Share

3. Di mana?

Author: lyns_marlyn
last update Last Updated: 2024-10-03 15:24:28

Wajah sendu Adeline langsung berubah senang, "Mau, mau!"

Axel mengeluarkan kartu nama dari dompetnya. "Ini alamat kantorku. Datanglah besok jam sepuluh pagi."

"Iya, baik!"

Drrt!

Ponsel Axel bergetar. Nama Tuan Adras tertera di layar ponsel.

"Siapa?!" tanya Adeline penasaran karena Axel terpaku melihat layar ponselnya.

"Klienku, Tuan Adras. Salah satu konglomerat dengan aset triliunan yang sedang mencari putrinya yang hilang dipanti asuhan beberapa tahun ke belakang."

Adeline terkejut mendengarnya. Sebenarnya, sudah sejauh mana Axel berubah menjadi sukses?

Hanya saja, Adeline tak enak bila bertanya.

Sementara itu, di dalam rumah mewah bergaya Eropa modern, Nyonya Adras sedang duduk melamun di ruang keluarganya yang megah dengan segala macam pajangan rumah yang terbuat dari kristal.

"Adeline, di mana kamu sekarang nak? Mama sangat merindukanmu," gumamnya lirih, mata sendunya menyiratkan begitu banyak kerinduan dalam hati.

"Ma!" panggilan dari putra bungsunya membuyarkan lamunan Nyonya Adras. "Mama kenapa?!" tanyanya begitu melihat raut wajah ibunya penuh kesedihan.

Nyonya Adras mencoba tersenyum, menekan segala kesedihan di depan putranya. "Mama tidak apa-apa, nak."

Adrian meraih tangan ibunya. "Mama pasti sedang merindukan Kak Adeline."

Kesedihan yang sedang ditekannya tak bisa membendung air mata. Perlahan butiran bening itu bergulir menyusuri pipi. "Mama sangat merindukan kakakmu."

Hati Adrian berdesir, menatap dalam sorot mata ibunya yang penuh kesedihan. "Jangan menangis ma," bisiknya lembut. "Bukankah, kita semua sedang berusaha mencari Kak Adeline?"

Bulir-bulir air mata semakin tak bisa dibendung. Nyonya Adras terisak. Hatinya menjerit. Kesedihan yang telah dirasakan selama bertahun-tahun, entah kapan akan segera berakhir dan mungkinkah akan berakhir?

"Ma, jangan menangis." Adrian merangkul tubuh wanita yang telah melahirkannya. "Aku ikut sedih kalau mama seperti ini."

"Mama merasa sangat bersalah pada kakakmu," ucap Nyonya Adras serak di antara isak tangisnya. "Seandainya dulu, mama dan papamu tidak menitipkannya dipanti asuhan, kakakmu pasti sekarang ada bersama kita."

Dengan lembut, Adrian mengelus punggung ibunya. "Mama tidak bersalah. Apa yang mama dan papa lakukan, itu semua demi keselamatan Kak Adeline."

"Bagaimana ,,," Nyonya Adras menjeda kalimatnya, dadanya terasa sesak sampai tak kuasa untuk bicara, "bagaimana ,,, kalau kakakmu tidak memaafkan mama," bisiknya lirih.

Adrian bingung tidak tahu harus berkata apa. Tubuh ibunya yang berguncang karena Isak tangis, dipeluknya penuh sayang.

"Bagaimana kalau kakakmu membenci mama?!"

"Jangan bicara seperti itu!" suara bariton Tuan Adras Tanudirga terdengar dari arah belakang keduanya.

Adrian menoleh ke belakang. "Pa."

Tuan Adras mendekati istrinya yang sedang sesenggukan menangis. "Berapa kali papa minta, mama jangan menangis seperti ini. Putri kita pasti akan kembali. Hanya waktu yang bisa menjawab semua keinginan kita. Mama harus sabar."

Adrian mengambil tisu yang tak jauh darinya. Diberikan pada ibunya.

"Axel sebentar lagi akan datang," jelas Tuan Adras. "Mudah-mudahan membawa kabar baik."

"Semoga saja pa," bisik istrinya serak penuh harap.

Tak lama kemudian, salah satu pelayan rumah keluarga Tuan Adras datang memberitahu kalau Tuan Axel telah sampai dan sekarang sedang menunggu di ruang depan.

Tanpa membuang waktu, Tuan Adras bergegas menemui Axel. Langkah tegasnya penuh kepastian, tak sabar ingin segera menemui Axel, membawa berita apa tentang putri yang sedang dicarinya.

Axel menjabat tangan Tuan Adras. Setelah cukup berbasa basi sekedar bertanya kabar, keduanya duduk.

"Jadi, berita apa yang ingin Pak Axel informasikan pada saya?!" tanya Tuan Adras.

"He-he-he," Axel terkekeh mencairkan suasana yang terasa tegang. "Tuan sepertinya sudah tidak sabar."

Tuan Adras menghela napas panjang. Beban berat rasa bersalah terus menghantui dirinya. Kehilangan putri yang sangat disayanginya seperti hidup tanpa arah, apalagi putrinya hilang dikarenakan keputusan yang telah diambilnya.

"Masa lalu tidak akan pernah kembali lagi," ujar Axel. "Penyesalan selalu datang terlambat, tapi saya yakin, tuan melakukan itu karena ada alasan kuat untuk melindungi putri tuan."

Tuan Adras menekan segala kesedihannya. Sorot matanya tidak bisa bohong. Pura-pura tegar di depan semua orang padahal hatinya juga penuh dengan kesedihan karena kehilangan darah dagingnya sendiri.

"Tuan Adras, sejujurnya saya belum berani untuk memberikan informasi mengenai apa yang telah saya dapatkan mengenai keberadaan putri tuan karena bukti-bukti yang saya pegang masih kurang, tapi terlepas dari itu semua, tuan jangan khawatir karena titik terang mengenai putri tuan sudah mulai terlihat. Saya janji dalam waktu dekat, saya akan memberitahu tuan jika apa yang saya duga memang itu benar-benar putri tuan," jelas Axel panjang lebar.

Kening Tuan Adras mengernyit. "Jadi saudara belum tahu mengenai putri saya?!"

"Seperti yang saya bilang tadi, saya belum berani mengungkap semuanya sebelum bukti yang saya temukan cukup kuat."

Wajah kecewa nampak di raut muka Tuan Adras. "Saudara bicara terlalu berbelit-belit. Saya pikir, saudara datang ke sini karena sudah menemukan putri saya. Kalau memang tidak sanggup dan tidak bisa menemukan putriku, lebih baik kita akhiri saja kerjasama kita ini! Saya menyesal telah bekerjasama dengan saudara kalau akhirnya akan seperti ini!"

Axel tertegun mendengar pernyataan tegas dari Tuan Adras.

"Seharusnya, saudara datang ke sini sudah mengetahui di mana keberadaan putri saya, ini malah masih berspekulasi!" ujar Tuan Adras kecewa, bangun dari duduk.

Axel mencoba meredakan kekecewaan kliennya tersebut. "Saya mengerti tuan secepatnya ingin menemukan putri yang telah lama hilang, tapi seperti yang saya bilang tadi, saya memang telah menemukan titik terang, tapi terlepas dari itu semua, saya tidak mau bertindak gegabah yang nantinya akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari."

Senyum mencemooh tersungging di bibir Tuan Adras. Hatinya kecewa, tapi apa yang dikatakan Axel ada benarnya juga.

"Tuan ,,," Axel bangun dari duduk, berdiri depan Tuan Adras. "Percaya pada saya, secepatnya saya yang akan membawa putri tuan ke rumah ini. Saya hanya minta waktu sebentar saja, hanya untuk lebih memastikan dan meyakinkan kalau apa yang telah saya temukan adalah benar."

Tuan Adras menatap tajam iris mata Axel, seakan sedang mencari kejujuran dan bukti keseriusan dari ucapan kliennya itu.

"Panti asuhan, tempat di mana semua identitas dari penghuni panti telah habis terbakar. Itu yang menyulitkan saya. Maka dari itu, saya tidak mau bertindak gegabah," sambung Axel meyakinkan Tuan Adras.




















Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    4. Misi Axel

    Tak terasa, hari berlalu cepat.Saat ini, Adeline bahkan sedang sibuk mencari baju yang pantas untuk dipakai kerja esok hari--sesuatu yang tak mungkin ia lakukan saat menjadi menantu Melanie."Baju ini saja," Adeline mengambil salah satu bajunya di lemari. "Ini cocok aku pakai ke kantor Axel. Terlihat sopan."Drrrt!Ponsel Adeline bergetar. Nama Axel tertera di layar ponsel.Axel: [Aku di depan rumahmu!'Hah?Bergegas Adeline melangkah untuk membuka pintu."Hai," Axel berdiri, tersenyum begitu pintu dibuka."Kamu ngapain ke sini?!" tanya Adeline kaget bercampur cemas. "Ini sudah malam!"Axel memperlihatkan kantung plastik putih kecil yang ada di tangannya. "Apa kamu mau menemaniku makan malam?!""Apa itu?!""Nasi goreng!" jawab Axel melangkah masuk melewati Adeline. "Nasi goreng langganan kita waktu masih sekolah dulu.""Masih jualan si abang itu?!""Sudah diganti dengan putranya. Semoga rasanya masih sama," jawab Axel memberikan satu kotak nasi goreng pada Adeline. "Makanlah!"Wangi

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    5. Cerai!

    Sementara itu di Kediaman Ronald Wijaya..... "Baru tiga hari yang lalu kamu kakak transfer. Masa sudah habis lagi?" tanya Ronald heran. "Habis dong kak! Uang jajan yang kakak kasih, tidak ada artinya dibandingkan dengan uang jajan teman-temanku di kampus," protes Irene. "Mereka bahkan memakai mobil sendiri pergi ke kampus, sementara aku harus bergantian dengan Pamela." "Jadi maksudmu ingin pergi kuliah dengan mobil sendiri," tebak Pamela. "Iya dong!" Pamela mencibir. "Dasar otak sombong. Masih untung dikasih uang jajan sama kak Ronald, kuliah juga kamu tidak ada prestasinya. Datang ke kampus cuma buat ngecengin cowok-cowok." "Hati-hati kamu kalau bicara!" bentak Irene tersinggung. "Memang kenyataanya begitu! Lihat saja penampilanmu sekarang," tunjuk Pamela pada baju Irene. "Ke kampus seperti mau pergi ke klub malam. Seksi bener!" ledeknya. Wajah Irene memerah. Aliran darahnya terasa mendidih. "Kurang ajar kau!" "Apa?! Kenapa?! Marah?! Memang begitu kenyataannya! Kamu

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    6. Pertemuan Tak Terduga

    Tok tok tok! Ruang kerja Axel diketuk dari luar. Fahira, sekretaris sekaligus tangan kanannya masuk. "Pak, sebentar lagi ada pertemuan dengan Tuan Ronald, pemilik dari Sky Gold Corp. "Jam berapa?!" tanya Axel tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop yang ada di depan. "Jam sepuluh pagi ini." "Ok! Sebentar lagi saya berangkat! Kamu siapkan saja semua berkas-berkas penting yang harus saya bawa!" "Baik, pak!" "Eh, tunggu!" cegah Axel ketika melihat Fahira akan melangkah pergi. "Iya, pak?" Axel melihat arloji yang melingkar di tangan. "Nanti jam sepuluh, ada temanku yang akan datang melamar kerja. Namanya Adeline Shabira." "Melamar pekerjaan? Bukankah, kantor kita saat ini tidak sedang menerima pegawai baru?!" "Memangnya kau tidak mau ada orang yang membantumu?!" "Tentu saja saya mau, pak!" jawab Fahira cepat, mengerti dengan maksud bosnya. "Sudah lama saya menantikan hal seperti ini." "Ok! Saya serahkan Adeline padamu dan ingat! Jangan bertanya apapun padanya

    Last Updated : 2024-10-06
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    7. Penghinaan Yang Sangat Menyakitkan

    Senyum sinis terukir di bibir Irene. "Saya memang miskin, tapi saya punya hati!" ujar Adeline bicara penuh penekanan, tajam menatap iris mata Irene. "Ingat Irene! Roda kehidupan akan terus berputar. Saat ini kau boleh berbangga dengan apa yang kau punya, tapi kita lihat, apa kau masih bisa tertawa saat tamparan kehidupan menghampirimu!" Irene tak gentar sedikitpun. Jiwa keangkuhannya begitu terpampang nyata. Kakinya yang terbalut snakers putih maju satu langkah, berdiri menantang depan kakak iparnya. "Selama nyawaku masih di badan, kehidupan akan selalu berpihak padaku! Karena aku terlahir dari keluarga baik-baik, tidak seperti kau yang tidak tahu darimana berasal! Bisa saja, kau terlahir dari wanita murahan!" "Tutup mulutmu!" bentak Adeline kencang. Darahnya seakan mendidih. Walau tidak tahu dan tidak pernah melihat wajah wanita yang telah melahirkannya, tapi jika Irene menghina ibunya seperti itu, Adeline tidak terima. Melihat Adeline begitu emosi, Irene malah semakin gencar me

    Last Updated : 2024-10-07
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    8. Kedatangan Orang Dari Masa Lalu

    "Nyonya, jalan sangat macet," ujar sopir."Apa tidak bisa mencari jalan lain, pak?!" tanya Nyonya Adras melihat ke luar lewat jendela kaca mobilnya. "Mobil kita berada ditengah-tengah. Saya tidak bisa maju ataupun mundur. Terpaksa kita hanya bisa menunggu sampai kemacetan terurai."Nyonya Adras menghela napas. "Ya sudah. Mau bagaimana lagi?!"Sementara itu, di tempat lain. Irene baru saja sampai di rumah besarnya, kediaman Wijaya. "Bi!" suara nyaringnya memecah kesunyian rumah tatkala kakinya melewati pintu utama.Wanita tua datang tergopoh-gopoh. "Iya, non!""Di mana, mama?!" "Ada di kamarnya," jawab bibi. Irene langsung pergi menuju ke kamar mamanya. Brukh!Tas serta buku yang dibawanya langsung dilempar Irene ke atas sofa sudut begitu masuk ke dalam kamar."Apa tidak bisa kau mengetuk pintu terlebih dahulu?!" semprot Nyonya Melanie marah. Irene tak menggubris. Wajahnya merah, terlihat jelas suasana hatinya sedang kesal. "Ada apa?!" tanya Melani. "Aku tadi bertemu dengan wan

    Last Updated : 2024-10-09
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    9. Luka Di Hati Bertambah Luka

    Ronald duduk gelisah bercampur kesal diruang kerjanya. Setelah tadi mendapat kabar, pihak dari Sahara Gold Corp membatalkan pertemuannya, Ronald kembali ke kantor.Sarah, sekretaris pribadi Ronald hanya diam mematung. Tak berani bicara, takut jadi sasaran kemarahan karena suasana hati bosnya sedang tidak baik-baik saja."Sialan!" umpat Ronald, kata pertama yang keluar dari bibirnya setelah cukup lama terdiam. "Dasar tidak profesional! Kalau dari Sahara Gold menghubungi kita, katakan pada mereka, kita membatalkan semua kerjasama! Saya tidak mau bekerjasama dengan perusahaan yang tidak profesional. Dipikirnya siapa mereka sampai berani membatalkan pertemuan yang telah disusun dari jauh-jauh hari!""Baik, pak!" Sarah langsung pergi ke luar.Ronald menghela napas. Detik berikut, pintu ruangannya kembali didorong dari luar. "Hai!"Ronald sejenak tertegun, melihat wanita baju merah masuk. "Bianca?!"Senyum lebar tersungging di bibir Bianca. "Rupanya, kamu masih mengingatku."Sarah masuk. "

    Last Updated : 2024-10-14
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    10. Ibu Yang Hanya Mementingkan Diri Sendiri

    Bianca dan Ronald telah selesai menghabiskan makan siangnya."Ternyata steak di sini sangat lezat," puji Bianca. "Piringku sampai kosong. Andai aku tak takut gemuk, sudah dipastikan, aku akan pesan lagi.""Pesanlah kalau kamu masih mau.""No! Cukup sudah makan siangku. Tak mau tubuhku jadi melar karena terlalu banyak makan," tolak Bianca.Tak lama datang hidangan penutup berupa puding mangga. "Kesukaanmu tidak pernah berubah, puding mangga."Bianca tersenyum senang. "Rupanya, kamu masih mengingatnya.""Bagaimana mungkin aku bisa lupa. Setiap kali kita makan di luar, hidangan penutupnya pasti puding mangga dan itu seperti makanan wajib untukmu."Tak ada yang bicara lagi. Keduanya telah larut dalam kenikmatan puding mangga. Kenangan demi kenangan, satu per satu terbayang dalam ingatan Ronald dan Bianca. Biar bagaimanapun, pernah ada cinta di hati keduanya. Sesaat setelah menghabiskan puding mangga, Bianca membuka pembicaraan. "Ronald, sejujurnya aku datang menemui mu untuk minta maaf

    Last Updated : 2024-10-15
  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    11. Apa Yang Terlihat Oleh Mata, Terkadang Tidak Sama Dengan Apa Yang Terjadi

    "Lancang sekali mulutmu!" bentak Melani. Pamela tak gentar. Entah setan apa yang menguasai dirinya sampai berani melawan mamanya. "Aku begini karena mama juga!""Apa maksudmu, hah?!" tanya Melani geram."Bahkan, mama tidak mengenal aku sama sekali!" teriak Pamela kencang sampai otot lehernya timbul. "Irene tercengang melihat adiknya yang sangat emosi."Mama sibuk dengan dunia mama sendiri," sambung Pamela, matanya mulai berkaca-kaca. "Mama tidak peduli denganku! Dari kecil, aku tidak pernah diperhatikan. Saat aku sakit dan dirawat, di mana mama saat itu?!" tanya Pamela kecut. Kejadian dua tahun lalu saat Pamela terkena demam berdarah kembali diungkit. Disaat putri kecilnya butuh dukungan, saat itu Melani sibuk dengan dunia sosialitanya. "Jadi, sekarang kamu mulai menyalahkan mama?!""Apa itu ada gunanya?!" ledek Pamela. Bulir air mata mulai jatuh dari kelopak matanya. "Sejak papa meninggal, mama seakan hidup hanya untuk diri sendiri. Aku ,,," Pamela menunjuk dadanya sendiri. "Aku

    Last Updated : 2024-10-17

Latest chapter

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    41. Bukan Seorang Bos

    Ronald menghirup uap kopi miliknya. Dirinya sudah malas untuk bicara dengan Rani."Apa kamu sudah punya anak?" tanya Rani basa basi untuk memancing Ronald bicara."Bukan urusanmu!" jawab Ronald ketus.Rani tersenyum kecut. "Sialan. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa. Pantang bagiku untuk kalah dari pria yang sok suci sepertimu!" bisik hati kecil Rani.Ronald mengedarkan pandangan ke sekeliling, meja dan bangku panjang yang tadi kosong sekarang sudah banyak orang. Kebanyakan dari mereka para pria yang sengaja datang untuk minum kopi sambil merokok dan mengobrol."Mau tambah kopinya?" tanya Rani ketika melihat cangkir kopi Ronald sudah mau habis."Tidak!""Sepertinya kau sedang ada masalah," tebak Rani."Jangan sok tau!" "Wajahmu yang mengatakannya," sambung Rani.Ronald mendengus kesal. "Boleh percaya atau tidak, aku bisa membaca orang lewat wajahnya," ujar Rani menatap lekat wajah Ronald. "Kau sedang dalam masalah besar.""Memangnya kau seorang cenayang?!" "Hi-hi-hi," Ran

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    40. Godaan Wanita Malam

    Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang yang berada di mansion Tuan Adras. Putri satu-satunya yang telah lama hilang bertahun-tahun sekarang telah kembali. "Mama sangat bahagia sekali, sekarang kamu telah berada ditengah-tengah kami. Sekarang keluarga kita lengkap lagi.""Iya, pencarian kita selama bertahun-tahun membuahkan hasil. Ini semua berkat Pak Axel. Dulu kami meminta bantuan orang lain untuk mencari putri kami, tapi tidak pernah ada hasilnya. Setelah Pak Axel yang menanganinya, ternyata sangat membuahkan hasil. Adeline Shabira Evander telah kembali," sambung Tuan Adras dengan wajah yang berseri melihat putrinya."Tuan terlalu berlebihan memuji, saya hanya meneruskan apa yang telah orang lain kerjakan," jawab Axel merendah."Aku sekarang punya kakak, ada tempat untuk cerita. Rasanya senang sekali." Adrian ikut bicara."Memangnya kamu tidak bisa cerita ke mama?""Bisa, tapi rasanya berbeda kalau cerita ke kakak sendiri. Kalau ke mama pasti ujungnya aku diomelin," ja

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    39. Pulang

    "Ronald! Kau mau apa?" Bianca kaget bukan kepalang saat Ronald menariknya kasar. "Lepaskan!""Ke luar dari kamarku!" usir Ronald.Tubuh Bianca didorong ke luar. "Jangan pernah masuk ke kamarku lagi!"Blughhh!Bianca meloncat kaget saat Ronald menutup pintu kamar sampai menimbulkan suara yang cukup keras. "Astaga! Kesurupan setan apa si Ronald?"Dari balik pintu yang tertutup, Ronald berdiri mematung, tangannya terkepal menahan marah disisi kiri dan . Lilin yang tersusun rapi di lantai langsung diinjaknya satu per satu untuk meluapkan amarahnya. "Brengsek! Sialan!" Sementara itu di luar kamar, Bianca merapikan baju tidurnya yang tipis menerawang. "Dasar gila! Brengsek! Awas kau, Ronald!""Ada apa ini?" Terdengar suara Tante Melanie baru saja ke luar dari dalam kamar. "Ada apa, ma?" Terdengar pula suara Irene disusul suara Pamela."Suara apa itu?"Bianca yang hendak pergi ke kamarnya terhenti langkahnya melihat Tante Melanie, Irene dan Pamela berdiri tidak jauh darinya."Ada apa

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    38. Lilin Saksi Masa Lalu

    Ronald melangkahkan kakinya perlahan dengan pandangan melihat ke sekitar. Puluhan lilin bahkan mungkin ratusan lilin telah menghias kamarnya. Cahaya remang-remang yang hanya dihasilkan dari cahaya lilin membuat Ronald tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang sedang duduk di sofa menatap dirinya.Perlahan tubuh yang hanya terlihat seperti bayangan berdiri kemudian datang mendekat. "Ronald."Hidung Ronald mencium bau parfum yang tidak asing. "Bianca.""Aku membuat kejutan untukmu. Apa kamu menyukainya?" tanya Bianca berdiri di depan Ronald.Dalam cahaya temaram lilin, Ronald sekarang bisa melihat wajah Bianca dengan jelas. "Untuk apa kamu melakukan ini semua?""Untuk kamu. Aku ingin membuat kejutan untukmu, sengaja menyusun semua lilin ini. Bukankah dulu kamu sangat menyukainya?"Ronald melihat seluruh lilin yang menyala. "Dulu dan sekarang sudah berbeda.""Tidak ada yang berbeda." Bianca semakin mendekat. "Bagiku, dulu dan sekarang sama saja, tidak ada yang berbeda."Ronald menghind

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    37. Pencarian Seorang Suami

    Kevin tersenyum samar, sesaat melihat ke arah di mana tadi Irene pergi bersama Silvi. "Aku pulang duluan.""Hati-hati, bro," jawab temannya."Ok, sip!" Kevin lalu melihat Zahra. "Pulang duluan."Zahra tidak menjawab, Kevin langsung pergi meninggalkan Zahra yang terdiam. "Zahra," panggil teman Kevin."Apa?" tanya Zahra menoleh ke belakang."Tidak ikut Kevin?" tanyanya."Aku masih ada kelas," jawab Zahra langsung pergi.Semua teman Kevin menatap punggung Zahra yang semakin jauh pergi. "Aku yakin, pasti si Zahra menyukai si Kevin.""Sangat terlihat dari matanya, tapi menurutku si Zahra tidak bisa mengambil si Kevin dari si Irene," jawab temannya yang lain."Kenapa?""Secara kita tahu, bagaimana si Kevin yang begitu menyukai si Irene. Bahkan bisa dibilang, si Kevin ini bucin alias budak cinta," jawab yang satunya lagi."Ha-ha-ha. Benar juga, tapi biar bucin kalau setiap hari dapat godaan terus menerus dari si Zahra yang juga cantik begitu, seorang laki-laki pasti akan tergoda juga.""Iya

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    36. Cemburu

    "Apa maksud tante?" tanya Bianca mulai terpancing.Melanie diam. "Maksudnya apa, tante?" ulang Bianca. "Apa yang tante pikirkan tentang aku?""Tidak, tidak ada. Lupakan saja," jawab Melanie. "Anggap saja, tante tidak bertanya apa-apa.""Apa maksud tante, aku ini wanita yang sering tidur dengan banyak lelaki? Apa seperti itu tante?" tebak Bianca tersinggung."Tidak, tidak seperti itu. Kamu jangan salah paham!" Melanie cepat-cepat membantah."Tapi itu yang aku tangkap dari pertanyaan tante," suara Bianca mulai terdengar keras."Eh, kamu jangan salah paham. Bukan begitu maksud tante! Kamu berpikir terlalu jauh dan mengada-ada, tidak mungkin tante sampai berpikir seperti itu." Melanie cepat-cepat meluruskan apa yang Bianca pikirkan.Bianca terdiam, hatinya sangat tidak senang dengan apa yang dituduhkan Tante Melanie padanya. Walau tidak menjabarkan secara langsung, tapi pertanyaan Tante Melanie membuatnya tersinggung. Melihat wajah Bianca yang merengut, Melanie langsung mengalihkan pemb

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    35. Curiga

    "Pa," Adrian melihat papa dengan wajah memohon. "Aku ingin bertemu dengan kak Adeline.""Belum waktunya kamu bertemu dengan kakakmu," jawab papa."Kenapa belum waktunya? Apa mama dan lapa belum memberitahu tentang siapa kak Adeline sebenarnya?""Kami sudah menceritakan semuanya. Kita harus memberi waktu untuk kakakmu agar bisa memahami apa yang terjadi dimasa lalu," jawab papa.Adrian terdiam, apa yang papanya katakan ada benarnya. Pasti tidak mudah untuk kakaknya bisa menerima keluarganya yang telah berpuluh-puluh tahun lamanya terpisah."Kita sekarang bersabar saja, tunggu sampai kakakmu bisa memahami semuanya," timpal mama. "Kita bersabar saja," sambung papa menenangkan putra kesayangannya."Lebih baik kamu sekarang ganti bajumu lalu makan," ucap mama.Adrian menghela napas, "iya baiklah, kalau itu yang terbaik.".....Bianca pulang ke rumah dengan wajah kesal. Dilihatnya ke sekeliling rumah yang nampak sepi. "Non Bianca ,,,," sapa bibi datang dari arah belakang sehingga membuat

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    34. Kecewa

    "Bianca ,,,," Ronald menjeda ucapannya. "Apa yang telah terjadi tadi, menurutku itu hanyalah sebuah kekhilafan."Kening Bianca mengernyit. "Apa maksudmu itu sebuah kekhilafan?""Itu ,,," Ronald terdiam sesaat. "Aku rasa itu sebuah kekhilafan.""Ucapanmu membuatku tersinggung," rajuk Bianca. Tangannya kembali melingkar di leher Ronald. "Yang terjadi tadi memang sebuah kekhilafan." Ronald melepaskan tangan Bianca dari lehernya.Wajah Bianca berubah kesal. "Aku tidak mau tahu, kamu mau berpikir apa! Yang terjadi tadi, bagiku bukan sebuah kekhilafan. Yang kita lakukan tadi karena kita sama-sama menginginkannya. Itu bukan sebuah kekhilafan!""Bianca ,,," Ronald mencoba memberi pengertian."Aku ini bukan boneka yang bisa kamu perlakukan sesuka hati kamu!" Bianca langsung berdiri. "Aku tidak terima kamu menghinaku seperti ini!""Bianca ,,," Ronald mencoba tetap bersikap lembut untuk memberi pengertian pada Bianca agar tidak marah, urusannya bisa rumit kalau Bianca sampai melapor pada maman

  • Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat!    33. Terbuai Rayuan Mantan

    Bianca terpekik senang begitu Ronald tiba-tiba menggendong tubuhnya. Dengan cepat, tangannya langsung melingkari leher Ronald agar tidak terjatuh.Tubuh Bianca ditidurkan di atas sofa, napas Ronald sudah naik turun tidak beraturan. Gejolak hasrat di dadanya tidak bisa di bendung lagi tatkala melihat rok mini Bianca tersingkap sehingga memperlihatkan kain transparan berenda hitam yang menutupi aset pribadi Bianca.Dalam hati Bianca bersorak sorai, ternyata untuk membangkitkan gairah seorang Ronald tidaklah sulit, hanya dengan sedikit sentuhan saja Ronald sudah terbakar api gairahnya.Ronald membuka jas yang menutupi tubuh kekarnya, dilemparnya sembarang arah dengan pandangan yang tidak beralih dari tubuh Bianca yang telentang pasrah. Sungguh pemandangan indah saat itu bagi Ronald melihat rok tersingkap dan baju bagian atas yang sudah terbuka kancingnya sehingga memperlihatkan dua bukit kembar yang begitu menantang.Untuk semakin memancing Ronald agar semakin terbakar gairahnya, Bianca

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status