Misteri Kematian di Kota Hema

Misteri Kematian di Kota Hema

last updateHuling Na-update : 2024-07-30
By:  Peony's   Kumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
71Mga Kabanata
438views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Tim andalan yang terdiri dari dokter forensik Alana Athaya dan Lili Aneth, serta polisi Bima Argiantara dan Athur Frida, berhasil menyelesaikan kasus pembunuhan. Namun, mereka menghadapi kasus misterius dengan korban mengenaskan yang membawa mereka ke kota Hema untuk penyelidikan lebih lanjut.

view more

Pinakabagong kabanata

Libreng Preview

1. Kala Itu

Sekumpulan anak lelaki menertawakan. “Hahahah kalo lo bisa ambil sendal di pohon itu, kita nggak akan gangguin lo lagi,” jelas Haidan. "Lemah! Cewek kampungan!" "Huuuh! Kampungan!" sahut Andre. Saat itu, Haidan menjadi anak kecil paling di takuti diusia sebayanya. Sikapnya menjengkelkan. Alana terus berupaya mengambil sandalnya di pohon. Haidan yang melemparnya. Walaupun sudah memanjat-manjat pohon tetap saja tidak terambil. “Ciah nangis, gitu aja nangis, lemah!” ejek Haidan. “Enggak! Alana nggak lemah! Kamu aja! Beraninya ke perempuan!” Hingga diikuti tangisan yang tersedu-sedu. “Bilangin—“ (ucap Alana langsung disergah Haidan). “Siapa? Emang aduan!” Membuat Haidan dengan paksa melepas sebelah sendal Alana dan melemparnya lagi. “Biar tahu rasa! Sana bilangin!” “Kamu kenapa sih? Gangguin Alana terus!” “Karena gue benci sama lo. Kenapa nggak terima?" Haidan mengangkat satu alisnya. Alana terdiam. "Ayo guys! Tinggalin aja anak lemah ini.” Haidan membalikan badannya. Mereka

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Supriati Upi
menegangkan ya
2024-05-20 16:00:43
0
71 Kabanata

1. Kala Itu

Sekumpulan anak lelaki menertawakan. “Hahahah kalo lo bisa ambil sendal di pohon itu, kita nggak akan gangguin lo lagi,” jelas Haidan. "Lemah! Cewek kampungan!" "Huuuh! Kampungan!" sahut Andre. Saat itu, Haidan menjadi anak kecil paling di takuti diusia sebayanya. Sikapnya menjengkelkan. Alana terus berupaya mengambil sandalnya di pohon. Haidan yang melemparnya. Walaupun sudah memanjat-manjat pohon tetap saja tidak terambil. “Ciah nangis, gitu aja nangis, lemah!” ejek Haidan. “Enggak! Alana nggak lemah! Kamu aja! Beraninya ke perempuan!” Hingga diikuti tangisan yang tersedu-sedu. “Bilangin—“ (ucap Alana langsung disergah Haidan). “Siapa? Emang aduan!” Membuat Haidan dengan paksa melepas sebelah sendal Alana dan melemparnya lagi. “Biar tahu rasa! Sana bilangin!” “Kamu kenapa sih? Gangguin Alana terus!” “Karena gue benci sama lo. Kenapa nggak terima?" Haidan mengangkat satu alisnya. Alana terdiam. "Ayo guys! Tinggalin aja anak lemah ini.” Haidan membalikan badannya. Mereka
Magbasa pa

2. Perginya Cinta Pertama Alana

Brughh!!!! “Papa!” jerit Alana. Tubuhnya tersungkur dalam kerikil. “Hahahhah, maaf ... nggak liat!” ejek Haidan. Ia mendorong Alana hingga terjatuh. “Nangis nih pasti! Dasar cengeng,” ejeknya lagi. Alana menatap Haidan. Tatapan amarah. Ia kini mulai menjadi anak pemberani. Perlahan Alana berdiri tak peduli pada luka yang Haidan beri. Alana berjalan dengan kepalan di tangannya. Raut wajah Alana penuh dengan kemurkaan. Anak kecil bertubuh mungil, berambut panjang berponi itu, kini menjalankan aksinya. “Sini kamu!” Tonjokkan dari tangan mungilnya berhasil mendarat di daerah hidung Haidan. Buggggg “Aw!! Shh!” Refleks Haidan memegang hidungnya. “Kalian pikir Alana nggak berani! Ini balasan dari Alana! Kalo kamu ganggu Alana lagi, Alana jedotin palanya! Alana bakalan bawa batu yang besar, sebesar badan kamu!” Seraya menunjuk-nunjuk Haidan. “Nangis! Nangis sana! Sana pergi! Padahal Alana juga pelan,” seru Alana. “Lemah!” Haidan menatap tajam Alana. Alana mengancamnya. Posisi
Magbasa pa

3. Perkenalan

“Ayo kita jadi teman!” ucap seorang Anak Lelaki di belakang Alana. Alana sedang duduk melihat matahari yang akan terbenam. Di Dangau, tempat Alana bermain. Alana melirik. “Ternyata kamu.” Ia melanjutkan lamunannya seraya duduk dengan memeluk kedua lututnya. “Kamu lagi sedih, ya?” Ia terus berusaha mengajak Alana mengobrol. “Kamu hebat. Ternyata, kamu berani juga ya buat pukul orang yang jahat sama kamu.” Wajahnya penuh dengan lamunan. Alana menghiraukan pertanyaan dari Anak Lelaki itu. “Jadi, kamu mau kan jadi temen Aku?” “Iya, tapi Alana lagi sedih. Alana enggak mau banyak ngomong,” jelas Alana. “Kamu boleh pulang sekarang ... bukannya kamu nggak mau kenal Alana?” “Namaku Bima.” Ia memperkenalkan dirinya. “Rumahku di blok c. Kemarin aku liat kamu.” “Kita tetanggaan ya.” Wajahnya tidak ada gairah untuk semangat. “Salam kenal, Bima. Aku Alana.” “Hai Alana ... ayo kita main kejar-kejaran,” ajak Bima. “Enggak ah, Alana lagi nggak semangat. Alana pengen diem aja,” jawabny
Magbasa pa

4. Menggapai gelar berbarengan.

"Gimana Bim?? Lolos nggak?" Harapannya begitu tinggi. Terlihat dari mata cantik Alana yang berbinar. Alana telah resmi menjadi mahasiswa baru. Kini Ia sedang menunggu kabar dari Bima. Bima mengikuti Tes Kepolisian. Bima terdiam. Tatapannya begitu dalam. Ia tak berucap sepatah kata pun. Raut wajahnya cemberut. "Hah ... yah! Nggak ya? Apa Bim! Cepet bilang dong. Gue mules banget." Bima menundukkan kepalanya. "Yah ...." Alana memeluk erat tubuh Bima. "Gue bakalan ada bareng sama lo kok Bim." Tangannya meraba wajah rupawannya. "Teruss berusaha ya!" Perlahan terukir senyuman ria diwajahnya. "Panggil gue Pak Polisi." Alana menutup mulutnya. "Omg ... seriussss?" Matanya terbelalak menatap Bima. Bima mengangkat satu alisnya dengan sombong. "Of course!" Tubuhnya men-jingkrak-jingkrak. "Hah ... serius Bim? Horayyy! Gue merasa dilindungi." "Iya ... emang. Kan lo satwa liar." Alana terdiam. "Huh? Bruh! Satwa liar? Satwa liar?" "Iya! Emang kenapa??? Lo gigit tangan gue terus." "Kapan
Magbasa pa

5. Gegabah

"Janji dulu kemana, Na? Buat kita yang katanya bakalan selalu bareng-bareng terus?" tanya Bima hari itu di kafe. "Lo nanya ke gue? Janji kita kemana? Lo sendiri yang matiin janji itu Bim. Lo nggak mikirin perasaan gue? Lo pikir lo nggak salah?" "Gue salah Na. Gue bisa jelasin semuanya. Ini semua salah paham aja Na." "Selingkuh nggak akan ada obatnya."Alana terdiam. "Eh kok selingkuh sih? Kita kan nggak ada hubungan ya? Lo kan gantungin gue terus. Jadi ... nggak berhak kan gue larang-larang lo?" "Jangan gitu dong Na ... lo lebih dari apapun. Gue bisa buktiin semuanya Alana. Semuanya. Gue mohon setidaknya kita masih sahabatan." "Semuanya tuh omong kosong, Bima. Buktinya Lo date sama cewek lain, kan? Oke ... setidaknya itu hak lo karena mungkin lo anggap gue 'siapa nih cewek' ... up to you. Cuma, gue emang nggak se-dianggap ini ya? Buat dateng ke acara resmi lo aja gue nggak lo undang, malah cewek itu yang datang. Lo mikirin gue? Nggak kan? Percuma." "Alana ... gue nggak tau kalo di
Magbasa pa

6. Kasus 1

Pagi ini, Alana Athaya bersama Tim andalannya harus pergi ke suatu perkampungan Desa yang jauh dari Kota. Desa itu bernama Desa Lominggou. Mereka memiliki tugas untuk mengikuti Olah TKP menyelidiki kasus kematian seorang perempuan muda yang tidak diketahui identitasnya. Dari laporan awal, mayat itu membusuk di tempat Peternakan Sapi. Mayatnya sudah membusuk dan tubuhnya penuh di tutupi dengan kotoran sapi yang menumpuk. kemungkinan pelaku melakukan itu tujuannya agar jenazah tersebut tertutupi dan mengsugestikan aromanya, sehingga sedikit menyamarkan. Laporan itu menurut laporan Edi pemilik peternakan sapi tersebut dan Sudi yang menemukan jenazah tersebut, saat hendak membersihkan kandang sapinya. Ruang Otopsi. “Seorang perempuan berumur 25 tahun. Dengan berat 85 kg, tinggi badan 165 Cm, rambut berwarna hitam panjang, berkulit sawo matang, bergolongan darah O,” jelas Alana. “Ada luka bekas tali yang kuat dalam pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Kemungkinan besar, pelaku me
Magbasa pa

7. Pergi

Pukul 07: 23 pagi ... Ya, butuh waktu 6 jam untuk menempuh perjalanan dari Desa Lominggou ke Kota. Alana membuka pintu rumahnya. Hanya membawa raganya yang lelah. Matanya kurangnya beristirahat, membuat suasana hatinya begitu berantakan. Ceklekk "Huh! Lagi-lagi gini lagi." Alana menutup pintunya. Rasa kantuknya seketika hilang. "Omg!" Diperlihatkan pemandangan indah. Raut wajahnya berubah menjadi marah. Aldo bersama teman-temannya tergeletak tertidur pulas di ruang tengah. Seketika pandangan Alana tertuju pada beberapa botol minuman keras dan sampah bekas kulit kacang yang begitu berserakan. "Lo bangun atau gue guyur pake nih minuman?" teriak Alana. Aldo bersama teman-temannya langsung berdiri. Tak peduli nyawa sudah berkumpul atau tertinggal. “Eh ekhmm ... kakak ... katanya pulang besok,” ucap Aldo panik. “Udah dong kak ... maafin kita." Tatapan Alana menatap Aldo. "Keren lo kaya gitu? Gue tuntut lo apa sih, Do? Gue pernah suruh lo kerja? Gue pernah suruh lo cuci baju sendi
Magbasa pa

8. Penutupan Kasus

Satu Tim itu berkumpul di ruang otopsi. Mengotopsi jenazah secara langsung. “Pada darah yang di temukan, terdapat golongan darah A+. Yang di mana, darah tersebut di temukan di baju milik korban. Sepertinya, korban berusaha untuk melawan. Juga, terdapat sayatan pisau di bajunya. Tentunya, darah tersebut berbeda dengan darah korban yang mana Korban bergolongan darah B+,” jelas Alana. Lili memperlihatkan beberapa luka yang berada pada tubuh korban. “Ada cakaran pada perutnya. Rambutnya juga hampir terlepas. Ada ikatan yang kuat pada pergelangan kedua kaki dan tangan. Sepertinya, korban di ikat dengan kuat. Apa yang telah mereka lakukan? Apa mereka menariknya?” kata Lili. “Kemungkinan besar itu dapat terjadi. Tulang atas tangan kanan yang retak dan sebelah kiri terlepas.” Alana melihat hasil CT scan dari tubuh korban. **** "Tempat kediaman Pak Sudi dengan peternakan sapi milik Pak Edi, apakah memiliki jarak yang jauh?" tanya Bima. Sudi menahan jantungnya. Batuknya mulai parah. "
Magbasa pa

9. Selingkuh

Setelah seharian melihat-lihat tempat tinggal yang cocok. Alana memutuskan untuk tinggal sementara di apartemen. Suara ambulans, suara klakson mobil, suara helikopter, semuanya tampak ramai malam itu. "Sehancurnya-hancurnya hidup gue, dunia bakalan terus berjalan." Alana meneguk kopinya. Alana berdiam diri di atas rooftop sambil meminum Americano kesukaannya. Melihat pemandangan kota dari atas begitu menenangkan. "Sibuk banget ya orang-orang," gumamnya. "Kaya-kaya ... mereka kerja apa ya." 'Dunia masih terus akan berjalan tak akan menunggu bahkan tidak akan peduli sehancur apapun kamu saat ini'. Quote yang Alana baca dari handphone-nya. "Kebetulan banget ... ini maksudnya semesta lagi support gue ya?" kata Alana. Kembali menikmati sejuknya malam itu. Tak lama handphone Alana berdering ... Alana reflek melihat notifikasi layar handphone-nya. "Dia lagi." Alana mengangkat teleponnya. "Apa?" ketus Alana. "Woih." Bima menjauhkan speaker handphone dari telinganya. "Jutek banget s
Magbasa pa

10. Pilek

Malam itu, diparkiran mobil. Air matanya berlinang. Bima terus menghantam Adelio dengan tangan kosongnya. "Bajingan lo! Brengsek!" Beberapa pukulan tepat sasaran di pipi sebelah kanan Adelio. "Mau berapa kali lagi lo sakitin Alana!" Amarah Bima semakin membara. Sesekali Ia menyeret Adelio yang sudah tak berdaya. "Mati! Rasain!" Tidak menyerah. Adelio kembali memukul Bima di energi terakhirnya. Alana berusaha menghentikan Bima. Lagi-lagi tersingkirkan. Tubuhnya yang kecil jelas berbeda jauh jika dibandingkan Bima dan Adelio. "Ehh! Heh!" Security telah menghentikannya. "Hentikan atau saya panggil polisi." "Mau apa? Nggak usah capek-capek. Biar saya yang melapor." Alana menatap wajah Adelio. Rasa kecewa dan sedih. Semuanya bertabrakan. "Makasih ya ... kamu hari ini buktiin bahwa bukan aku orang yang kamu mau. Semuanya udah jelas. Maaf dan makasih." Adelio tidak mengeluarkan sepatah kata apapun. Dari tingkah lakunya, Adelio langsung merangkul kekasihnya. Hal itu, membuat Alana te
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status