Share

2 ☆ Phobia

Author: Rosemarry
last update Last Updated: 2023-09-17 10:21:07

Bibir keduanya saling menempel.

Aroma peppermint dan rose yang menguar, membuat Bara justru menginginkan hal yang lebih.

Buai hasrat sesaat membuat Bara membuka sedikit mulutnya, kemudian memasukan lidah tak bertulang itu kedalam bibir Kara, seorang Maid yang baru bekerja di rumahnya selama beberapa hari. Rasa manis bercampur sedikit getir dari sisa alkohol yang ia minum, mulai terasa menyapa indra pengecapnya.

Kara yang terkejut hanya bisa terdiam ketika lidah sang majikan mengeksplor, menyesap dan menggigit bibirnya tanpa permisi. Bahkan sampai saat Bara tersadar dan melepaskan ciumannya, Kara masih terdiam mematung di tempatnya tanpa mampu berbuat apa-apa.

"Sial! Apa yang baru saja kulakukan?" rutuk Bara dalam hati. "Aku, mencium pembantuku sendiri?"

Karena terlanjur malu atas sikapnya yang diluar kendali, Bara memilih untuk berpura-pura mabuk dan berjalan kembali ke kamarnya dengan sempoyongan. Dia bahkan membuat aktingnya menjadi semakin paripurna, dengan cara berpura-pura menabrakkan dirinya ke tembok.

Kara sendiri masih terdiam, antara terkejut dan bingung harus bersikap seperti apa. Jika dia marah atau menampar majikannya, itu artinya dia harus mencari pekerjaan baru lagi yang belum tentu lebih baik daripada pekerjaannya saat ini.

Sesaat setelah menutup pintu kamarnya, secara spontan Bara menyentuh bibirnya dan teringat dengan phobia aneh yang selama ini menghantui dirinya. Philemaphobia yang membuat Bara tak mampu mencium perempuan manapun, karena takut akan bakteri yang ada di dalam mulut.

Entah sudah berapa banyak dia mencoba berciuman dengan gadis yang ia pacari. Tapi tak ada satupun yang berhasil, termasuk dengan model terkenal yang kini menjadi kekasihnya.

Bara merogoh ponsel di saku celananya dan bergegas menghubungi psikiater terkenal yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

"Ansel, kau harus membantuku!" pinta Bara ketika panggilan mereka baru saja terhubung.

"Ada apa? Apa phobiamu kambuh lagi? Atau kau sedang mabuk?"

"Aku baru saja mencium seseorang!"

"Hah! Apa? Kau baru saja mencium siapa?" Pria bernama Ansel itu terkejut dan tidak percaya dengan ucapan Bara, dan mencoba menanyakannya lagi.

Bara berdecak kesal, "Seorang wanita! Apa kau tuli?!"

"Oke, cukup! Datanglah ke tempatku, besok!"

Disisi lain, Kara yang masih sangat terkejut kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi ranjang dengan pandangan lurus ke depan namun terlihat tidak fokus. Perlahan dia memegang bibirnya dan mengusapnya dengan lembut.

Ingatan tentang rasa getir pahit yang bercampur dengan rasa manis memikat. Aroma woody dan apel, yang menyatu dengan napas hangat. Kara tiba-tiba terbayang akan gerakan lidah serta keahlian bibir Bara.

"Astaga! Tuan Bara mencuri ciuman pertamaku, tapi aku malah menikmatinya? Sepertinya aku benar-benar gila."

Kara berbaring di atas ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk segera tidur. Namun sekeras apapun dia berusaha, gadis itu tetap saja tidak bisa terlelap bahkan hingga sang mentari datang menyapa.

Waktu telah menunjukan pukul 7 pagi, ketika Bara turun dengan kacamata hitamnya dan bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Tak seperti biasanya, hari ini Bara memilih pergi tanpa menggunakan supir.

Perlu setidaknya 45 menit perjalanan untuk sampai ke tempat Ansel bekerja. Itu sedikit lebih lama memang, karena jalanan cukup macet di beberapa ruas lantaran jam kerja.

Sebuah bangunan 3 lantai dengan desain kuno, bercat putih dan terletak di dekat jalan raya. Bangunan yang menjadi rumah sekaligus tempat Ansel membuka praktek. Cukup strategis meski desainnya terlalu kuno, menurut Bara yang selalu protes pada Ansel.

Bara turun dengan terburu-buru dari mobil, ketika ia sampai disana. Dipencetnya bel pintu beberapa kali dengan cepat, berharap bujangan muda itu segera membuka pintunya. Namun nyatanya, Bara harus menunggu beberapa detik hingga pintu bercat putih itu terbuka.

"Kau buru-buru sekali!" ucap pria dengan piyama hitam yang berdiri di ambang pintu.

Tanpa menangggapi omelan Ansel, Bara melangkah masuk sambil mendorong tubuh sahabatnya yang menghalangi jalan. Dia duduk di sofa dengan santainya. Ansel yang sebenarnya kesal pun tidak bisa melakukan apapun, lantaran Bara adalah salah satu investornya.

"Baiklah, ceritakan yang terjadi!"

Bara menarik napas panjang, kemudian mulai menceritakan tentang bagaimana dia bisa berakhir dengan mencium pembantunya sendiri. Dari awal dia masuk ke rumah, sebenarnya ia cukup sadar. Hanya saja, mata, tubuh, dan kepalanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik.

"Lalu, bagaimana rasanya?" tanya Ansel yang membuat Bara berpikir jika itu adalah sebuah ejekan, hingga membuat Bara melepaskan kacamata dan menatapnya tajam. "Hei perjaka tua!" keluh Ansel kesal. "Aku tidak mengejekmu. Aku hanya ingin mengetahui respon tubuhmu!"

"Kalau itu—" Bara menyandarkan punggungnya sambil bersedekap tangan. "Sedikit manis," lanjutnya dengan perasaan ragu.

Ansel mengangguk, mencoba memahami hal yang terjadi pada Bara. Sebuah phobia aneh yang sudah menganggu pria itu selama belasan tahun.

"Kalau begitu, cobalah menciumnya seminggu sekali selama beberapa bulan. Mungkin itu bisa menjadi sebuah terapi untukmu," saran Ansel setelah memikirkan solusi untuk sahabatnya itu.

Mendengar ide gila Ansel membuat Bara refleks berdiri dari duduknya, "Kau gila?! Mana mungkin aku bisa melakukan itu dengan pembantuku sendiri?"

"Kalau begitu cobalah dengan Alexa atau wanita yang lain," ujarnya, "Itupun, kalau kau bisa."

Seakan mendapat pukulan telak, Bara tidak bisa berkata apapun lagi. Bukan tanpa alasan, tapu dia sudah mencobanya dengan lebih dari 20 wanita, tapi tak ada satupun yang berhasil.

Pada akhirnya, pria yang sudah tidak bisa berkata-kata itu bangkit berdiri. Dia pun pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Selama dua hari penuh, Bara tak bisa fokus pada pekerjaannya karena teringat dengan saran dari Ansel. Hingga akhirnya, malam itu setelah dia selesai bekerja, Bara memutuskan untuk memanggil Kara ke ruangannya.

"Tentang malam itu, aku minta maaf padamu," ucap Bara ketika seluruh keberaniannya terkumpul.

"A-apa?" Kara sedikit terkejut mendengar permintaan maaf dari majikannya. "Maaf, maksud saya ... itu tidak masalah. Anda mabuk malam itu."

Bara yang tadinya duduk di kursi ruang kerjanya, perlahan bangkit berdiri. Pria dengan kemeja putih itu berjalan, lalu bersandar di ujung meja. Dia terlihat menarik napas panjang, mengumpulkan semua keberanian untuk mengatakan keinginannya.

"Sebenarnya, aku memiliki phobia." Bara mencoba mengawali pembicaraan dengan membahas phobianya. "Aku sudah coba berkonsultasi dengan dokter tentang itu, dan—" penjelasan Bara terpotong.

Kara sendiri hanya menatap bingung pada sang majikan. Dia mencoba menebak-nebak dalam hati, tentang apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh majikannya itu.

"Dia tidak mungkin ingin memecatku kan?" pikir Kara dengan was-was.

"Bantu aku menghilangkan phobia sialan ini, dan aku akan memberimu bayaran yang mahal!"

Kara yang dari awal tidak mengerti maksud Bara, menjadi semakin tidak mengerti lagi dengan permintaan aneh sang majikan. Bara nyatanya cukup peka setelah melihat ekspresi bingung Kara.

"Jadilah kissing partnerku. Hanya satu kali dalam seminggu dan akan kuberikan berapapun yang kau mau."

Kedua manik mata Kara membulat penuh. Meskipun hanya lulusan SMA, Kara tentu saja mengerti arti dari kata kissing partner itu. Sebuah layanan yang tidak masuk akal dan sudah melampaui batas, menurutnya.

"Maaf, saya tidak bisa! Saya tidak mempermasalahkan kejadian malam itu, karena anda mabuk saat itu. Dan untuk perkataan Anda malam ini, saya akan anggap Anda tidak pernah mengatakannya."

Ditolak?!

Bara yang semula cukup percaya diri dengan tawarannya, kini hanya bisa ternganga ketika Kara mengatakan hal itu.

Dia bahkan tak berdaya saat gadis belia yang baru berumur 21 tahun itu memohon untuk undur diri dan keluar dari ruangannya.

"Apa aku tidak salah dengar?"

Related chapters

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   3 ☆ Anak Pungut

    "Apa-apaan itu?" gumam Kara pelan, "Kiss ... kiss apa? Kissing partner katanya?" Pemikiran buruk tentang Bara pun tercipta. Awalnya, Kara berpikir jika Bara adalah sosok pria yang penuh wibawa. Tapi nyatanya, dia hanyalah tuan muda cabul, tidak beretika dan sangat mesum. Yah, seperti itulah pendapatnya, setelah ia mendengar penawaran Bara.Dia bahkan tidak mau peduli dengan alasan yang Bara lontarkan, tentang phobia atau apalah itu. Menurut Kara, itu hanya sebuah trik licik.Namun disisi lain. Bara yang masih berdiri ternganga, merasa sangat kesal. Tentu saja, ini pertama kalinya dia mendapat penolakan. Padahal, biasanya Bara lah yang menolak para wanita yang mencoba mendekatinya.Ambisi untuk menaklukan Kara tiba-tiba tumbuh hanya dalam semalam, Bara seolah merasa tertantang untuk menghadapi penolakan dari gadis yang baru bekerja padanya selama beberapa hari itu.Sejak kejadian malam itu, setiap tindakan Kara selalu mendapatkan tatapan dingin dari Bara. Bahkan saat dia memasak, Bara

    Last Updated : 2023-09-17
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   4 ☆ Kontrak

    Kara kembali ke kediaman Bara dengan pikiran yang kacau. Dia bahkan sempat melewatkan satu pemberhentian lantaran melamun, memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang selain setuju dengan tawaran sang majikan.Pergulatan batin dirasakan Kara selama beberapa hari. "Sepertinya aku tidak punya pilihan lain," gumam Kara lirih, dengan wajah sendunya.Sampai akhirnya, dia yang sudah berada diambang keputusasaan hanya memiliki satu pilihan, yaitu menerima tawaran dari majikannya.Hari telah larut, jam dinding pun sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kara yang sudah menyiapkan tekad untuk membicarakan hal itu dengan Bara, terlihat duduk di sofa menunggu kepulangan sang majikan sambil menahan kantuknya. Hingga akhirnya, suara pintu terbuka pun terdengar.Kara terkesiap dalam hitungan detik. Dia langsung bangkit berdiri sambil berkedip beberapa kali, mencoba membuat matanya yang sudah berat kembali terbuka secara sempurna."Ayolah Kara, kau pasti bisa!" seru Kara dalam hati.Kenyataan bahwa dia ma

    Last Updated : 2023-09-17
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   5 ☆ Bahaya

    Sang Mentari mulai naik dari peradabannya, setelah membuat setengah dari bumi gelap tanpa cahaya. Dia menyisingkan sinar yang begitu terang hingga membuat mata silau.Namun anehnya, burung-burung justru menyambutnya dengan kicauan merdu. Bahkan angin pun begitu, dia bergerak sepoi-sepoi menebarkan bau embun yang sangat khas.Waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi para maid di kediaman Bara sudah terlihat sangat sibuk, termasuk Kara. Gadis itu terlihat sangat amat sibuk membersihkan tempat tidur yang ada di kamar tamu. Meski tidak terpakai, selimut dan sprei tetao diganti setiap minggunya.Bara yang kebetulan sudah selesai bersiap untuk bekerja, sedang berjalan melewati kamar tamu. Pandangan matanya tiba-tiba terfokus pada Kara. Dia bahkan menghentikan langkah kakinya untuk bisa menatap gadis itu sedikit lebih lama.Baju maid yang berupa dress hitam, berpadu dengan renda putih di beberapa bagian seolah memperlihatkan tubuh sexy Kara. Kaki putih mulus nan bersih, dengan rambut yan

    Last Updated : 2023-09-17
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   6 ☆ Maaf

    Kini, semua mata tertuju pada seorang pria berjas hitam yang berdiri dengan santai usai menerobos masuk begitu saja. Kedatangan pria itu bahkan membuat pemimpin dari para preman bangkit berdiri."Siapa kau?" tanya sang bos preman dengan nada ketus, sambil menunjukkan wajah tak suka lantaran kesenangannya di usik.Namun bukannya segera menjawab, pria yang ditanya justru menoleh ke sekeliling seolah tidak tahu siapa yang dimaksud, "Kau bertanya padaku?"Tindakan pria asing yang bahkan tidak dikenal oleh Kara itu, tentu saja membuat emosi para preman tersulut. Tanpa basa basi, bos dari para preman langsung menyuruh anak buahnya untuk menyerbu.Setidaknya ada lima orang yang menyerbu dalam waktu bersamaan. Beberapa pukulan dilayangkan, tetapi tidak ada satupun yang mengenai pria itu. Sampai akhirnya, dua orang yang memegangi kaki Kara pun ikut bertarung."Hei, hei! Satu lawan tujuh, itu tidak adil!" teriak seorang pria sambil berjalan masuk dengan santainya di tengah pergulatan.Kedatanga

    Last Updated : 2023-09-26
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   7 ☆ Penyelamat

    Melihat tangan Bara yang siap menarik pelatuk dan membuat timah panas itu melesat menembus kepalanya, tentu saja membuat pria bertubuh kurus itu ketakutan. "Ba-baik. Sa-saya akan membuatkan tanda lunasnya!" Tidak sampai dua menit. Dia yang sejak tadi sibuk menulis tanda bukti lunas, kini berjalan menghampiri Bara dengan gugup dan menyerahkan tanda buktinya.Bara menarik secarik kertas dari tangan pria itu, kemudian mengajak Kara pergi dari sana. Namun belum sempat ia keluar dari pintu, Bara sempat berpesan."Jika aku menemukan salah satu dari kalian mengacau lagi. Maka jangan menyesal jika tangan ini melewati batasnya!"Mereka bertiga pun pergi meninggalkan bangunan tiga lantai yang sangat pengap dan tidak bersahabat itu, menuju mobil. Bara terlihat berjalan lebih dulu, disusul oleh Kara dan Zee yang berjalan beriringan. Ketika masuk ke dalam mobil pun begitu. Bara sengaja masuk lebih dulu dengan membiarkan pintu mobilnya terbuka, berharap Kara cukup peka. Namun gadis itu justru mem

    Last Updated : 2023-09-26
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   8 ☆ Kejutan

    "Se-sekarang? Disini?" tanya Kara yang sudah pasti terkejut dengan permintaan tiba-tiba dari Bara. Tentu saja Kara sangat canggung jika harus memberikan service pertamanya saat itu, karena tak hanya ada mereka berdua di dalam mobil.Bara menatap Kara dan mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa? Bukankah di dalam kontrak tidak tertulis tempat dan waktu dimana kau harus melakukan tugasmu?" GLEK!Kara menelan kasar salivanya. Memang benar tidak ada penjelasan tentang tempat dan waktu di dalam perjanjian itu. Kapan dan dimana, semua terserah pada Bara. Hanya saja, dia tidak menyangka jika Bara akan meminta hal itu pada keadaan yang menurutnya kurang memungkinkan.Kara mengalihkan pandangannya ke depan, dan melihat Zer yang tengah mengubah posisi kaca tengahnya. Sepertinya, pria muda itu sangat ahli dalam memahami situasi. Terutama jika hal itu menyangkut urusan Bara."Ba-baiklah. Tapi sebelumnya, saya meminta maaf jika pelayanan pertama saya kurang memuaskan."Ketika Kara sibuk berbicara, t

    Last Updated : 2023-09-26
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   9 ☆ Kunjungan

    Napas Bara perlahan menjadi sedikit cepat, pendek, dan berantakan. Tubuh yang semula hangat, langsung menjadi dingin dalam hitungan detik.Usahanya untuk bisa mencium sang kekasih, pada akhirnya harus kandas di jarak yang masih jauh. Dia pun langsung bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Alexa tanpa sepatah katapun.Pria bertubuh kekar dengan kemeja putih itu, langsung berlari masuk ke dalam toilet. Rasa mual di perut yang sudah tidak bisa ditahan, akhirnya ia keluarkan. Suara Bara yang sedang muntah secara tidak sengaja terdengar samar di telinga Alexa, membuat gadis itu semakin jengkel dengan respon sang kekasih.Padahal sebelum datang menemui sang kekasih, dia sudah memastikan mulutnya tidak bau. Dia bahkan menyemprotkan banyak pewangi mulut. Namun tetap saja hal itu tidak bisa membuat sang kekasih memberinya sebuah kecupan."Sial! Kenapa masih belum bisa? Dimana letak kesalahannya?"Bara langsung keluar setelah perutnya merasa lebih baik. Niat hati ingin meminta maaf pada Alexa,

    Last Updated : 2023-09-29
  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   10 ☆ Alasan

    Derap langkah kaki terdengar nyaring di dalam rumah. Tidak ada suara atau kegaduhan sedikitpun, padahal beberapa menit yang lalu Bara baru saja mendapatkan informasi tentang kedatangan orang tuanya.Setengah jam ia tempuh perjalanan dengan mengebut, bahkan sempat menerobos lampu merah. Namun ketika datang, dia justru tidak melihat ada seorangpun yang menyambutnya.Bara hanya menghela napas kasar. Ada ekspresi lega yang tergambar di wajahnya, saat mendapati rumahnya dalam kondisi sepi. Yah, setidaknya dia tidak perlu mendengar ocehan dari sang ibu.Namun kegembiraan itu langsung buyar, ketika ia melihat Alfred sedang duduk di sofa. Pria tua yang rambutnya masih hitam karena disemir itu, langsung menaruh jari telunjuknya di bibir untuk memberi Bara sebuah kode agar tidak berisik.Ketika ia berjalan mendekat, barulah ia melihat sosok Evelyn yang sedang tidur sambil bersandar di pundak Alfred.Melihat sang ibu tertidur, Bara baru mengerti kenapa keadaan rumahnya begitu hening. Hal ini seo

    Last Updated : 2023-09-29

Latest chapter

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   118 ☆ End

    "Apa kau sungguh-sungguh meminta ku untuk mencarikan suami yang baik untuk kak Kara? Tadi sebelum aku masuk ke ruangan ini, aku melihat Will tengah mengusap pundak kakak ipar ku penuh kasih sayang, apa menurutmu dia pantas untuk menggantikan mu, kak Bara?" Tiba-tiba jari-jari tangan Bara bergerak, fungsi organ tubuh nya pun terdeteksi meningkatkan di alat-alat medis yang terpasang di tubuh nya. "Astaga! Aku baru tahu kalau Rasa cemburu bisa membawa orang kembali dari pintu kematian!" gumam G dalam hati dan menyerahkan Bara pada para dokter yang seharusnya, sebab G sudah harus kembali sebelum Dimitri terbangun dari tidurnya.keesokan hari nya ...."kau sudah bangun, sayang?" Terdengar suara Kara saat Bara membuka matanya."Sayang ..." ucap Bara sambil tersenyum."Ya tuhaaan!! terima kasih!! " ucap Kara penuh haru.Semua orang di dalam ruangan itu pun memanjatkan rasa syukur yang tak terkira karena Bara akhirnya sudah sadar."Ibu ...." Panggil Bara pada Evelyn."Ya sayang, apa kau but

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   117 ☆ Ms.G

    "Elbara Alexandrio dan William Torez, selamat datang!" Ujar Zico saat dirinya sudah terpojok di parkiran atas gedung itu usai lomba lari dengan Bara dan Will dari lantai bawah."Zico, menyerah lah. Tidak ada guna nya kau kabur lagi. Sudah tidak ada tempat untuk kabur." Ucap Will."Kabur? Untuk apa aku kabur?" Jawab Zico sambil tersenyum."Pra gila sepertinya tidak mempan dengan tausiyah seperti itu. Dia akan lebih mempan jika langsung berhadapan dengan ini." Ujar Bara sambil mengarahkan senjatanya pada Zico."Wow, senjata! Kau kira aku takut dengan senjata itu?!" tanya Zico tertawa sambil membuka jasnya.Saat Zico membuka jas nya terlihat lah ada sebuah bom yang terpasang di tubuh Zico. "Kau ingin menembak ku? itu artinya kau sengaja ingin membuat istri mu menjadi janda." Ucap nya sambil tertawa keras.Bara dan Will pun saling pandang."Sekarang kalian tidak punya pilihan lain selain membiarkan ku pergi." Ucap nya dengan senyum terkembang sempurna.Zico merasa dirinya sudah di atas a

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   116 ☆ Zico

    "Kau tidak bisa keluar begitu saja. Mereka bisa mengenali mu." ujar Kara lalu memandang ke sekeliling tempat itu hingga akhirnya dia melihat baju ok yang masih terlipat."Kau kenakan ini dulu. Baru setelah itu kita keluar." Ujar Kara.Gabby pun menuruti perkataan Kara untuk mengenakan pakaian yang ditunjukkan Kara."Bagaimana? Udah oke?" tanya Gabby sambil memasang maskernya."Sudah. Begini lebih baik." ujar Kara, Mereka berdua pun keluar dari ruangan itu.Gabby dan Kara berjalan biasa. Untungnya warna baju mereka sama jadi tidak ada yang curiga."Kita lewat sana saja." Tunjuk Gabby."Kenapa tidak lewat sebelah sana saja?" Tunjuk Kara pada arah yang sebaliknya."Aku tadi dari arah sana kak. Tidak ada ada apa-apa disana. Hanya jalan buntu." ucap nya pelan."Benarkah?" Tanya Kara."Ya ampun kak ... benar." Jawab Gabby meyakinkan kakak iparnya.Gabby dan Kara pun kembali berjalan. Setelah mereka berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai ke pintu keluar yang ada di belakang gedung itu."

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   115 ☆ Kabur

    Kara mencoba berpikiran positif. Hingga tiba-tiba seseorang muncul dari belakang mobil dan membekap mulut Kara dari belakang tanpa Kara sadari."Tuan Zico, wanita ini cantik juga." Ujar anak buah Zico."Ck! Kau jangan macam-macam. Atau tuan Leon akan menghabisi mu!" jawab Zico, yang tak lain adalah paman dari Kara. Dia yang dulunya hidup nyaman, kini harus menjadi buron. Terlihat dari penampilannya yang sudah tidak seperti dulu lagi.Mobil itu pun melaju kencang keluar dari kota itu, menuju sebuah gedung yang kelihatan nya seperti gedung farmasi dari luar.******Saat ini, Bara dan Elka sudah berada di dalam mobil.Di saat Elka sedang menelpon anak buahnya untuk menanyakan apakah ada informasi, telpon Bara berbunyi."siapa?" tanya Elka."Ayah." Jawab Bara dengan wajah tegang."Bara kau dimana saja?!!" teriak Alfred pada putra nya begitu Bara mengangkat telpon itu."Aku sedang mencari Kara bersama dengan Elka, Ayah.""Aku sudah tahu! Kara memang di culik oleh Zico atas perintah organis

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   114 ☆ Diculik

    Kara menganggap ini hanya wujud dari sikap protektif seorang Elbara.Bara sadar kalau dia tidak akan bisa berdebat dengan ibu hamil ini. Jadi Bara putus kan untuk membiarkan Kara pergi tapi diam-diam mengikuti Kara.Untuk urusan keselamatan Kara dan calon anaknya, Bara tidak mau hanya mengandalkan para bodyguard nya. Jadi selain para bodyguard itu, dia pun akan mengawasi Kara dari jauh."Dasar keras kepala!!" Bara menyubit hidup Kara."Jam berapa kau dan Moon akan pergi?""Setelah menghabiskan sate ini bersama mu." Jawab Kara dengan senyum terkembang di wajahnya sebab akhirnya dia bisa bekerja seperti pekerja lainnya."Baik lah. Tapi berjanji lah kau harus berhati-hati. Sebab di dalam perut mu saat ini ada calon anak kita." Ujar Bara sambil mengelus perut Kara."Siap pak bos!" canda Kara lalu mengambil sate tadi dan mulai makan siang zuper romantis dengan sepiring sate bersama Bara.Usai menghabis sate itu, Kara pun kembali ke ruangan nya untuk bertemu Moon. Mereka sudah berjanji untu

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   113 ☆ Pelajaran

    Bara sangat mengenal istrinya itu. Kadang Kara bisa begitu lembut, tapi kadang dia pun bisa jadi sangat bar bar. "Tolong sate dan minuman ini di antar ke ruang pak Bara ya." pinta Kara pada staff kantin usai meletakkan kertas bertuliskan sesuatu di atasnya penutup sate."Dan minuman ini untuk dua wanita yang ada di dalam ruangan itu." tunjuk Kara pada dua gelas jus jeruk."Baik buk." jawab Staff kantin yang sudah mengenali Kara sebagai istri pemilik perusahaan.Sejak kejadian di hotel yang disaksikan oleh semua tamu dan staff hotel serta video-video kejadian yang tersebar luas di media, tidak ada yang tidak mengenali Kara sebagai istri dari Elbara."Sekarang aku tinggal menunggu telpon dari nya." Ujar Kara sambil berjalan ke arah ruangan Bara.Kara yakin, begitu sate ayam itu tiba maka Bara pasti akan menelpon nya.Keadaan di ruangan Bara saat ini sudah sangat di luar kendali Bara. Britany yang tadinya masih bersikap elegan kini malah mulai hilang kendali nya. Britany mulai membalas

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   112 ☆ Usil

    Kejadian itu cukup viral dan masuk ke beberapa media, jadi wajah kalau Johan perlu waktu lama untuk self healing nya. Saat Kara dan Moon tekun dengan kerjaannya, Angela terus mengobrol bersama Britany. Sesekali mereka melihat ke arah Kara dari ujung mata mereka.Kara bukannya tidak menyadari hal itu, hanya saja Kara malas untuk ambil pusing. Prinsip Kara masih sama, Anjing menggonggong, Kara tetap berlalu.Jadi apapun yang mereka sedang bicarakan dan yang akan mereka bicarakan, Kara sih tetap akan tidak peduli sama sekali.Volume suara Angela dan Britany pun mulai bertambah."Benarkah seperti itu El?"Angela memanggil nama kecil Britany yang biasa nya hanya Bara yang memanggil Britany dengan panggilan itu. "Angela, please.. Jangan panggil aku dengan nama itu lagi. Aku sudah tidak ingin di panggil dengan nama itu. Kau membuat ku jadi teringat EMPAT TAHUN KU BERSAMA Bara. MEMBUAT KU TERINGAT BAGAIMANA KAMI MERAJUT CINTA SEWAKTU KAMI KULIAH DULU." Ucap Britany yang terdengar sangat nyar

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   111 ☆ Solusi

    Bara menarik pinggang Kara dan memeluk Kara sesaat untuk merasakan ketenangan dalam pelukan itu."Yakin tetap mau ngantor?" tanya Kara sekali lagi sambil mengelus kepala suaminya."Heem...kalau gitu sarapan itu di makan dulu ya?" tunjuk Kara pada roti bakar dan segelas susu yang dibawakan oleh pelayan ke kamar."Apakah roti dan susu itu sudah di tambahkan garam?" Tanya Bara. Sejak sadar lidah nya eror, Bara selalu mengecek makanannya sebelum dia makan.Karena keanehan lidahnya Bara minta di taburi garam dulu untuk makanan yang biasanya di taburi gula or yang biasanya terasa manis. Sedang kan untuk makanan yang biasanya gurih Bara minta di taburi gula."Bara.. itu roti bakar dan susu normal. No garam. Ibu sudah mengatakan kalau kau tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi garam Bara. Tidak baik untuk kesehatan mu."Tegah Kara."Sayang kau tahu sendiri kan keadaan ku saat ini. Jujur saja sebenarnya aku sangat lapar." Rengek Bara."Heemm ... Kalau begitu bagaimana kalau aku saja yang suap

  • Kissing Partner Sang Tuan Muda   110 ☆ Garam

    Di pagi hari yang cerah ini, Kara tampak tengah mengupas apel, sedangkan Bara yang baru saja sampai di meja makan itu langsung mengambil sepotong apel yNg sudah dipotong Kara tadi lalu memakannya.Namun anehnya Bara justru memuntahkan kembali apel dengan wajah jijiknya, seolah itu adalah makanan paling menjijikkan yang pernah ia makan."Sayang, kau itu kenapa?" tanya Kara panik sambil memberikan tisu pada suaminya."Sayang apakah apel ini kau taburi garam? Kenapa rasa nya asin sekali?" Ucap Bara sambil mengelap bibir kemudian mengelap lidahnya."Garam? Memang nya ada orang makan apel pakai garam? Kau ini ada-ada saja." Kara pun mengambil sepotong apel yang sama yang di makan Bara tadi. "Heeem... ini manis kok! Tidak terasa asin sama sekali." Tukas Kara sambil mengambil satu potong lagi dan memberikan nya pada Bara."No! "Bara langsung menolak apel tersebut.Kara pun akhirnya memakan apel yang di tolak Bara tadi."Ya sudah kalau gitu aku minta di buat kan jus mangga aja gimana?" tawar

DMCA.com Protection Status