Adeline selalu dihina oleh mertua dan iparnya, tapi parahnya sang suami yang seharusnya membela, malah ikut terjebak dalam pusaran permainan fitnah keluarganya sendiri. Cukup sudah! Wanita itu memutuskan pergi, tapi siapa sangka salah satu teman lamanya mendadak memberitahu bahwa Adeline yang selalu direndahkan itu adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya yang sejak kecil menghilang?!
View MoreRonald melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan melihat ke sekitar. Puluhan lilin bahkan mungkin ratusan lilin telah menghias kamarnya. Cahaya remang-remang yang hanya dihasilkan dari cahaya lilin membuat Ronald tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang duduk di sofa menatap dirinya.Perlahan tubuh yang hanya terlihat seperti bayangan berdiri kemudian datang mendekat. "Ronald."Hidung Ronald mencium bau parfum yang tidak asing. "Bianca.""Aku membuat kejutan untukmu. Apa kamu menyukainya?" tanya Bianca berdiri di depan Ronald.Dalam cahaya temaram lilin, Ronald sekarang bisa melihat wajah Bianca dengan jelas. "Untuk apa kamu melakukan ini semua?""Untuk kamu. Aku ingin membuat kejutan untukmu, sengaja menyusun semua lilin ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?"Ronald melihat seluruh lilin yang menyala. "Dulu dan sekarang sudah berbeda.""Tidak ada yang berbeda." Bianca semakin mendekat. "Bagiku, dulu dan sekarang sama saja, tidak ada yang berbeda."Ronald menghind
Kevin tersenyum samar, sesaat melihat ke arah di mana tadi Irene pergi bersama Silvi. "Aku pulang duluan.""Hati-hati, bro," jawab temannya."Ok, sip!" Kevin lalu melihat Zahra. "Pulang duluan."Zahra tidak menjawab, Kevin langsung pergi meninggalkan Zahra yang terdiam. "Zahra," panggil teman Kevin."Apa?" tanya Zahra menoleh ke belakang."Tidak ikut Kevin?" tanyanya."Aku masih ada kelas," jawab Zahra langsung pergi.Semua teman Kevin menatap punggung Zahra yang semakin jauh pergi. "Aku yakin, pasti si Zahra menyukai si Kevin.""Sangat terlihat dari matanya, tapi menurutku si Zahra tidak bisa mengambil si Kevin dari si Irene," jawab temannya yang lain."Kenapa?""Secara kita tahu, bagaimana si Kevin yang begitu menyukai si Irene. Bahkan bisa dibilang, si Kevin ini bucin alias budak cinta," jawab yang satunya lagi."Ha-ha-ha. Benar juga, tapi biar bucin kalau setiap hari dapat godaan terus menerus dari si Zahra yang juga cantik begitu, seorang laki-laki pasti akan tergoda juga.""Iya
"Apa maksud tante?" tanya Bianca mulai terpancing.Melanie diam. "Maksudnya apa, tante?" ulang Bianca. "Apa yang tante pikirkan tentang aku?""Tidak, tidak ada. Lupakan saja," jawab Melanie. "Anggap saja, tante tidak bertanya apa-apa.""Apa maksud tante, aku ini wanita yang sering tidur dengan banyak lelaki? Apa seperti itu tante?" tebak Bianca tersinggung."Tidak, tidak seperti itu. Kamu jangan salah paham!" Melanie cepat-cepat membantah."Tapi itu yang aku tangkap dari pertanyaan tante," suara Bianca mulai terdengar keras."Eh, kamu jangan salah paham. Bukan begitu maksud tante! Kamu berpikir terlalu jauh dan mengada-ada, tidak mungkin tante sampai berpikir seperti itu." Melanie cepat-cepat meluruskan apa yang Bianca pikirkan.Bianca terdiam, hatinya sangat tidak senang dengan apa yang dituduhkan Tante Melanie padanya. Walau tidak menjabarkan secara langsung, tapi pertanyaan Tante Melanie membuatnya tersinggung. Melihat wajah Bianca yang merengut, Melanie langsung mengalihkan pemb
"Pa," Adrian melihat papa dengan wajah memohon. "Aku ingin bertemu dengan kak Adeline.""Belum waktunya kamu bertemu dengan kakakmu," jawab papa."Kenapa belum waktunya? Apa mama dan lapa belum memberitahu tentang siapa kak Adeline sebenarnya?""Kami sudah menceritakan semuanya. Kita harus memberi waktu untuk kakakmu agar bisa memahami apa yang terjadi dimasa lalu," jawab papa.Adrian terdiam, apa yang papanya katakan ada benarnya. Pasti tidak mudah untuk kakaknya bisa menerima keluarganya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya terpisah."Kita sekarang bersabar saja, tunggu sampai kakakmu bisa memahami semuanya," timpal mama. "Kita bersabar saja," sambung papa menenangkan putra kesayangannya."Lebih baik kamu sekarang ganti bajumu lalu makan," ucap mama.Adrian menghela napas, "iya baiklah, kalau itu yang terbaik.".....Bianca pulang ke rumah dengan wajah kesal. Dilihatnya ke sekeliling rumah yang nampak sepi. "Non Bianca ,,,," sapa bibi datang dari arah belakang sehingga membuat
"Bianca ,,,," Ronald menjeda ucapannya. "Apa yang telah terjadi tadi, menurutku itu hanyalah sebuah kekhilafan."Kening Bianca mengernyit. "Apa maksudmu itu sebuah kekhilafan?""Itu ,,," Ronald terdiam sesaat. "Aku rasa itu sebuah kekhilafan.""Ucapanmu membuatku tersinggung," rajuk Bianca. Tangannya kembali melingkar di leher Ronald. "Yang terjadi tadi memang sebuah kekhilafan." Ronald melepaskan tangan Bianca dari lehernya.Wajah Bianca berubah kesal. "Aku tidak mau tahu, kamu mau berpikir apa! Yang terjadi tadi, bagiku bukan sebuah kekhilafan. Yang kita lakukan tadi karena kita sama-sama menginginkannya. Itu bukan sebuah kekhilafan!""Bianca ,,," Ronald mencoba memberi pengertian."Aku ini bukan boneka yang bisa kamu perlakukan sesuka hati kamu!" Bianca langsung berdiri. "Aku tidak terima kamu menghinaku seperti ini!""Bianca ,,," Ronald mencoba tetap bersikap lembut untuk memberi pengertian pada Bianca agar tidak marah, urusannya bisa rumit kalau Bianca sampai melapor pada maman
Bianca terpekik senang begitu Ronald tiba-tiba menggendong tubuhnya. Dengan cepat, tangannya langsung melingkari leher Ronald agar tidak terjatuh.Tubuh Bianca ditidurkan di atas sofa, napas Ronald sudah naik turun tidak beraturan. Gejolak hasrat di dadanya tidak bisa di bendung lagi tatkala melihat rok mini Bianca tersingkap sehingga memperlihatkan kain transparan berenda hitam yang menutupi aset pribadi Bianca.Dalam hati Bianca bersorak sorai, ternyata untuk membangkitkan gairah seorang Ronald tidaklah sulit, hanya dengan sedikit sentuhan saja Ronald sudah terbakar api gairahnya.Ronald membuka jas yang menutupi tubuh kekarnya, dilemparnya sembarang arah dengan pandangan yang tidak beralih dari tubuh Bianca yang telentang pasrah. Sungguh pemandangan indah saat itu bagi Ronald melihat rok tersingkap dan baju bagian atas yang sudah terbuka kancingnya sehingga memperlihatkan dua bukit kembar yang begitu menantang.Untuk semakin memancing Ronald agar semakin terbakar gairahnya, Bianca
"Yes!! Si Ronald terlihat marah!" bisik hati kecil Bianca. "Darimana kau mendapatkan ini?" tanya Ronald geram. "Adikmu, dari adik tersayangmu. Meski pria yang sedang bersama istrimu itu hanya nampak bagian belakangnya saja, tapi ini cukup untuk membuktikan istrimu selingkuh," jawab Bianca langsung mengambil kembali ponselnya dari tangan Ronald.Irene atau Pamela?" "Irene!""Kapan Irene mendapatkan foto itu?" tanya Ronald."Tanpa sengaja Irene melihat kakak iparnya sedang duduk dengan seorang pria di sebuah restoran ketika dia dan pacarnya ada perlu dengan temannya yang bekerja di restoran itu," jelas Bianca."Kapan?""Tadi pagi," jawab Bianca. "Istri yang kamu puja-puja itu ternyata sedang asyik bersama pria lain, sementara kamu di sini sedang merindukannya. Kasihan sekali dirimu."Ronald mengepalkan tangannya, napasnya naik turun menahan marah. "Brengsek! Kenapa Irene tidak menghubungiku melihat Adeline ada di restoran itu?"Bianca mengangkat kedua bahu. "Mana aku tahu. Mungkin I
Ronald dan Jeni melihat Bianca masuk dengan senyum mengembang di bibirnya. "Nona Bianca," sapa Jeni sopan."Hai, Jeni. Apa kabar?" tanya Bianca ramah, padahal biasanya tidak pernah seramah itu pada Jeni."Kabarku baik, nona," jawab Jeni.Setelah itu, Jeni keluar dari ruangan Ronald."Kamu sudah makan siang?" tanya Bianca setelah melihat pintu tertutup rapat. "Belum," jawab Ronald datar. "Sudah aku duga, kamu pasti belum makan siang." Bianca meletakkan paper bag yang dibawanya di atas meja. "Apa itu?" tanya Ronald baru menyadari Bianca datang tidak dengan tangan kosong."Spaghetti," jawab Bianca. "Aku tidak mau.""Susah payah aku membelinya untukmu sampai rela mengantri segala. Hargailah perjuanganku ini!""Aku tidak lapar," jawab Ronald santai. "Kamu tidak menghargai usahaku. Aku buang saja kalau kamu tidak mau."Sejenak Ronald terdiam, melihat spaghetti yang mengeluarkan aroma khas. "Baiklah, aku makan.""Nah, begitu dong. Hargai usahaku.""Di mana kamu beli spagheti ini?" tany
Adeline menatap dalam wajah wanita yang mengaku sebagai ibunya. Wajah yang memang tidak jauh berbeda dengan wajahnya serta mempunyai kulit putih yang sama. "Adeline," panggil Tuan Adras. "Kami tahu, kamu pasti terkejut dengan semua berita ini. Kami juga tahu bagaimana perasaan kamu, tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau kami sangat mencintai kamu."Tatapannya Adeline beralih pada Tuan Adras. Seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang telah didominasi warna putih tetapi masih terlihat gagah. Wajah yang sangat berkharisma apalagi ditunjang dengan pakaian yang pastinya sangat mahal, ditambah dengan jam tangan bermerk yang bertengger di tangannya. "Benarkah ini ayahku?!" meyakinkan dirinya sendiri. "Putriku, mama sangat merindukan kamu. Selama bertahun-tahun, mama dan papa mencarimu kemana-mana. Panti asuhan tempat kami menitipkan mu saat masih bayi sudah tidak ada karena kebakaran. Semua data pribadimu hilang." Nyonya Adras mencoba menjelaskan."Iya betul, apa yang mama kamu uc
"Dia wanita tak tahu diri! Tukang selingkuh! Apa tak cukup, bukti yang telah adikmu berikan itu?!""Ma!" Ronald terlihat putus asa. "Tidak seperti itu. Aku....."Mendengar suaminya penuh kebimbangan, Adeline sontak merasakan amarah yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.Selama ini, dia tak pernah melakukan hal aneh.Adeline selalu berusaha jadi istri dan ipar yang baik. Bahkan terkadang nyaris jadi pembantu di rumah ini?Selama ini, dia diam karena Ronald menenangkannya di belakang.Tapi, bagaimana bisa Ronald bimbang seperti ini saat semua meragukan kesetiaanya?Namun belum sempat Adeline berbicara, mertuanya segera bertindak. "Ronald! Apa masih kurang bukti foto yang Irene berikan?!"Merasa namanya disebut, kakak dari Ronald itu segera memberikan ponsel miliknya pada Melanie."Lihat ini!" Melanie memutar video yang ada di dalam ponsel Irene. "Tidak ada fitnah! Semua bukti nyata, istrimu telah selingkuh!"Ronald tertegun. Kedua bola matanya tak berkedip melihat video yang sedang berp...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments