-masing bagian dadanya membuat Naura tam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   08. Memergoki Hot Daddy

    Setelah diancam akan digeret ke pengadilan sama hot daddy yang ganteng itu, Naura stress. "Elo kalau stress mengerikan!!" Di sampingnya, Siska begidik seraya menunjuk lima paperbag dengan ukiran nama merek butik terkenal yang Naura letakkan di atas kursi. Malam ini, Naura menggeret paksa Siska menemaninya ke mall untuk menghilangkan rasa stress dan penat setelah seharian mengalami kesialan. "Ya inilah gue." Naura menggidikkan bahu, duduk menyandar di kursi salah satu restoran di dalam mall yang malam ini cukup ramai. Steak di piringnya masih sisa setengah berbeda dengan Siska yang sudah menghabiskan spaghetti-nya dan sedang menyantap es krim coklat bertabur kacang almond. "Memangnya elo gimana?" "Gym—" Siska menyendok es krim di mangkuknya. "Yoga dan sebagainya." "Ah kalau itu sih memang keharusan. Gue selalu rutin olahraga." "Elo ngilangin stress ngabisin duit berjuta-juta." Siska menggelengkan kepala, Naura hanya nyengir. "Jadi sebenarnya elo stress karena bertemu dengan lak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   09. Like Father like Son

    Gara-gara laki-laki itu juga, Naura sampai gak bisa tidur dan paginya malah bangun kesiangan dan buru-buru berangkat ke sekolah sampai tidak sempat sarapan. Padahal dia tahu akibatnya jika tidak sarapan bagi tubuhnya.Di sekolah, dia jadi gampang marah. Entah sudah berapa banyak anak-anak yang dia omeli padahal mereka melakukan kesalahan yang tidak perlu dipermasalahkan. Bahkan Keylan sudah dia marahi habis-habisan karena tidak mau menurut.Setelah semua anak-anak sudah pulang, Naura keluar dari ruangan kelas setelah membersihkan beberapa barang yang tercecer. Dia sudah membayangkan makan rawon iga yang enak banget hingga membuatnya buru-buru keluar dari sana.Saat berada di depan pintu di mana sepatunya berada, Naura terdiam sesaat dan menyimpitkan mata. Ada yang bergerak-gerak di sana. Naura mengedarkan pandangan melihat suasana sekolah yang sepi lalu kembali memperhatikan apa yang ada di dalam sepatunya. Naura mengaitkan rambut panjangnya ke telinga, merunduk seraya mengulurkan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   10. Adegan Pingsan Dadakan

    “Arjuna Ivander.” Naura mengulang nama itu di kepalanya. Namanya aja udah macho banget meski terkesan sangat Indonesia tapi cocok untuk hot daddy yang satu itu. Bertanya-tanya dalam hati apa wanita berdandanan menor yang dilihatnya kemarin malam di restoran itu adalah Srikandinya. "Iya." Karen menyendok rawon iganya ke dalam mulut sebelum melanjutkan. "Pak Arjuna yang gendong kamu ke klinik. Dia panik banget tadi." "Bohong!!" bantah Naura dengan lantang. Mana mungkin lelaki straight face begitu panik. Kalau tertawa mengejek sih lebih masuk akal. Karen berdecak, menggigit iga lepas dari tulangnya dan mengunyahnya. "Terserah kalau gak percaya." "Aku gak percaya." Karen menggidikkan bahu, terus mengunyah sementara Naura bahkan belum menyentuh iga rawon yang sangat diidamkannya dari tadi pagi karena sibuk memikirkan nasibnya yang hari ini memalukan. Lebih tepatnya, sangat-sangat-sangat-sangat memalukan. Naura bersyukur ketika terbangun dari pingsannya, lelaki dengan ekspresi sedat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   11. Membuat Bento Dadakan

    "Bu Naula—" "Apa?!" jawab Naura sambil melotot. Keylan merengut seraya mengulurkan kotak bekalnya. "Ini buat Ibu Gulu." "Kenapa buat Ibu?" Naura sempat kaget saat tiba-tiba Keylan datang dan memberikan bekalnya yang biasa dia bawa di kotak makan motif spiderman itu padahal masih terlalu pagi. Biasanya Keylan akan datang kalau sudah mendekati jam masuk sekolah. "Supaya Bu Gulu enggak pingsan lagi sepelti kemalin." Naura mendorong balik bekal itu. "Gak usah, Ibu sudah sarapan." Keylan menarik bekal itu dengan wajah sedih. Naura berdecak. "Nanti kalau Ibu yang makan, kamu bisa pingsan." Keylan menggelengkan kepala, menyodorkan lagi bekalnya. "Kata Papi jadi anak lelaki itu halus kuat, halus mendahulukan pelempuan." Naura menaikkan alis mendengarnya, anak sekecil ini sudah diajarin menjadi seorang gantleman. “Kalau gak mau semua ya udah sepaluhnya aja.” "Nanti Ibu yang dimarahin sama Papimu." Naura berdiri dari duduknya setelah membereskan buku bergambar juga crayon yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   64. Tragedi Tak Terduga

    “Aku besok harus ngapain Mas?”Naura merasa khawatir karena besok siang dia harus datang ke persidangan sebagai saksi dan bertemu lagi dengan Mirza. Suaminya yang tidur di sebelahnya mengelus kepalanya. “Jangan hiraukan keberadaan Mirza di sana. Kamu hanya harus menceritakan kejadian saat kamu mendengar Mirza menelepon preman-preman suruhannya itu dan juga saat dia mengancammu di swalayan.”Naura mengigit ujung kukunya. “Apa bukti rekaman ancamannya yang aku rekam diam-diam itu belum cukup?”“Kamu harus tetap bersaksi sayang. Ini salah satu prosedur persidangan yang harus dilakukan agar bukti-bukti semakin kuat.”“Aku bukan saksi utamanya kan?” Naura menatap suaminya. “Secara tidak langsung semua ini bermula karena hubungan kami yang hancur. Seperti yang dikatakan oleh Tante Marina.”“Andai saja aku ada di sana saat dia datang.”“Sikapnya itu menunjukkan siapa mereka sebenarnya,” ucap Naura. “Dulu, aku bertemu dengannya hanya beberapa kali dan itu juga bukan pertemuan yang men

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   63. Keluarga Cemara

    “Event kuliner Asia ya?” Tanya Naura, memperhatikan proposal di tangannya yang baru saja diserahkan oleh Marketing Head untuk mendapatkan persetujuannya. “Iya Bu. Tahun ini kita memenuhi kualifikasi untuk ikut pagelaran kuliner yang diadakan di hotel Armani Dubai.”“Ini kesempatan langka.” Naura membaca baik-baik proposalnya, sementara Amel yang duduk di depan mejanya memperhatikan. “Mereka melakukan sistem seleksi—“ Naura mengangkat pandangannya. “Orang kita harus benar-benar menyiapkan banyak hal itu event ini.”Amel mengangguk, “Pak Dani sudah mempersiapkannya sejak jauh-jauh hari. Meeting akan dilakukan lusa untuk membahas event ini dan saya sudah mengirim semua bahan meetingnya ke email Bu Naura.”Naura mengangguk, mengelus perutnya yang terasa lapar membuat Amel langsung berdiri siaga. “Ibu Naura mau makan apa? Biar Amel pesankan.”Naura memerengkan bibirnya, “Tumben kamu perhatian banget.”“Nanti saya disemprot sama Pak Arjuna Bu,” kekeh Amel, Naura memutar bola mata. “

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   62. Tentang Keylan

    Tiga bulan kemudian, "Deg..Deg…Deg..Deg” Naura merasakan matanya berkaca-kaca saat mendengar detak jantung kedua anaknya yang saling bersahutan saat mereka cek kandungan ketika kehamilannya memasuki trimester kedua. Suaranya begitu menenangkan dan Naura tidak bisa berhenti mendengarnya. “Semuanya sehat, Ibu dan bayi sehat dan berkembang dengan baik. Detak jantungnya bisa kalian dengar sendiri.” Arjuna menghembuskan napas lega. “Syukurlah. Mual-mualnya juga sudah mulai berkurang dok.” Dokter Melani mengangguk. “Itu artinya, setelah ini semuanya akan baik-baik saja. Ibu bisa beraktifitas lebih banyak karena masa mabuknya sudah berkurang tapi tetap harus hati-hati karena kehamilan kembar lebih membuat cepat lelah dari pada kehamilan tunggal.” “Rasanya perut pasti bakalan sesak ya dok," Tanya Naura. “Iya begitulah. Semakin besar mereka akan semakin memenuhi dinding Rahim, saling bersinggungan sesama saudara dan berbagi makanan. Ibu Naura harus banyak-banyak mengonsumsi makan

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   61. Dipaksa Menjadi Ibu

    “Bu gulu bantuin Key dong susun puzzle.”“Ehh, dicoba dulu susun sendiri. Perhatikan baik-baik gambar utuhnya. Jangan pantang menyerah.”“Keylan kalah sama Malika.” Malika menunjukkan puzzlenya yang sudah terisi beberapa. “Tadi malam Malika diajarin sama Tante Siska.” Naura mendelik mendengarnya. “Kita mainan puzzle bareng bertiga sama Ayah.”“Ihh gak. Key juga bisa sendiri kok,” sungutnya.Wah progresnya sudah laju ini kayaknya Mas Rendy. Naura kepo. “Malika diajarin sama siapa?”“Tante Siska Bu. Temen mainnya Ayah.”Naura ber-O ria seraya mencoba menahan kekehannya. Sekarang gak apa-apa masih teman main Ayahnya, bentar lagi pasti jadi teman tidurnya tuh.“Malika suka gak sama Tante Siska?” tanya Naura, mencoba mengorek informasi.Malika yang polos mengangguk, “Suka. Tante suka bawain Malika kue.”Naura dalam hati mengakui kepintaran Siska mencuri hati calon anaknya. Agak mengejutkan juga sih kalau ternyata mereka malah semakin dekat tapi bagus juga karena Naura tah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status