Area Dewasa 21+ Harap Bijak dalam memilih Bacaan ***** "Kamu selingkuh!" tudingnya berapi-api. "Aku nggak selingkuh!" Mati-matian aku mengelak. Namun tak membuahkan hasil. Aku merasa diriku seperti sebuah planet yang kehilangan orbitnya kemudian perlahan mengalami kehancuran. Suamiku begitu marah tanpa sempat kujelaskan, tanpa memberiku waktu untuk bicara dan mengatakan bahwa semua tidak sama dengan apa yang dia pikirkan. Aku telah dijebak. Dan tak tau siapa orang jahat yang telah melakukannya! Hari itu, adalah hari di mana aku berada dalam ambang antara hidup dan mati ketika suamiku sendiri memperlakukan aku layaknya benda yang tidak berharga. Dia menyiksaku secara brutal seolah kehilangan akal sehat padahal dia tahu bahwa saat itu aku sedang mengandung buah hatinya sendiri! Kini semua itu telah berlalu, setelah lima tahun lalu tragedi memilukan itu terjadi, semuanya telah berubah. Tak ada lagi jiwa lemah dalam diriku. Apalagi wanita bodoh yang menjadi budak kesombongan sebuah cinta. Kini, aku, Attama Lovenia, akan kembali bangkit setelah melewati masa-masa tersulit dan terberat dalam hidupku. Berjuang untuk tetap hidup demi seorang malaikat kecil yang tak berdosa. Malaikat kecil yang menjadi satu-satunya penyemangatku selama ini. Aku, Attama Lovenia akan kembali dengan identitas baru dan wajah baru yang tak ada siapapun yang mengetahuinya, termasuk Aljabar, suamiku! Dan aku kembali, untuk membalaskan dendamku!
View More"Aku mau ngomong sama kamu," kata Atama dengan tatapan tajam dan dalam.
"Ngomong apa? Di sini aja!" pinta si lelaki yang saat itu sedang menikmati sebatang rokok."Nggak bisa!" Atama menarik lengan Aljabar dan berkata pada teman-temannya. "Pinjem Al, teman-teman.""Ada apa, sih? Bentar lagi ada kuliah, Ta.""Kita bolos hari ini.""Ta, satu semester kita udah bolos dua belas kali, ntar bisa-bisa kita di DO.""Penting, Al," putus gadis bersuara lembut itu.Atama menggenggam tangan Aljabar erat-erat. Mengajak Aljabar pergi dari kampus dan keduanya berjalan menuju taman, tak peduli hari masih pagi.Mereka duduk berdampingan, mata Atama yang penuh kecemasan menatap Aljabar dengan nanar.Aljabar membelai wajah Atama santai."Kenapa? Mau main ke kost-an lagi? Aku juga udah pengen!" ucap lelaki itu dengan wajah mesum.Atama meremas jemarinya sendiri, wajah tertekur dan hati hancur. Apa yang harus dia katakan pada kedua orang tuanya?"Kamu tau, aku bukan cewek yang suka bolos mata kuliah sebelum kenal kamu," ucap Atama saat itu. Dia sedikit berbasa-basi. Wajah Atama memaling ke arah Aljabar, menatapnya dengan ekspresi sedih dan juga takut. Menumpahkan rasa kalut dan segala kemelut di dalam dada. Berharap Aljabar peka terhadap apa yang dia rasakan."Ya, terus?" Aljabar balik menatap Atama, seolah tatapannya penuh unsur tanya."Kamu tau, aku cewek yang nggak suka ngelanggar aturan sebelum kita sama-sama. Aku nggak ngerasa kamu pengaruh buruk buat aku karena aku cinta sama kamu. Jadi please, Al. Apa pun yang terjadi jangan tinggalin aku. Sebagaimana yang udah kamu janjiin ke aku." Atama mengeratkan genggaman pada jemarinya."Apa sih, Ta? Drama banget. Kan aku udah bilang kita nggak akan semudah itu putus, jadi mana mungkin aku ninggalin kamu,""A-aku... aku hamil," kata Atama cepat.Ekspresi santai Aljabar menegang. Menatap Atama dengan sorot mata membelalak."A-apa?" Pekiknya menunjukkan bahwa dia benar-benar terkejut atas berita yang kekasihnya sampaikan pagi ini.Atama hamil?Tidak, ini bahkan tidak pernah terpikir walau hanya di dalam mimpi buruk!Aljabar menggumam dalam hati dengan kepalanya yang sedikit menggeleng."Aku hamil dan aku nggak tau mesti gimana? Aku mesti gimana?" Atama menggigit bibir bagian dalam. Tubuhnya berguncang oleh tangisan.Sementara Aljabar hanya bisa menatap nanar ke sekitar, ada rasa sakit yang berdiam di dadanya.Atama mengingat hari di mana petaka ini berawal.*Flash Back On..."Arghh... Al..." Sebuah desahan terdengar dari mulut Atama dengan tubuhnya yang berguncang hebat. Sebelah tangan menggenggam seprai sementara tangan lainnya mencengkram punggung polos pasangannya."Ya sa-yang..." Desis suara Aljabar di tengah kegiatannya yang semakin intens di atas ranjang itu. Menindih tubuh wanitanya dengan posesif.Sepasang anak manusia itu sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam.Tujuan mereka hanya satu, ingin saling memuaskan nafsu secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin. Tanpa peduli usia yang masih sangat muda. Bahkan dua muda-mudi tersebut rela mengorbankan masa depan hanya demi kenikmatan sesaat.Setelah beberapa puluh menit keduanya saling menghangatkan, Atama mulai menggelinjang dan mendesah seperti kesetanan.Seketika Aljabar membungkam bibir Atama dengan ciuman panjang. Lalu tubuh mereka berdua merasakan sengatan panas seolah terkena arus listrik ribuan volt yang begitu menggairahkan. Terengah-engah sambil mengatur napas, tubuh Aljabar ambruk menimpa Atama. Mereka terdiam sembari menikmati lezatnya percintaan mereka."Ata, makasih, udah jadi seindah ini dan menjadi hadiah terhebat dalam hidupku." Pemuda itu memeluk gadis itu. Gadis yang tak lagi polos saat berada di hadapannya. "Aku sayang kamu, Ata," ucapnya lagi.Jika kini wajah si lelaki tampak tersenyum puas setelah usai permainan panas mereka, namun berbeda dengan ekspresi khawatir yang ditunjukkan si wanita."Aku takut, Al. Kita masih kuliah. Kamu bilang nggak akan tembak sembarangan?" Ata menatap Aljabar dengan cemas dan mata berkaca-kaca. Meskipun ini bukan kali pertama melakukannya, Atama selalu merasa takut setelah semua usai."Jangan takut, aku selalu bersama kamu." Ucap Aljabar seperti biasa, meyakinkan wanitanya bahwa dia memang benar-benar mencintai Atama."Tapi ....""Ssstt... Please, jangan meragukan aku, Ata." Aljabar mengecup pipi Atama dengan sayang, membelai rambutnya lalu keduanya tidur dengan posisi saling memeluk.*Dunianya runtuh, sesaat setelah Atama melihat dua garis merah vertikal yang tampak dengan jelas di sana. Kenikmatan sesaat yang yang membawa sesat ini menguburnya dalam sesal.Atama memejamkan mata rapat- rapat, berharap saat membuka mata hasilnya akan berubah. Tapi naas, semua ini nyata dan Atama harus menghadapi kenyataan tersebut.Dirinya bahkan belum lulus kuliah. Mau jadi apa hidupnya kelak?Gadis itu membekap mulut kuat- kuat, berharap suara tangis itu tak terdengar dari luar toilet.Bersimpuh pada lantai toilet yang bahkan masih basah. Tuhan telah menghukumnya dengan cara sangat sopan.Seperti biasa, Atama bersiap hendak berangkat kuliah. Menghambur pergi tanpa menyentuh nasi yang telah siap di meja makan. Dia tak peduli, pikirannya begitu kalut saat itu. Aljabar harus tahu, Aljabar harus bertanggung jawab pada apa yang sudah dia lakukan padanya.Di luar kamarnya terlihat Arlan, sang Kakak dan Papanya sedang sarapan, sang papa menyapa."Ta, kamu nggak sarapan dulu?"Atama menggeleng."Kamu kelihatan pucat banget, kenapa? Kamu sakit?" imbuh lelaki paruh baya berpakaian kantor itu."Jangan-jangan kamu hamil?" Arlan menebak dengan sinis. Membuat hati Atama terasa seperti diremas hingga terasa begitu sakit."Hushhh ... kamu ngomong apa, sih, Lan? Jangan begitu sama adikmu," tegur Papanya."Papa aja yang nggak tau kelakuan anak haram itu di luar sana. Dia itu sama lontenya kayak istri Papa!""ARLAN!" Bentak sang Papa tersulut emosi."Ata berangkat kuliah, ya, Pah!" Gadis itu melenggang, meninggalkan meja makan dengan perasaan kacau. Bahkan dia malas menanggapi olok-olok kakaknya apalagi jika mereka sudah mulai bertengkar."Kuliah kissing, petting, anj*ng nungging!" celetuk Arlan yang tak dipedulikan oleh adiknya.Sampai di kampus Atta bergegas menuju seseorang yang telah diincarnya. Dia menyusuri area kampus dan dengan terburu-buru langkahnya menghampiri pemuda yang dilihatnya dari kejauhan itu.*Flash Back Off...Hening...Suasana sekitar mendadak hening, hanya tangisan Atama yang tersisa dan menggema dalam gendang telinga.Aljabar tersadar dari kekalutannya.Kembali menatap Atama bingung."Terus... gimana, Ta?" ucap lelaki itu cemas.Atama memejamkan mata. Sesak di dada mengakuisisi seluruh rasa. "Kamu harus tanggung jawab, ini anak kita!" tekan Atama."Kamu yakin cuma ngelakuin itu sama aku aja? Nggak ada yang lain?"Seketika dada Atama bergemuruh mendengar ucapan Aljabar yang sangat kurang ajar. Hingga sebuah tamparan pun melayang di pipi lelaki itu.PLAK!"Kamu mau lari dari tanggung jawab? Kamu pikir aku cewek apaan, hah?" Teriak Atama marah."Bukannya aku nggak mau tanggung jawab, Ta. Kamu tau keadaanya. Kita masih kuliah. Ya kali aku jadi ayah, aku masih muda, terus kalo aku tanggung jawab, aku mau ngasih makan anak kita pakai apa? Cinta?" Sergah Aljabar yang mendadak kehilangan arah."Harusnya itu yang kamu pikirin pas kamu minta aku ngelakuin itu sama kamu, Al. Kita suka sama suka. Kamu tau konsekuensinya dan kamu janji akan menanggung apa pun yang terjadi.""Kita masih terlalu muda, Atama."Atama menutup wajah dengan kedua tangan dan menyembunyikan tangisnya di sana. "SEHARUSNYA KITA NGGAK NGELAKUIN ITU, AL. SEHARUSNYA KAMU NGGAK TERUS MENERUS MEMINTANYA. DAN SEHARUSNYA AKU JUGA NGGAK MENURUTINYA." Sesalnya memuncak. Apa pun yang keluar dari mulut Atama hanya amarah meledak-ledak."Dan kamu juga mau kan? Jadi salahku di mana?" ucap Aljabar mendebat.Jutaan molekul listrik menyengat di dada Atama. Rasanya sakit sekali. Sakit sampai dia ingin mati. Bukan kalimat itu yang diharapkan keluar dari mulut Aljabar, bukan.Sementara dalam hati Aljabar sendiri hanya dipenuhi kepanikan. Apakah papanya akan membunuhnya jika dia tahu bahwa putranya telah menghamili anak orang?Aljabar mengembuskan napas lalu menjambak rambutnya frustrasi."Aku cinta sama kamu, Al. Itu yang bikin aku selalu memberikan apa pun yang kamu minta." Netra Atama memejam, tetes-tetes air mata satu per satu mulai berjatuhan. Sesak dan perih memenuhi rongga dada kemudian menjalar sampai ke seluruh tubuh. Atama seperti tak sanggup menghadapi ini semua. "Apa itu nggak cukup jadi alasan kenapa aku mau ngelakuin itu sama kamu?" Kini tatapannya menuntut, penuh kemarahan."Kamu selalu saja merumitkan masalah!"Atama mendengkus kasar. "Jadi aku lagi yang salah? Aku yang merumitkan?""Kamu, sih, ngapain coba pakai hamil segala!" kata Aljabar ketus."Kita ngelakuinnya sama-sama. Kamu yang bilang nggak akan tinggalin aku apa pun yang terjadi," lirih ucap Atama putus asa."Kamu aja jadi cewek naif amat, kenapa mau-mau aja? Lagian kita saling nikmatin kan? Kamu tau, pelacur aja dibayar, yang bego siapa? Bahkan kamu ngasih semuanya ke aku secara gratis! Jadi apa yang harus aku pertanggung jawabkan?"Lagi, Atama tak kuat menahan amarah dan kekecewaannya, hingga satu tamparan kuat kembali menghantam di pipi Aljabar saat itu."Bajingan, kamu, Al!"TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun
Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i
Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m
Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara
Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst
Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p
Sudah satu minggu berlalu Atama disekap Abraham di Villa pribadinya.Sikap Atama yang tetap menunjukkan kepatuhan, perlahan meruntuhkan kecurigaan dalam benak Abraham yang awalnya berpikir Atama hanya berpura-pura baik padanya.Dan kejadian tadi malam, saat Atama tak menolak diajak berciuman oleh Abraham sukses membuat lelaki itu terkecoh dan mulai percaya bahwa Atama tidak sedang bersandiwara.Hingga akhirnya, Abraham pun mencoba untuk mengetes Atama, apakah wanita itu benar-benar serius dengan kata-katanya tempo hari, atau memang hanya sekadar ingin mengelabui dirinya.Hari ini, Abraham yang awalnya menyekap Atama di lantai teratas Villa pribadinya, sengaja mengajak wanita itu keluar dari persembunyian untuk menikmati indahnya hari.Abraham membiarkan Atama berkeliaran bebas di Villa itu hanya dengan penjagaan seadanya."Ini Bu Marfuah. Dia asisten rumah tangga di sini yang akan membantumu menyiapkan kebutuhanmu, sayang," ucap Abraham memperkenalkan seorang wanita paruh baya bernama
"Sudah cukup aku bersabar menunggumu kembali padaku, sayang... Dan sekarang, aku tak sudi menunggu lagi!" ucap Abraham yang dengan cepat merobek pakaian yang dikenakan Atama saat itu.Atama menjerit saat Abraham hendak memperkosanya.Namun, semua usaha pemberontakannya tak kuasa menahan keganasan Abraham. Lelaki itu sudah seperti monster yang siap menerkam Atama.Masih berusaha mempertahankan diri, Atama tiba-tiba berteriak, "Baik, baiklah, aku akan menuruti semua perintahmu, Ab. Tapi aku mohon, jangan sakiti aku untuk saat ini. Beri aku waktu sampai aku benar-benar siap. Aku berjanji, setelah ini, aku akan selalu mendampingimu..." Atama bicara sambil menangis. Menutupi kedua bukit kembarnya yang masih tertutup pakaian dalam dengan kedua tangannya yang dia silangkan.Mendengar ucapan Atama, nafsu Abraham yang tadinya sudah menggebu perlahan surut. Lelaki itu tak menyangka jika Atama akan berbicara seperti itu."Apa, kamu tidak berbohong, Ata?" ucapnya serak.Atama mengangguk. "Ya, aku
Hari sudah beranjak sore, Atama masih terkurung di sana.Di dalam kamar itu.Dia kelaparan dan kehausan.Sudah berbagai cara dia coba untuk melarikan diri, namun tak ada satu pun usahanya yang berhasil.Bahkan jendela kamarnya saja dilapisi dengan teralis besi. Atama tak menemukan celah sedikit pun untuknya bisa keluar dari kamar ini.Satu hal yang hanya bisa dia lakukan adalah menutup tubuhnya yang terbuka dengan pakaian wanita yang dia temukan di dalam lemari kamar.Entah itu pakaian siapa, Atama tak memperdulikannya. AC di kamar itu begitu dingin, dan dia butuh pakaian yang lebih tertutup.Setelah lelah menangis bahkan suaranya nyaris hilang karena terus menerus berteriak seperti orang gila sejak tadi pagi, Atama kini hanya bisa tergolek lemah di sudut lantai kamar.Duduk memeluk lutut dan berurai air mata.Pikirannya tak lepas dari Aljabar dan Althair.Atama benar-benar menyesal karena tidak mempercayai ucapan suaminya.Hingga malam pun akhirnya tiba.Atama yang sudah lemas hampir
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments