Kusingkap Topeng Busuk Suamiku

Kusingkap Topeng Busuk Suamiku

Oleh:  Viki_aulia  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
40Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perempuan diuji saat tidak punya apa-apa, sedang laki-laki diuji saat punya segalanya. Adiba Hasna, perempuan tangguh yang telah berhasil melewati ujian, mendampingi sang suami yang hanya seorang kuli bangunan sampai menjadi bos konveksi besar. Namun, suami Hasna justru mulai bermain wanita saat punya segalanya. Bagi Hasna, tidak ada kata maaf untuk sebuah penghianatan. Dia rela melepas segala yang ada demi berpisah dari suaminya. Jalan seperti apakah yang akan diambil Hasna? Berhasilkah dia menyingkap topeng yang selama ini dikenakan suami untuk menutupi kebusukannya? Yuk, temukan jawabannya di sini!

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Abdul Kholik
ceritanya sangat seru, tidak menye-menye karena diselingkuhi
2024-06-17 08:41:35
0
40 Bab

Bab 1 ketahuan

"Yah, tolong antar Rio sekolah, ya!" pintaku pagi ini. "Kamu nggak lihat aku sedang mandiin burung? Kamu mau ngapain emang nggak bisa ngantar Rio?" sahut Mas Toro, suamiku itu nampak kesal karena kesenangannya terganggu. Mau nguji kamu, Mas, dan ternyata kamu lebih peduli dengan burung-burungmu itu daripada anakmu sendiri. Ingin rasanya kulontarkan perkataan ini, namun nyatanya hanya mampu kusuarakan dalam hati. Aku masuk, memanggil Rio yang sudah selesai sarapan. "Adek, ayo, hari ini Mama antar kamu, ya!""Iya, Ma, emang Mbak Dian nggak dateng, Ma?" tanya Rio mengikuti langkahku ke depan. Dian adalah sepupuku yang biasa bertugas mengantar-jemput Rio sekolah. "Bude Rahmi sakit, Dek. Makanya Mbak Dian nggak bisa dateng, kalau Adek pengen ketemu Mbak Dian nanti siang kita mampir ke rumah Bude Rahmi, sekalian jenguk, gimana?" jelasku sekalian memberinya tawaran. "Boleh, Ma. Nanti bawa oleh-oleh yang banyak buat Bude Rahmi, ya, Ma!" usul anakku yang masih berumur sepuluh tahun itu.
Baca selengkapnya

Bab 2 Suamiku Mulai Berulah

"Oh jadi gini kelakuanmu, Yah? Di belakangku kamu masih sering menghubungi mantan istrimu yang semok itu." Aku mendelik tajam sambil berkacak pinggang. "Nggak, Ma, kami cuma sedang membahas uang bulanan Ana, wajarkan, Ma? Ana kan anak kandungku juga," cicit lelaki itu ketakutan."Uang bulanan apa, Yah? Semuanya udah Mama urus,uang makan, uang sekolah, uang jajan, semua sudah Mama kasih untuk bulan ini," jelasku berapi-api. Ana adalah anak sulung suamiku dan mantan istrinya, sekarang sedang menempuh pendidikan SMA di sebuah pesantren bersama Dita, anak sulungku dan suami yang masih SMP. Yang membiayai tentu saja suamiku, dulu waktu masih jadi kuli bangunan saja dia tetap tanggung jawab pada anaknya kok, apalagi sekarang sudah jadi sultan, makin menggelontor saja dana untuk anaknya itu. Memang yang membiayai suamiku, tapi dengan syarat aku yang mengatur semuanya. Semua itu kulakukan supaya suamiku dan mantan istrinya tidak ada alasan untuk berhubungan lagi, namun nyatanya aku masih
Baca selengkapnya

Bab 3 Awal Mula Misteri ATM

Hari sudah larut, sudah kupastikan Rio tidur dengan nyenyak di kamarnya. Dian sudah pulang dari tadi, karena dia hanya bekerja dari pagi sampai sore. Waktunya me time. Kugunakan waktu me time setiap malam untuk merawat wajahku. Jangan sampai skip perawatan wajah saat sebelum tidur, kalau ingin skincare-mu bekerja maksimal. Lihat nih hasil dari tidak pernah lupa pakai skincare sebelum tidur, kulit putih, mulus, glowing, licin kayak marmer hehe ... yang terakhir canda ya gaes, selain rajin perawatan tentu saja karena skincare yang kupakai harganya di atas lima juta. Buat apa uang banyak kalau nggak dinikmatin. Mas Toro masuk saat aku sedang mengoleskan krim di pipi. "Tamunya udah pulang, Yah?" tanyaku memulai obrolan. "Udah, Mah. Kayaknya besok Ayah harus keluar kota, deh, Ma," ujar suamiku yang sudah berbaring di ranjang besar kami. "Ke mana, Yah? Bukannya jadwal ke Solo masih dua hari lagi?" tanyaku heran. "Ada customer baru, Ma. Ayah takut ketipu, partai besar, tapi orangnya n
Baca selengkapnya

Bab 4 Semakin Pelik

"Siapa dia, Lian?" Tanyaku tak sabar. "Waktu itu, Pak Bos menyuruh saya memberikan kartunya pada Dian, Bu," jawab Lian membuatku mengernyitkan dahi. "Dian? Dian yang biasa nganter Rio?" ulangku memastikan. "Iyalah, Bu, Dian sepupu Bu Hasna, emang siapa lagi," sahut mandor muda itu cepat. "Kamu nggak bohong 'kan, Yan?" Aku menyipitkan mata. "Sumpah Demi Allah, saya ngomong apa adanya, Bu," ujarnya begitu meyakinkan. "Ya sudah, terima kasih infonya," ucapku mengakhiri interogasi. Semakin berdenyut saja kepalaku memikirkan masalah ATM ini, dapat keterangan dari Lian bukannya semakin terang malah tambah suram. Kenapa pula Mas Toro memberikan kartu pada Dian? Apakah berarti orang yang dikirimi uang oleh Mas Toro adalah Dian? Tapi untuk apa? Bukannya gaji Dian aku yang membayarkannnya? Daripada tambah pelik, mending aku tanya langsung saja pada orangnya, semoga saja Dian mau jujur. "Halo Di, kamu bisa datang ke kamar Mbak nggak?" tanyaku pada Dian lewat telpon, daripada capek nya
Baca selengkapnya

Bab 5 Suamiku Ternyata Buaya Darat

Baiklah, aku akan mencari tahu kebenarannya sekarang juga, apakah benar suamiku tukang main perempuan seperti yang dituturkan Dian. Ya Allah, entahlah bagaimana hatiku jika ini benar. Tapi, kalau Dian berbohong, berani sekali dia mempermainkan nasib rumah tanggaku, rasanya nggak mungkin Dian setega itu padaku. Ah, sudahlah, lebih baik aku membuktikan langsung dengan menanyai para karyawanku itu. "Lagi pada sibuk, ya?" tanyaku setenang mungkin, meski dalam hatiku tak karuan. "Iya, nih Bu Bos, kita sibuk banget, dari tadi pesenan masuk terus," jawab Anita, salah satu karyawan packing. "Pesanan membludak, Bu Bos," kata Dara sang admin yang bekerja di depan komputer. "Stock pada abis, nih Bos," giliran Raya tukang catat stock bersuara. "Alhamdulillah, tapi saya mau ngomong sebentar, tolong tinggalin kesibukan kalian dulu, ya!" pintaku pada mereka. Semuanya nampak saling pandang, bertanya-tanya kira-kira ada apa?. "Semuanya ada di sini, kan? Hari ini ada yang ijin, nggak?" tanyaku
Baca selengkapnya

Bab 6 Suamiku Ketipu, Aku Bahagia

Bab 6 Ketipu"Dian ...."Dian kah orangnya? Aku melirik Dian yang nampak terkesiap. "... tetangga kamu yang pernah kerja di sini hanya sebulan itu siapa, Di?" lanjut Airin membuatku bernapas lega, fyuh kirain. "Maksudmu Sita?" balas Dian balik bertanya. "Iya, si Sita itu, dia keluar dari sini karena mau jadi simpanannya Pak Bos," ujar Airin memberitahu. Aku tahu siapa Sita, orang dia tetangganya Dian otomatis dulu dia juga tetanggaku sebelum Ayah pindah ke perumahan. Dulu Dian lah yang mengajaknya bekerja padaku, baru sebulan yang lalu dia keluar. Jadi ini sebabnya dia keluar, dia telah terjebak dalam rayuan maut suamiku. Tidak heran sih, Sita memang agak centil dan suka berdandan menor, gaya hidupnya juga lumayan hedon, jadi dia lebih memilih jalan pintas daripada bekerja keras. Bisa jadi Sita lah pemegang ATM itu saat ini. "Kamu tahu dari mana, Rin?" "Pernah lihat Sita sama Pak Bos gandengan tangan di mall, Bu," jawab Airin tanpa sungkan lagi. Nggak perlu lah mencari bukti k
Baca selengkapnya

Bab 7 Rahasia Antara Mas Toro dan Vina

Bab 7 Ya Allah, misteri siapa pemegang ATM belum terpecahkan, sudah datang masalah baru. Tak pernah kubayangkan, kalau aku akan mengalami kejadian tabu ini, diselingkuhi suami yang sudah belasan tahun kubersamai. Kutatap cermin yang menampilkan bayangan diri. Kurang apa aku sebagai istri? Tubuhku tetap langsing meski sudah beranak dua. Wajahku juga mulus dan glowing, cantik mempesona. Tentu saja karena aku rajin merawatnya. Urusan suami juga tak pernah kuabaikan, selalu kulayani dengan sepenuh hati. Lalu, apa yang membuatnya masih berpaling pada wanita lain? "Ma, aku bosan di rumah, pengen ke mall!" Rio tiba-tiba masuk kamar, membuatku berhenti meratapi diri. "Mau ngapain, Nak?" tanyaku sambil menoleh. "Bosen di rumah, Ma. Pengen main." Ini memang hari Minggu, jadi Rio libur sekolah. Begitu juga dengan Dian, dia dan seluruh karyawanku dan Mas Toro libur pada hari ini, kecuali tiga ART-ku. Jadi, sekarang rumahku cukup sunyi. Sebenarnya aku ingin istirahat, memikirk
Baca selengkapnya

Bab 8 Kenyataan Pahit

Bab 8 Ya, aku memang berbohong. Tidak ada kabar tentang Bapak sama sekali. Yang barusan menelponku adalah Dian, aku tidak mau Mas Toro tahu kalau aku sedang menyelidiki dirinya. Sebelum semuanya jelas, aku akan diam dulu sambil mengumpulkan bukti, kalau sudah waktunya, kan kusingkap topeng yang menutupi wajah busuknya itu. Sampai di rumah Dian, aku langsung memberondongnya dengan pertanyaan, "Gimana, Di? Kamu udah dapat ATM-nya? Bener Sita kan yang pegang? Atau bukan dia? Atau Sita nggak mau ngaku?""Tenang dulu, Mbak. Duduk dulu, gih!" Bukannya menjawab, Dian malah menuntunku duduk di sofa yang ada di ruang tamunya. "Nih, lihat dulu!"Kusambar beberapa lembar sekaligus kertas yang disodorkan Dian. Seketika mataku membelalak dan menggeleng-gelengkan kepala melihat gambar yang terpampang di depan mata. Foto-foto Mas Toro dengan wanita lain yang berpakaian sexi dan berpose mesra, setiap foto menampilkan lelaki yang sama dengan wanita yang berbeda-beda. Benar dugaanku, bukan hanya sat
Baca selengkapnya

Bab 9 Penderitaan Bapak

Bab 9 "Astaghfirullahal adhim!" Aku memekik kaget. Bukan Bapak yang kulihat di sana, melainkan dua manusia berlainan jenis tanpa busana. Keduanya nampak kaget, buru-buru mereka saling melepaskan diri dan menutupi tubuh dengan selimut. Namun, tidak ada raut malu apalagi penyesalan di wajah mereka. "Masih berani datang ke sini?" tanya wanita sebayaku itu sinis. "Di mana Bapak? Kenapa kamu melakukan perbuatan bejat ini di kamar ini?" tanyaku berang, kupastikan mereka berzina. Karena setahuku, wanita itu yang tak lain adalah Zeni, anak sambung Bapak, belum menikah sampai sekarang. "Bapak di kamar belakang, Mbak." Yang menjawab adalah Mbok Asih. "Kamar belakang mana, Mbok?" tanyaku bingung. Setahuku di belakang hanya ada kamar pembantu. "Kamar saya, Mbak Hasna." Pelan Mbok Asih menjawab. "APA?" Aku benar-benar kaget. Kuhampiri istri laknat Bapak yang masih berdiri di bawah tangga sedari tadi, mataku nyalang. Aku benar-benar tidak menyangka wanita yang memasang wajah tanpa dosa itu
Baca selengkapnya

Bab 10 Bapak Diusir Istrinya

Bab 10"Keluar kalian dari rumah ini, sekarang juga!!!" sentak Nenek Lampir sambil berkacak pinggang di depan pintu kamar. Ya, mulai sekarang aku akan menyebut istri Bapak yang jahat itu Nenek Lampir saja, sangat cocok dengan karakter dan penampilannya, rambut panjang awut-awutan. Aku maju ke depan, "Memangnya kamu siapa mengusir kami dari sini? Ini rumah Bapak, jadi aku juga berhak ada di sini!"Wanita itu tertawa sinis, "Bukan hanya kamu yang kuusir, tapi bawa pergi juga lelaki tua penyakitan itu!!""Atas dasar apa kamu mengusir Bapakku? Ini rumah Bapakku, harusnya kamu yang pergi dari sini!" balasku sengit. "Sertifikat rumah ini atas namaku, jadi rumah ini milikku, bukan milik bapakmu. Selama ini kubiarkan lelaki tua itu tinggal di sini karena belas kasihan tidak ada tempat lain untuk berteduh. Dan, sekarang kamu sudah datang, jadi segera bawa pergi lelaki tidak berguna itu!" Aku terpengarah mendengar Nenek Lampir itu bicara. "Baik, kami akan pergi. Akan tetapi, beri kami wak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status