Jodoh Malaikat Pelindung

Jodoh Malaikat Pelindung

last updateLast Updated : 2024-11-20
By:  Sayap Ikarus  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
88Chapters
787views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Bertemu dengan Akai Badai Bagaspati membuat Sakura Kadita Rumi memiliki pandangan lain akan lelaki idaman menurut versinya. Sasa, begitulah Sakura akrab dipanggil, lahir dalam keluarga dengan aturan militer dan protokoler yang ketat. Sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga, Sasa dijaga oleh pasukan berani mati. Sang ayah memiliki kekhawatiran tersendiri pada masa depan Sasa hingga mencetuskan ide untuk menjodohkan Sasa dengan lelaki pilihannya, seorang prajurit muda yang rela mati demi negara.  Berontak, Sasa memilih kuliah ketimbang masuk ke militer seperti harapan keluarga hingga ia bertemu Badai di awal pertama dan jatuh cinta. Pesona tsundere Badai tak dapat ditolak Sasa yang memang tak pernah bertemu dengan lelaki setipe Badai nan dingin dan angkuh.  Tanpa Sasa sadari, Badai adalah lelaki yang dikirim takdir untuk melengkapinya. Sasa tak sadar, lelaki yang telah membuatnya jatuh cinta di pandangan pertama adalah lelaki yang dijodohkan dengannya. Benar, dua misi yang harus Badai kerjakan, menjaga Sasa dan menjaga negaranya. 

View More

Latest chapter

Free Preview

1. Pertemuan Pertama

"Akai Badai Bagaspati, nama kamu kan?" tegur Sasa berdiri angkuh sambil melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukkan superioritasnya sebagai ketua kelas terpilih. Lelaki yang tengah menelungkupkan wajahnya di meja deretan paling belakang itu tak bereaksi. Sejak kelas di mulai pertama kali dua hari yang lalu, lelaki ini sudah masuk dan menempati kursi yang selalu sama, kursi pojok kanan belakang. "Excuse me, permisi, kulo nuwun, punten, sampurasun, annyeong!!" ulang Sasa mengeraskan lagi suaranya agar lelaki yang masih tenang tak bereaksi ini mendengarnya. Sepi. Sasa tak lagi bersedekap, ia berganti gaya dengan berkacak pinggang, lama-lama lelaki aneh bin ajaib ini benar-benar menguji kesabarannya. "Kamu nggak denger apa yang aku bilang ya?" ulang Sasa sengaja mengambil satu kursi dan duduk di deretan depan sambil menghadap pada lelaki yang ia sebut namanya tadi. "Kenapa?" Badai, sosok tampan yang ditegur oleh Sasa membuka suara, merilis nada bariton itu dari bibir mungi

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
88 Chapters

1. Pertemuan Pertama

"Akai Badai Bagaspati, nama kamu kan?" tegur Sasa berdiri angkuh sambil melipat kedua tangannya di depan dada, menunjukkan superioritasnya sebagai ketua kelas terpilih. Lelaki yang tengah menelungkupkan wajahnya di meja deretan paling belakang itu tak bereaksi. Sejak kelas di mulai pertama kali dua hari yang lalu, lelaki ini sudah masuk dan menempati kursi yang selalu sama, kursi pojok kanan belakang. "Excuse me, permisi, kulo nuwun, punten, sampurasun, annyeong!!" ulang Sasa mengeraskan lagi suaranya agar lelaki yang masih tenang tak bereaksi ini mendengarnya. Sepi. Sasa tak lagi bersedekap, ia berganti gaya dengan berkacak pinggang, lama-lama lelaki aneh bin ajaib ini benar-benar menguji kesabarannya. "Kamu nggak denger apa yang aku bilang ya?" ulang Sasa sengaja mengambil satu kursi dan duduk di deretan depan sambil menghadap pada lelaki yang ia sebut namanya tadi. "Kenapa?" Badai, sosok tampan yang ditegur oleh Sasa membuka suara, merilis nada bariton itu dari bibir mungi
Read more

2. Tertawan Hati

"Kamu nggak penasaran kenapa aku ngambek sama Ayahku dan nggak mau dikawal juga diantar-jemput? Ngeliat dari sikap kamu pas kita pertama interaksi, seharusnya kamu penasaran kenapa cewek manja ini ke mana-mana sendiri tanpa pengawalan," ujar Sasa suatu saat di mana ia sengaja ikut pulang ke kost Badai membonceng motornya. Masih melanjutkan agenda tugas kelompok di mata kuliah lain, Sasa dan Badai menjadi sering terlibat dan berinteraksi semakin dekat."Bukan urusanku itu," balas Badai sekenanya. “Sekedar info, selama 18 tahun hidupku aku dipingit dan sekarang aku dijodohin juga,” desis Sasa bermonolog.Badai hanya mengedikkan kedua bahunya sebagai reaksi wajar atas apa yang diceritakan Sasa. "Aku ganti baju bentar," ucap Badai segera masuk ke dalam kost-nya untuk menghindari percakapan yang lebih serius.Menatap punggung lebar Badai yang menghilang ke dalam kamar, senyum lebar Sasa terbit. Ia jatuh cinta pada Badai di pandangan pertama dan hari ini semesta yang mengirim hujan besar
Read more

3. Keputusan Mengakhiri

"Makasih udah mau ketemu sama Alpha ya Sa," ucap Ran, ibunda Sasa lega. "Kuharap ini keputusan terbaik ya Bunda," ujar Sasa berusaha mematri senyumnya. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan sosok Alpha di upacara peringatan HUT Tentara Indonesia hari ini. "Kenalan aja dulu, nggak harus langsung nikah kok. Alpha juga nggak akan minta buru-buru," kata Damar, ayahanda Sasa yang bersiap untuk memimpin upacara. Sasa hanya mengangguk pada sang ayah. Setelah memutuskan untuk membuang perasaannya pada Badai, Sasa akhirnya memilih untuk menerima perjodohannya. Ia tak mau terlibat lebih dalam dengan Badai yang sudah memiliki pacar, tak mau lebih sakit lagi meski ciuman pertama yang Badai berikan padanya begitu membekas. "Nggak akan ketemu dicari di sana, dia pasukan elite, pasti dapet tugas khusus, nggak akan ada di pasukan upacara," gumam Ran yang sangat paham saat mata Sasa mengitar sejak masuk ke barisan tamu undangan, menebak-nebak siapa Alpha dan bagaimana wajahnya. "Bunda tau aja
Read more

4. Identitas Asli

Setia menunggui Sasa yang masih angkuh dalam ketidaksadarannya, Badai tak banyak bicara. Ia tahu betul bahwa sepulang dari Kuliah Kerja Lapangan mereka di Bali, Sasa pasti menderita kelelahan. Pun dengan ditambah beban pikiran atas hubungan mereka yang sudah pasti berat di pihak Sasa. "Eung," terdengar Sasa mengerang kecil, ia berusaha untuk membuka mata perlahan dengan tangan yang reflek memegangi kepalanya. Semua orang di dalam ruangan kesehatan segera mendekat ke ranjang begitu tahu Sasa sudah mulai sadar. Giliran Badai yang salah tingkah dan kikuk, ia menepi, membiarkan Ran dan Riana lebih dulu mengecek kondisi kesehatan Sasa. "Sa, gimana, pusing?" tanya Ran perhatian. "Apa yang dirasain?" lanjutnya. Sasa menggeleng lemah, sambil sesekali mengerang, ia berusaha bangun. Lalu, matanya menangkap sosok Badai di sudut ruangan. Lelaki ini berdiri kaku tanpa suara, menatapnya lekat. "Aku nggak pa-pa Bunda, lima menit lagi kita pulang aja ke rumah, aku pengin istirahat," ucap S
Read more

5. Rasa Kecewa

Di pihak Sasa, setelah Badai melepas pelukannya, ia lirik Badai dari kaki hingga kepala. Lelaki ini sempurna seperti yang selalu dilihatnya. Kini, jauh lebih sempurna dan memesona dengan seragam Pakaian Dinas Upacara membalut atletis tubuhnya. "Letnan Satu," gumam Sasa masih tidak percaya. 'Mafia? Geng motor? Preman? Lo gila udah sempat mikir tangan kasarnya gara-gara dia jadi tukang nyangkul, Sa!' "Siap!" sahut Badai sigap. "Kenapa?" tanya Sasa singkat. 'Kenapa jadi tambah ganteng banget ni orang.' "Ya? Ijin," Badai menatap Sasa bingung. "Ah, kamu ada dalam misi saya," ucapnya. "Bukan, bukan itu yang aku maksud. Kenapa kamu mau dijodohin sama aku? Apa karena itu perintah dari Ayah?" Ada jeda panjang setelah Sasa melempar pertanyaan jebakan itu. Badai tak buru-buru menjawab, salah langkah, ia bisa kehilangan respect Sasa terhadapnya. "Kamu punya Arleta, calon istri yang kamu banggain," ucap Sasa lagi, tak sabar menunggu tanggapan dari Badai. "Ijin, biar kamu tau aja, cal
Read more

6. Sedingin Tatapan

Praktis, setelah pertemuan mengejutkan dua hari sebelumnya dengan Badai yang berseragam sangat tampan, Sasa mendiamkan Damar dan Ran. Tidak ada satupun orang di dalam rumah yang diajaknya bicara. Ia marah sekali, tapi tak tega jika harus mengomeli sang Ayah di situasi yang tidak menguntungkan seperti ini. "Kamu udah sehat Sa? Nggak mau istirahat barang sehari atau dua hari lagi?" tanya Ran saat melihat anak gadisnya keluar kamar sudah dengan setelan siap berangkat kuliahnya. "Iya," jawab Sasa singkat. "Masih ngambek sama Ayah?" tanya Damar yang juga sedang menikmati sarapannya. "Masih," sahut Sasa lagi, cuek sekali. "Alpha itu pasukan khusus Sa, unit intelejen yang sistem kerjanya adalah klandestin, Sasa tau itu kan?" tanya Damar. "Bunda," Sasa justru berpaling pada Ran. "Aku nggak sarapan," pamitnya melengos. "Sakura Kadita Rumi!!" seru Damar keras-keras. Mau tidak mau, Sasa menghentikan langkahnya. Tak menoleh, ia mematung, menunggu kalimat Damar selanjutnya. "Alph
Read more

7. Menata Hati

"Nggak bakalan ilang juga kalau lo tinggal ngedip, Dai," kata Choki, teman satu kelas Badai dan Sasa yang menjadi akrab dengan Badai karena satu kamar saat menginap di Bali. "Sialan," sungut Badai bak terpergok tengah mengagumi keindahan tubuh Sasa. "Saingan lo ketua HIMA, Men," ucap Choki. "Kalau cuma Diaz gue nggak peduli," gumam Badai songong. "Nggak penting juga mikirin mereka." "Lo bilang nggak penting tapi mata lo sampe mau copot ngeliatin dia mulu." "Sok tau," sahut Badai tersenyum miring. "Gue ngeliatin presentasinya Pak Solihin," ujarnya mencari alasan. "Ya, ya, ya, serah lo deh," ujar Choki tak mau terlalu peduli juga dengan masalah pribadi Badai. Kebekuan panjang yang tercipta antara Badai dan Sasa sejauh ini sebenarnya menyiksa mereka masing-masing. Badai tidak memiliki keberanian untuk datang ke rumah Sasa karena Damar memang mencegahnya. Sementara Sasa baru hari ini berangkat ke kampus dan mereka bertemu mata, tapi tak saling bicara. "Langsung pulang Sa? Ki
Read more

8. Kedatangan Tiba-Tiba

"Aku belom coba masuk ke Unit Kegiatan Mahasiswa, ada yang udah masuk dari masing-masing fakultas?" Badai menatap satu per satu anggota tim elite-nya, sebagai seorang leader Indonesian Special Force, ia memang rutin mengadakan pertemuan khusus dengan keempat anggotanya."Aku udah bisa masuk ke Himpunan Mahasiswa Bang," ucap Fadil, prajurit dari korps Angkatan Laut berpangkat Letda yang ditugaskan untuk posisi intelejen Fakultas Seni dan Budaya, sandi nama Hades."Yang lain?" gumam Badai menyisir satu per satu wajah rekan satu timnya. "Fakultas Ekonomi rada susah, tapi aku nunggu ada penjaringan untuk Himpunan Mahasiswa. Harapannya, aku bisa masuk Dewan Pertimbangan atau BEM Fakultas, tapi seleksinya masih lama dan kita perlu gerak cepet," sahut Lion, si tampan ceria dari korps Angkatan Darat, berpangkat sama dengan Badai, sandi nama King. "Kamu, ada perkembangan apa Romeo?" tanya Badai beralih pada Anung, si pendiam yang terampil dari korps Angkatan Udara berpangkat Letda, dengan sa
Read more

9. Tidak Terima

"Aku nggak peduli sama misi apa yang kamu emban sampe harus menyusup sebagai mahasiswa di kelasku dan aku nggak mau tau itu," tembak Sasa tanpa memberi Badai kesempatan bertanya, ia baru berbicara setelah Lion dan yang lainnya pergi. "Kuanggap aku nggak pernah tau identitas aslimu dan jangan pernah ngajak aku interaksi lagi!" tegasnya. "Kamu boleh marah dan membenciku, Sa, tapi kumohon, untuk satu hal ini, turutin permintaanku. Ini soal Diaz," desah Badai lirih. "Kenapa Mas Diaz?" tantang Sasa sinis. "Aku udah minta Ayah buat batalin perjodohan. Nggak ada alasan kamu buat ngelarang aku deket sama siapapun!" "Menurutku, dia bukan orang baik-baik, Sa.""Terus apa kamu orang baik-baik?" sambar Sasa tak disangka. "Dari tampang dan penampilan, bukannya justru kamu yang keliatan bukan orang baik-baik? Apa karena kamu seorang leader tim khusus jadi kamu ngerasa Diaz nggak baik?" tegasnya. Badai tertawa sengak, "Yang menurutmu berbahaya berarti malah aku?" tanyanya. "Iya bukan? Seenaknya
Read more

10. Memastikan Perasaan

"Gimana kerjaan Dai? Lancar? Kita jarang saling kirim kabar lewat WA juga ya, abis gimana, aku selesai kerja juga udah sore banget, kamu kalau lagi dinas jarang pegang hape," desis Arleta tersenyum simpul.Badai benar-benar menbuat janji temu dengan Arleta, perempuan yang sudah ia pacari selama hampir 2 tahun lamanya ini. Selain ingin memastikan arah hubungan mereka yang mengambang, Badai perlu melihat reaksi Arleta perihal perjodohannya. Sejak awal, keluarga Arleta yang sekadar tahu Badai adalah seorang prajurit berpangkat kecil dan bergaji tak seberapa memang terkesan tak merestui hubungan keduanya. Selama itu pula Badai berjuang memantaskan diri, merahasiakan pangkat dan posisi aslinya demi kepentingan rahasia negara."Ya gimana? Kamu mau resign aja dan jadi istriku biar gampang ngasih kabar? Malah nggak perlu sering-sering ngasih kabar kalau kita udah serumah," pancing Badai setengah melamar."Akunya sih mau, tapi apa kata Papa sama Mamaku kalau aku nggak kerja. Tau sendiri kan ke
Read more
DMCA.com Protection Status