Tidak ada wanita yang bisa menerima pengkhianatan dari pernikahan yang sudah ia putuskan bersama seorang laki-laki. Begitu lah yang terjadi pada pernikahan Elisa dan juga Bima yang berujung perceraian, ketika ia mengetahui bahwa ia sudah dibohongi dan dikhianati oleh suaminya yang memilih menjadi simpanan para tante-tante. "Maaf Mas, aku menyerah menjadi istrimu, aku memilih menjadi janda daripada harus hidup dengan seorang pengkhianat seperti mu!"
View MoreDi sebuah kota yang dipenuhi dengan kebisingan dan banyaknya kesibukan, tinggal lah sepasang suami istri di sebuah kontrakan yang tidak begitu luas, bersama seorang anak yang baru berusia tiga tahun.
Suara tangis seorang bocah membangunkan Bima, pria berusia dua puluh lima tahun yang menikah dengan Elisa, dan dikaruniai seorang putri bernama Gendhis."Arrrghhh! Apa-apaan si ini, kenapa berisik sekali, apa tidak tahu kalau aku baru aja mau tidur!"Suara Bima memecah gendeng telinga Elisa yang mendengar, pun rasanya sangat geram, karena setiap hari suaminya bersikap seperti itu. Pulang pagi lalu tidur sampai siang hari, tak ia pikirkan jika istri dan anaknya butuh makan dan susu.Elisa masuk ke kamar dan melemparkan bantal tepat di wajah suaminya, merasa geram lantaran masih asik memejamkan mata sementara peran suami di luar sana sudah sibuk mencari nafkah."Mas, bangun kamu Mas! Beras di dapur itu sudah habis, tidak ada stok bahan yang bisa aku olah menjadi makanan, Gendhis nangis karena dia butuh susu, tapi susunya juga udah habis, kamu mikir dong, Mas!" pekik Elisa marah.Bima yang mendengar pun terusik, lalu bangkit dengan menajamkan tatapan matanya pada istri dan anaknya itu."Hei Elisa, apa kau pikir mencari kerjaan itu gampang, SUSAH! Apalagi aku nggak punya ijazah buat ngelamar pekerjaan," runtuk pria itu tak kalah marah."Ya tapi setidaknya kamu usaha dong Mas, banyak kok pekerjaan yang nggak menggunakan ijazah, setidaknya kamu keluar dari rumah ini dengan niat cari kerja," sahut Elisa kesal."Ya udah, iya, aku akan pergi mencari kerja!" sergah Bima akhirnya mengalah.Langkahnya mulai ia ayunkan menuju jalan raya yang dipadati dengan kendaraan roda empat dan roda dua, sesekali Bima melayangkan tendangan ke udara sangking kesalnya ia dengan hidupnya, sejak menikah dengan Elisa secara terpaksa karena ia telah menghamili wanita itu terlebih dahulu, lalu merantau ke kota, membuat pria itu tidak memiliki persiapan menyambut si buah hati, di tambah lagi dengan kepasrahan nya selama ini, yang menuntut Elisa agar meminta kedua orang tuanya mengirimkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.Di Sini Ada Lowongan PekerjaanBima terhenti di sebuah klup yang di depannya terulis kalimat harapan baginya untuk melamar pekerjaan, gegas pria itu masuk setelah cukup jauh menempuh perjalanan dari kontrakan. Pria itu bertemu dengan seorang waitress yang tak sengaja melintasinya."Mbak, apa benar di sini ada lowongan pekerjaan?" tanya Bima antusias."Oh, sepertinya ada Mas, tapi lebih baik Mas saya antar ke pemilik klup ini saja, ya," ucap wanita itu setelah cukup lama termenung menatap ketampanan pria yang sedang mengajaknya bicara itu.Ya, Bima memang sosok pria yang sangat tampan, memiliki tinggi badan 180cm dan berat badan 70kg, dengan rambut yang sedikit panjang, memiliki lesung pipi dan juga gigi taring yang membuat wajah itu semakin manis."Baik Mbak, terima kasih." jawab Bima singkat lalu mengusap kedua tangannya yang berkeringat.Kini ia sudah berada di ruangan besar pemilik kafe tersebut, setelah dipersilahkan masuk, Bima nampak berdiri dengan tegap menunggu kursi goyang itu mengarah padanya, dan tak lama kemudian, sosok wanita yang sedang menghisap rokok pun muncul dari balik kursi.Wanita tersebut bernama Jolien, ia mempersilahkan Bima duduk dan menatap wajahnya dengan tatapan hangat, sungguh tampan! Ia mengulas senyum lalu menghisap kembali rokok yang masih terjepit di kedua jemarinya, tak lama kemudian asap yang keluar dari mulut wanita itu ia tiupkan ke wajah Bima, sehingga membuat pria tersebut tersedak dan terbatuk-batuk."Apa kau tidak suka rokok?" tanya Jolien menatap kasihan ketika wajah Bima berubah menjadi merah."Tidak Bu, saya tidak merokok," ucap pria tampan itu memberitahu."Sayang sekali, kalau kau tidak suka dengan bau asap rokok atau dalam arti tidak merokok, maka kau tidak bisa bekerja di tempat ini," seru wanita itu membuang muka."T-tapi Bu, saya mohon berikan saya kesempatan, saya sudah berjalan cukup jauh dari rumah saya, mencari pekerjaan yang tidak perlu menggunakan ijazah, saya mohon bantu saya," pinta Bima merengek memohon pada wanita itu.Jolien pun bangkit, lalu duduk di meja, berhadapan langsung dengan Bima yang saat itu hanya mampu menelan saliva, memperhatikan kecantikan dan kemolekan tubuh wanita yang sengaja membuka sedikit paha ke arahnya."Siapa namamu pemuda tampan?" tanya Jolien mendekatkan wajah."B-bima, Bu," lirih pria itu kikuk."Apa wajah ku ini sudah terlihat keriput sehingga kau memanggilku dengan sebutan, Ibu?" tanyanya lagi dengan raut wajah sedikit kesal."Panggil aku, Nona!" titahnya setelah beberapa saat kemudian."B-baik Nona, aku Bima, usiaku dua puluh lima tahun, aku menginginkan pekerjaan, tolong berikan aku pekerjaan apa saja yang penting aku bisa mendapatkan uang, kalau perlu, menjadi pelayan aku mau." tegas Bima dengan panjang lebar, berharap jika wanita di hadapannya itu dapat mempertimbangkan niat untuk menerima nya.Jolien pun tertawa kecil, wanita berusia empat puluh lima tahun itu justru merasa gemas saat Bima terlihat sedang merengek di hadapannya, kembali menghisap rokok, lalu rokok itu ia berikan pada Bima."Hisap lah, ini nikmat!" titahnya yang sudah candu akan barang tersebut."B-baik, aku akan melakukan nya, tapi berikan dulu aku jawaban, apa kau menerima ku untuk bekerja di tempat ini?" Bima mulai memainkan rayuan cantiknya, dengan bersikap manja pada lawan bicara. Pria itu mengambil alih putung rokok dan menjepit nya ala orang-orang yang sudah biasa memegang benda itu."Salah satu syarat agar kau di terima, adalah menjadi seorang perokok, karena jika kau tidak menggunakan barang ini, sudah pasti kejantanan mu akan diragukan di tempat ini," bisik Jolien menatap penuh selidik, kedua matanya mulai memperhatikan Bima dari ujung rambut sampai ujung kaki."Oh, baik lah, aku akan melakukan jika ini salah satu syarat nya." jawab pria itu mantap, lalu mulai mendekatkan barang tersebut ke mulut, dan tak lama kemudian, ia menghisap dan mengeluarkannya dengan tenang, sehingga asap itu tidak sampai membuatnya tersedak dan terbatuk."Bagus, baiklah, aku akan menerima mu, kembali lah ke sini nanti malam, karena tugas mu melayani para tamu-tamu yang datang memesan sesuatu." jawab Jolien tersenyum ketika Bima sudah hampir menghabiskan satu batang rokok pemberiannya.Bima tersenyum senang, tentu saja ia akan kembali lagi ke tempat itu, karena hanya tempat itulah yang sepertinya mau menerima pekerja tanpa mengandalkan ijazah dan pengalaman, ia pamit lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Gegas ia kembali ke rumah, untuk memberitahukan pada Elisa bahwa ia sudah berhasil mendapatkan pekerjaan, tibanya di rumah, Bima harus melihat keadaan yang begitu menyedihkan lagi, dengan ruangan yang berantakan dan khas bayi menangis karena kelaparan.Elisa melangkah dengan semangat baru, di mana ia memberikan senyuman terbaiknya saat memasuki wilayah kantor, dengan memakai dress berwarna hitam, dan hills berwarna senada ia pun dengan percaya diri mengayunkan kedua kakinya. Tak hanya karyawan, bahkan Elisa membagikan senyumannya pada semua pekerja di kantor itu, mulai OB dan OG yang ia temui di jalanan menuju ruangannya, beberapa menit sudah berlalu, kini wanita tersebut membuka pintu ruangan setelah menoleh ke ruangan Hendy, namun rupanya pria itu belum datang. "Salamat pagi, semoga hari ini tetap semangat sampai sore." Begitu lah cara Elisa membahagiakan diri, mengucapkan kalimat positif saat ia memasuki ruangannya, tak lama setelah itu ia pun menutup kembali pintu dan berjalan menuju tempat duduk. Saat tiba di sana, Elisa dikejutkan dengan kehadiran setangkai bunga mawar yang masih segar, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mulai ingat jika dirinya sedang berada di ruangan sendiri. "Eh, ini bunga siapa, kok ada di m
"Elisa, tunggu!"Sebuah suara menghentikan langkah kaki Elisa yang sengaja pergi dari tempat itu, karena ia mengenali suara yang memanggilnya beberapa detik yang lalu, akhirnya ia pun memutar tubuh lalu berhadapan langsung dengan Bima. Sebuah senyuman diberikan oleh Bima pada saat melihat wajah cantik Elisa yang telah berubah, wanita tersebut nampak sangat terurus setelah mereka resmi berpisah. "Ada apa Mas?" tanya Elisa menegur Bima yang terpaku dalam diam. "Emm, Elisa ... Kamu apa kabar? Lama kita tidak berjumpa," sapa Bima mengulas senyum salah tingkah. "Kabarku baik." jawab Elisa singkat. Bima yang tak mendapatkan senyuman penuh cinta seperti yang selalu Elisa berikan dulu, membuat pria itu menyadari jika wanita yang kini berada di hadapannya sudah bukan Elisa yang ia kenal, hingga membuatnya terlihat bingung akan membuka pembicaraan seperti apa. Meskipun tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Bima sangat merindukan Elisa. "Emm, Elisa, sekarang kamu tinggal di mana?" tanya Bim
"Sayang, lebih baik sekarang kamu ke kantornya Hendy, bawa makan siang kek, atau segelas kopi, Mama pikir dia akan senang dan kebiakanmu akan terkesan di hatinya," usul Karin, wanita itu tidak hanya sudah jatuh hati pada Hendy, tetapi ada niat lain yang terselubung di hatinya. "Emangnya nggak papa ya Ma, seorang perempuan mendatangi laki-laki? Kayaknya kurang pantas, Ma," ucap Dewi yang merasa keberatan. "Sayang, kesempatan emas seperti ini jangan dilewatkan, nggak perlu takut atau gengsi, lagi pula keluarga Hendy itu udah seneng banget sama kamu, tinggal kamu taklukin hatinya Hendy," sahut Karin meyakinkan. "Ya udah, aku harus bawa apa, Ma." jawab wanita itu akhirnya setuju. Senyum pun terpancar, dengan semangat Karin mengajak Dewi pergi ke dapur, lalu mengajaknya untuk mengolah beberapa menu masakan yang akan ia bawa ke kantor, dan setelah selesai, Karin pun meminta Dewi untuk berdandan. Hampir menghabiskan waktu satu jam, kini Dewi sudah berpenampilan sangat cantik d
"Untuk apa aku bersedih Hen, semua sudah hancur, kehilangan suami tidak sebanding dengan kehilangan seorang anak, aku bisa melewati masa sulit di saat aku kehilangan anakku, dan sekarang aku yakin, jika aku juga pasti akan bisa melewati masa sulit saat kehilangan suami," ucap wanita itu dengan tegarnya. "Kamu memang hebat Elisa, tidak salah Tuhan memilihmu untuk menerima ujian seperti, karena Tuhan tahu, kau sangat kuat dan berhati besar." tandas Hendy memberikan pujian. Elisa hanya mengulas senyum kecil kala mendengar segelintir pujian yang diucapkan tulus dari Hendy, seorang pria yang sudah menemaninya sejauh ini. Tanpa pamrih dan tanpa mengharap imbalan apapun. Wanita itu kini meminta Hendy untuk mengantarkannya ke rumah, ia ingin istirahat setelah melewati hari-hari yang cukup panjang nan melelahkan itu. ***Tibanya di rumah, Hendy sama sekali tidak menyadari jika di rumah mewah milik kedua orang tuanya itu sudah hadir seorang tamu yang sejak tadi menunggu kedatangannya, d
Langkah kaki Bima kini tiba di rumah yang selama ini ia banggakan, di mana dulu ia yakin bahwa rumah itu akan mengantarkan kebahagiaan baginya pada pernikahannya dengan Elisa. Sampai ia lupa bahwa wanita yang ia nikahi tiga tahun yang lalu bukan lah wanita yang menggila akan harta dan kemewahan. "Bima, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghentikan langkah kaki pria itu, menoleh ke belakang dan menyadari siapa yang telah menegurnya, siapa lagi kalau bukan Margaret. "Aku sedang mencari keberadaan Elisa Ma, dan aku berhasil menemukan dia tadi," ucap Bima mengulas senyum, pria itu bahkan lupa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan siapa. "Oh ya, lalu apa katanya?" tanya Margaret basa basi. "Aku ingin mengajaknya Elisa pulang, tapi Elisa tidak mau, aku juga sebenarnya ingin tahu di mana tempat tinggalnya, tapi Elisa juga menyembunyikannya dariku, bahkan Elisa bilang kalau dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan." papar Bima merasa sangat kecewa.
Elisa kembali ke kantor dengan perasaan yang tidak karuan, pertemuan tak sengaja dengan Bima membuat moodnya tiba-tiba berantakan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini ada seorang pria yang sedang memperhatikan raut wajahnya yang ayu itu. Pria itu adalah Hendy, ia datang berniat untuk mengajak makan siang bersama, namun yang ia temui justru terlihat begitu banyak pikiran. Sampai tidak menyadari bahwa di ruangannya ada tamu. "Ehem!" Suara deheman akhirnya menyadarkan Elisa yang saat itu tengah menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, wanita itu mengulas senyum, setelah mengetahui jika Hendy sast ini sudah ada di hadapannya. "Hen, kamu dari tadi di sini?" tanya wanita itu. "Kurang lebih hampir lima menitan si, nggak dari tadi banget," ucap Hendy mengulas senyum. "Ada apa? Apa kita punya kerjaan hari ini?" tanya Elisa kembali. "Nggak ada, aku ke sini mau ngajak kamu makan siang, kamu belum makan, kan?!" tandas pria itu menatap Elisa dalam. Elisa yang menggeleng
"Oh, jadi kamu memilih duduk di sini daripada menemani aku makan di dalam tadi," hardik Angga mengeratkan gigi gerahamnya dengan kuat. Pria itu menarik paksa pergelangan tangan Joylien hendak membawanya masuk ke mobil. "Auww Mas, sakit!" pekik wanita itu berusaha berlepas diri. Membuat Angga terlihat semakin geram, lantaran suara keras Joylien yang mengeluh sakit cukup kuat, sehingga orang-orang yang ada di sekitar nampak memperhatikan mereka berdua termasuk Bima, dari kejauhan pria itu sudah sangat geram, lantaran melihat selingkuhannya itu disakiti oleh pasangannya sendiri. Namun karena sudah mendapatkan perintah dari Joylien untuk tidak melakukan apapun, membuat Bima akhirnya tetap diam di tempat duduknya, menahan emosi dan rasa kesal yang ada di hatinya. "Pulang, atau aku akan membuatmu lebih sakit dari ini," bisik pria itu dengan tatapan menghunus tajam. "Ya, aku pulang kok, tapi jangan kayak gini dong Mas, sakit," ucap Joylien enggan jika suaminya itu memperlakuka
"Joylien!" Suara Angga memecah gendang telinga, pria itu nampak tidak sabar menunggu kedatangan sang istri untuk melayaninya, sehingga ia memilih mencari dan akhirnya menemukan Joylien di dapur. Dengan kasar Angga menarik rambut istrinya sehingga` membuat waita itu mendngak ke atas dan menahan skit "Auuw, Mas ... sakit," rintih wanita itu menahan pergelangan tangan Angga. "Sakit kamu bilang! Ini akibatnya kalau kamu nggak pasang telinga, aku sejak tadi sudah berteriak memanggil kamu, tapi kamu sama sekali tidak mendengar, kamu sengaja agak aku marah kan sama kamu, kamu rindu kan dengan siksaa ini" ucap pria gila itu yang terus menarik rambut Joyien tanpa henti. "Nggak Mas, aku nggak sengaja, kamu liat sendiri kan kalau aku lagi masa, tolong Mas, jangan siksa aku seperti ini." Joylien memasang wajah melas berharap jika suaminya itu bisa melepaskan dirinya. Karena melihat di sekelilng jika saat itu Joylien memang sedang menyiapkan makanan, akhirnya ia pun berusaha meredam ama
Telpon berdering beberapa kali, membuat Margaret merasa kesal lantaran Joylein selalu saja menjadi pengganggu saat dimana dirinya sedang membutuhkan Bima. "Nggak usah diangkat!" perintah wanita itu dengan nada tinggi. "Kenapa Ma, aku harus angkat dulu telpon dari Joylien, dia nyari aku pasti karna aku gak masuk kerja beberapa hari ini," ucap Bima yang hendak bangkit dari tempat tidur. "Bima, meskipun kamu tidak mendapatkan pemasukan dari wanita itu, tapi kamu dapat pemasukan dari Mama! Sama saja kan, itu," celetuk Margaret kesal. "Iya aku tahu, tapi Joylien perlu tahu kenapa aku nggk masuk kerja beberapa hari ini." sergah Bima masih saja dengan pendiriannya. Margaret menghela nafas berat, rasanya ia sangat kesal ketika perintahnya sama sekali tidak didengar oleh Bima, tatapan mata wanita itu berpaling ketika Bima mulai meraih benda pipih miliknya dan pergi setelah telepon itu terhubung. Joylien nampak mencaci Bima lewat sambungan telpon, lantaran sudah beberapa hari
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments