Beranda / Pernikahan / Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante / Part 7, Dinner Bersama Tante-tante

Share

Part 7, Dinner Bersama Tante-tante

last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 20:57:56

"Mas, apa kamu serius mau mengambil tindakan kemoterapi untuk anak kita?" tanya Elisa memastikan, tatapannya berbinar seolah memiliki suatu harapan lain.

"Iya, aku serius. Untuk apa aku bercanda," singkat Bima yang memantapkan keputusannya.

"Baik lah, aku akan berusaha membantumu, Mas." telak Elisa yakin, jika keputusan yang sudah dipilih oleh suami adalah keputusan yang tepat.

Bima mengerutkan kening, hatinya bertanya apa yang akan dilakukan oleh Elisa yang katanya ingin membantu, namun Bima lebih memilih diam dan tidak menanyainya, pria itu fokus pada ponselnya kembali dengan pikiran yang melalang buana.

'Setidaknya aku bisa mengandalkan ketampanan ku untuk ku jadikan uang, Elisa tidak perlu tahu dari mana aku akan mendapatkan uang.' batin pria itu nekat.

Tepat pukul tujuh malam, Bima bangkit dari tempat duduknya, menyadari hal itu Elisa pun menanggapi sang suami.

"Elisa, aku harus bekerja, dan malam ini jangan menungguku, mungkin aku akan mengambil jatah libur, agar aku bisa mendapatkan penghasilan double," pamit pria itu pada istrinya.

"Iya Mas, nggak papa. Biar aku saja yang menjanga Gendhis di sini, kamu yang semangat ya Mas, hati-hati." jawab Elisa begitu rela kala suaminya berpamitan.

Tak tahu saja ia, bahwa Bima sudah melakukan sebuah pengkhianatan yang masih tersimpan rapi dalam kamusnya. Bima tersenyum lalu pergi meninggalkan anak dan istrinya, tiba di rumah gegas Bima membersihkan diri lalu memakai pakaian yang sangat rapi, wangi, dan tentu saja ketempanannya bertambah saat dirinya memakai pakaian mahal.

Mengulas senyum dan memberikan semangat pada dirinya sendiri di depan cermin, lalu tak lama setelah itu Bima kembali keluar menuju pangkalan ojek yang ada di ujung gang. Berhenti di sebuah lampu merah, lalu ia gegas menelpon Joelin, memintanya untuk menjemput lantaran ia tidak memiliki kendaraan.

Joelin yang sedang dimabuk asmara itu pun segera meminta supirnya untuk menjemput Bima lalu membawanya ke mansion pribadinya.

"Silahkan masuk, Den," ucap pria paruh baya itu dengan santun.

"Terima kasih banyak Pak. Emmm... Kalau boleh tahu ini rumah siapa?" tanya Bima yang merasa terheran dengan pemandangan mewah di hadapannya.

"Ini rumah nyonya Joelin Den, saya diminta untuk membawa Aden ke sini terlebih dahulu," sahutnya menerangkan.

"Owhh." nampak pria itu tak bisa berkata apa-apa lagi saat mendengar jawaban sang supir.

Langkah kaki Bima mulai ia ayunkan menuju pintu utama, tatapannya tak pernah putus dari rasa takjub. Di persilahkan duduk oleh seorang asisten rumah tangga di sebuah ruang tamu yang luas.

Dalam kesendirian Bima terus melihat-lihat ke kanan dan ke kiri, ruangan yang ber-cat putih dan cream itu menambah kesan elegan, membuat Bima bertanya-tanya dalam hati, kapan kah dirinya bisa mendapatkan takdir mujur seperti ini.

Sebuah langkah kaki mendekati ruang tamu, Joelin yang sudah terlihat sangat rapi itu mengulas senyum pada Bima yang terkejut lalu gegas bangkit.

"Kenapa? Duduk saja, tidak ada siapa-siapa di sini," ucapnya mengulas senyum.

"M-memangnya kamu tinggal sendiri di sini?" tanya Bima heran.

"Iya, aku tinggal sendiri, aku tidak punya siapa-siapa di sini, jadi bebas kok." jawab Joelin dengan lincah meraih apel di meja lalu menggigitnya.

Mendengar itu sebenarnya membuat Bima ragu, mana mungkin wanita cantik dan kaya di hadapannya ini tinggal seorang diri, namun belum sempat bertanya-tanya Joelin mendapatkan telpon bahwa semua teman-temannya sudah menunggu di restoran tempat mereka mengadakan janji, gegas saja Joelin pun mengajak Bima untuk segera pergi.

Hampir lima belas menit, kini mereka akhirnya sampai, kedatangan Bima dan Joelin yang bergandengan tangan membuat mereka begitu iri, bagaimana tidak, hanya Joelin lah yang saat ini berhasil mendapatkan pasangan yang jauh lebih muda seperti yang mereka targetkan.

"Halo para bestie, kalian pasti sudah lama ya menunggu kami berdua," ucap Joelin mengulas senyum lalu menghampiri mereka satu per satu.

"Lo tu memang nggak pernah berubah ya, kalau mau ngumpul gini selalu paling telat, ayo duduk," sahut salah satu di antara mereka yang menanggapi.

"Iya, sorry. Tadi gue ke klup dulu, kontrol, tapi sekarang kita udah di sini kan. Ya udah, untuk malam ini biar gue yang traktir, pesen aja apa yang kalian mau." jawab wanita itu begitu royal.

Bima mengerutkan kening kala Joelin mengatakan itu, begitu mudahnya wanita yang ada di sampingnya ini mengeluarkan uang, sedangkan dirinya harus mengorbankan diri sendiri hanya demi sebuah uang.

"Emmm, aku ke toilet dulu, ya," pamit Bima yang merasa perutnya sedikit bermasalah.

"Oke sayang, kamu cepat kembali ya." jawab wanita itu mengizinkan.

Tatapan mata Indah mengikuti kepergian Bima yang hampir sudah tidak ada jejaknya, kembali mereka mengobrol dan sesekali terdengar gelak tawa. Joelin memiliki empat teman, masing-masing bernama Indah, Ranty, Shinta, dan juga Hellen, mereka begitu asik bercengkrama padahal di belakang mereka bagaimana musuh yang ingin menjatuhkan satu sama lain.

"Karena taruhan kita gue yang memenangkan, jadi malam ini kalian akan membayar gue masing-masing lima puluh juta, kan?" tanya Joelin dengan tatapan penuh senyum sekaligus penekanan pada mereka semua.

"Iya iya, kali ini lo yang menang Joy, lo udah bisa membuktikan kalau lo masih bisa mendapatkan berondong di usia lo yang udah tuwir ini, tapi lo jangan lupa taruhan masih berlaku, untuk beberapa bulan ke depan, kalau di antara kami bisa mendapatkan berondong juga, otomatis pemenang ke dua mendapatkan imbalannya," ucap Indah dengan suara lantang.

"Iya, itu bener. Jadi kami masih bisa mencari sampai berhasil, dan jika beruntung, maka hasil taruhan kita bagi dua!" tandas Hellen menantang.

Joilen tak menanggapi kecuali dengan senyuman remeh, yakin jika mereka tidak akan bisa mendapatkan berondong seperti dirinya dalam hitungan bulan, namun ia masih tetap berusaha tersenyum agar suasana tidak berubah.

Bima tercekat kala mendengar obrolan itu, ia tak menyangka jika ternyata dirinya hanya dijadikan sebagai bahan taruhan saja oleh Joelin, sempat kecewa memang, tapi tiba-tiba Bima mengurungkan niatnya yang ingin melabrak mereka, ia memilih berpikir panjang, dan seolah tidak mendengar obrolan mereka sama sekali.

Terbungkam, kala melihat kedatangan Bima, mereka justru fokus pada ketampanan Bima yang memang sangat menggoda, apalagi Joelin yang langsung menarik tangan Bima untuk duduk di samping nya.

"Sebentar lagi makanan datang baby, kau bisa makan sesuka hatimu, sampai kenyang," ucap wanita itu meletakkan salah satu tangannya di pundak Bima.

"Terima kasih cantik, aku suka sikapmu yang seperti ini. Penuh perhatian dan juga kasih sayang." jawab Bima penuh rayuan.

Joilen yang mendengar begitu tersipu, bahkan tak hanya wanita itu, ke empat wanita yang bersama mereka pun sempat saling menatap satu sama lain, seakan mengisyaratkan sesuatu.

Bab terkait

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 8, Beri Aku Ciuman!

    "Bagaimana dengan malam ini, apa kamu menyukainya?" tanya Joelin setelah membawa Bima pergi makan-makan mewah. "Sangat terkesan sayang, aku menyukainya," ucap Bima mengulas senyum manis. "Jika kau selalu berhasil membuat hatiku bahagia, maka aku akan pastikan hidupmu seperti di surga," tandas Joelin menatap Bima buas. "Benarkah, aku sangat terharu sekali. Oh ya, apa malam ini aku akan mendapatkan gaji setelah aku menemanimu sampai jam segini?" tanya Bima mulai merayu, tentu saja ia tidak mau jika pekerjaannya itu sia-sia. "Tentu saja, aku akan membayar mu mahal, karena kau sudah sukses membuat teman-teman ku cemburu." jawabnya tanpa ragu. Lalu tak lama kemudian Joelin mengeluarkan segepok uang di dalam tasnya, dan memberikan pada Bima secara cuma-cuma. Pria itu tentu saja merasa sangat senang, meskipun ia harus menemani wanita tua itu sampai pagi menjelang. Mengucapkan terima kasih rupanya tidak cukup bagi Joelin yang mulai meminta lebih, wanita itu memejamkan kedua matanya dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 9, Diner Bersama Indah

    "Kalau Joelin bisa mendapatkan pria setampan Bima, harusnya aku juga bisa mendapatkan hal yang sama." Tiba-tiba Indah mengulas senyum kala menatap wajah tampan yang terpasang di foto profil WA Bima, diam-diam wanita itu memiliki niat ingin mendekati Bima, dan tidak memperdulikan jika pria itu sebenarnya milik temannya sendiri. Siang itu, kembali Indah mengirimkan sebuah pesan pada Bima, dan saat itu Bima baru saja menikmati waktu santainya setelah beberapa jam istirahat, perut yang terasa begitu lapar membuat pria itu harus bangun dan membuat sarapan pagi, sementara Elisa sendiri masih berada di rumah sakit. [Bima, apa kau sudah bangun? Bagaimana kalau siang ini kita makan di luar. Tenang, soal biaya biar aku yang nanggung.] Pesan itupun langsung tercentang biru, dan tawaran dari Indah membua Bima tiba-tiba mengulas senyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "Kebetulan banget, aku memang lagi laper. Dan karena Elisa sibuk di rumah sakit, dia sampai lupa bahwa ada aku yang h

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 10, Datang ke Rumah Mama

    Tring... Tring.. Dering telpon membuyarkan pikiran Bima, gegas ia menatap ke layar HP lalu menyadari siapa yang telah mengusik lamunannya. [Halo mas, kamu ke mana si? Kenapa kamu nggak ke sini, aku lapar mas, Gendhis nggak mau di tinggal, dia rewel] protes Elisa yang merasa begitu kelaparan, lantaran sejak tadi ia fokus menjaga Gendhis. [Iya, ini aku masih di jalan, kau mau aku belikan makan apa? Biar sekalian aku bawakan] tanya Bima yang sebenarnya lupa bahwa ia harus berganti sip dengan Elisa. [Kebetulan aku lagi pengen makan ayam bakar mas, kamu bawain ya,] jawab Elisa yang merasa senang kala suaminya memberikan pilihan. Tanpa menjawab lagi, Bima segera mematikan sambungan telepon dan memesan makanan yang diinginkan istrinya itu. Tiba di rumah sakit, Elisa dengan lahap menikmati makannya, sementara Bima nampak sedang menggendong Gendhis yang masih terpasang selang di punggung tangannya. Setelah tertidur, Bima merebahkan kembali putri kecilnya itu di brankar, duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 11, Di Usir Secara Hina

    "Mas Bima sedang di rumah sakit, Ma. Menjaga putri kami yang sedang sakit keras," ucap Elisa dengan mata yang menganak sungai. "Sakit keras? Apa maksud mu?" Margaret menatap tajam saat mendengar penuturan Elisa. "Anak kami terkena leukemia, Ma. Sudah lebih dari seminggu Gendhis dirawat, dan kedatangan ku ke sini sebenarnya ingin...." Elisa menjeda, ia terdiam beberapa saat karena masih harus menghilangkan rasa malu yang ada dalam dirinya, bagaimana tidak, Elisa saat itu memang telah dikalahkan dengan sosok Bima yang telah memenuhi hatinya. Dan lebih memilih meninggalkan sang mama. "Ingin apa, katakan saja, Elisa!" sentak wanita itu menunggu. "Sebenarnya aku ingin meminta bantuan pada Mama. Ma, aku datang karena aku butuh uang untuk membayar biaya rumah sakit, apa aku bisa meminjam dari Mama?" wanita itu terlihat memasang wajah memelas, meksipun sebenarnya Elisa begitu tersiksa berada di posisi ini. "Kenapa meminta biaya pada Mama, mana suami kamu? Yang harusnya bertang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 12, Mengajak Bima ke Hotel

    "Elisa, jika kamu memintaku untuk meminjam uang pada mamamu, itu artinya kamu sudah siap jika aku akan di hina dan di rendahkan lagi sama mama kamu, maaf Elisa, aku lebih memilih mencari pinjaman orang lain, di dunia ini masih banyak orang baik," Celetuk Bima menolak keras. "Aku paham Mas, baik lah kalau memang itu maumu, aku berharap kamu bisa mendapatkan pinjaman segera, agar kita bisa dengan cepat mengobati anak kita." Jawab Elisa memberikan kepercayaan penuh pada suaminya. Bima terdiam tak menjawab, namun tubuhnya dengan cepet bergerak keluar dari ruangan itu untuk berpikir.Beberapa hari sibuk di rumah sakit, memang Bima memutuskan untuk tidak masuk bekerja, dan selama dua terkahir ia tidak menerima kabar dari Joelin maupun Indah yang biasanya saling mendahului. Bima akhirnya memutuskan untuk menemui Joelin di klup malam itu juga, dan kali ini ia harus memberanikan diri mengungkapkan apa yang ia inginkan. Merapihkan pakaian yang ia kenakan, lalu berjalan menemui Joelin yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 13, Kabar Duka

    "Jangan lakukan ini, Nona. Bukannya kau baru bercerita bahwa kau sedang memiliki masalah dengan suamimu, lantas kenapa kau melakukan hal ini!" Protes Bima berusaha menolak rayuan dari wanita yang kini sedang menindih nya. "Kau benar, aku memang memiliki suami, tapi dia hanya memenuhi materi ku, dia bahkan tidak pernah mengerti perasaan hatiku bagaimana. Bima, bantu aku sekali ini saja, aku akan memberimu lebih dari sekedar lima belas juta." Bisik wanita itu menatap dengan sayu, seolah memberikan kode pada Bima, agar pria itu bisa menuruti keinginannya. Bima tak langsung memberikan jawaban, rasanya itu sangat berat, ia berpikir dalam apakah yang ia lakukan itu atas dasar hati nuraninya atau keterpaksaan semata, namun rupanya Joelin menganggap diamnya Bima adalah sebuah jawaban persetujuan, sehingga membuat wanita itu dengan penuh nafsu bereaksi. Bima yang tak bisa menolak secara terang-terangan akhirnya pasrah dan mulai menikmati permainan, dan berakhir pada pengendalian yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 14, Kabar Yang Sampai Pada Margaret

    "Maaf Pak, pasien bernama Gendhis Putri Ningsih sudah meninggal dunia beberapa jam yang lalu, jadi terhitung untuk biaya administrasi lhanya sebesar dua juta rupiah karena pasien tidak lagi menggunakan alat-alat medis lagi," ucap seorang wanita memakai seragam itu menerangkan. "Apa! Meninggal dunia!" Bima terbelalak kala mendengarnya, bak tersambar petir di siang bolong, rasanya hampir tidak percaya, amplop di tangan sebesar dua puluh juta rupiah itu terjatuh ke lantai karena gemetar, matanya menganak sungai, rasanya benar-benar tidak menyangka. Namun saat tersadar, gegas Bima kembali bangkit lalu mengeluarkan uang yang disebut oleh petugas administrasi, dan setelah itu gegas ia pergi ke ruangan Gendhis untuk menemui Elisa. Pintu itu sudah dibuka, Elisa memang meminta para petugas rumah sakit untuk membiarkan putrinya tetap dalam posisi terbaring di sana, sampai Bima datang dan ia tahu kabar duka yang sedang menyelimuti hatinya itu. "Elisa, apa benar... Gendhis," Bima ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 15, Mendatangi Klup Malam

    "Jangan sombong kau, Bima. Kau tidak lain adalah orang miskin yang tidak memiliki apa-apa," tukas Margaret marah besar, lantaran semua barang yang ia bawa rupanya ditolak mentah-mentah. "Ya, kau benar Nyonya, memang saya bukan lah orang yang berpunya, sebab itu lah saya menolak saat kau membawa barang-barang seperti ini, karena saya tahu, esok atau nanti, kau akan mengungkitnya." jawab Bima dengan lantang. Duka kehilangan putri masih terasa begitu nyata, namun rupanya Bima harus menelan kecewa karena kedatangan mama mertua yang tidak memiliki perasaan sama sekali, pertengkaran antara Bima dan Margaret berujung pada pengusiran terhadap wanita itu sendiri, dan Elisa lah yang melakukannya karena tak tahan lagi. "Jika kedatangan Mama hanya akan memperkeruh suasana di rumah ini, lebih baik Mama pulang, aku sama sekali tidak membutuhkan Mama yang egois seperti Mama, pergi Ma, pergi!" teriak Elisa kecewa. "Kamu berani mengusir Mama, Elisa. Kamu bahkan tidak menyuruh Mama masuk ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19

Bab terbaru

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 43, Pemberian Bunga

    Elisa melangkah dengan semangat baru, di mana ia memberikan senyuman terbaiknya saat memasuki wilayah kantor, dengan memakai dress berwarna hitam, dan hills berwarna senada ia pun dengan percaya diri mengayunkan kedua kakinya. Tak hanya karyawan, bahkan Elisa membagikan senyumannya pada semua pekerja di kantor itu, mulai OB dan OG yang ia temui di jalanan menuju ruangannya, beberapa menit sudah berlalu, kini wanita tersebut membuka pintu ruangan setelah menoleh ke ruangan Hendy, namun rupanya pria itu belum datang. "Salamat pagi, semoga hari ini tetap semangat sampai sore." Begitu lah cara Elisa membahagiakan diri, mengucapkan kalimat positif saat ia memasuki ruangannya, tak lama setelah itu ia pun menutup kembali pintu dan berjalan menuju tempat duduk. Saat tiba di sana, Elisa dikejutkan dengan kehadiran setangkai bunga mawar yang masih segar, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mulai ingat jika dirinya sedang berada di ruangan sendiri. "Eh, ini bunga siapa, kok ada di m

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 42, Bima Cemburu

    "Elisa, tunggu!"Sebuah suara menghentikan langkah kaki Elisa yang sengaja pergi dari tempat itu, karena ia mengenali suara yang memanggilnya beberapa detik yang lalu, akhirnya ia pun memutar tubuh lalu berhadapan langsung dengan Bima. Sebuah senyuman diberikan oleh Bima pada saat melihat wajah cantik Elisa yang telah berubah, wanita tersebut nampak sangat terurus setelah mereka resmi berpisah. "Ada apa Mas?" tanya Elisa menegur Bima yang terpaku dalam diam. "Emm, Elisa ... Kamu apa kabar? Lama kita tidak berjumpa," sapa Bima mengulas senyum salah tingkah. "Kabarku baik." jawab Elisa singkat. Bima yang tak mendapatkan senyuman penuh cinta seperti yang selalu Elisa berikan dulu, membuat pria itu menyadari jika wanita yang kini berada di hadapannya sudah bukan Elisa yang ia kenal, hingga membuatnya terlihat bingung akan membuka pembicaraan seperti apa. Meskipun tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Bima sangat merindukan Elisa. "Emm, Elisa, sekarang kamu tinggal di mana?" tanya Bim

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 41, Bertemu Elisa di Kafe

    "Sayang, lebih baik sekarang kamu ke kantornya Hendy, bawa makan siang kek, atau segelas kopi, Mama pikir dia akan senang dan kebiakanmu akan terkesan di hatinya," usul Karin, wanita itu tidak hanya sudah jatuh hati pada Hendy, tetapi ada niat lain yang terselubung di hatinya. "Emangnya nggak papa ya Ma, seorang perempuan mendatangi laki-laki? Kayaknya kurang pantas, Ma," ucap Dewi yang merasa keberatan. "Sayang, kesempatan emas seperti ini jangan dilewatkan, nggak perlu takut atau gengsi, lagi pula keluarga Hendy itu udah seneng banget sama kamu, tinggal kamu taklukin hatinya Hendy," sahut Karin meyakinkan. "Ya udah, aku harus bawa apa, Ma." jawab wanita itu akhirnya setuju. Senyum pun terpancar, dengan semangat Karin mengajak Dewi pergi ke dapur, lalu mengajaknya untuk mengolah beberapa menu masakan yang akan ia bawa ke kantor, dan setelah selesai, Karin pun meminta Dewi untuk berdandan. Hampir menghabiskan waktu satu jam, kini Dewi sudah berpenampilan sangat cantik d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 40, Tamu di Rumah Hendy

    "Untuk apa aku bersedih Hen, semua sudah hancur, kehilangan suami tidak sebanding dengan kehilangan seorang anak, aku bisa melewati masa sulit di saat aku kehilangan anakku, dan sekarang aku yakin, jika aku juga pasti akan bisa melewati masa sulit saat kehilangan suami," ucap wanita itu dengan tegarnya. "Kamu memang hebat Elisa, tidak salah Tuhan memilihmu untuk menerima ujian seperti, karena Tuhan tahu, kau sangat kuat dan berhati besar." tandas Hendy memberikan pujian. Elisa hanya mengulas senyum kecil kala mendengar segelintir pujian yang diucapkan tulus dari Hendy, seorang pria yang sudah menemaninya sejauh ini. Tanpa pamrih dan tanpa mengharap imbalan apapun. Wanita itu kini meminta Hendy untuk mengantarkannya ke rumah, ia ingin istirahat setelah melewati hari-hari yang cukup panjang nan melelahkan itu. ***Tibanya di rumah, Hendy sama sekali tidak menyadari jika di rumah mewah milik kedua orang tuanya itu sudah hadir seorang tamu yang sejak tadi menunggu kedatangannya, d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 39, Mengantar Surat Perceraian

    Langkah kaki Bima kini tiba di rumah yang selama ini ia banggakan, di mana dulu ia yakin bahwa rumah itu akan mengantarkan kebahagiaan baginya pada pernikahannya dengan Elisa. Sampai ia lupa bahwa wanita yang ia nikahi tiga tahun yang lalu bukan lah wanita yang menggila akan harta dan kemewahan. "Bima, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghentikan langkah kaki pria itu, menoleh ke belakang dan menyadari siapa yang telah menegurnya, siapa lagi kalau bukan Margaret. "Aku sedang mencari keberadaan Elisa Ma, dan aku berhasil menemukan dia tadi," ucap Bima mengulas senyum, pria itu bahkan lupa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan siapa. "Oh ya, lalu apa katanya?" tanya Margaret basa basi. "Aku ingin mengajaknya Elisa pulang, tapi Elisa tidak mau, aku juga sebenarnya ingin tahu di mana tempat tinggalnya, tapi Elisa juga menyembunyikannya dariku, bahkan Elisa bilang kalau dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan." papar Bima merasa sangat kecewa.

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 38, Pergi ke Pengadilan Agama

    Elisa kembali ke kantor dengan perasaan yang tidak karuan, pertemuan tak sengaja dengan Bima membuat moodnya tiba-tiba berantakan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini ada seorang pria yang sedang memperhatikan raut wajahnya yang ayu itu. Pria itu adalah Hendy, ia datang berniat untuk mengajak makan siang bersama, namun yang ia temui justru terlihat begitu banyak pikiran. Sampai tidak menyadari bahwa di ruangannya ada tamu. "Ehem!" Suara deheman akhirnya menyadarkan Elisa yang saat itu tengah menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, wanita itu mengulas senyum, setelah mengetahui jika Hendy sast ini sudah ada di hadapannya. "Hen, kamu dari tadi di sini?" tanya wanita itu. "Kurang lebih hampir lima menitan si, nggak dari tadi banget," ucap Hendy mengulas senyum. "Ada apa? Apa kita punya kerjaan hari ini?" tanya Elisa kembali. "Nggak ada, aku ke sini mau ngajak kamu makan siang, kamu belum makan, kan?!" tandas pria itu menatap Elisa dalam. Elisa yang menggeleng

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 37, Bertemu Elisa

    "Oh, jadi kamu memilih duduk di sini daripada menemani aku makan di dalam tadi," hardik Angga mengeratkan gigi gerahamnya dengan kuat. Pria itu menarik paksa pergelangan tangan Joylien hendak membawanya masuk ke mobil. "Auww Mas, sakit!" pekik wanita itu berusaha berlepas diri. Membuat Angga terlihat semakin geram, lantaran suara keras Joylien yang mengeluh sakit cukup kuat, sehingga orang-orang yang ada di sekitar nampak memperhatikan mereka berdua termasuk Bima, dari kejauhan pria itu sudah sangat geram, lantaran melihat selingkuhannya itu disakiti oleh pasangannya sendiri. Namun karena sudah mendapatkan perintah dari Joylien untuk tidak melakukan apapun, membuat Bima akhirnya tetap diam di tempat duduknya, menahan emosi dan rasa kesal yang ada di hatinya. "Pulang, atau aku akan membuatmu lebih sakit dari ini," bisik pria itu dengan tatapan menghunus tajam. "Ya, aku pulang kok, tapi jangan kayak gini dong Mas, sakit," ucap Joylien enggan jika suaminya itu memperlakuka

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 36, Tersiksa Saat Suami Datang

    "Joylien!" Suara Angga memecah gendang telinga, pria itu nampak tidak sabar menunggu kedatangan sang istri untuk melayaninya, sehingga ia memilih mencari dan akhirnya menemukan Joylien di dapur. Dengan kasar Angga menarik rambut istrinya sehingga` membuat waita itu mendngak ke atas dan menahan skit "Auuw, Mas ... sakit," rintih wanita itu menahan pergelangan tangan Angga. "Sakit kamu bilang! Ini akibatnya kalau kamu nggak pasang telinga, aku sejak tadi sudah berteriak memanggil kamu, tapi kamu sama sekali tidak mendengar, kamu sengaja agak aku marah kan sama kamu, kamu rindu kan dengan siksaa ini" ucap pria gila itu yang terus menarik rambut Joyien tanpa henti. "Nggak Mas, aku nggak sengaja, kamu liat sendiri kan kalau aku lagi masa, tolong Mas, jangan siksa aku seperti ini." Joylien memasang wajah melas berharap jika suaminya itu bisa melepaskan dirinya. Karena melihat di sekelilng jika saat itu Joylien memang sedang menyiapkan makanan, akhirnya ia pun berusaha meredam ama

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 35, Kedatangan Tamu

    Telpon berdering beberapa kali, membuat Margaret merasa kesal lantaran Joylein selalu saja menjadi pengganggu saat dimana dirinya sedang membutuhkan Bima. "Nggak usah diangkat!" perintah wanita itu dengan nada tinggi. "Kenapa Ma, aku harus angkat dulu telpon dari Joylien, dia nyari aku pasti karna aku gak masuk kerja beberapa hari ini," ucap Bima yang hendak bangkit dari tempat tidur. "Bima, meskipun kamu tidak mendapatkan pemasukan dari wanita itu, tapi kamu dapat pemasukan dari Mama! Sama saja kan, itu," celetuk Margaret kesal. "Iya aku tahu, tapi Joylien perlu tahu kenapa aku nggk masuk kerja beberapa hari ini." sergah Bima masih saja dengan pendiriannya. Margaret menghela nafas berat, rasanya ia sangat kesal ketika perintahnya sama sekali tidak didengar oleh Bima, tatapan mata wanita itu berpaling ketika Bima mulai meraih benda pipih miliknya dan pergi setelah telepon itu terhubung. Joylien nampak mencaci Bima lewat sambungan telpon, lantaran sudah beberapa hari

DMCA.com Protection Status