Orang Ketiga itu adalah Keluarga Suamiku

Orang Ketiga itu adalah Keluarga Suamiku

last updateLast Updated : 2024-01-07
By:  AKDOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
653views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Bagaimana rasanya jika kita memiliki suami, mertua, adik ipar yang toxic? Seperti kisahnya Embun Hartawan. Don't Judge Book by it's Cover, Lempar Batu Sembunyi Tangan, Air Tenang Menghanyutkan, adalah peribahasa yang membenarkan dalam kisah rumah tangganya Embun. Belum lagi Embun harus dihadapkan dengan keluarga pasangan yang terlalu cinta harta, membuat mereka pelit. Tidak hanya itu, sifat pelit itu ternyata menurun kepada anaknya yang menjadi suami Embun, yaitu Toro Kusnadi. Peribahasa "Buah Tidak Jatuh Jauh dari Pohonnya" membenarkan dalam kisah Embun. Wajah polos dari suami Embun, mertua, dan iparnya menjadi senjata andalan mereka untuk berlindung dibalik topeng palsu itu. Ditambah lagi keluarga dari suami memiliki saudara angkat yang menjadi sendok dalam rumah tangga Embun. Kerikil dalam rumah tangga Embun yang seolah melemparinya, semakin lama semakin berubah hingga kerikil-kerikil kecil menjadi Batu yang semakin besar, yang terus menghantam rumah tangganya. Bagaimana akhir kisah cinta Embun? Apa sajakah bentuk dari batu yang menghantam rumah tangga Embun? Apakah dirinya akan sanggup mempertahankan rumah tangganya? atau merelakan rumah tangganya hancur?

View More

Chapter 1

BAB-1

"Ma, Embun pakai baju yang mana ya untuk menemui tamu?" Ucap Embun malam itu yang sedang berada di kampung Toro dalam acara ngunduh mantu.

"Pakai itu saja sudah bagus, sudah sopan. Lagi pula siapa yang akan melihat malam-malam begini. Orang-orang juga tidak akan memperhatikan." Jawab mama mertua Embun dengan suara perlahan didalam kamar Embun dan Toro.

Embun lalu berdiri didepan kaca untuk merapikan sedikit riasannya. Menambah keterangan lipstik yang sudah memudar di bibirnya, tak lupa juga menambah tipis bedak pada wajahnya. Embun sengaja tidak memakai blush-on karena memang suasana saat itu sudah lewat jam 12 malam.

Embun dan keluarga beserta tetangganya yang saat itu ikut mengiringi Embun dalam acara ngunduh mantu, diminta untuk menginap karena perjalanan dari kampung Embun ke kampung Toro membutuhkan waktu selama 12 jam karena perjalanan yang sangat berkelok juga jalan yang masih banyak lubang.

Ketika Embun sedang merapikan jilbabnya dengan memberi sedikit aksesoris Bros kecil yang menggantung di bawah dagunya, datanglah seorang ibu-ibu yang sering diceritakan oleh Toro saat mereka berkenalan.

Yes, ibu itu bernama Minah. Beliau adalah ibu angkat dari Toro. Keluarga Toro sangat mengagungkan keluarga Ibu Minah. Bahkan terpampang jelas foto wisuda Toro yang didampingi sosok keluarga angkatnya itu. Foto itu sampai diperbesar dan digantung di dinding ruang tamu.

Embun juga menceritakan mengenai Bu Minah kepada ibunya. Ibunya Embun bernama ibu Sejuk. Mendengar cerita dari Embun bahwa Toro mempunyai orang tua angkat, Bu Sejuk memberi nasehat agar Embun tidak membedakan kasih sayang antara orang tua kandung, mertua Embun, dan orang tua angkat.

Sekilas memandang wajah ibu angkat Toro, Embun teringat jelas ucapan ibunya yang sangat antusias dan senang ketika mengetahui Toro mempunyai orang tua angkat.

"MasyaAllah nak, Alhamdulillah. Semua rezeki kamu, ini bukti Allah SWT sayang sama kamu dengan menghadirkan 3 orang tua sekaligus. Sayangi tanpa harus membedakan, berbakti tanpa harus membedakan, jangan ada pilih kasih dalam bersikap ya." Ucap ibu Sejuk saat setelah acara lamaran Embun dahulu.

Embun yang tersenyum manis kearah Bu Minah, dibalas dengan wajah yang mengerut dan disambung dengan mata yang melotot melihat Embun dari bawah hingga atas. Embun yang langsung berdiri lalu menunduk dengan mengacungkan tangan untuk bersalaman, namun tangannya tak diliriknya.

Bu Minah berjalan perlahan dengan memperhatikan detile pakaian yang dikenakan Embun. Celana panjang warna hitam, dengan baju kelelawar merah muda yang dalamnya dipakaikan manset warna hitam, juga jilbab hitam yang selaras membuat Bu Minah tidak puas dengan penampilan Embun.

"Pakaian kamu kok seperti ini sih! Kok tidak mewah! Emang tidak ada pakaian yang lain? Ganti dong, kan mau ketemu sama tamu." Ucap Bu Minah dengan lidah tajamnya yang lebih tajam dari sebuah pedang terasah. Membuat hati Embun teriris dengan sangat mudahnya.

Embun lalu menunduk tak menatap kearah wajah ibu Minah. Berdiri sejenak, dengan hati yang seketika terasa sakit, pandangan yang perlahan tidak jelas karena air mata yang menggenang di matanya. Embun enggan menunjukkan bahwa dirinya sedang menangis didepan Bu Minah.

Tenggorokan yang terasa sulit untuk menelan air liur karena menahan tangis dan sakit tak berdarah ini, perlahan kaki Embun berjalan keluar kamar tanpa sepatah katapun, berjalan menunduk dengan tangan yang membuka pintu juga gorden penutup pintu, dirinya tetap tidak merubah pandangannya.

Embun berjalan kearah dapur dan harus melewati banyak orang dengan badan yang membungkuk, tangan yang diluruskan kebawah sebagai tanda santun melewati orang yang akan dilewatinya, akhirnya Embun sampai di pintu belakang rumah Toro dan menuju kerumah samping dimana keluarga dan tetangganya beristirahat disana.

Perlahan Embun menghapus air mata dikegelapan malam. Sesampainya dirumah itu, ibunya dan para tetangganya telah tidur pulas karena terlalu lelah dalam perjalanan. Lagi pula malam ini sudah lewat jam 12 malam. Namun kakak perempuan Embun yang bernama Esta belum tidur.

Mereka berdua sangat dekat. Karena jarak kelahirannya yang terlalu dekat, mereka sering sekali dibilang seperti anak kembar, wajahnya yang rupawan dan seperti pinang dibelah dua menjadikan hal itu sebagai pendukung orang-orang kebanyakan memanggil mereka kembar. Banyak tetangga yang keliru jika memanggil mereka.

Embun yang tak pernah bisa menyembunyikan sesuatu dari Esta, membuat Esta sangat terkejut melihat adiknya yang sedang menangis tersedu-sedu dengan air mata yang deras membasahi pipi dan jilbabnya.

"Kamu kenapa dik?, jawab! siapa yang sudah berani membuatmu menangis seperti ini." Ucap Esta dengan menghadapkan Embun kearahnya dengan tangan berada dipundak Embun.

"Nanti saja kak, aku mau ganti pakaian dahulu." Jawab Embun dengan suara lirihnya.

"Tidak bisa! Jawab dahulu, siapa orangnya!" Ucap Esta dengan suara yang lebih keras dibandingkan Embun.

"Sssttt, jangan berisik kak, nanti ayah ibu dan tetangga kita bisa bangun." Jawab Embun.

"Makannya jawab!" Tegas Esta.

"Ibu angkatnya Toro. Dia menyuruhku ganti pakaian, pa-padahal sebelumnya aku sudah tanya sama mamanya mas Toro apakah aku harus berganti pakaian atau tidak untuk menemui tamu. Tapi, tapi mamanya bilang aku tidak perlu melakukan itu karena ini juga sudah malam. Tapi ibu angkatnya mas Toro malah keheranan melihat pakaianku, yang seolah mengatakan bahwa pakaianku jelek. Dia bilang, pakaianku tidak mewah." Ucap Embun dengan suara lirih dan tersedu-sedu.

"Yang mana orangnya. Loh mamanya Toro saja tidak masalah kok. Kecuali kalau kamu ketika bertanya mamanya Toro juga menyuruhmu ganti pakaian dan kamu tidak mau. Dia itu siapa? beraninya nyakitin kamu. Tidak layak dia dihormati kamu. Lisan dia saja tidak terhormat dalam berkata." Ucap Esta dengan nada yang marah seolah dirinya lebih merasakan sakit dibandingkan Embun.

Embun meminta Esta untuk tidak dahulu menceritakan hal ini kepada ayah dan ibunya. Embun juga mengangkat tangan perjanjian kearah Esta dengan kelingking melengkung sebagai persetujuan bahwa hal ini hanya untuk mereka berdua.

Setelah berganti pakaian berwarna silver berbalut kebaya pink yang menempel di pakaian Embun, dengan jilbab berwarna silver yang dikenakan Embun, tetap saja walaupun baju itu indah, Embun tidak merasa dirinya beraura positif karena hatinya sedang merintih.

Embun pamitan kepada Esta untuk pergi kerumah Toro kembali. Esta mengatakan bahwa dirinya akan menunggu Embun untuk tidur bersama, karena besok dirinya akan pulang kekampung kembali karena acara mengantar Embun telah sampai.

"Nah gitu dong, kan bagus." Suara Bu Minah keras yang terdengar oleh semua orang yang sedang berkumpul diruang tamu. Embun hanya melirik Bu Minah yang melontarkan ucapannya itu.

Embun berniat akan menceritakan sikap ibu angkatnya Toro kepada Toro nanti. Akankah Toro membela Embun? atau justru membela ibu angkatnya?

***

Bersambung.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status