Share

Part 2, Hari Pertama Bekerja

last update Last Updated: 2024-04-29 11:48:06

"Gimna Mas, kamu udah dapet kerja belum? Kenapa kamu pulang jam segini!" protes Elisa saat menyadari bahwa suaminya telah kembali.

"Udah, tapi aku butuh modal buat beli baju yang bagus-bagus, aku nggak mungkin kerja pakek baju gembel kayak gini. Elisa, apa bisa kamu membuat ruangan ini menjadi sedikit tenang, dan menghentikan tangisan anak kita, aku benar-benar lelah," celetuk Bima yang menarik kaos yang ia kenakan, pria itu juga menatap sinis ke arah Elisa yang justru mengerutkan kening kala mendengarnya.

"Baju Bagus? Memangnya kamu bekerja sebagai apa Mas? Kenapa harus pakai baju bagus?" tanya Elisa penasaran. Tanpa mengindahkan permintaan suaminya yang kedua.

"Aku dapat kerjaan di klup malam, Elisa. Dan salah satu syarat masuk ke sana ya berpenampilan menarik juga rapi, sekarang aku nggak mau tahu, kamu yang nyariin aku modalnya, kamu kan yang menyuruhku untuk kerja." celetuk pria itu menyerahkan semua tanggung jawab pada Elisa.

Wanita yang berusia dua puluh tiga tahun itupun nampak kebingungan setelah mendapatkan tugas yang cukup berat baginya, darimana ia mendapatkan uang untuk membeli modal suaminya, sementara di rumah beras saja sudah tidak ada.

Elisa meraih ponselnya, berniat untuk menghubungi sang mama, namun niat itu ia urungkan, bagaimana mungkin ia menceritakan kisah pernikahan yang tak direstui itu kepada sang mama yang memutuskan untuk tidak mau menganggapnya sebagai anak lagi, setelah tahu jika Elisa hamil dengan laki-laki yang tidak ia sukai. Rasa bingung terus melanda hatinya, sementara Bima sama sekali tidak mau berusaha untuk membantu.

"Terpaksa, aku harus menjual cincin kawin ini, paling tidak nanti aku akan minta ganti saat mas Bima sudah memiliki pekerjaan tetap." desis wanita itu membelai lembut harta satu-satunya yang ia miliki itu.

Mendapati putrinya sedang tertidur dengan lelap, Elisa segera melancarkan aksinya, pergi ke sebuah toko perhiasan yang tidak jauh dari kontrakan untuk menukarnya dengan uang. Tibanya di sana, wanita tersebut nampak sedang melakukan tawar menawar dengan si pemilik toko.

"Bang, sejuta lah Bang,"

"Aduh nggak bisa kalau segitu Neng, paling mentok tujuh ratus ribu,"

"Emm, ya udah lapan ratus rebu. Ya, ya,"

"Hem, oke lah, deal."

Pemilik toko tersebut pun akhirnya menuruti permintaan Elisa yang memaksa untuk menjual harta satu-satunya itu dengan harga yang ia inginkan, paling tidak uang yang saat ini sudah ada di tangannya itu bisa ia belikan kebutuhan pokok dan modal untuk suaminya.

Pergi ke pasar, bagaimana pun Elisa harus mengatur uang itu, agar cukup sampai ia benar-benar merasakan gaji suami. Membeli baju dan celana yang tidak begitu mahal adalah hal yang harus Elisa lakukan, agar uang yang ia miliki bisa terbagi.

***

Terdengar suara tangisan dari kamar sebelah, sehingga membuat Bima seketika terganggu dan bangkit dari tempat tidurnya. Menyadari jika Gendhis seorang diri, pria itu segera masuk dan meraih buah cintanya dengan Elisa tersebut lalu membawanya keluar.

"Ibu... Ibu..."

Bocah berusia tiga tahun lebih itu menangis memanggil ibunya, Bima terus membujuk dan membawanya ke teras, berniat untuk mencari Elisa yang tidak ada di rumah.

Tak lama kemudian sebuah sepeda motor melaju pelan dan berhenti tepat di rumah kontrakan mereka, Bima nampak bingung dengan barang-barang yang Elisa bawa, cukup banyak, bahkan kebutuhan dapur sudah hampir tercukupi berkat uang hasil dari penjual cincin.

"Makasih ya Bang," ucap Elisa setelah membayar kang ojek nya.

"Iya Neng, sama-sama." jawabnya gegas melanjutkan perjalanan.

Elisa mengulas senyum, hendak membawa semua barang yang sudah ia beli ke dalam, namun langkahnya terhenti begitu saja saat Bima berdiri tegap di hadapannya. Menanyakan bahagaimana Elisa bisa berbelanja cukup banyak itu sementara tadi pagi ia mengeluh tidak memiliki uang.

Namun nampaknya Elisa enggan menjawab langsung, ia ingin semua belanjaan nya masuk ke rumah terlebih dahulu, karena mendengar Gendhis terus menangis di gendongan ayahnya.

"Elisa, kamu belum jawab pertanyaanku, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli semua barang-barang ini?" ulang Bima tak sabar.

"Aku menjual cincin kawin ku Mas, dan ini modal yang kamu inginkan, kamu mau baju dan celana baru kan? Ini!" Ucap Elisa segera menyerahkan barang yang diinginkan oleh suaminya.

"Apa, kenapa kamu harus menjual cincin kawin itu," marah Bima tak terima.

"Terus, aku harus membeli kebutuhan rumah tangga kita dan juga modal yang kamu inginkan itu dari mana, Mas? Paling nggak saat kamu gajian nanti, kamu bisa belikan cincin itu lagi untukku. Mas, tolong jangan selalu mengeraskan suara padaku, aku istrimu, bukan musuhmu."

Elisa berlalu pergi setelah menyerahkan apa yang diinginkan oleh suaminya, mendekap erat kembali gadis kecil yang saat ini ada di pelukannya, sampai akhirnya bocah itu kembali tertidur dengan sangat lelap.

Gegas Elisa pergi ke dapur untuk memask, seharian menahan lapar rupanya membuat wanita itu tidak tahan, sehingga memutuskan untuk membuat makanan.

"Mau ke mana, Mas?" tanya Elisa saat tatapan matanya mengarah pada sang suami.

"Kamu lupa, kalau aku sudah mulai bekerja," celetuk Bima yang sudah berdandan sangat rapi.

Pria itu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Elisa dan juga Gendhis yang sedang menikmati makan malam, tidak ada keharmonisan dalam rumah tangga Elisa dan Bima dua tahun belakangan ini, karena kebutuhan yang mencekik, serta tidak ada dukungan dari masing-masing orang tua. Mengharuskan mereka harus merantau jauh ke kota demi menutup rasa malu.

Di sebuah klup, Bima turun dari sepeda motor yang telah mengantar dirinya sampai di lokasi, menggunakan ojek yang mangkal di depan gang.

Hiruk pikuk dunia malam sudah terlihat begitu menyala, meskipun tempat itu belum seberapa ramai, namun para pekerja sudah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan para tamu, baik waiters maupun wanita panggilan lainnya, sudah mempercantik diri masing-masing.

'Ya ampun, surga dunia banget di sini, aku nggak nyangka kalau perjalanan ku mencari kerja mengantarkan aku ke tempat seperti ini.' batin Bima dengan tatapan berbinar.

Malam pertama berkeja, Bima nampak bingung harus melakukan apa, karena tugasnya belum di serahkan padanya, sampai akhirnya seorang pria mendatangi dan mengajaknya masuk menuju sebuah ruangan.

Saat itu Bima berbeda dari pertama kali ia datang sebagai orang yang sedang mencari kerja, tak beberapa lama setelah itu, datang seorang wanita yang tidak asing, ia duduk bersebrangan dengan Bima.

"Halo Hanny, kita bertemu lagi," sapa Jolien menyesap putung rokok ke mulutnya.

"Nona, kenapa aku diantar ke ruang ini? Bukan kah pekerjaan ku sebagai pelayan di klup ini?" tanya Bima nampak bingung.

"Aku berubah pikiran setelah melihat mu malam ini, kau sangat tampan, Hanny," puji wanita itu, tiba-tiba Jolien berdiri dan langsung duduk di pangkuan Bima. Sehingga membuat pria itu seketika terbelalak.

Related chapters

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 3 Menerima Gaji Pertama

    "A-apa ini maksudnya, Nona?" "Nikmatilah peran mu, aku menginginkan status lebih, bisa, kan?!" "Status? Status apa maksudnya?"Bima benar-benar tidak mengerti dengan percakapan yang baru saja ia dengar dari wanita bernama Joilen itu, namun Joilen justru tertawa menanggapi kebingungan pria yang begitu memikat hatinya. Gegas ia menarik pergelangan tangan Bima menuju pintu keluar, membawanya pergi ke sebuah mobil mewah yang terpakir dengan rapi. "Jalan Pak!"Titah wanita itu pada pria paruh baya yang sudah menjadi supir pribadi nya selama bertahun-tahun, lima belas menit kemudian mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan, membebaskan Bima untuk memilih apa saja yang ingin ia beli. Bima terhenti sejenak, menoleh ke arah Joilen yang saat itu membalas tatapannya."Ada apa?""Apa ini maksdnya Nona, kau tidak suka dengan penampilan ku malam ini? sehingga kau membawaku ke toko baju seperti ini?!""Malam ini ada acara penting, penampilan mu sudah cukup sempurna, tapi aku ingin malam ini kau

    Last Updated : 2024-04-29
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 4, Maukah Kau Menjadi Simpanan ku?

    "Mas, bangun Mas.. Kita antar Gendhis ke dokter yuk, semalam dia kejang, aku takut kenapa-kenapa." "Alah, cuma sakit gitu aja kamu sibuk mau antar Gendhis ke dokter, biasanya juga kamu obatin di rumah. Elisa, jangan mentang-mentang kamu baru terima nafkah dari aku, terus kamu mau seenaknya pakai uang itu,""Astagfirullah Mas, bukannya kamu kerja nyari uang itu memang untuk kebutuhan rumah tangga kita? Lagi pula pilihan aku buat bawa Gendhis ke dokter bukan berarti aku nggak usaha sebelumnya, aku udah kompres dia, tapi ini udah hampir empat hari Mas,""Alah, alasan kamu aja, ya udah ayo."Bima nampak kesal dan tidak ikhlas ketika Elisa memaksanya untuk ikut mengantar ke dokter, namun Elisa tidak peduli, baginya Gendhis adalah tanggung jawab berdua yang harus Bima sadari, apalagi kehadiran Gendhis menjadi putusnya harapan bagi Elisa untuk mengejar cita-cita nya. Karena bujuk rayuan Bima lah, akhirnya Elisa melanggar batasan dan lahir lah gadis kecil yang mereka namai Gendhis Julianti.

    Last Updated : 2024-05-02
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 5, Bersedia Menjadi Simpanan

    "Oh Tuhan, kepalaku sepertinya mau copot karena memikirkan hal semalam, sampai jam segini pun aku tidak mampu memejamkan mataku."Pria itu nampak bergeming pada dirinya sendiri, rasanya begitu sulit untuk memutuskan, ingin rasanya menolak, tetapi ia membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk biaya pengobatan putrinya. Apalagi yang sepuluh juta pertama juga sudah ia ganti dengan sebuah pakaian mahal sebagai modal baginya dalam bekerja, dan sisa lainnya ia gunakan untuk biaya rumah sakit. Pergi ke dapur, berharap jika di sana ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang sedang kelaparan, sebuah mie instan tinggal satu bungkus saja, terpaksa Bima masak agar perutnya bisa terisi. Ting.... Sebuah pesan diterima oleh Bima, ia yang sedang menyantap makanannya harus mengalihkan pandangan sejenak untuk melihat pesan dari seseorang di ponsel jadulnya. [Aku menunggu mu di kafe bintang, datang lah. Jolien]Bima terdiam, nampaknya pria itu harus siap memberikan jawaban, karena Joilen menuntut

    Last Updated : 2024-05-05
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 6, Harus Melakukan Kemoterapi

    Tring.... Tring... Suara ponsel berdering, Bima langsung mengeluarkan ponsel barunya yang begitu terlihat mewah dan mengkilap, ponsel itu sudah terhubung langsung dengan Joelin sehingga membuat Bima akan selalu terikat kontrak perjanjian dengan wanita itu. Menatap ke arah Elisa, tentunya Bima harus bermain cantik, tidak mungkin mengangkat telpon dari kekasih simpanannya itu di hadapan istrinya, saat itu Elisa tengah tidur di kursi tunggu, sehingga membuat Bima merasa aman dan langsung melangkah jauh. [Halo, ada apa?] tanya pria itu sambil bersikap mencurigakan. [Loh, kok judes sekali si sayang, kau terpaksa ya menjawab telpon dariku] Joelin yang merasa sedikit tersentuh itupun merasa sedih. [Oh, maaf... Tidak, aku tidak terpaksa mengangkat telpon darimu, maafkan aku sayang. Gimana? Ada apa?] Bima pun menurunkan suara dan kembali bersikap seolah ia begitu mencintai Joelin. [Tidak ada, hanya saja aku merindukan mu. Ya, aku tah ini berlebihan, aku sendiri sudah berusaha menghilangk

    Last Updated : 2024-05-08
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 7, Dinner Bersama Tante-tante

    "Mas, apa kamu serius mau mengambil tindakan kemoterapi untuk anak kita?" tanya Elisa memastikan, tatapannya berbinar seolah memiliki suatu harapan lain. "Iya, aku serius. Untuk apa aku bercanda," singkat Bima yang memantapkan keputusannya. "Baik lah, aku akan berusaha membantumu, Mas." telak Elisa yakin, jika keputusan yang sudah dipilih oleh suami adalah keputusan yang tepat. Bima mengerutkan kening, hatinya bertanya apa yang akan dilakukan oleh Elisa yang katanya ingin membantu, namun Bima lebih memilih diam dan tidak menanyainya, pria itu fokus pada ponselnya kembali dengan pikiran yang melalang buana. 'Setidaknya aku bisa mengandalkan ketampanan ku untuk ku jadikan uang, Elisa tidak perlu tahu dari mana aku akan mendapatkan uang.' batin pria itu nekat. Tepat pukul tujuh malam, Bima bangkit dari tempat duduknya, menyadari hal itu Elisa pun menanggapi sang suami. "Elisa, aku harus bekerja, dan malam ini jangan menungguku, mungkin aku akan mengambil jatah libur, agar aku bisa

    Last Updated : 2024-05-09
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 8, Beri Aku Ciuman!

    "Bagaimana dengan malam ini, apa kamu menyukainya?" tanya Joelin setelah membawa Bima pergi makan-makan mewah. "Sangat terkesan sayang, aku menyukainya," ucap Bima mengulas senyum manis. "Jika kau selalu berhasil membuat hatiku bahagia, maka aku akan pastikan hidupmu seperti di surga," tandas Joelin menatap Bima buas. "Benarkah, aku sangat terharu sekali. Oh ya, apa malam ini aku akan mendapatkan gaji setelah aku menemanimu sampai jam segini?" tanya Bima mulai merayu, tentu saja ia tidak mau jika pekerjaannya itu sia-sia. "Tentu saja, aku akan membayar mu mahal, karena kau sudah sukses membuat teman-teman ku cemburu." jawabnya tanpa ragu. Lalu tak lama kemudian Joelin mengeluarkan segepok uang di dalam tasnya, dan memberikan pada Bima secara cuma-cuma. Pria itu tentu saja merasa sangat senang, meskipun ia harus menemani wanita tua itu sampai pagi menjelang. Mengucapkan terima kasih rupanya tidak cukup bagi Joelin yang mulai meminta lebih, wanita itu memejamkan kedua matanya dan

    Last Updated : 2024-05-10
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 9, Diner Bersama Indah

    "Kalau Joelin bisa mendapatkan pria setampan Bima, harusnya aku juga bisa mendapatkan hal yang sama." Tiba-tiba Indah mengulas senyum kala menatap wajah tampan yang terpasang di foto profil WA Bima, diam-diam wanita itu memiliki niat ingin mendekati Bima, dan tidak memperdulikan jika pria itu sebenarnya milik temannya sendiri. Siang itu, kembali Indah mengirimkan sebuah pesan pada Bima, dan saat itu Bima baru saja menikmati waktu santainya setelah beberapa jam istirahat, perut yang terasa begitu lapar membuat pria itu harus bangun dan membuat sarapan pagi, sementara Elisa sendiri masih berada di rumah sakit. [Bima, apa kau sudah bangun? Bagaimana kalau siang ini kita makan di luar. Tenang, soal biaya biar aku yang nanggung.] Pesan itupun langsung tercentang biru, dan tawaran dari Indah membua Bima tiba-tiba mengulas senyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "Kebetulan banget, aku memang lagi laper. Dan karena Elisa sibuk di rumah sakit, dia sampai lupa bahwa ada aku yang h

    Last Updated : 2024-05-13
  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 10, Datang ke Rumah Mama

    Tring... Tring.. Dering telpon membuyarkan pikiran Bima, gegas ia menatap ke layar HP lalu menyadari siapa yang telah mengusik lamunannya. [Halo mas, kamu ke mana si? Kenapa kamu nggak ke sini, aku lapar mas, Gendhis nggak mau di tinggal, dia rewel] protes Elisa yang merasa begitu kelaparan, lantaran sejak tadi ia fokus menjaga Gendhis. [Iya, ini aku masih di jalan, kau mau aku belikan makan apa? Biar sekalian aku bawakan] tanya Bima yang sebenarnya lupa bahwa ia harus berganti sip dengan Elisa. [Kebetulan aku lagi pengen makan ayam bakar mas, kamu bawain ya,] jawab Elisa yang merasa senang kala suaminya memberikan pilihan. Tanpa menjawab lagi, Bima segera mematikan sambungan telepon dan memesan makanan yang diinginkan istrinya itu. Tiba di rumah sakit, Elisa dengan lahap menikmati makannya, sementara Bima nampak sedang menggendong Gendhis yang masih terpasang selang di punggung tangannya. Setelah tertidur, Bima merebahkan kembali putri kecilnya itu di brankar, duduk

    Last Updated : 2024-05-13

Latest chapter

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 43, Pemberian Bunga

    Elisa melangkah dengan semangat baru, di mana ia memberikan senyuman terbaiknya saat memasuki wilayah kantor, dengan memakai dress berwarna hitam, dan hills berwarna senada ia pun dengan percaya diri mengayunkan kedua kakinya. Tak hanya karyawan, bahkan Elisa membagikan senyumannya pada semua pekerja di kantor itu, mulai OB dan OG yang ia temui di jalanan menuju ruangannya, beberapa menit sudah berlalu, kini wanita tersebut membuka pintu ruangan setelah menoleh ke ruangan Hendy, namun rupanya pria itu belum datang. "Salamat pagi, semoga hari ini tetap semangat sampai sore." Begitu lah cara Elisa membahagiakan diri, mengucapkan kalimat positif saat ia memasuki ruangannya, tak lama setelah itu ia pun menutup kembali pintu dan berjalan menuju tempat duduk. Saat tiba di sana, Elisa dikejutkan dengan kehadiran setangkai bunga mawar yang masih segar, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mulai ingat jika dirinya sedang berada di ruangan sendiri. "Eh, ini bunga siapa, kok ada di m

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 42, Bima Cemburu

    "Elisa, tunggu!"Sebuah suara menghentikan langkah kaki Elisa yang sengaja pergi dari tempat itu, karena ia mengenali suara yang memanggilnya beberapa detik yang lalu, akhirnya ia pun memutar tubuh lalu berhadapan langsung dengan Bima. Sebuah senyuman diberikan oleh Bima pada saat melihat wajah cantik Elisa yang telah berubah, wanita tersebut nampak sangat terurus setelah mereka resmi berpisah. "Ada apa Mas?" tanya Elisa menegur Bima yang terpaku dalam diam. "Emm, Elisa ... Kamu apa kabar? Lama kita tidak berjumpa," sapa Bima mengulas senyum salah tingkah. "Kabarku baik." jawab Elisa singkat. Bima yang tak mendapatkan senyuman penuh cinta seperti yang selalu Elisa berikan dulu, membuat pria itu menyadari jika wanita yang kini berada di hadapannya sudah bukan Elisa yang ia kenal, hingga membuatnya terlihat bingung akan membuka pembicaraan seperti apa. Meskipun tak dapat dipungkiri jika sebenarnya Bima sangat merindukan Elisa. "Emm, Elisa, sekarang kamu tinggal di mana?" tanya Bim

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 41, Bertemu Elisa di Kafe

    "Sayang, lebih baik sekarang kamu ke kantornya Hendy, bawa makan siang kek, atau segelas kopi, Mama pikir dia akan senang dan kebiakanmu akan terkesan di hatinya," usul Karin, wanita itu tidak hanya sudah jatuh hati pada Hendy, tetapi ada niat lain yang terselubung di hatinya. "Emangnya nggak papa ya Ma, seorang perempuan mendatangi laki-laki? Kayaknya kurang pantas, Ma," ucap Dewi yang merasa keberatan. "Sayang, kesempatan emas seperti ini jangan dilewatkan, nggak perlu takut atau gengsi, lagi pula keluarga Hendy itu udah seneng banget sama kamu, tinggal kamu taklukin hatinya Hendy," sahut Karin meyakinkan. "Ya udah, aku harus bawa apa, Ma." jawab wanita itu akhirnya setuju. Senyum pun terpancar, dengan semangat Karin mengajak Dewi pergi ke dapur, lalu mengajaknya untuk mengolah beberapa menu masakan yang akan ia bawa ke kantor, dan setelah selesai, Karin pun meminta Dewi untuk berdandan. Hampir menghabiskan waktu satu jam, kini Dewi sudah berpenampilan sangat cantik d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 40, Tamu di Rumah Hendy

    "Untuk apa aku bersedih Hen, semua sudah hancur, kehilangan suami tidak sebanding dengan kehilangan seorang anak, aku bisa melewati masa sulit di saat aku kehilangan anakku, dan sekarang aku yakin, jika aku juga pasti akan bisa melewati masa sulit saat kehilangan suami," ucap wanita itu dengan tegarnya. "Kamu memang hebat Elisa, tidak salah Tuhan memilihmu untuk menerima ujian seperti, karena Tuhan tahu, kau sangat kuat dan berhati besar." tandas Hendy memberikan pujian. Elisa hanya mengulas senyum kecil kala mendengar segelintir pujian yang diucapkan tulus dari Hendy, seorang pria yang sudah menemaninya sejauh ini. Tanpa pamrih dan tanpa mengharap imbalan apapun. Wanita itu kini meminta Hendy untuk mengantarkannya ke rumah, ia ingin istirahat setelah melewati hari-hari yang cukup panjang nan melelahkan itu. ***Tibanya di rumah, Hendy sama sekali tidak menyadari jika di rumah mewah milik kedua orang tuanya itu sudah hadir seorang tamu yang sejak tadi menunggu kedatangannya, d

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 39, Mengantar Surat Perceraian

    Langkah kaki Bima kini tiba di rumah yang selama ini ia banggakan, di mana dulu ia yakin bahwa rumah itu akan mengantarkan kebahagiaan baginya pada pernikahannya dengan Elisa. Sampai ia lupa bahwa wanita yang ia nikahi tiga tahun yang lalu bukan lah wanita yang menggila akan harta dan kemewahan. "Bima, dari mana saja kamu?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan menghentikan langkah kaki pria itu, menoleh ke belakang dan menyadari siapa yang telah menegurnya, siapa lagi kalau bukan Margaret. "Aku sedang mencari keberadaan Elisa Ma, dan aku berhasil menemukan dia tadi," ucap Bima mengulas senyum, pria itu bahkan lupa bahwa saat ini ia sedang berbicara dengan siapa. "Oh ya, lalu apa katanya?" tanya Margaret basa basi. "Aku ingin mengajaknya Elisa pulang, tapi Elisa tidak mau, aku juga sebenarnya ingin tahu di mana tempat tinggalnya, tapi Elisa juga menyembunyikannya dariku, bahkan Elisa bilang kalau dia sudah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan." papar Bima merasa sangat kecewa.

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 38, Pergi ke Pengadilan Agama

    Elisa kembali ke kantor dengan perasaan yang tidak karuan, pertemuan tak sengaja dengan Bima membuat moodnya tiba-tiba berantakan. Ia sampai tidak sadar jika saat ini ada seorang pria yang sedang memperhatikan raut wajahnya yang ayu itu. Pria itu adalah Hendy, ia datang berniat untuk mengajak makan siang bersama, namun yang ia temui justru terlihat begitu banyak pikiran. Sampai tidak menyadari bahwa di ruangannya ada tamu. "Ehem!" Suara deheman akhirnya menyadarkan Elisa yang saat itu tengah menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong, wanita itu mengulas senyum, setelah mengetahui jika Hendy sast ini sudah ada di hadapannya. "Hen, kamu dari tadi di sini?" tanya wanita itu. "Kurang lebih hampir lima menitan si, nggak dari tadi banget," ucap Hendy mengulas senyum. "Ada apa? Apa kita punya kerjaan hari ini?" tanya Elisa kembali. "Nggak ada, aku ke sini mau ngajak kamu makan siang, kamu belum makan, kan?!" tandas pria itu menatap Elisa dalam. Elisa yang menggeleng

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 37, Bertemu Elisa

    "Oh, jadi kamu memilih duduk di sini daripada menemani aku makan di dalam tadi," hardik Angga mengeratkan gigi gerahamnya dengan kuat. Pria itu menarik paksa pergelangan tangan Joylien hendak membawanya masuk ke mobil. "Auww Mas, sakit!" pekik wanita itu berusaha berlepas diri. Membuat Angga terlihat semakin geram, lantaran suara keras Joylien yang mengeluh sakit cukup kuat, sehingga orang-orang yang ada di sekitar nampak memperhatikan mereka berdua termasuk Bima, dari kejauhan pria itu sudah sangat geram, lantaran melihat selingkuhannya itu disakiti oleh pasangannya sendiri. Namun karena sudah mendapatkan perintah dari Joylien untuk tidak melakukan apapun, membuat Bima akhirnya tetap diam di tempat duduknya, menahan emosi dan rasa kesal yang ada di hatinya. "Pulang, atau aku akan membuatmu lebih sakit dari ini," bisik pria itu dengan tatapan menghunus tajam. "Ya, aku pulang kok, tapi jangan kayak gini dong Mas, sakit," ucap Joylien enggan jika suaminya itu memperlakuka

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 36, Tersiksa Saat Suami Datang

    "Joylien!" Suara Angga memecah gendang telinga, pria itu nampak tidak sabar menunggu kedatangan sang istri untuk melayaninya, sehingga ia memilih mencari dan akhirnya menemukan Joylien di dapur. Dengan kasar Angga menarik rambut istrinya sehingga` membuat waita itu mendngak ke atas dan menahan skit "Auuw, Mas ... sakit," rintih wanita itu menahan pergelangan tangan Angga. "Sakit kamu bilang! Ini akibatnya kalau kamu nggak pasang telinga, aku sejak tadi sudah berteriak memanggil kamu, tapi kamu sama sekali tidak mendengar, kamu sengaja agak aku marah kan sama kamu, kamu rindu kan dengan siksaa ini" ucap pria gila itu yang terus menarik rambut Joyien tanpa henti. "Nggak Mas, aku nggak sengaja, kamu liat sendiri kan kalau aku lagi masa, tolong Mas, jangan siksa aku seperti ini." Joylien memasang wajah melas berharap jika suaminya itu bisa melepaskan dirinya. Karena melihat di sekelilng jika saat itu Joylien memang sedang menyiapkan makanan, akhirnya ia pun berusaha meredam ama

  • Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante   Part 35, Kedatangan Tamu

    Telpon berdering beberapa kali, membuat Margaret merasa kesal lantaran Joylein selalu saja menjadi pengganggu saat dimana dirinya sedang membutuhkan Bima. "Nggak usah diangkat!" perintah wanita itu dengan nada tinggi. "Kenapa Ma, aku harus angkat dulu telpon dari Joylien, dia nyari aku pasti karna aku gak masuk kerja beberapa hari ini," ucap Bima yang hendak bangkit dari tempat tidur. "Bima, meskipun kamu tidak mendapatkan pemasukan dari wanita itu, tapi kamu dapat pemasukan dari Mama! Sama saja kan, itu," celetuk Margaret kesal. "Iya aku tahu, tapi Joylien perlu tahu kenapa aku nggk masuk kerja beberapa hari ini." sergah Bima masih saja dengan pendiriannya. Margaret menghela nafas berat, rasanya ia sangat kesal ketika perintahnya sama sekali tidak didengar oleh Bima, tatapan mata wanita itu berpaling ketika Bima mulai meraih benda pipih miliknya dan pergi setelah telepon itu terhubung. Joylien nampak mencaci Bima lewat sambungan telpon, lantaran sudah beberapa hari

DMCA.com Protection Status