Share

2. Pergi Membawa Luka

Author: lyns_marlyn
last update Last Updated: 2024-10-03 15:22:43

"Perlu taksi bu?"

Untungnya, sebuah mobil berhenti tak lama di depan Adeline.

Ia sontak mengangguk. "Iya," jawab Adeline dengan cepat. "Apa ini kosong?"

"Kosong bu!" jawab sopir dari dalam.

Tanpa membuang waktu, Adeline segera menaruh kopernya dalam bagasi, setelah selesai Adeline segera masuk ke dalam mobil.

Perasaan lega langsung menyelimuti hati Adeline begitu duduk di dalam mobil.

"Ke mana bu?!" tanya sopir.

Adeline terdiam. Wajahnya menyiratkan kebingungan. "Ke mana? Dirinya mau ke mana?" pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Adeline.

"Bu," panggil sopir taksi melihat Adeline dari kaca spion dalam. "Ibu mau ke mana?"

"Jalan saja pak. Nanti saya kasih tahu," jawab Adeline.

Mobil melaju meninggalkan jalan yang telah memberi kenangan pahit dalam hidup Adeline. Meninggalkan luka di hati Adeline yang tak mungkin bisa sembuh dalam hitungan hari.

Setelah beberapa menit melaju, sopir taksi kembali bertanya. "Maaf, ibu mau ke mana? Saya harus tahu alamat yang mau ibu tuju."

"Ke hotel pak," jawab Adeline. "Hotel atau penginapan yang murah didekat-dekat sini saja."

"Baik bu," jawab sopir.

Adeline terdiam, pandangannya melihat ke luar. Perlahan lamunannya membawa pada kejadian beberapa menit yang lalu saat dirinya begitu marah dengan suaminya yang tidak mempercayainya lagi. Matanya yang sembab sekarang basah kembali oleh genangan air mata.

Sopir diam-diam memperhatikan Adeline. Ingin bertanya, tapi segan.

Adeline mengusap pipi yang telah basah oleh air mata bahkan isak tangisnya tak bisa ditahan lagi. Adeline menangis menumpahkan segala kesedihan yang dari tadi dipendamnya.

"Bu," panggil sopir iba. "Kenapa ibu menangis? Apa ibu baik-baik saja?!"

Adeline segera mengusap air matanya.

Adeline kembali duduk tenang. "Maaf, saya sedang terbawa perasaan."

Sopir taksi itu mengangguk walau ragu. "Oh, iya.Penginapan seperti apa yang ibu mau?"

"Penginapan yang murah saja pak," ujar Adeline teringat isi dompetnya tidak ada uang banyak bahkan tidak membawa barang berharga, apalagi sekarang harus membayar taksi.

"Baik bu," jawab sopir. "Kalau boleh tahu, berapa lama ibu akan tinggal di penginapan? Biar nanti saya carikan yang sesuai."

"Saya tidak tahu," jawab Adeline pelan. Memang benar-benar tidak tahu.

"Boleh saya kasih saran bu?!"

"Saran apa?!"

"Menurutku, jika ibu akan lama tinggal di penginapan, lebih baik ibu sewa saja kontrakan atau tempat kost-kostan. Itu akan jauh lebih menghemat," jawab sopir. "Tapi itu terserah ibu, saya hanya memberi saran karena yang saya lihat, ibu sepertinya sedang dalam kesulitan."

Saran dari sopir masuk akal juga. Adeline mengangguk. "Boleh juga. Apa ada kontrakkan yang murah?!"

"Ada bu! Kebetulan kontrakkannya dekat rumah saya!" jawab sopir.

Mata sembab Adeline berbinar. Setidaknya dalam kesedihan telah difitnah mertuanya masih ada orang lain yang peduli. "Kalau begitu kita ke sana pak!"

Tak membutuhkan waktu lama. Rumah kontrakan yang ternyata cukup nyaman telah Adeline sewa dan siap untuk ditempati selama beberapa waktu ke depan.

Untungnya, dari begitu banyak musibah, ada hal baik yang juga mengikuti Adeline.


Setelah turun hujan pasti akan muncul pelangi...

Adeline percaya itu.

Terbukti hari ini, badai telah berlalu di hidup Adeline Shabira.

Setelah melewati masa-masa sulit, sudah saatnya Adeline harus bangkit karena hidup terus berlanjut.

"Semoga hari ini aku mendapat pekerjaan," gumam Adeline, setelah itu bergegas pergi mencari kerja.

Meski ditolak, semangatnya tidak padam.

Mungkinkah lepas dari jerat mertua dan ipar toxic, mengubahnya seperti ini?


Tin!

Tin!


Suara klakson mobil mendadak menghentikan langkah Adeline.

Ditengoknya ke belakang, sebuah mobil Fortuner hitam berhenti tepat di belakangnya.

Tak lama kemudian, pria bersetelan jas hitam keluar dari dalam mobil. Senyum lebar terukir dibibir tipisnya.

"Axel?" seru Adeline tak percaya melihat orang di depannya.

Bagaimana bisa ia bertemu sahabat lamanya di sini?

"Apa kabarmu?l" tanya Axel setelah berdiri depan Adeline.

"Baik, kabarku sangat baik! Kupikir siapa yang berisik dengan klakson," canda Adeline, "eh ternyata Mr. Axel."

"He-he-he," Axel terkekeh. "Kamu sedang apa di sini?"

Adeline menghela napas.

Wajah senangnya berubah jadi sedih. "Panjang. Bisakah kita bicara di tempat lain?!"

Tanpa banyak bertanya, Axel membawa Adeline ke sebuah restoran yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Ok, pesanan sudah datang. Sebaiknya kita habiskan dulu sarapan kita ini. Setelah itu, kita lanjut bicara. Bagaimana?!" tanya Axel setelah mereka berdua telah duduk di dalam restoran.

Adeline mengangguk, "iya, kebetulan aku juga belum sarapan."

Tak ada yang bicara lagi, Axel berusaha membuat Adeline senyaman mungkin, apalagi melihat kedua mata Adeline terlihat bengkak seperti baru habis menangis.

"Makanannya enak," puji Adeline setelah selesai menghabiskan semua isi piringnya.

"Baguslah kalau kamu suka."

Gurat kesedihan nampak jelas diwajah Adeline. Disembunyikan serapat apapun tetap kelihatan di mata Axel. Persahabatan yang telah terjalin cukup lama membuat Axel sangat mengenal Adeline.

"Axel," Adeline memulai pembicaraan setelah beberapa saat diam. "Apa kamu bisa membantuku?!"

"Bantu apa?!" tanya Axel.

"Mencarikanku pekerjaan," jawab Adeline pelan.

Axel terdiam, menatap wajah Adeline yang tertunduk penuh dengan gurat kesedihan.

"Aku butuh pekerjaan untuk menyambung hidupku," bisik Adeline serak. Bayangan dirinya keluar dari rumah suaminya kembali menari dalam kepalanya sehingga butir air mata satu per satu jatuh membasahi pipi.

Axel tak bicara. Hatinya terenyuh melihat sahabatnya yang nampak sedih dan tertekan.

Perlahan satu per satu cerita mengalir dari bibir Adeline tanpa Axel minta. Penderitaan yang selama ini dipendamnya, diceritakan semua pada Axel sampai berani mengambil keputusan pergi meninggalkan suami yang lebih percaya pada ibunya yang jelas-jelas telah memfitnah dirinya.

"Jadi, saat kita bertemu itu, adik iparmu telah membuat video kita?!" tanya Axel.

Adeline mengangguk.

"Astaga!" Axel geleng-geleng kepala. "Mereka telah salah paham. Kenapa kamu tak menjelaskan semuanya kalau kita ini berteman?!"

"Untuk apa?!" ucap Adeline serak di antara isak tangisnya. "Tak ada yang akan percaya padaku. Bahkan suami yang aku junjung tinggi pun, tak sedikitpun percaya padaku."

"Jahat sekali mereka!" umpat Axel geram. "Bisa ku bayangkan, kamu pasti sangat tersiksa."

Adeline tersenyum getir. "Terkadang aku berpikir, kenapa hidup ini begitu tidak adil?"

Axel memandang iba Adeline. "Jangan berpikir seperti itu! Jangan berprasangka buruk pada hidupmu!"

"Tapi itu kenyataannya," tukas Adeline. "Aku bahkan tidak tahu dari rahim siapa aku dilahirkan! Jangankan mertua dan suamiku yang sayang padaku, kedua orangtuaku sendiri, tega membuangku ke panti asuhan!"

Axel diam, tapi hati kecilnya bicara, "seandainya kamu tahu siapa dirimu yang sebenarnya, aku yakin kamu pasti akan terkejut. Sabarlah, aku akan membantumu keluar dari masalah hidup yang menurutmu tidak adil."

Adeline menghapus air mata di pipi. "Maafkan aku Axel. Aku terbawa suasana hati sehingga bicara yang tidak-tidak."

"Tak apa Adeline. Kamu bebas bercerita apa saja padaku," ujar Axel. "Setidaknya dengan bercerita, beban hatimu sedikit bisa terobati. Tapi ngomong-ngomong, apa kamu mau bekerja di tempatku?!"

Hah?

Mata Adeline membelalak mendengar ucapan Axel.






Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    3. Di mana?

    Wajah sendu Adeline langsung berubah senang, "Mau, mau!"Axel mengeluarkan kartu nama dari dompetnya. "Ini alamat kantorku. Datanglah besok jam sepuluh pagi.""Iya, baik!"Drrt!Ponsel Axel bergetar. Nama Tuan Adras tertera di layar ponsel."Siapa?!" tanya Adeline penasaran karena Axel terpaku melihat layar ponselnya."Klienku, Tuan Adras. Salah satu konglomerat dengan aset triliunan yang sedang mencari putrinya yang hilang dipanti asuhan beberapa tahun ke belakang." Adeline terkejut mendengarnya. Sebenarnya, sudah sejauh mana Axel berubah menjadi sukses?Hanya saja, Adeline tak enak bila bertanya.Sementara itu, di dalam rumah mewah bergaya Eropa modern, Nyonya Adras sedang duduk melamun di ruang keluarganya yang megah dengan segala macam pajangan rumah yang terbuat dari kristal."Adeline, di mana kamu sekarang nak? Mama sangat merindukanmu," gumamnya lirih, mata sendunya menyiratkan begitu banyak kerinduan dalam hati."Ma!" panggilan dari putra bungsunya membuyarkan lamunan Nyonya

    Last Updated : 2024-10-03
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    4. Misi Axel

    Tak terasa, hari berlalu cepat.Saat ini, Adeline bahkan sedang sibuk mencari baju yang pantas untuk dipakai kerja esok hari--sesuatu yang tak mungkin ia lakukan saat menjadi menantu Melanie."Baju ini saja," Adeline mengambil salah satu bajunya di lemari. "Ini cocok aku pakai ke kantor Axel. Terlihat sopan."Drrrt!Ponsel Adeline bergetar. Nama Axel tertera di layar ponsel.Axel: [Aku di depan rumahmu!'Hah?Bergegas Adeline melangkah untuk membuka pintu."Hai," Axel berdiri, tersenyum begitu pintu dibuka."Kamu ngapain ke sini?!" tanya Adeline kaget bercampur cemas. "Ini sudah malam!"Axel memperlihatkan kantung plastik putih kecil yang ada di tangannya. "Apa kamu mau menemaniku makan malam?!""Apa itu?!""Nasi goreng!" jawab Axel melangkah masuk melewati Adeline. "Nasi goreng langganan kita waktu masih sekolah dulu.""Masih jualan si abang itu?!""Sudah diganti dengan putranya. Semoga rasanya masih sama," jawab Axel memberikan satu kotak nasi goreng pada Adeline. "Makanlah!"Wangi

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    5. Cerai!

    Sementara itu di Kediaman Ronald Wijaya..... "Baru tiga hari yang lalu kamu kakak transfer. Masa sudah habis lagi?" tanya Ronald heran. "Habis dong kak! Uang jajan yang kakak kasih, tidak ada artinya dibandingkan dengan uang jajan teman-temanku di kampus," protes Irene. "Mereka bahkan memakai mobil sendiri pergi ke kampus, sementara aku harus bergantian dengan Pamela." "Jadi maksudmu ingin pergi kuliah dengan mobil sendiri," tebak Pamela. "Iya dong!" Pamela mencibir. "Dasar otak sombong. Masih untung dikasih uang jajan sama kak Ronald, kuliah juga kamu tidak ada prestasinya. Datang ke kampus cuma buat ngecengin cowok-cowok." "Hati-hati kamu kalau bicara!" bentak Irene tersinggung. "Memang kenyataanya begitu! Lihat saja penampilanmu sekarang," tunjuk Pamela pada baju Irene. "Ke kampus seperti mau pergi ke klub malam. Seksi bener!" ledeknya. Wajah Irene memerah. Aliran darahnya terasa mendidih. "Kurang ajar kau!" "Apa?! Kenapa?! Marah?! Memang begitu kenyataannya! Kamu

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    6. Pertemuan Tak Terduga

    Tok tok tok! Ruang kerja Axel diketuk dari luar. Fahira, sekretaris sekaligus tangan kanannya masuk. "Pak, sebentar lagi ada pertemuan dengan Tuan Ronald, pemilik dari Sky Gold Corp. "Jam berapa?!" tanya Axel tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop yang ada di depan. "Jam sepuluh pagi ini." "Ok! Sebentar lagi saya berangkat! Kamu siapkan saja semua berkas-berkas penting yang harus saya bawa!" "Baik, pak!" "Eh, tunggu!" cegah Axel ketika melihat Fahira akan melangkah pergi. "Iya, pak?" Axel melihat arloji yang melingkar di tangan. "Nanti jam sepuluh, ada temanku yang akan datang melamar kerja. Namanya Adeline Shabira." "Melamar pekerjaan? Bukankah, kantor kita saat ini tidak sedang menerima pegawai baru?!" "Memangnya kau tidak mau ada orang yang membantumu?!" "Tentu saja saya mau, pak!" jawab Fahira cepat, mengerti dengan maksud bosnya. "Sudah lama saya menantikan hal seperti ini." "Ok! Saya serahkan Adeline padamu dan ingat! Jangan bertanya apapun padanya

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    7. Penghinaan Yang Sangat Menyakitkan

    Senyum sinis terukir di bibir Irene. "Saya memang miskin, tapi saya punya hati!" ujar Adeline bicara penuh penekanan, tajam menatap iris mata Irene. "Ingat Irene! Roda kehidupan akan terus berputar. Saat ini kau boleh berbangga dengan apa yang kau punya, tapi kita lihat, apa kau masih bisa tertawa saat tamparan kehidupan menghampirimu!" Irene tak gentar sedikitpun. Jiwa keangkuhannya begitu terpampang nyata. Kakinya yang terbalut snakers putih maju satu langkah, berdiri menantang depan kakak iparnya. "Selama nyawaku masih di badan, kehidupan akan selalu berpihak padaku! Karena aku terlahir dari keluarga baik-baik, tidak seperti kau yang tidak tahu darimana berasal! Bisa saja, kau terlahir dari wanita murahan!" "Tutup mulutmu!" bentak Adeline kencang. Darahnya seakan mendidih. Walau tidak tahu dan tidak pernah melihat wajah wanita yang telah melahirkannya, tapi jika Irene menghina ibunya seperti itu, Adeline tidak terima. Melihat Adeline begitu emosi, Irene malah semakin gencar me

    Last Updated : 2024-10-07
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    8. Kedatangan Orang Dari Masa Lalu

    "Nyonya, jalan sangat macet," ujar sopir."Apa tidak bisa mencari jalan lain, pak?!" tanya Nyonya Adras melihat ke luar lewat jendela kaca mobilnya. "Mobil kita berada ditengah-tengah. Saya tidak bisa maju ataupun mundur. Terpaksa kita hanya bisa menunggu sampai kemacetan terurai."Nyonya Adras menghela napas. "Ya sudah. Mau bagaimana lagi?!"Sementara itu, di tempat lain. Irene baru saja sampai di rumah besarnya, kediaman Wijaya. "Bi!" suara nyaringnya memecah kesunyian rumah tatkala kakinya melewati pintu utama.Wanita tua datang tergopoh-gopoh. "Iya, non!""Di mana, mama?!" "Ada di kamarnya," jawab bibi. Irene langsung pergi menuju ke kamar mamanya. Brukh!Tas serta buku yang dibawanya langsung dilempar Irene ke atas sofa sudut begitu masuk ke dalam kamar."Apa tidak bisa kau mengetuk pintu terlebih dahulu?!" semprot Nyonya Melanie marah. Irene tak menggubris. Wajahnya merah, terlihat jelas suasana hatinya sedang kesal. "Ada apa?!" tanya Melani. "Aku tadi bertemu dengan wan

    Last Updated : 2024-10-09
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    9. Luka Di Hati Bertambah Luka

    Ronald duduk gelisah bercampur kesal diruang kerjanya. Setelah tadi mendapat kabar, pihak dari Sahara Gold Corp membatalkan pertemuannya, Ronald kembali ke kantor.Sarah, sekretaris pribadi Ronald hanya diam mematung. Tak berani bicara, takut jadi sasaran kemarahan karena suasana hati bosnya sedang tidak baik-baik saja."Sialan!" umpat Ronald, kata pertama yang keluar dari bibirnya setelah cukup lama terdiam. "Dasar tidak profesional! Kalau dari Sahara Gold menghubungi kita, katakan pada mereka, kita membatalkan semua kerjasama! Saya tidak mau bekerjasama dengan perusahaan yang tidak profesional. Dipikirnya siapa mereka sampai berani membatalkan pertemuan yang telah disusun dari jauh-jauh hari!""Baik, pak!" Sarah langsung pergi ke luar.Ronald menghela napas. Detik berikut, pintu ruangannya kembali didorong dari luar. "Hai!"Ronald sejenak tertegun, melihat wanita baju merah masuk. "Bianca?!"Senyum lebar tersungging di bibir Bianca. "Rupanya, kamu masih mengingatku."Sarah masuk. "

    Last Updated : 2024-10-14
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    10. Ibu Yang Hanya Mementingkan Diri Sendiri

    Bianca dan Ronald telah selesai menghabiskan makan siangnya."Ternyata steak di sini sangat lezat," puji Bianca. "Piringku sampai kosong. Andai aku tak takut gemuk, sudah dipastikan, aku akan pesan lagi.""Pesanlah kalau kamu masih mau.""No! Cukup sudah makan siangku. Tak mau tubuhku jadi melar karena terlalu banyak makan," tolak Bianca.Tak lama datang hidangan penutup berupa puding mangga. "Kesukaanmu tidak pernah berubah, puding mangga."Bianca tersenyum senang. "Rupanya, kamu masih mengingatnya.""Bagaimana mungkin aku bisa lupa. Setiap kali kita makan di luar, hidangan penutupnya pasti puding mangga dan itu seperti makanan wajib untukmu."Tak ada yang bicara lagi. Keduanya telah larut dalam kenikmatan puding mangga. Kenangan demi kenangan, satu per satu terbayang dalam ingatan Ronald dan Bianca. Biar bagaimanapun, pernah ada cinta di hati keduanya. Sesaat setelah menghabiskan puding mangga, Bianca membuka pembicaraan. "Ronald, sejujurnya aku datang menemui mu untuk minta maaf

    Last Updated : 2024-10-15

Latest chapter

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    41. Bukan Seorang Bos

    Ronald menghirup uap kopi miliknya. Dirinya sudah malas untuk bicara dengan Rani."Apa kamu sudah punya anak?" tanya Rani basa basi untuk memancing Ronald bicara."Bukan urusanmu!" jawab Ronald ketus.Rani tersenyum kecut. "Sialan. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Pantang bagiku untuk kalah dari pria yang sok suci sepertimu!" bisik hati kecil Rani.Ronald mengedarkan pandangan ke sekeliling, meja dan bangku panjang yang tadi kosong sekarang sudah banyak orang. Kebanyakan dari mereka para pria yang sengaja datang untuk minum kopi sambil merokok dan mengobrol."Mau tambah kopinya?" tanya Rani ketika melihat cangkir kopi Ronald sudah mau habis."Tidak!""Sepertinya kau sedang ada masalah," tebak Rani."Jangan sok tau!" "Wajahmu yang mengatakannya," sambung Rani.Ronald mendengus kesal. "Boleh percaya atau tidak, aku bisa membaca orang lewat wajahnya," ujar Rani menatap lekat wajah Ronald. "Kau sedang dalam masalah besar.""Memangnya kau seorang cenayang?!" "Hi-hi-hi," Ran

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    40. Godaan Wanita Malam

    Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang yang berada di mansion Tuan Adras. Putri satu-satunya yang telah lama hilang bertahun-tahun sekarang telah kembali. "Mama sangat bahagia sekali, sekarang kamu telah berada ditengah-tengah kami. Sekarang keluarga kita lengkap lagi.""Iya, pencarian kita selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Ini semua berkat Pak Axel. Dulu kami meminta bantuan orang lain untuk mencari putri kami, tapi tidak pernah ada hasilnya. Setelah Pak Axel yang menanganinya, ternyata sangat membuahkan hasil. Adeline Shabira Evander telah kembali," sambung Tuan Adras dengan wajah yang berseri melihat putrinya."Tuan terlalu berlebihan memuji, saya hanya meneruskan apa yang telah orang lain kerjakan," jawab Axel merendah."Aku sekarang punya kakak, ada tempat untuk cerita. Rasanya senang sekali." Adrian ikut bicara."Memangnya kamu tidak bisa cerita ke mama?""Bisa, tapi rasanya berbeda kalau cerita ke kakak sendiri. Kalau ke mama pasti ujungnya aku diomelin," ja

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    39. Pulang

    "Ronald! Kau mau apa?" Bianca kaget bukan kepalang saat Ronald menariknya kasar. "Lepaskan!""Ke luar dari kamarku!" usir Ronald.Tubuh Bianca didorong ke luar. "Jangan pernah masuk ke kamarku lagi!"Blughhh!Bianca meloncat kaget saat Ronald menutup pintu kamar sampai menimbulkan suara yang cukup keras. "Astaga! Kesurupan setan apa si Ronald?"Dari balik pintu yang tertutup, Ronald berdiri mematung, tangannya terkepal menahan marah disisi kiri dan . Lilin yang tersusun rapi di lantai langsung diinjaknya satu per satu untuk meluapkan amarahnya. "Brengsek! Sialan!" Sementara itu di luar kamar, Bianca merapikan baju tidurnya yang tipis menerawang. "Dasar gila! Brengsek! Awas kau, Ronald!""Ada apa ini?" Terdengar suara Tante Melanie baru saja ke luar dari dalam kamar. "Ada apa, ma?" Terdengar pula suara Irene disusul suara Pamela."Suara apa itu?"Bianca yang hendak pergi ke kamarnya terhenti langkahnya melihat Tante Melanie, Irene dan Pamela berdiri tidak jauh darinya."Ada apa

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    38. Lilin Saksi Masa Lalu

    Ronald melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan melihat ke sekitar. Puluhan lilin bahkan mungkin ratusan lilin telah menghias kamarnya. Cahaya remang-remang yang hanya dihasilkan dari cahaya lilin membuat Ronald tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang duduk di sofa menatap dirinya.Perlahan tubuh yang hanya terlihat seperti bayangan berdiri kemudian datang mendekat. "Ronald."Hidung Ronald mencium bau parfum yang tidak asing. "Bianca.""Aku membuat kejutan untukmu. Apa kamu menyukainya?" tanya Bianca berdiri di depan Ronald.Dalam cahaya temaram lilin, Ronald sekarang bisa melihat wajah Bianca dengan jelas. "Untuk apa kamu melakukan ini semua?""Untuk kamu. Aku ingin membuat kejutan untukmu, sengaja menyusun semua lilin ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?"Ronald melihat seluruh lilin yang menyala. "Dulu dan sekarang sudah berbeda.""Tidak ada yang berbeda." Bianca semakin mendekat. "Bagiku, dulu dan sekarang sama saja, tidak ada yang berbeda."Ronald menghind

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    37. Pencarian Seorang Suami

    Kevin tersenyum samar, sesaat melihat ke arah di mana tadi Irene pergi bersama Silvi. "Aku pulang duluan.""Hati-hati, bro," jawab temannya."Ok, sip!" Kevin lalu melihat Zahra. "Pulang duluan."Zahra tidak menjawab, Kevin langsung pergi meninggalkan Zahra yang terdiam. "Zahra," panggil teman Kevin."Apa?" tanya Zahra menoleh ke belakang."Tidak ikut Kevin?" tanyanya."Aku masih ada kelas," jawab Zahra langsung pergi.Semua teman Kevin menatap punggung Zahra yang semakin jauh pergi. "Aku yakin, pasti si Zahra menyukai si Kevin.""Sangat terlihat dari matanya, tapi menurutku si Zahra tidak bisa mengambil si Kevin dari si Irene," jawab temannya yang lain."Kenapa?""Secara kita tahu, bagaimana si Kevin yang begitu menyukai si Irene. Bahkan bisa dibilang, si Kevin ini bucin alias budak cinta," jawab yang satunya lagi."Ha-ha-ha. Benar juga, tapi biar bucin kalau setiap hari dapat godaan terus menerus dari si Zahra yang juga cantik begitu, seorang laki-laki pasti akan tergoda juga.""Iya

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    36. Cemburu

    "Apa maksud tante?" tanya Bianca mulai terpancing.Melanie diam. "Maksudnya apa, tante?" ulang Bianca. "Apa yang tante pikirkan tentang aku?""Tidak, tidak ada. Lupakan saja," jawab Melanie. "Anggap saja, tante tidak bertanya apa-apa.""Apa maksud tante, aku ini wanita yang sering tidur dengan banyak lelaki? Apa seperti itu tante?" tebak Bianca tersinggung."Tidak, tidak seperti itu. Kamu jangan salah paham!" Melanie cepat-cepat membantah."Tapi itu yang aku tangkap dari pertanyaan tante," suara Bianca mulai terdengar keras."Eh, kamu jangan salah paham. Bukan begitu maksud tante! Kamu berpikir terlalu jauh dan mengada-ada, tidak mungkin tante sampai berpikir seperti itu." Melanie cepat-cepat meluruskan apa yang Bianca pikirkan.Bianca terdiam, hatinya sangat tidak senang dengan apa yang dituduhkan Tante Melanie padanya. Walau tidak menjabarkan secara langsung, tapi pertanyaan Tante Melanie membuatnya tersinggung. Melihat wajah Bianca yang merengut, Melanie langsung mengalihkan pemb

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    35. Curiga

    "Pa," Adrian melihat papa dengan wajah memohon. "Aku ingin bertemu dengan kak Adeline.""Belum waktunya kamu bertemu dengan kakakmu," jawab papa."Kenapa belum waktunya? Apa mama dan lapa belum memberitahu tentang siapa kak Adeline sebenarnya?""Kami sudah menceritakan semuanya. Kita harus memberi waktu untuk kakakmu agar bisa memahami apa yang terjadi dimasa lalu," jawab papa.Adrian terdiam, apa yang papanya katakan ada benarnya. Pasti tidak mudah untuk kakaknya bisa menerima keluarganya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya terpisah."Kita sekarang bersabar saja, tunggu sampai kakakmu bisa memahami semuanya," timpal mama. "Kita bersabar saja," sambung papa menenangkan putra kesayangannya."Lebih baik kamu sekarang ganti bajumu lalu makan," ucap mama.Adrian menghela napas, "iya baiklah, kalau itu yang terbaik.".....Bianca pulang ke rumah dengan wajah kesal. Dilihatnya ke sekeliling rumah yang nampak sepi. "Non Bianca ,,,," sapa bibi datang dari arah belakang sehingga membuat

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    34. Kecewa

    "Bianca ,,,," Ronald menjeda ucapannya. "Apa yang telah terjadi tadi, menurutku itu hanyalah sebuah kekhilafan."Kening Bianca mengernyit. "Apa maksudmu itu sebuah kekhilafan?""Itu ,,," Ronald terdiam sesaat. "Aku rasa itu sebuah kekhilafan.""Ucapanmu membuatku tersinggung," rajuk Bianca. Tangannya kembali melingkar di leher Ronald. "Yang terjadi tadi memang sebuah kekhilafan." Ronald melepaskan tangan Bianca dari lehernya.Wajah Bianca berubah kesal. "Aku tidak mau tahu, kamu mau berpikir apa! Yang terjadi tadi, bagiku bukan sebuah kekhilafan. Yang kita lakukan tadi karena kita sama-sama menginginkannya. Itu bukan sebuah kekhilafan!""Bianca ,,," Ronald mencoba memberi pengertian."Aku ini bukan boneka yang bisa kamu perlakukan sesuka hati kamu!" Bianca langsung berdiri. "Aku tidak terima kamu menghinaku seperti ini!""Bianca ,,," Ronald mencoba tetap bersikap lembut untuk memberi pengertian pada Bianca agar tidak marah, urusannya bisa rumit kalau Bianca sampai melapor pada maman

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    33. Terbuai Rayuan Mantan

    Bianca terpekik senang begitu Ronald tiba-tiba menggendong tubuhnya. Dengan cepat, tangannya langsung melingkari leher Ronald agar tidak terjatuh.Tubuh Bianca ditidurkan di atas sofa, napas Ronald sudah naik turun tidak beraturan. Gejolak hasrat di dadanya tidak bisa di bendung lagi tatkala melihat rok mini Bianca tersingkap sehingga memperlihatkan kain transparan berenda hitam yang menutupi aset pribadi Bianca.Dalam hati Bianca bersorak sorai, ternyata untuk membangkitkan gairah seorang Ronald tidaklah sulit, hanya dengan sedikit sentuhan saja Ronald sudah terbakar api gairahnya.Ronald membuka jas yang menutupi tubuh kekarnya, dilemparnya sembarang arah dengan pandangan yang tidak beralih dari tubuh Bianca yang telentang pasrah. Sungguh pemandangan indah saat itu bagi Ronald melihat rok tersingkap dan baju bagian atas yang sudah terbuka kancingnya sehingga memperlihatkan dua bukit kembar yang begitu menantang.Untuk semakin memancing Ronald agar semakin terbakar gairahnya, Bianca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status