Kissing Partner Sang Tuan Muda

Kissing Partner Sang Tuan Muda

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-11
Oleh:  Rosemarry  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
118Bab
2.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Jadilah kissing partnerku. Hanya satu kali dalam seminggu dan akan kuberikan berapapun yang kau mau." Kara tak pernah menyangka jika dirinya akan terjebak dalam sebuah kontrak tidak masuk akal bersama dengan majikannya sendiri. Semua bermula saat Bara pulang ke rumahnya dalam kondisi mabuk dan tak sengaja mencium Kara, seorang maid yang baru bekerja belum lama di kediamannya. Gadis itu tak tahu bahwa Bara menderita sebuah phobia aneh yang membuatnya tidak bisa berciuman. Namun dengan Kara, dia tak merasakan hal itu! Sebuah kontrak pun ditawarkan pada gadis itu untuk menyembuhkan phobianya.... Lantas, bagaimana kisah keduanya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

1 ☆ Insiden

Terdengar helaan napas panjang dari Karamel Belva Agnesia yang tengah duduk di bawah sebuah pohon rindang. Blouse putih yang ia kenakan juga sudah tampak sedikit basah karena peluh. Dia mengipaskan map coklat mudanya ke kanan dan kiri, untuk mengurangi rasa gerah yang melanda. Satu tangan lainnya, ia gunakan untuk mengurut-urut kakinya yang terasa pegal."Ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?" ujarnya dengan lemah.Bermodalkan ijazah SMA, Kara sudah mencoba melamar ke berbagai perusahaan. Sayangnya, hasi nihil yang didapat. Mereka semua menolak gadis itu dengan alasan tidak memenuhi kualifikasi.Tiba-tiba, selembar kertas terbang tertiup angin dan jatuh tepat di kakinya membuat gadis itu terkejut. "Eh? Apa ini?" [ Lowongan Kerja Pelayan di kediaman Alexandrio. Minimal Lulusan SMA. Gaji 2x UMR]Dibacanya seksama selebaran itu. Tak lama, senyum manis terbit di bibir Kara. Dia berdiri sambil mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi ke udara."Semangat Kara, solusi sudah di d

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
118 Bab

1 ☆ Insiden

Terdengar helaan napas panjang dari Karamel Belva Agnesia yang tengah duduk di bawah sebuah pohon rindang. Blouse putih yang ia kenakan juga sudah tampak sedikit basah karena peluh. Dia mengipaskan map coklat mudanya ke kanan dan kiri, untuk mengurangi rasa gerah yang melanda. Satu tangan lainnya, ia gunakan untuk mengurut-urut kakinya yang terasa pegal."Ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?" ujarnya dengan lemah.Bermodalkan ijazah SMA, Kara sudah mencoba melamar ke berbagai perusahaan. Sayangnya, hasi nihil yang didapat. Mereka semua menolak gadis itu dengan alasan tidak memenuhi kualifikasi.Tiba-tiba, selembar kertas terbang tertiup angin dan jatuh tepat di kakinya membuat gadis itu terkejut. "Eh? Apa ini?" [ Lowongan Kerja Pelayan di kediaman Alexandrio. Minimal Lulusan SMA. Gaji 2x UMR]Dibacanya seksama selebaran itu. Tak lama, senyum manis terbit di bibir Kara. Dia berdiri sambil mengepalkan tangannya dan mengangkatnya tinggi ke udara."Semangat Kara, solusi sudah di d
Baca selengkapnya

2 ☆ Phobia

Bibir keduanya saling menempel. Aroma peppermint dan rose yang menguar, membuat Bara justru menginginkan hal yang lebih. Buai hasrat sesaat membuat Bara membuka sedikit mulutnya, kemudian memasukan lidah tak bertulang itu kedalam bibir Kara, seorang Maid yang baru bekerja di rumahnya selama beberapa hari. Rasa manis bercampur sedikit getir dari sisa alkohol yang ia minum, mulai terasa menyapa indra pengecapnya.Kara yang terkejut hanya bisa terdiam ketika lidah sang majikan mengeksplor, menyesap dan menggigit bibirnya tanpa permisi. Bahkan sampai saat Bara tersadar dan melepaskan ciumannya, Kara masih terdiam mematung di tempatnya tanpa mampu berbuat apa-apa."Sial! Apa yang baru saja kulakukan?" rutuk Bara dalam hati. "Aku, mencium pembantuku sendiri?"Karena terlanjur malu atas sikapnya yang diluar kendali, Bara memilih untuk berpura-pura mabuk dan berjalan kembali ke kamarnya dengan sempoyongan. Dia bahkan membuat aktingnya menjadi semakin paripurna, dengan cara berpura-pura mena
Baca selengkapnya

3 ☆ Anak Pungut

"Apa-apaan itu?" gumam Kara pelan, "Kiss ... kiss apa? Kissing partner katanya?" Pemikiran buruk tentang Bara pun tercipta. Awalnya, Kara berpikir jika Bara adalah sosok pria yang penuh wibawa. Tapi nyatanya, dia hanyalah tuan muda cabul, tidak beretika dan sangat mesum. Yah, seperti itulah pendapatnya, setelah ia mendengar penawaran Bara.Dia bahkan tidak mau peduli dengan alasan yang Bara lontarkan, tentang phobia atau apalah itu. Menurut Kara, itu hanya sebuah trik licik.Namun disisi lain. Bara yang masih berdiri ternganga, merasa sangat kesal. Tentu saja, ini pertama kalinya dia mendapat penolakan. Padahal, biasanya Bara lah yang menolak para wanita yang mencoba mendekatinya.Ambisi untuk menaklukan Kara tiba-tiba tumbuh hanya dalam semalam, Bara seolah merasa tertantang untuk menghadapi penolakan dari gadis yang baru bekerja padanya selama beberapa hari itu.Sejak kejadian malam itu, setiap tindakan Kara selalu mendapatkan tatapan dingin dari Bara. Bahkan saat dia memasak, Bara
Baca selengkapnya

4 ☆ Kontrak

Kara kembali ke kediaman Bara dengan pikiran yang kacau. Dia bahkan sempat melewatkan satu pemberhentian lantaran melamun, memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang selain setuju dengan tawaran sang majikan.Pergulatan batin dirasakan Kara selama beberapa hari. "Sepertinya aku tidak punya pilihan lain," gumam Kara lirih, dengan wajah sendunya.Sampai akhirnya, dia yang sudah berada diambang keputusasaan hanya memiliki satu pilihan, yaitu menerima tawaran dari majikannya.Hari telah larut, jam dinding pun sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kara yang sudah menyiapkan tekad untuk membicarakan hal itu dengan Bara, terlihat duduk di sofa menunggu kepulangan sang majikan sambil menahan kantuknya. Hingga akhirnya, suara pintu terbuka pun terdengar.Kara terkesiap dalam hitungan detik. Dia langsung bangkit berdiri sambil berkedip beberapa kali, mencoba membuat matanya yang sudah berat kembali terbuka secara sempurna."Ayolah Kara, kau pasti bisa!" seru Kara dalam hati.Kenyataan bahwa dia ma
Baca selengkapnya

5 ☆ Bahaya

Sang Mentari mulai naik dari peradabannya, setelah membuat setengah dari bumi gelap tanpa cahaya. Dia menyisingkan sinar yang begitu terang hingga membuat mata silau.Namun anehnya, burung-burung justru menyambutnya dengan kicauan merdu. Bahkan angin pun begitu, dia bergerak sepoi-sepoi menebarkan bau embun yang sangat khas.Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi para maid di kediaman Bara sudah terlihat sangat sibuk, termasuk Kara. Gadis itu terlihat sangat amat sibuk membersihkan tempat tidur yang ada di kamar tamu. Meski tidak terpakai, selimut dan sprei tetao diganti setiap minggunya.Bara yang kebetulan sudah selesai bersiap untuk bekerja, sedang berjalan melewati kamar tamu. Pandangan matanya tiba-tiba terfokus pada Kara. Dia bahkan menghentikan langkah kakinya untuk bisa menatap gadis itu sedikit lebih lama.Baju maid yang berupa dress hitam, berpadu dengan renda putih di beberapa bagian seolah memperlihatkan tubuh sexy Kara. Kaki putih mulus nan bersih, dengan rambut yan
Baca selengkapnya

6 ☆ Maaf

Kini, semua mata tertuju pada seorang pria berjas hitam yang berdiri dengan santai usai menerobos masuk begitu saja. Kedatangan pria itu bahkan membuat pemimpin dari para preman bangkit berdiri."Siapa kau?" tanya sang bos preman dengan nada ketus, sambil menunjukkan wajah tak suka lantaran kesenangannya di usik.Namun bukannya segera menjawab, pria yang ditanya justru menoleh ke sekeliling seolah tidak tahu siapa yang dimaksud, "Kau bertanya padaku?"Tindakan pria asing yang bahkan tidak dikenal oleh Kara itu, tentu saja membuat emosi para preman tersulut. Tanpa basa basi, bos dari para preman langsung menyuruh anak buahnya untuk menyerbu.Setidaknya ada lima orang yang menyerbu dalam waktu bersamaan. Beberapa pukulan dilayangkan, tetapi tidak ada satupun yang mengenai pria itu. Sampai akhirnya, dua orang yang memegangi kaki Kara pun ikut bertarung."Hei, hei! Satu lawan tujuh, itu tidak adil!" teriak seorang pria sambil berjalan masuk dengan santainya di tengah pergulatan.Kedatanga
Baca selengkapnya

7 ☆ Penyelamat

Melihat tangan Bara yang siap menarik pelatuk dan membuat timah panas itu melesat menembus kepalanya, tentu saja membuat pria bertubuh kurus itu ketakutan. "Ba-baik. Sa-saya akan membuatkan tanda lunasnya!" Tidak sampai dua menit. Dia yang sejak tadi sibuk menulis tanda bukti lunas, kini berjalan menghampiri Bara dengan gugup dan menyerahkan tanda buktinya.Bara menarik secarik kertas dari tangan pria itu, kemudian mengajak Kara pergi dari sana. Namun belum sempat ia keluar dari pintu, Bara sempat berpesan."Jika aku menemukan salah satu dari kalian mengacau lagi. Maka jangan menyesal jika tangan ini melewati batasnya!"Mereka bertiga pun pergi meninggalkan bangunan tiga lantai yang sangat pengap dan tidak bersahabat itu, menuju mobil. Bara terlihat berjalan lebih dulu, disusul oleh Kara dan Zee yang berjalan beriringan. Ketika masuk ke dalam mobil pun begitu. Bara sengaja masuk lebih dulu dengan membiarkan pintu mobilnya terbuka, berharap Kara cukup peka. Namun gadis itu justru mem
Baca selengkapnya

8 ☆ Kejutan

"Se-sekarang? Disini?" tanya Kara yang sudah pasti terkejut dengan permintaan tiba-tiba dari Bara. Tentu saja Kara sangat canggung jika harus memberikan service pertamanya saat itu, karena tak hanya ada mereka berdua di dalam mobil.Bara menatap Kara dan mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa? Bukankah di dalam kontrak tidak tertulis tempat dan waktu dimana kau harus melakukan tugasmu?" GLEK!Kara menelan kasar salivanya. Memang benar tidak ada penjelasan tentang tempat dan waktu di dalam perjanjian itu. Kapan dan dimana, semua terserah pada Bara. Hanya saja, dia tidak menyangka jika Bara akan meminta hal itu pada keadaan yang menurutnya kurang memungkinkan.Kara mengalihkan pandangannya ke depan, dan melihat Zer yang tengah mengubah posisi kaca tengahnya. Sepertinya, pria muda itu sangat ahli dalam memahami situasi. Terutama jika hal itu menyangkut urusan Bara."Ba-baiklah. Tapi sebelumnya, saya meminta maaf jika pelayanan pertama saya kurang memuaskan."Ketika Kara sibuk berbicara, t
Baca selengkapnya

9 ☆ Kunjungan

Napas Bara perlahan menjadi sedikit cepat, pendek, dan berantakan. Tubuh yang semula hangat, langsung menjadi dingin dalam hitungan detik.Usahanya untuk bisa mencium sang kekasih, pada akhirnya harus kandas di jarak yang masih jauh. Dia pun langsung bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Alexa tanpa sepatah katapun.Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih itu, langsung berlari masuk ke dalam toilet. Rasa mual di perut yang sudah tidak bisa ditahan, akhirnya ia keluarkan. Suara Bara yang sedang muntah secara tidak sengaja terdengar samar di telinga Alexa, membuat gadis itu semakin jengkel dengan respon sang kekasih.Padahal sebelum datang menemui sang kekasih, dia sudah memastikan mulutnya tidak bau. Dia bahkan menyemprotkan banyak pewangi mulut. Namun tetap saja hal itu tidak bisa membuat sang kekasih memberinya sebuah kecupan."Sial! Kenapa masih belum bisa? Dimana letak kesalahannya?"Bara langsung keluar setelah perutnya merasa lebih baik. Niat hati ingin meminta maaf pada Alexa,
Baca selengkapnya

10 ☆ Alasan

Derap langkah kaki terdengar nyaring di dalam rumah. Tidak ada suara atau kegaduhan sedikitpun, padahal beberapa menit yang lalu Bara baru saja mendapatkan informasi tentang kedatangan orang tuanya.Setengah jam ia tempuh perjalanan dengan mengebut, bahkan sempat menerobos lampu merah. Namun ketika datang, dia justru tidak melihat ada seorangpun yang menyambutnya.Bara hanya menghela napas kasar. Ada ekspresi lega yang tergambar di wajahnya, saat mendapati rumahnya dalam kondisi sepi. Yah, setidaknya dia tidak perlu mendengar ocehan dari sang ibu.Namun kegembiraan itu langsung buyar, ketika ia melihat Alfred sedang duduk di sofa. Pria tua yang rambutnya masih hitam karena disemir itu, langsung menaruh jari telunjuknya di bibir untuk memberi Bara sebuah kode agar tidak berisik.Ketika ia berjalan mendekat, barulah ia melihat sosok Evelyn yang sedang tidur sambil bersandar di pundak Alfred.Melihat sang ibu tertidur, Bara baru mengerti kenapa keadaan rumahnya begitu hening. Hal ini seo
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status