Share

4. Identitas Asli

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2024-10-02 00:09:40

Setia menunggui Sasa yang masih angkuh dalam ketidaksadarannya, Badai tak banyak bicara. Ia tahu betul bahwa sepulang dari Kuliah Kerja Lapangan mereka di Bali, Sasa pasti menderita kelelahan. Pun dengan ditambah beban pikiran atas hubungan mereka yang sudah pasti berat di pihak Sasa.

"Eung," terdengar Sasa mengerang kecil, ia berusaha untuk membuka mata perlahan dengan tangan yang reflek memegangi kepalanya.

Semua orang di dalam ruangan kesehatan segera mendekat ke ranjang begitu tahu Sasa sudah mulai sadar. Giliran Badai yang salah tingkah dan kikuk, ia menepi, membiarkan Ran dan Riana lebih dulu mengecek kondisi kesehatan Sasa.

"Sa, gimana, pusing?" tanya Ran perhatian. "Apa yang dirasain?" lanjutnya.

Sasa menggeleng lemah, sambil sesekali mengerang, ia berusaha bangun. Lalu, matanya menangkap sosok Badai di sudut ruangan. Lelaki ini berdiri kaku tanpa suara, menatapnya lekat.

"Aku nggak pa-pa Bunda, lima menit lagi kita pulang aja ke rumah, aku pengin istirahat," ucap Sasa datar. Jelas ada nada marah dalam getaran suaranya yang dingin itu.

"Iya," ucap Ran menurut saja, sedikit banyak ia tahu bahwa Sasa sedang tidak ingin dibantah. "Kalian mau ngobrol berdua dulu?" tanyanya menoleh Sasa dan Badai bergantian.

"Mohon ijin, sepertinya memang mereka perlu ngobrol Bu," kata Riana—ibunda Badai, pengertian.

Ran mengangguk, "Bunda keluar nyari Ayah dulu, take your time," ujarnya seraya meraih jemari Riana agar ikut keluar bersamanya.

Hening. Sepeninggal Ran dan Riana, baik Sasa maupun Badai tak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. Masih berdiri di sudut ruangan dengan kedua telapak tangan ia sembunyikan di belakang punggung, Badai menatap Sasa penuh penyesalan.

"Setelah kamu nyium aku, sekarang kamu ngasih surprise luar biasa ini?" gumam Sasa akhirnya angkat bicara.

"Aku minta maaf," lirih Badai yang bingung memilih kata untuk disampaikannya pada Sasa. Ia beranikan diri untuk mendekat ke ranjang, berdiri di samping Sasa yang berusaha bangun dan menghadapinya dalam posisi duduk.

"Lettu Akai Badai Bagaspati," gumam Sasa tersenyum getir, mengeja nama di dada kanan Badai, juga melirik brevet di PDU-nya. "Bagian mana yang nyata selain itu? Arleta, pacar kamu itu juga nyata?"

Badai mengangguk lemah.

"Brengsek!" sambar Sasa dengan air mata yang kembali mengalir, "brengsek banget kamu, Badai!" desisnya marah. "Sebenernya siapa kamu? Apa tujuan kamu, hah?"

"Siap," Badai tertegun sebentar, ia basahi bibirnya beberapa kali. "Lettu Akai Badai Bagaspati, Indonesian Special Force, Intelligence and Kontra Terorism Unit, 26 tahun, code name Alpha," ungkapnya lengkap.

Air mata Sasa semakin deras mengalir mendengar penjelasan Badai mengenai identitas asli yang selama ini disembunyikannya. Tentu saja Sasa merasa tertipu cukup banyak, merasa dibodohi dan dipencudangi selama ini. Bagaimana tidak? Sang calon suami ada di depan matanya, tetapi ia justru merasa jatuh cinta pada lelaki yang berbeda.

"Mohon ijin, maafkan saya," lirih Badai semakin mendekat ke ranjang Sasa, berusaha membujuknya.

"Don't!" cegah Sasa, "aku aja yang goblok dan buta," katanya.

"Sa, ak—"

"Sa? Wow!!" potong Sasa mencibir.

Sepi lagi. Seperti apapun rasa sakit yang Sasa harus alami sekarang, ia tidak bisa menyalahkan Badai sepenuhnya. Semua orang yang tahu mengenai identitas Badai sebenarnya harus ikut ia persalahkan. Namun, mengapa ia hanya ingin mencaci Badai?

"Ijin, kamu pasti kecapean sepulang KKL makanya kamu pingsan," gumam Badai mencoba mencairkan suasana. Ia mendekat untuk mengambilkan Sasa minum.

"Berhenti sok perhatian sama aku dan sok formal begitu!" jerit Sasa hilang kendali. Kebetulan Badai mendekat jadi ia bisa langsung meraih kerah jas Badai dan diremasnya penuh amarah. "Kamu brengsek Dai! Kamu jahat!" cercanya.

Badai tak menjawab dan tak juga melawan cercaan Sasa. Ia biarkan gadis cantik yang kini sudah mulai menghuni sisi lain hatinya ini mengungkap segala yang dipendamnya. Sebaliknya, Sasa semakin tak terkendali, ia remas dada Badai, ia pukul-pukul kencang dengan dua kepalan tangannya, menyalurkan kemarahan yang amat sangat. Badai bergeming, ia biarkan Sasa meluapkan segalanya, memukulinya brutal, sekuat tenaga.

"Kamu jahat," isak Sasa setelah lelah memukul-mukul dada Badai yang sama sekali tidak terlihat menyakiti lelaki pujaannya itu.

Tak tega melihat Sasa terisak dan berantakan seperti ini, Badai bergerak. Dibawanya Sasa ke dalam pelukannya. Sejenak Sasa memberontak hebat. Namun, kekuatan Badai bukan tandingan Sasa, ia takluk juga akhirnya, sesenggukan di dada lelaki yang sudah berniat untuk dilupakannya. Di ruangan kecil nan sepi itu, tak ada suara selain tangis Sasa dalam pelukan hangat Badai, mereka larut dalam rasa masing-masing.

"Lepasin aku," kata Sasa meronta setelah tangisnya reda.

Badai menurut. Dengan seragam yang ia kenakan sekarang, menyentuh Sasa tentu menjadi keterbatasannya. Ia tidak boleh melewati aturan itu seenaknya dan jeritan Sasa tadi pasti sempat memicu perhatian orang-orang di luar ruangan.

###

Related chapters

  • Jodoh Malaikat Pelindung   5. Rasa Kecewa

    Di pihak Sasa, setelah Badai melepas pelukannya, ia lirik Badai dari kaki hingga kepala. Lelaki ini sempurna seperti yang selalu dilihatnya. Kini, jauh lebih sempurna dan memesona dengan seragam Pakaian Dinas Upacara membalut atletis tubuhnya. "Letnan Satu," gumam Sasa masih tidak percaya. 'Mafia? Geng motor? Preman? Lo gila udah sempat mikir tangan kasarnya gara-gara dia jadi tukang nyangkul, Sa!' "Siap!" sahut Badai sigap. "Kenapa?" tanya Sasa singkat. 'Kenapa jadi tambah ganteng banget ni orang.' "Ya? Ijin," Badai menatap Sasa bingung. "Ah, kamu ada dalam misi saya," ucapnya. "Bukan, bukan itu yang aku maksud. Kenapa kamu mau dijodohin sama aku? Apa karena itu perintah dari Ayah?" Ada jeda panjang setelah Sasa melempar pertanyaan jebakan itu. Badai tak buru-buru menjawab, salah langkah, ia bisa kehilangan respect Sasa terhadapnya. "Kamu punya Arleta, calon istri yang kamu banggain," ucap Sasa lagi, tak sabar menunggu tanggapan dari Badai. "Ijin, biar kamu tau aja, cal

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Malaikat Pelindung   6. Sedingin Tatapan

    Praktis, setelah pertemuan mengejutkan dua hari sebelumnya dengan Badai yang berseragam sangat tampan, Sasa mendiamkan Damar dan Ran. Tidak ada satupun orang di dalam rumah yang diajaknya bicara. Ia marah sekali, tapi tak tega jika harus mengomeli sang Ayah di situasi yang tidak menguntungkan seperti ini. "Kamu udah sehat Sa? Nggak mau istirahat barang sehari atau dua hari lagi?" tanya Ran saat melihat anak gadisnya keluar kamar sudah dengan setelan siap berangkat kuliahnya. "Iya," jawab Sasa singkat. "Masih ngambek sama Ayah?" tanya Damar yang juga sedang menikmati sarapannya. "Masih," sahut Sasa lagi, cuek sekali. "Alpha itu pasukan khusus Sa, unit intelejen yang sistem kerjanya adalah klandestin, Sasa tau itu kan?" tanya Damar. "Bunda," Sasa justru berpaling pada Ran. "Aku nggak sarapan," pamitnya melengos. "Sakura Kadita Rumi!!" seru Damar keras-keras. Mau tidak mau, Sasa menghentikan langkahnya. Tak menoleh, ia mematung, menunggu kalimat Damar selanjutnya. "Alph

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Malaikat Pelindung   7. Menata Hati

    "Nggak bakalan ilang juga kalau lo tinggal ngedip, Dai," kata Choki, teman satu kelas Badai dan Sasa yang menjadi akrab dengan Badai karena satu kamar saat menginap di Bali. "Sialan," sungut Badai bak terpergok tengah mengagumi keindahan tubuh Sasa. "Saingan lo ketua HIMA, Men," ucap Choki. "Kalau cuma Diaz gue nggak peduli," gumam Badai songong. "Nggak penting juga mikirin mereka." "Lo bilang nggak penting tapi mata lo sampe mau copot ngeliatin dia mulu." "Sok tau," sahut Badai tersenyum miring. "Gue ngeliatin presentasinya Pak Solihin," ujarnya mencari alasan. "Ya, ya, ya, serah lo deh," ujar Choki tak mau terlalu peduli juga dengan masalah pribadi Badai. Kebekuan panjang yang tercipta antara Badai dan Sasa sejauh ini sebenarnya menyiksa mereka masing-masing. Badai tidak memiliki keberanian untuk datang ke rumah Sasa karena Damar memang mencegahnya. Sementara Sasa baru hari ini berangkat ke kampus dan mereka bertemu mata, tapi tak saling bicara. "Langsung pulang Sa? Ki

    Last Updated : 2024-10-02
  • Jodoh Malaikat Pelindung   8. Kedatangan Tiba-Tiba

    "Aku belom coba masuk ke Unit Kegiatan Mahasiswa, ada yang udah masuk dari masing-masing fakultas?" Badai menatap satu per satu anggota tim elite-nya, sebagai seorang leader Indonesian Special Force, ia memang rutin mengadakan pertemuan khusus dengan keempat anggotanya."Aku udah bisa masuk ke Himpunan Mahasiswa Bang," ucap Fadil, prajurit dari korps Angkatan Laut berpangkat Letda yang ditugaskan untuk posisi intelejen Fakultas Seni dan Budaya, sandi nama Hades."Yang lain?" gumam Badai menyisir satu per satu wajah rekan satu timnya. "Fakultas Ekonomi rada susah, tapi aku nunggu ada penjaringan untuk Himpunan Mahasiswa. Harapannya, aku bisa masuk Dewan Pertimbangan atau BEM Fakultas, tapi seleksinya masih lama dan kita perlu gerak cepet," sahut Lion, si tampan ceria dari korps Angkatan Darat, berpangkat sama dengan Badai, sandi nama King. "Kamu, ada perkembangan apa Romeo?" tanya Badai beralih pada Anung, si pendiam yang terampil dari korps Angkatan Udara berpangkat Letda, dengan sa

    Last Updated : 2024-10-04
  • Jodoh Malaikat Pelindung   9. Tidak Terima

    "Aku nggak peduli sama misi apa yang kamu emban sampe harus menyusup sebagai mahasiswa di kelasku dan aku nggak mau tau itu," tembak Sasa tanpa memberi Badai kesempatan bertanya, ia baru berbicara setelah Lion dan yang lainnya pergi. "Kuanggap aku nggak pernah tau identitas aslimu dan jangan pernah ngajak aku interaksi lagi!" tegasnya. "Kamu boleh marah dan membenciku, Sa, tapi kumohon, untuk satu hal ini, turutin permintaanku. Ini soal Diaz," desah Badai lirih. "Kenapa Mas Diaz?" tantang Sasa sinis. "Aku udah minta Ayah buat batalin perjodohan. Nggak ada alasan kamu buat ngelarang aku deket sama siapapun!" "Menurutku, dia bukan orang baik-baik, Sa.""Terus apa kamu orang baik-baik?" sambar Sasa tak disangka. "Dari tampang dan penampilan, bukannya justru kamu yang keliatan bukan orang baik-baik? Apa karena kamu seorang leader tim khusus jadi kamu ngerasa Diaz nggak baik?" tegasnya. Badai tertawa sengak, "Yang menurutmu berbahaya berarti malah aku?" tanyanya. "Iya bukan? Seenaknya

    Last Updated : 2024-10-04
  • Jodoh Malaikat Pelindung   10. Memastikan Perasaan

    "Gimana kerjaan Dai? Lancar? Kita jarang saling kirim kabar lewat WA juga ya, abis gimana, aku selesai kerja juga udah sore banget, kamu kalau lagi dinas jarang pegang hape," desis Arleta tersenyum simpul.Badai benar-benar menbuat janji temu dengan Arleta, perempuan yang sudah ia pacari selama hampir 2 tahun lamanya ini. Selain ingin memastikan arah hubungan mereka yang mengambang, Badai perlu melihat reaksi Arleta perihal perjodohannya. Sejak awal, keluarga Arleta yang sekadar tahu Badai adalah seorang prajurit berpangkat kecil dan bergaji tak seberapa memang terkesan tak merestui hubungan keduanya. Selama itu pula Badai berjuang memantaskan diri, merahasiakan pangkat dan posisi aslinya demi kepentingan rahasia negara."Ya gimana? Kamu mau resign aja dan jadi istriku biar gampang ngasih kabar? Malah nggak perlu sering-sering ngasih kabar kalau kita udah serumah," pancing Badai setengah melamar."Akunya sih mau, tapi apa kata Papa sama Mamaku kalau aku nggak kerja. Tau sendiri kan ke

    Last Updated : 2024-10-05
  • Jodoh Malaikat Pelindung   11. Cemburu Keliru

    Badai mengangguk pelan, tak lagi memiliki hal lain untuk disampaikan. Diam-diam, pikirannya justru melayang jauh, senyum Sasa melintas tanpa sengaja dan ia segera menggoyangkan kepalanya untuk menepis itu semua. Tidakkah kini ia tengah bermain hati? Bagaimana ia bisa membayangkan wajah perempuan lain saat ia sedang bersama kekasih hatinya?"Aku anter nggak?" tawar Badai setelah ia dan Arleta sama-sama menyelesaikan makan malamnya."Gimana nganternya coba? Kan aku bawa mobil," ucap Arleta heran. "Ya motor kutinggal dulu di sini, nanti aku balik ke sini lagi pake ojek," ujar Badai terdengar ribet."Nggak usah ah, ribet deh kamu harus bolak-balik ke sini. Nanti kabarin aja kalau kamu udah sampe kantor, dinas malam kan kata kamu?" Badai mengangguk, "Iya," jawabnya. "Kamu hati-hati ya," pesannya mengiringi langkah Arleta hingga perempuannya itu masuk ke dalam mobil.Sepeninggal Arleta, Badai masuk kembali ke dalam restoran. Ia habiskan lagi minumannya yang baru berkurang setengah sambil

    Last Updated : 2024-10-05
  • Jodoh Malaikat Pelindung   12. Akar Kuat Sakura

    "Ada kuliah pagi?" tegur Lion yang bertemu Badai di parkiran motor. Lokasi Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Keguruan memang berdampingan sehingga parkiran motor pun hanya berbatas pagar besi pendek. "Kuliah pagi, kamu ngapain pagi-pagi ngampus?" tanya Badai balik."Ketemu anak HIMA, ada seleksi BEM Fakultas, doakan!" sebut Lion selalu penuh semangat."Oke, jurusanku minggu depan baru ada program, TO kita ada pergerakan di tempatmu?" gumam Badai berbisik.Lion menggeleng, "Masih anteng, tapi aku nggak akan lengah, takutnya dia ke fakultasnya Fadil atau ke Anung," lapornya. "Kabar-kabar terus, King," pesan Badai menepuk pundak rekannya pelan. "Kamu batal dinner?" tanya Lion tiba-tiba. "Aman," jawab Badai singkat."Ekspresimu nggak kayak orang abis dinner sama pacar," Lion yang juga memiliki keahlian membaca ekspresi wajah jelas tahu bahwa sedang ada banyak bayangan di dalam pikiran Badai yang menunggu diselesaikan."Nggak ada apa-apa," sangkal Badai langsung memasang ekspresi sed

    Last Updated : 2024-10-05

Latest chapter

  • Jodoh Malaikat Pelindung   119. End Game

    Interaksi mesra keduanya, juga candaan Badai yang kini seringkali menghangatkan suasana membuat Sasa tak hanya menikmati bulan madu mereka, tapi juga menyembuhkan semua rasa sakit yang bertubi diterimanya. Badai membuat Sasa tidak pernah menyesali satupun keputusan yang diambil setelah mereka saling mengenal dan berbagi rasa, termasuk kekecewaan saat tahu bahwa Badai pernah dinikmati perempuan lain. Kini, Sasa sudah berlapang dada menerimanya. Ia juga tak mau ambil pusing dengan apapun yang Arleta perbuat untuk meretakkan hubungannya dengan Badai. Semakin lama, ia akan kebal dengan sendirinya."Cari makan di pinggiran danau aja ya Yang?" tawar Badai setelah ia dan Sasa siap untuk menikmati sore hari Luzern yang menawan."Emang ada yang buang Mas?" tanya Sasa polos sekali."Yang buang?" alis Badai bertaut."Lha katanya mau nyari," gumam Sasa."Apa sih Nduk," Badai terbahak. "Maksudku beli, bukan nyari dalam arti yang sebenernya," terangnya."Iya, aku juga cuma bercanda, bukan karena ak

  • Jodoh Malaikat Pelindung   118. Yang Terpilih (21+)

    Adalah Luzern, kota kecil dengan pemandangan indah nan romantis di malam hari ini yang akhirnya ditetapkan Sasa dan Badai untuk menghabiskan sisa waktu 8 hari mereka setelah dua hari tinggal di Frankfurt, Jerman. Badai tahu, Luzern adalah kota sempurna bagi ia dan Sasa untuk menumbuhkan cinta, merajut kembali asa pernikahan mereka yang sempat koyak karena perpisahan dan rasa sakit yang sempat melanda. Suasana kota yang tenang, aroma angin yang manis, juga pemandangan alamnya yang menakjubkan langsung membuat Sasa jatuh cinta. "Kota ini adalah pilihan yang tepat banget buat bulan madu," bisik Sasa sambil sesekali menggigiti telinga suaminya sensual. Badai tersenyum simpul, tangannya sudah menangkup kedua dada Sasa yang tanpa balutan. Musim dingin baru saja berlalu, cuaca menghangat, matahari bersinar cerah. Baru siang tadi mereka tiba di hotel dan berniat untuk berjalan-jalan sore harinya. Alih-alih beristirahat, sang pengendali naga tak tahan untuk melakukan aksinya."Aku goyang Mas

  • Jodoh Malaikat Pelindung   116. Memulai Bulan Madu

    "Bentar," Badai menepuk pundak istrinya sebentar dan berjalan mendekati seorang petugas avsec di dekat pintu keberangkatan bandara.Melihat keanehan suaminya dan bagaimana Badai dan dirinya dikawal oleh petugas itu menuju check in counter tentu saja membuat Sasa bingung. Namun, ia tidak banyak bertanya, ia ikuti saja langkah Badai yang melepas genggaman tangannya untuk mengurus dokumen keberangkatan bulan madunya."Kenapa sih Mas? Ada masalah sama dokumen kita?" tanya Sasa sambil melempar senyum dan melambaikan tangan pada beberapa orang wartawan."Enggak, aman aja," jawab Badai."Terus tadi ngapain?" gumam Sasa penasaran."Badai kudu dipisahin sama pacarnya kan kalau lagi naek pesawat?""Hem?" dahi Sasa berkerut, bingung dengan maksud sang suami. "Aku? Kita nggak bisa duduk deketan di pesawat?" tanyanya sedikit panik."Nggak gitu," Badai menahan tawa. Dibawanya Sasa duduk setelah tiba di executive lounge. "Ini kan penerbangan sipil, handgun-ku musti didaftarin dulu dan dititipin, ala

  • Jodoh Malaikat Pelindung   115. Hari Bahagia Untuk Sasa

    Arleta tercekat, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain lanjut berjalan dan turun dari pelaminan. Hatinya tak menyangka, Badai akan sekejam itu padanya dan keluarga."Siapa Ibuk?" tanya Sasa heran."Mamanya," desis Badai. "Aku biasa manggil Ibuk ke beliau," tambahnya.Sasa mengulum bibir merah meronanya, hatinya tergerak, "Mungkin kita nggak boleh terlalu kejam Mas. Sekedar jenguk pun aku nggak akan keberatan," ujarnya."Aku udah nitip salam, itu udah cukup Nduk," kata Badai mantap. "Aku harus jaga perasaan banyak orang, sedangkan dia justru berusaha menyakiti dirinya sendiri dan mamanya dengan memelihara harapan. Aku sekarang adalah suami orang. Banyak pelajaran yang kuambil setelah kita sama-sama dipisahkan. Jadi, biarin kujaga kamu dan keluargaku sebaik mungkin!" ikrarnya.Sasa tak lagi membantah. Jika ini memang keputusan yang sudah menjadi keyakinan sang suami, ia tinggal mengikuti. Sebenarnya Sasa juga bahagia karena Badai menjadikannya prioritas utama dengan tak lagi memedulik

  • Jodoh Malaikat Pelindung   114. Resepsi Impian

    Akhirnya, apa yang Sasa impi-impikan sebagai pernikahan khayalan masa kecil putri cantik Damar, terlaksana. Berbalut kebaya modern nan elegan, Sasa menuntaskan langkahnya di samping Badai dalam prosesi pedang pora nan sakral. Sebagai tanda jasa karena pengorbanan luar biasa Badai dalam menyelesaikan perlawanan Organisasi Kriminal Bersenjata bersama tim, ia dianugerahi kenaikan pangkat. Kini, Sasa adalah istri seorang Kapten Akai Badai Bagaspati. "Kamu sengaja ngebiarin banyak wartawan yang ngeliput acara kita?" gumam Badai berbisik pada sang istri saat keduanya menyelesaikan prosesi pedang pora dan duduk di pelaminan. Sasa mengangguk, "Iya, biar aku nggak diserang sama rumor jahat lagi. Jadi, nanti kalau aku hamil, aku bisa menikmati kehamilanku dengan bahagia dan tanpa beban. Jujur, aku ngerasa bersalah banget karena selama kehamilanku dulu, aku nggak jaga Gala dengan baik Mas," ungkapnya. "Bukan salah kamu Nduk, semua udah jadi kehendak Allah, gitu kan kata kamu?" "Iya Mas, tapi

  • Jodoh Malaikat Pelindung   113. Pasangan Serasi

    Melajukan mobil kesayangan Badai itu meninggalkan halaman rumah, Sasa menemukan jalanan sudah mulai lengang oleh orang-orang yang berangkat menuju tempat kerja. Meski ramai lancar, Badai tetap saja khawatir dan merasa was-was saat sopirnya adalah Sasa, si labil manja nan imut itu."Apa aku perlu nemuin Arleta ya Mas?" tanya Sasa memecah keheningan, setidaknya ia membuat Badai lupa pada ketegangannya."Buat apa?" gumam Badai bingung."Kita nikah udah lama, udah banyak yang terlalui berdua kan ya? Kok dia kayak masih nggak rela ngelepasin Mas Badai gitu.""Terus kamu mau ngomong apa kalau udah ketemu sama dia?" tantang Badai.Sasa mengedikkan bahunya, "Ngobrol sebagai selayaknya perempuan yang udah pernah menikmati Mas Badai," katanya santai sekali."Nduk!" Badai mendesis."Emang bener gitu kan? Setelah dulu nggak berhasil nyerang kepercayaanku ke Mas Badai, sekarang dia nyoba nyerang aku secara mental lewat media sosial," desis Sasa terdengar kesal tapi tak tahu harus bagaimana melampi

  • Jodoh Malaikat Pelindung   112. Go Public

    Sasa cembetut, matanya tak lepas dari layar ponsel di tangannya. Saat Badai keluar dari kamar mandi seusai mandi pagi, ekspresi yang sama masih ia temui."Something's wrong, Love?" tegur Badai yang langsung menyadari bahwa ada yang aneh di layar ponsel istrinya."Mantan Mas Badai nyebelin deh," sungut Sasa jujur."Kenapa lagi dia?" tanya Badai langsung nyambung."Dia komentar di postingan foto yang aku pasang di Instagram. @arletanyumnyum kan nama akunnya? Childish banget gitu," gerutu Sasa jengah."Kamu emang posting foto apa?""Posting foto Mas Badai. Cuma nggak ngeliatin muka aja sih. Pas kemaren dari rumah sakit itu, aku kan foto punggungnya Mas, lha aku posting pake caption so called him BOJO pake huruf gede semua tulisan bojonya. Lha kok dia tiba-tiba masuk komentar ngatain aku!" lapor Sasa bersungut-sungut."Ngatain apa sih?" tanya Badai sabar."Aku dibilang pelakor! Kan aku kesel, ya emang sih aku pelakor," Sasa tertawa penuh kemenangan, "tapi dia kan war-nya cuma sepihak, aku

  • Jodoh Malaikat Pelindung   111. I Always Love You (21+)

    Badai menggeleng lemah, "Mereka yang ngarahin senjatanya ke tim langsung kulumpuhin, kubidik tangan dan kakinya. Langsung diamanin sama Raider 2, diobatin, biar tetep selamat. Umur mereka masih muda, ideologi yang tercetak di kepalanya masih bisa diperbaiki. Tapi kalau yang sekiranya bawa bom atau basoka, terpaksa dilumpuhkan selamanya," jawabnya dengan suara bergetar, tersirat penyesalan di sana."Aku paham," kedua tangan Sasa menangkup rahang Badai. "Bukan salah Mas Badai, jangan jadi beban pikiran ya Mas," hiburnya lembut.Senyum Badai terkembang, ia peluk seketika tubuh mungil sang istri dengan sebelah tangannya yang tidak terluka. Ia tenggelamkan wajahnya di ceruk leher Sasa, mencari kenyamanan dan kehangatan di sana."Aku pengin banget melepas rindu, tapi tangan Mas Badai kayaknya lagi nggak bisa diajak enak-enak," bisik Sasa nakal."Hem?" Badai menegakkan kepalanya, melirik wajah cantik istrinya sebentar, "siapa bilang nggak bisa enak-enak? Yang sakit kan tangannya, bukan nagan

  • Jodoh Malaikat Pelindung   110. Mendengarmu Bercerita

    "Ehem,"Badai berdehem seraya memejamkan matanya untuk menahan sakit. Setelah Badai pulang dan mendapat banyak hari cuti, Sasa memutuskan untuk kembali ke rumah pribadi mereka dan tidak lagi menginap di rumah sang ayah. Lagipula, dengan tinggal di rumah sendiri, Badai dan Sasa akan lebih bebas melepas rindu."Ada ya orang jago nembak kepala sama dada tapi diobatin lukanya meringis-meringis kesakitan gini," desis Sasa manyun."Gimanapun aku tetep manusia Nduk. Aku punya sisi manjaku sendiri dan itu cuma kutunjukin ke istriku. Lagian, boleh kan manja sama istri yang udah nggak kutemui berbulan-bulan lamanya?" gumam Badai sambil meniup-niup luka robek lebar di lengannya itu."Untung nggak kena tulang ini tu, kalau sampe kena tulang kan bisa berpengaruh ke kemampuan menembak Mas kan?""Iya," Badai membenarkan. "Udah kepalang basah. Aku kudu milih ngorbanin timku atau pasang badan, kupilih pasang badan biar timku bisa keluar dari barak dulu baru aku yang paling terakhir," ceritanya."Mas l

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status