Share

4. Menggapai gelar berbarengan.

"Gimana Bim?? Lolos nggak?" Harapannya begitu tinggi. Terlihat dari mata cantik Alana yang berbinar.

Alana telah resmi menjadi mahasiswa baru. Kini Ia sedang menunggu kabar dari Bima. Bima mengikuti Tes Kepolisian.

Bima terdiam. Tatapannya begitu dalam. Ia tak berucap sepatah kata pun.

Raut wajahnya cemberut. "Hah ... yah! Nggak ya? Apa Bim! Cepet bilang dong. Gue mules banget."

Bima menundukkan kepalanya.

"Yah ...." Alana memeluk erat tubuh Bima. "Gue bakalan ada bareng sama lo kok Bim." Tangannya meraba wajah rupawannya. "Teruss berusaha ya!"

Perlahan terukir senyuman ria diwajahnya. "Panggil gue Pak Polisi."

Alana menutup mulutnya. "Omg ... seriussss?" Matanya terbelalak menatap Bima.

Bima mengangkat satu alisnya dengan sombong. "Of course!"

Tubuhnya men-jingkrak-jingkrak. "Hah ... serius Bim? Horayyy! Gue merasa dilindungi."

"Iya ... emang. Kan lo satwa liar."

Alana terdiam. "Huh? Bruh! Satwa liar? Satwa liar?"

"Iya! Emang kenapa??? Lo gigit tangan gue terus."

"Kapan?!"

"Nih." Bima menunjukkan beberapa bekas gigi di tangannya.

"Itu karena lo ngambil handphone gue tanpa izin!"

"Bodoamat ... satwa liar nggak bakalan ada yang ngaku," ejek Bima lagi.

Alana mendelik. "Ohh ... gue satwa liar. Kenapa lo nampung guee!!!"

"Ya karena gue terlalu sayang sama lo sehingga logika gue nggak hidup. Padahal lo mematikan."

"Sialan!" Alana menggeplak kepala Bima. "Alah, dua tahun lo sukses juga tipe lo bukan gue."

****

4 tahun kemudian ...

Video call berlangsung.

"Bima, kangenn bangettt. Ayo ketemu!! Minggu gue wisuda!! Harus dateng yaaa."

"Gue juga pelantikan, Na."

"Loh bareng? Yah ... nggak bisa dongg."

Bima termenung. "Iya nggak bisa. Kita pake cara alternatif lagi. Lewat video call lagi aja."

"Bosenn."

"Maunya gimana dong cantikku?" tutur Bima dengan lembut.

"Maunya ada Bima."

"Yahh ... tapi untuk kali ini, Bima nya nggak bisa, Alana sinii aja ke Bima."

"Alana juga nggak bisa."

"Jadi? Video call lagi kan jalannya?"

"Hahahhaha iya juga," ucap Alana.

"Gimana? Punya temen nggak?" tanya Bima meledek.

"Sembarangan. Punya dong, dia baik banget loh. Namanya, Lili. First time, dia orangnya jutek banget kalo diajak ngobrol, tapi baik banget banget banget ternyata. Awalnya gue nggak suka sama Lili. Orangnya jutek abis."

"Hahahahaah ... lo udah berapa lama nggak ada temen cerita? Kaciann banget ... tunggu si manis pulang ya."

"Iya, sini dong. Lo nggak kangen sama gue? Sialan gue dihempas."

"Ngawur banget ... gimana kabarnya? Baik-baik aja tanpa gue? Apa masih ngelakuin hal bego?"

"Sialan! Ck ... ya ... makanya ayo temuin gue, gue masih melakukan hal tolol dan hal bego, gue belum mandiri kalo jalan sendiri masih suka kesandung. Puasss??"

"Hahhahahah," suara tertawa Bima begitu renyah. "Belajar mandiri Alana Athaya. Gue kan sekarang nggak selalu di deket lo."

"Ya makanya lo cepet temuin gue, setidaknya kesandung gue berkurang."

"Makanya jalannya hati-hati."

"Emang gue jalannya nyenggol-nyenggol, nabrak-nabrak, langkah tegap, lari sprint, enggak, kan?"

"Oh iya, berarti itu butuh kasih sayang."

Alana teringat sesuatu. "Oh iya, pengikut baru di i*******m lo siapa Bim? Namanya 'Mila Veldra' nge dm loh."

"Dm apa?" tanya Bima.

"Katanya 'follback, ini Mila' ... oalahh, kenalan baru yaa."

"Oh, itu Mila. Adiknya Bayu."

Alana mengalihkan pandangannya. "Oalah adiknya Bayu."

Bima menyadari sesuatu seraya tersenyum manis. "Temen gue. Kenapa? Cemburu? Jiahkk."

"Nggak."

"Yaudah cari cowok sana."

"Gampang banget si kunyuk ngomongnya. Oh nyuruh gue cari pacar?"

"Oh maunya gitu? yaudah sana," jawab Bima.

"Di sini banyak sih dokter senior yang ganteng, salah satunya namanya Adelio, dia gantengg loooo."

Raut wajah Bima tampak berubah. "Oh."

"Kasih saran dong ... sama-sama pria udah pasti tau kan ya? Gimana cara deketin atau ... cara jadi pasangan hidupnya."

Bima mendelik. "Tinggal gatel aja sama tebar pesona."

"Okee pak! Akan ku lakukan!"

Bima menatap Alana. Hatinya semakin gundah saat melihat Alana mulai mengaktifkan teleponnya.

"Minta di tampuoll nih orang! Diem nggak! Matiin."

"Haii, Kak Adelio." Suara Alana sedikit dikecilkan dan dibuat imut.

"Heh!"

"Aku mau bilang-" (ucap Alana terpotong oleh Bima yang sedang marah).

"Matiin! Atau gue nggak akan kabarin lo lagi."

Alana menatap Bima seraya tersenyum. "Kenapa? Gundah hatinya?"

"Awas ya kalo suara imut lo dikasih ke orang lain. Cuma buat gue aja!"

****

"Alana." Lili memperlihatkan sebuah foto.

"Hum?? Kenapa?"

"Liat dulu! Coba lo amati."

"Foto cewek lagi date. Cantik."

"Bodoh! Bukan! Coba lo liat lagi!"

"Ck! Apa ... nggak ada loh, cuma ada cewek lagi date fotoin cowoknya."

Lili menarik napasnya. "Mila siapa?!!"

"Hemmmm?" Alana langsung merebut handphone Lili. "Lo dapet darimana! Mila ... gue rasa dia yang DM Bima."

"Hari ini dia pelantikan?" Raut wajahnya berubah menjadi merah. Menahan tangis, menahan amarah. "Gue? Hahahahhah! Brengsek lo Bim!'

"Tenang dulu, Na."

"Enggak bisa."

"Mending omongin deh, Na. Biar nggak ada kesalahpahaman," saran Lili.

"Enggak, Li. Emang sekarang sikap Bima aja yang berubah. Janji manis doang, nggak akan segan-segan gue buat cut off."

"Jangan dulu, Na. Jangan gitu."

"Sakit banget hati gue Li. Kok bisa Bima segampang itu buang gue ya? Dia lupa? Yang selalu ada buat nemenin dia dari dulu siapa? Masa dia secepat itu sih? Gue nggak secantik, Mila ya? Apa gue nggak pantes? Gue ada salah ya?"

"Hushh!! Nggak gitu ... jadi kemana-mana. Mending lo obrolin deh," saran Lili. "Gue bantu, mau?"

"Enggak usah, gue benci banget sama Bima."

****

"Lo Lili temen Alana?" tanya Bima. Kini Ia telah diperbolehkan pulang. "Langsung aja, ini siapa?" Bima menunjukkan foto mesra Alana bersama seorang pria.

"Gue bingung jawabnya."

"Jawab aja Li. Nggak usah diumpetin."

"Ini Adelio."

"Sialan! Dia lagi, dia lagi. Adelio siapa?!!"

"Ck! Diem dulu ... sekarang gini deh ... gue tanya sama lo, foto yang di snapgram Mila. Itu lo, kan? Jangan menyangkal, mending obrolin deh sama Alana. Lo juga masa nggak ngundang Alana ke hari pelantikan lo sih, Bim." Lili meneguk kopinya. "Kelewatan tau nggak. Malah date sama cewek lain."

"Dia bilang wisudanya hari minggu. Gue juga kan hari minggu."

"Tapi maksud Alana minggu depan setelah pelantikan lo. Alana juga nggak tau kalo hari yang di maksud lo tuh minggu-minggu sekarang."

"Haduh!" kesal Bima.

"Lo kenapa mau dinner lagi sama cewe lain?"

"Iya itu gue, tapi gue dipaksa temen. Di hari ulang tahunnya Mila. Tapi gue emang nggak mau Li. Gue dipaksa aja."

Lili mendelik. "Telat lo jelasinnya. Alasannya ngeselin lagi."

"Li, gue mohon. Bantuin gue, setidaknya agar persahabatan gue sama Alana masih berlangsung."

"Ya kalo lo jelasinnya kaya gitu Alana juga muak liat sikap lo. Aneh lo Bim."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status