Adeline selalu dihina oleh mertua dan iparnya, tapi parahnya sang suami yang seharusnya membela, malah ikut terjebak dalam pusaran permainan fitnah keluarganya sendiri. Cukup sudah! Wanita itu memutuskan pergi, tapi siapa sangka salah satu teman lamanya mendadak memberitahu bahwa Adeline yang selalu direndahkan itu adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya yang sejak kecil menghilang?!
Lihat lebih banyak"Sabar pa. Tahan emosimu," bujuk Nyonya Adras mengelus lembut punggung tangan suaminya. "Kita harus tetap berkepala dingin tuan. Adeline akan ketakutan jika melihat tuan seperti ini. Adeline ini mempunyai hati yang lembut. Melihat kekacauan sedikit saja, dia akan ketakutan."Tuan Adras menghela napas. "Dengar apa yang dikatakan Pak Axel. Kita susah payah mencarinya selama bertahun-tahun, jangan sampai putri kita ketakutan. Aku juga marah pada keluarga suaminya, tapi kita harus tetap tenang."Tuan Adras perlahan mulai tenang. Wajah yang tadi terlihat tegang berangsur tenang. "Keluarga suami Adeline membuatku sangat marah. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka.""Iya, untuk masalah itu biar nanti dipikirkan lagi. Sekarang, apa yang akan kita lakukan? Apa sudah saatnya kita bertemu dengan Adeline?" tanya Nyonya Adras pada suaminya."Aku ingin cepat membawanya pulang agar tidak ada yang menyakitinya lagi. Bagaimana menurut anda, Pak Axel?""Lebih cepat, lebih baik, tapi ,,,""Tapi
Adeline terdiam, pertanyaan Axel sebuah kemustahilan baginya. "Bertemu dengan kedua orang tuaku?" Adeline menghela napas. "Itu hanya sebuah mimpi disiang bolong," bisiknya dalam hati. "Hello ,,," Axel mengipaskan tangannya di depan Adeline. "Ditanya malah bengong!""Pertanyaanmu itu, bagiku sesuatu yang mustahil," ujar Adeline tersenyum kecut."Ayolah, jangan pesimis begitu.""Masalahnya ini berbeda, bagiku itu mustahil. Kamu bisa bicara seperti itu karena bukan kamu yang berada diposisiku. Seumur hidup aku tidak pernah mengetahui siapa kedua orang tuaku. Aku diadopsi dari bayi merah di panti asuhan lalu apa yang aku harapkan?"Axel terdiam menatap wajah Adeline yang tertunduk melihat gelas juicenya. Sorot mata yang begitu banyak menyimpan kesedihan. Ingin rasanya memberitahu Adeline kalau orangtuanya masih hidup dan sangat mencintainya, tapi itu bukan haknya. Biar Tuan Adras sendiri yang nanti memberitahu Adeline secara langsung.Waktu terus berjalan, sudah saatnya Axel harus kembal
Tak lama kemudian, ponsel Axel bergetar. Nama Tuan Adras tertera di layar ponsel. Hanya beberapa saat saja Axel bicara."Kelihatannya, kamu senang sekali," ujar Adeline setelah melihat Axel selesai bicara. Senyum Axel mengembang. "Apa terlihat jelas?" "Sepertinya telepon tersebut dari seseorang yang istimewa. Aku siap mendengarkan."Axel tertawa terbahak melihat Adeline sangat antusias. "Ha-ha-ha. Kau pasti sangat penasaran.""Iya, aku sangat penasaran! Siapa seseorang yang sangat istimewa itu?"Tawa Axel berhenti. Wajah tampannya berubah serius. "Nanti kamu juga akan tahu.""Aku ingin tahunya sekarang, bukan nanti. Ayolah Axel, ceritakan sekarang. Jangan membuatku jadi penasaran!"Axel meneguk juice jeruknya sebentar, kemudian lanjut bicara. "Belum waktunya kamu tahu."Adeline merengut. "Ok, baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Tapi by the way, aku belum tahu pekerjaanmu.""Kenapa? Apa kamu takut jika bekerja di kantorku?""Kurang lebihnya seperti itu. He-he-he," jawab Adeline. "Tida
"Adeline, ini aku!" Seorang pria ke luar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Adeline."Axel?!""Iya, aku Axel. Masa sudah lupa sama aku," jawab Axel dengan wajah senang.Adeline tersenyum lebar. Menyelinap perasaan senang dalam hatinya saat melihat Axel. "He-he-he," Axel terkekeh. "Kamu sedang apa di sini?"Senyum di wajah Adeline langsung menghilang."Kenapa?" tanya Axel menautkan kedua alisnya.Adeline menggeleng, senyumnya kembali mengembang, "tidak ada apa-apa. Aku kebetulan baru pulang dari warung. Lalu kamu, darimana dan mau kemana?""Kebetulan, aku mau bertemu dengan temanku. Karena jalan raya macet, aku ambil jalan pintas lewat perkampungan ini. Ternyata ada hikmahnya, aku bisa bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?""Kabarku baik, Axel. Mengenai lamaran kerja itu ,,,""Santai saja," potong Axel. "Kalau kamu ada waktu, kamu bisa datang kapan saja.""Tidak bisa begitu, Axel," ucap Adeline. "Kalau ada yang membutuhkan pekerjaan, berikan saja pekerjaan itu padanya. Aku b
Melihat majikannya hanya terdiam saja membuat Mang Ujang bertanya. "Apa nyonya juga sakit?"Melani mendengus kesal. "Kenapa sih, si bibi pakai acara sakit segala," omelnya. Mang Ujang hanya diam. Melanie mengeluarkan tiga lembar uang ratusan ribu dari saku. "Ini uang untuk ke dokter!" ucapnya ketus. "Iya, nyonya." Setelah itu, Melani berlalu pergi membawa hati yang kesal.Sementara itu, jauh dari kediaman Ronald Wijaya. Di dalam sebuah rumah sederhana, Adeline termenung sendiri depan jendela memandang bulan. Pikiran dan hatinya teringat dengan Ronald, suami yang telah ditinggalkannya."Kenapa hatiku gelisah dan selalu teringat dengan Ronald? Apa, dia baik-baik saja di sana?" gumam Adeline bertanya-tanya sendiri.Setelah cukup lama berdiri memandang bulan, Adeline menutup jendela rapat-rapat. Tubuh lelahnya naik ke atas tempat tidur sederhana. "Sedang apa Ronald saat ini? Apa dia mencariku atau Ronald malah bahagia, aku pergi dari rumahnya?" bisik Adeline memandang langit-langit
Bianca semakin gencar dalam merangsang Ronald. Jari jemarinya lincah bermain menyusuri tubuh Ronald, apalagi Bianca sudah sangat hapal titik kelemahan Ronald.Jantung Ronald semakin berdegup kencang, hasratnya sebagai laki-laki normal sudah tidak bisa dibendung. Tangan yang dari tadi hanya diam, sekarang mulai memeluk pinggang ramping yang berada di atas pangkuannya. Bianca ingin sekali berteriak kegirangan karena mendapat respon yang sangat menyenangkan dari Ronald. Usahanya tidak sia-sia sudah memakai baju yang begitu seksi dengan belahan dada yang terbuka.Mata sendu Ronald tidak lepas menatap belahan dada yang ada di depan mata. Dua bukit kembar yang sangat menantang begitu menarik perhatian.Bianca sengaja membusungkan dada lalu secara perlahan tangan Ronald yang berada dipinggangnya ditarik agar menyentuh dadanya.Satu tangan Ronald tepat berada disalah satu bukit kembar Bianca. "Kamu dulu begitu memuja punyaku ini. Tanganmu akan begitu lincah bermain dengan keduanya. Sekarang
Dalam hati, Bianca tersenyum senang ketika melihat Ronald tanpa berkedip melihat tubuhnya dari atas sampai bawah. "Laki-laki mana yang bisa melawan kemolekan tubuh seorang Bianca? Ronald sekalipun yang begitu sangat mencintai istrinya akan tunduk dan takluk ketika melihat tubuh molekku. Apalagi sekarang Ronald sedang kesepian, butuh belaian seorang wanita untuk menyalurkan hasratnya. Bodoh sekali istrinya, meninggalkan Ronald seperti ini."Ronald memalingkan wajah. Tiba-tiba wajah istrinya muncul dipelupuk mata, "Adeline," bisiknya dalam hati. Bianca mendekati Ronald. "Boleh, aku duduk di sini?" Ronald menggeser tubuh, memberi ruang Bianca duduk di sampingnya.Ronald mengambil ponsel, melihat setiap pesan yang masuk."Apa kamu sudah mencari istrimu?" tanya Bianca memulai percakapan."Dari pagi aku sudah mencarinya," jawab Ronald pelan. "Sejak Adeline pergi dari rumah ini, ponselnya tidak pernah aktif. Mungkin memang sengaja tidak diaktifkan, agar aku tidak bisa menemukannya.""Itu
Bianca tersenyum kecut, melihat perubahan wajah Ronald. Bianca tahu, Ronald tidak menyukai kehadirannya di rumah itu.Melanie kembali duduk di samping Bianca. Untuk mengalihkan perhatian Bianca dari sikap Ronald, Melani menawarkan kue yang ada di dalam toples. "Kamu sudah mencoba kue ini?""Belum," jawab Bianca datar. "Kue ini sangat enak. Tante sendiri yang membuatnya."Bianca mengambil kue. "Terima kasih, tante.""Mama, apa kak Adeline ada kabarnya?" tanya Pamela."Untuk apa kamu tanyakan wanita itu?" ujar Melani tak suka."Memangnya kenapa? Biar bagaimanapun, kak Adeline masih menantu mama," jelas Pamela. "Kak Adeline masih istrinya kak Ronald.""Yang dikatakan Pamela itu, benar tante," ucap Bianca. "Apa tante tidak berusaha mencarinya.""Untuk apa? Lebih bagus, di rumah ini tak ada wanita itu!" "Bagaimana kalau kak Adeline bertemu orang jahat di luar sana? Pasti yang nanti akan direpotkan tetap kak Ronald," tutur Pamela.Melanie terdiam, apa yang dikatakan putri bungsunya ada be
"Terima kasih kawan atas pujiannya," Ronald menepuk bahu Ivan. "Tapi ngomong-ngomong, apa loe sudah menikah?" "Nasib gue kurang beruntung dalam pernikahan," jawab Ivan."Kenapa?" "Gue tidak beruntung dalam mendapatkan seorang istri," jawab Ivan getir."Maksudnya?" tanya Ronald."Mantan istri gue lebih tertarik dengan uang daripada dengan janji suci pernikahan.""Kalian bercerai?" "Iya. Dia pergi dengan pria itu. Bahkan anaknya sendiripun dilupakan," jelas Ivan tersenyum kecut. "Berapa anak loe?""Baru satu. Laki-laki umur 2 tahun," jawab Ivan. "Ibu gue yang merawatnya.""Sabar ya," Ronald menepuk bahu Ivan sebagai rasa empati. "Semua orang sudah punya takdirnya masing-masing.""Awalnya, gue tidak bisa menerima kenyataan pernikahan gue gagal, tapi lambat laun gue bisa mengikhlaskannya. Mantan istri gue bukan yang terbaik. Ini memang sudah jalan hidup yang harus gue lalui. Pelajaran bagi gue agar nantinya lebih berhati-hati dalam mencari wanita yang benar-benar mencintai gue apa ada
"Dia wanita tak tahu diri! Tukang selingkuh! Apa tak cukup, bukti yang telah adikmu berikan itu?!""Ma!" Ronald terlihat putus asa. "Tidak seperti itu. Aku....."Mendengar suaminya penuh kebimbangan, Adeline sontak merasakan amarah yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.Selama ini, dia tak pernah melakukan hal aneh.Adeline selalu berusaha jadi istri dan ipar yang baik. Bahkan terkadang nyaris jadi pembantu di rumah ini?Selama ini, dia diam karena Ronald menenangkannya di belakang.Tapi, bagaimana bisa Ronald bimbang seperti ini saat semua meragukan kesetiaanya?Namun belum sempat Adeline berbicara, mertuanya segera bertindak. "Ronald! Apa masih kurang bukti foto yang Irene berikan?!"Merasa namanya disebut, kakak dari Ronald itu segera memberikan ponsel miliknya pada Melanie."Lihat ini!" Melanie memutar video yang ada di dalam ponsel Irene. "Tidak ada fitnah! Semua bukti nyata, istrimu telah selingkuh!"Ronald tertegun. Kedua bola matanya tak berkedip melihat video yang sedang berp...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen