Moana, wanita pekerja keras yang tidak mudah menyerah tiba-tiba diculik oleh segerombolan pria berseragam hitam. Ia diantarkan ke sebuah mansion--tempat tinggal seorang pengusaha sukses dan pewaris tunggal keluarga Alfonso. Heros Huxley Alfonso--pria yang sering terlihat di Televisi sebagai Sponsor dan Investor-- ternyata yang menculiknya. Pria itu memaksa untuk membatalkan pernikahan mereka berdua yang jelas-jelas tidak Moana ketahui. Moana diancam bahkan disakiti. Namun Moana tidak bisa apa-apa saat sebagian seserahan dipakai banyak oleh ibunya. Mereka terpaksa harus melakukan pernikahan yang tidak mereka inginkan. Sampai ketika mereka sudah menjalani kehidupannya, banyak hal aneh terjadi. Heros tiba-tiba bisa merasakan apa yang Moana rasakan. Sama dengan Moana, wanita itu bisa mengetahui apa yang akan terjadi pada Heros.
View MoreTangan Moana berusaha mendorong dada bidang Heros. Meski ia takut, ia tetap harus melakukannya. Karena jika tidak begitu, sesuatu yang tidak diharapkan bisa terjadi. Lagi dan lagi Moana selalu kalah dengan tenaga Heros, kedua tangannya yang memberontak bahkan sudah digenggam hanya dengan satu telapak tangan pria itu.Sial! Moana benar-benar sudah tidak bisa berkutik selain menunggu apa yang akan Heros lakukan selanjutnya. Matanya perlahan menutup, tidak berani menatap wajah Heros yang semakin mendekat.Sebuah kecupan terasa di bibirnya, pria itu menciumnya lembut. Melumatnya di sana. Hampir saja tubuh Moana lunglai karena ketakutan menguasai dirinya, tetapi tiba-tiba tubuhnnya terhuyung ke belakang. Heros mendorongnya hingga ia terbaring di sofa dengan tubuh Heros di atasnya. "Brengsek! Heros, kau sudah mabuk!" Moana mendorong tubuh Heros sekuat tenaga, tetapi Heros semakin memeluknya erat dan memejamkan matanya hampir tak sadarkan diri."Tidak, Heros! Bangun!" Posisi mereka sudah
"Pihak pertama, suami. Pihak kedua, istri. Dan, suami selalu benar?" Moana membulatkan matanya, aturan macam apa yang tertera di sini! "Sepertinya ini peraturan yang sangat aneh!" Ia melemparkan map itu ke meja. Menatap Heros kesal. "Aneh? Jadi, kau tidak setuju?" Mengangkat kedus alisnya, "baik. Kalau begitu, kembalikan uang yang sudah ibumu pakai." Sontak Moana diam seperti patung, uang ratusan juta yang sudah ibunya pakai? Dari mana ia bisa mendapatkannya. Astaga! Moana kalut sekali. Ia benar-benar di tempatkan pada situasi yang hampir membuatnya gila. Jangankan memutuskan sesuatu yang dia mau, Moana bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri. "Bagaimana, Moana?" Tanya Heros dengan kedua tangan tertaut di depan dada, bersikap angkuh dan percaya diri bahwa ia akan menang telak. "Tidak ada pilihan lain."Hanya itu kalimat yang keluar dari bibir Moana. Memang benar, bukan? Tidak ada pilihan yang harus ia pilih. Moana tidak bisa membatalkan pernikahan ini meski ia sangat ingin, Mo
"T-tuan! Maafkan aku. Aku tidak ada waktu," elaknya pelan. Moana sangat takut melihat tatapan Heros di depannya, matanya terlihat merah memancarkan kemarahan. Bahkan bukan hanya itu, Heros meninju dinding di samping kepala Moana, menimbulkan suara yang cukup keras. Untungnya, hanya ada mereka berdua di dalam. "Tidak ada waktu, kau bilang?!" Bibir Heros sudah membentuk garis, "seorang pelayan restoran sepertimu tidak ada waktu?" Geramnya tajam. Moana tidak bisa apa-apa selain menunduk, menghindari kemarahan dan bentakan dari Heros. Benar, dia hanya seorang pelayan di sebuah Restoran. Tapi apakah itu sebuah kesalahan? Di sela-sela sedih dan kesal yang Moana rasakan, Heros memegang dagu dan pipinya dengan sebelah telapak tangan, memaksa Moana untuk mendongak dan menatapnya."Sialan! Apa yang sedang kau lihat di bawah sana?!" Heros mencengkram rahang Moana keras, membuat Moana kesakitan. Kedua tangan Moana tidak tinggal diam, ia berusaha melepaskan tangan Heros di rahangnya, "Sudah
Setelah keluar dari kediaman Heros, Moana segera pergi ke rumah sakit. Tempat di mana adiknya sedang di rawat. Langkahnya kian cepat, dengan kekesalan yang semakin bertambah seiring waktu. Matanya sudah tertuju ke nomor ruangan yang tertempel di salah satu pintu yang berjejer di lorong rumah sakit. Ia mendorong gagang pintu bernomor 110, ruangan di mana ibu dan adiknya --yang sedang terbaring koma-- berada. "Ibu!" Suara pintu yang di dorong dan suara seseorang membuat Marcelline--ibu Moana-- terkejut. Melihat kedatangan Moana, Marcelline mendengus kasar, "Pelan-pelan, Moana!" Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Moana melemparkan pertanyaan yang sudah ia tahan dari tadi. "Apa ibu menjodohkanku dengan Heros?" Cecar Moana dengan dada naik turun. Ia benar-benar buruk dalam mengontrol emosi.Marcelline yang sedang mengelus lengan Elysa, langsung menghentikan gerakannya saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari anaknya. Bagaimana mungkin secepat ini Moana tahu?"Kau sudah tahu?"
Manhattan, NYC - USA "Lelah sekali," Moana bergumam sambil berjalan keluar Restoran tempatnya bekerja. Sesekali ia melihat kendaraan yang berlalu-lalang.Tepatnya hari ini ia sudah menjadi pekerja tetap di Xyan's, --Restoran khas Italia.-- Dalam langkah kakinya, ia tidak berniat pulang sama sekali. Membayangkan isi rumah yang kosong dan tidak ada suara apa pun membuatnya nyaris hampir bersedih. "Tidak Moana, kau kuat. Demi ibu dan Elysa."Senyum tersungging kecil di bibirnya, saat membayangkan keluarga mereka, Moana mulai semangat lagi. Mau bagaimana pun, alasan terbesar Moana bekerja adalah keluarganya.Sekali lagi, Moana mengangguk. Meyakinkan dirinya. Tiba-tiba ponsel yang sedang digenggamnya berdering, menampilkan nama Floria --sahabatnya--.Baru saja akan mengangkat teleponnya, mata Moana melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Keningnya mengerut, melihat dua orang berpakaian hitam keluar dari sana. Keheranan Moana semakin meningkat saat mereka menghampirinya, menarik pergel
Manhattan, NYC - USA "Lelah sekali," Moana bergumam sambil berjalan keluar Restoran tempatnya bekerja. Sesekali ia melihat kendaraan yang berlalu-lalang.Tepatnya hari ini ia sudah menjadi pekerja tetap di Xyan's, --Restoran khas Italia.-- Dalam langkah kakinya, ia tidak berniat pulang sama sekali. Membayangkan isi rumah yang kosong dan tidak ada suara apa pun membuatnya nyaris hampir bersedih. "Tidak Moana, kau kuat. Demi ibu dan Elysa."Senyum tersungging kecil di bibirnya, saat membayangkan keluarga mereka, Moana mulai semangat lagi. Mau bagaimana pun, alasan terbesar Moana bekerja adalah keluarganya.Sekali lagi, Moana mengangguk. Meyakinkan dirinya. Tiba-tiba ponsel yang sedang digenggamnya berdering, menampilkan nama Floria --sahabatnya--.Baru saja akan mengangkat teleponnya, mata Moana melihat sebuah mobil berhenti di depannya. Keningnya mengerut, melihat dua orang berpakaian hitam keluar dari sana. Keheranan Moana semakin meningkat saat mereka menghampirinya, menarik pergel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments