Istri Bayaran Presdir Angkuh

Istri Bayaran Presdir Angkuh

Oleh:  Ericka Ghaniya  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
15Bab
389Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"W-wanita bayaran?" tanya Nadin dengan suara gemetar. "Ya. Kau harus melakukan apapun yang aku perintahkan," balas Adam dengan suara baritonnya. "Kenapa harus menjadi wanita bayaran? Kenapa Anda tidak menikah saja? Aku tidak mau!" Mentah-mentah, Nadin menolak tawaran itu. "Pikirkan kembali jawabanmu itu. Apa kau tidak kasihan pada Ibumu yang sedang sekarat?" Nadin dengan terpaksa menyetujui kontrak pernikahan dengan pria yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Demi mendapatkan biaya untuk pengobatan operasi ibunya yang tengah sekarat di rumah sakit. Namun siapa sangka bahwa pria itu ialah orang yang sangat berpengaruh dan berkuasa di negeri ini. Benih-benih cinta tumbuh didalam hatinya. Tapi sayangnya, cinta di masalalu Pria itu kembali muncul dan berusaha merebut sesuatunya lagi dari dirinya. -Instagram: eghania_ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Ericka Ghaniya
assalamualaikum teman-teman, mohon dukungannya ya. berikan komentar dan vote bintang 5 untuk karyaku yang baru ini. terimakasih semoga sehat selalu, lancar selalu rezekinya, dan Allah angkat derajatnya. aamiin. Allahummabarik ......
2024-01-23 18:24:29
1
15 Bab

Bab 1. Terpaksa Menjadi Pelayan Bar

Dalam perjalanan hidup, terkadang kita dihadapkan pada rintangan yang begitu sulit diatasi. Meski berjuang dengan penuh semangat, namun tak jarang kita menemui jurang keputusasaan. Saat itulah, penting untuk ingat bahwa setiap cobaan membawa pelajaran dan di balik kegelapan, ada cahaya yang menanti.Nadin Asyifa, seorang gadis berusia delapan belas tahun dan punya latar belakang miskin secara finansial. Ia hanya tinggal berdua dengan ibunya saja. Wanita single parent sekaligus ayah untuknya. Nadin tak memiliki adik atau pun kakak. Saat ini ia menjalani statusnya sebagai mahasiswi penerima beasiswa disalah satu universitas yang ada di ibu kota Surabaya.Sayangnya, penyakit sang ibu yang sudah lama dideritanya justru semakin memburuk. Batuk-batuk pada kondisi kesehatan Asih sang ibu semakin tak terkontrol. Hingga terjadilah, dimana Asih jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.Suara pintu terbuka..."Ibu ... Nadin pulang!" gumamnya berteriak kecil. Memanggil sang ibu setelah menyelesaikan k
Baca selengkapnya

Bab 2. Jadi Tawanan Pria Asing

"I-ini ... apakah tidak ada baju lain lagi selain baju ini?" decak Nadin tak ingin memakai pakaian kekurangan bahan itu. Hatinya sedikit ragu saat hendak ingin memakainya. Bagaimana tidak, baju yang tampak begitu terbuka serta tipis. Berwarna merah muda dengan tali yang melingkar tipis pada bagian bahunya. Semua model baju yang ada di sana hampir sama bentuknya. Dan baju itu adalah satu-satunya yang termasuk lebih tertutup dari model baju lain. Ukurannya sedikit memanjang hingga sampai ke bagian betis kaki pada bagian bawahnya."Jadi ... kau yang bernama Nadin?" Seorang wanita dewasa tiba-tiba datang memakai pakaian yang lebih sensual dan tak kalah seksi darinya. Ia lantas berjalan berlenggak lenggok mendekati Nadin dengan tatapan mengintimidasi."B-benar, Kak.""Cepatlah sedikit! Kau dicari Tuan sedari tadi. Para tamu besar sudah berdatangan sekarang. Bukannya menyiapkan cocktails, tapi malah berdiam diri di sini. Ayo cepat!" decaknya dengan nada sinis."B-baik, Kak. T-tunggu sebent
Baca selengkapnya

Bab 3. Rupanya Kau Masih Virgin, Nadin

Nadin masuk ke dalam kamar apartemen milik tuan Adam. Sementara pria itu sedang berada didalam bilik kamar mandi. Tubuhnya bergetar hebat ketakutan. Ia tidak siap jika harus menyerahkan dirinya pada pria yang bukan suaminya, terlebih lagi keduanya bahkan baru saja bertemu.Kriek!Suara pintu kamar mandi terbuka. Tuan Adam sudah selesai dengan urusannya. Tubuh kekar dan tegapnya hanya berbalut baju kimono putih dan menutupi perut kotak dan simetris miliknya. Sementara Nadin sendiri duduk membelakangi dengan kondisi bingung dan gemetar sekarang ini. “Aku sudah selesai mandi. Kau boleh mandi sekarang,” katanya pada Nadin dengan suara khas baritonnya.“B-baik,” jawab Nadin gugup.Gadis itu beranjak bangun lalu berjalan memasuki pintu toilet. Sesampainya didalam sana ia tampak celingukan mencari-cari handuk yang akan ia gunakan nantinya. Hanya ada satu handuk kecil berukuran kecil.“Aku tidak membawa baju selain baju yang kukenakan ini,” gumamnya dalam hati.Akhirnya, gadis itu pun mengga
Baca selengkapnya

Bab 4. Perjanjian Pernikahan Kontrak

Bab 4. Perjanjian Pernikahan KontrakCahaya mentari meresap ke dalam ruangan apartemen Adam, menyoroti lembut wajah Nadin yang cantik. Saat matanya terbuka, ia mengamati sekelilingnya dengan cermat, tetapi pandangannya hanya menyentuh sisi tempat tidur yang kosong tanpa kehadiran siapa pun. Dalam keheningan itu, Nadin menyadari bahwa ia terlelap sendirian di atas ranjang king size yang dimiliki tuan muda Adam.“Kemana dia? Apa dia sudah pergi?” gumam Nadin tanya. Tubuhnya perlahan beranjak bangun dari ranjang king size itu. Kedua matanya melihat bercak darah yang masih membekas dan sudah mengering diatas seprei putih itu. Nadin sungguh malu bila mengingat kejadian semalam. Bukan hanya malu, tapi dirinya sudah diambil alih oleh pria kaya itu. Nadin kemudian berjalan mendekati kamar mandi. Ia mulai memasuki diri ke dalam sana. Setiap lekukan tubuhnya, ia bersihkan secara merata. Aroma dari wangi shampoo yang dia pakaikan ke rambut tercium kuat. Bunyi aliran air dari shower yang terpu
Baca selengkapnya

Bab 5. Sekarang Kau Istriku

Bab 5. Sekarang Kau IstrikuNadin dan Adam pergi ke kantor pencatatan sipil , untuk melakukan peresmian hubungan mereka berdua. Sebagai hubungan yang telah sah dimata hukum. Meskipun status Nadin telah berubah menjadi istri bagi tuan Adam, sedikit pun ia tidak merasakan kebahagiaan didalamnya. Baginya, dirinya hanyalah sebagai perempuan bayaran. Yang disewa selama dua tahun oleh tuan Adam.Seorang tuan muda konglomerat yang mewarisi harta kekayaan milik Adijaya Group dan berjumlah ribuan triliun dollar Amerika Serikat. Wajar saja orang itu begitu disegani di negara ini. Kekayaannya bahkan diatas rata-rata dari jumlah kekayaan negara. “Jika sudah tiba di kediaman keluargaku, jangan pernah berkata apapun yang sama sekali tidak ada hubungannya denganku,” titahnya mengingatkan. "Statusmu memang Istriku sekarang, tapi bukan berarti kau bisa berkata bebas sesuai keinginanmu," lanjutnya berkata setelah keduanya selesai menandatangani perjanjian pernikahan di kantor pencatatan sipil ini.“B-
Baca selengkapnya

Bab 6. Siapa itu Nia?

“T-tuan,” panggil Nadin ragu-ragu.“Kalau kau tidak ingin disentuh, bilang padaku. Jangan seolah lupa dengan panggilan yang kemarin itu.” Adam berkata dengan emosional.Nadin gugup dan takut. Pria itu jika sudah marah pasti akan menakutkan, bukan? Dengan keberanian sebesar siput. Nadin mencoba menghibur Adam. Mendekap dan mencium Adam dari arah belakang. Mengecupi bahu kekarnya. Sikapnya sebagai wanita baik-baik pun musnah. Nadin membuang harga dirinya demi seorang tuan muda sepertinya.“Tuan ... tolong maafkan aku. Jika aku melupakan panggilan yang Tuan maksud,” gumam Nadin lembut. Tangannya membelai dada bidang Adam yang bertelanjang dada sekarang. Adam langsung membalikkan tubuhnya lagi. Dan kini posisinya menindih tubuh Nadin. “Kau sangat lihai memainkan suasana hati orang dan pandai dalam hal menggoda pria. Kali ini aku tidak akan memberimu ampun, Nadin.” Adam berkata seraya menyeringai menunjukkan sedikit giginya. Nadin hanya bisa memasarkan dirinya untuk diperlakukan apa saja
Baca selengkapnya

Bab 7. Trauma dengan Cinta

Nadin meratapi dirinya yang tak bisa berbuat apa-apa. Orang yang tidak mempunyai harta, ia pikir memang pantas menerima itu semua. Menerima perlakuan buruk dari orang yang memiliki segalanya. “Aku sadar, siapa aku di sini. Aku pun tidak pernah mengharapkan belas kasihan maupun cintanya. Ya, pernikahan ini terjadi setelah adanya kejadian malam itu. Karena hanya anak yang dia inginkan dari rahimku, bukan diriku. Bertahanlah Nadin, semuanya pasti akan berlalu. Semua demi Ibu ... hiks ... hiks ... semua demi pengobatan Ibu,” ucap Nadin tersedu-sedu. Tangisnya luruh begitu deras membasahi wajah cantiknya. Tak ada Adam, ia semakin bebas menumpahkan semua kesedihannya di kamar ini. Seorang diri, tanpa adanya siapa pun. Sampai beberapa menit kemudian, Nadin kembali bangkit. Tubuhnya beranjak bangun dari tempat tidur itu. Ia kemudian bersiap untuk pergi ke rumah sakit hari ini. Apalagi kalau bukan ingin menemui ibunya. Tak berbekal apa pun. Nadin bahkan tidak mempunyai uang. Ia nekat berjal
Baca selengkapnya

Bab 8. Kau Tak Perlu Tahu Namaku

“Jadi, tujuan kamu mau kemana sekarang?” tanya Arka setelah mobil yang ia kendarai sekarang sudah keluar dari area apartemen tadi. “Rumah sakit harapan,” jawab Nadin seadanya. Arka tak lagi bertanya. Ia sepertinya paham dengan sikap Nadin yang cenderung tertutup padanya adalah hal yang wajar. Sebab mereka berdua pun baru saja bertemu. Memang terkesan agak sulit, untuk terbuka pada orang baru. Namun beberapa menit setelahnya.... “Siapa yang sakit?” ujar Arka bertanya lagi. “Ibu,” balas Nadin singkat. “Ibu ... kamu?” lanjut Arka bertanya. Spontan Nadin mengangguk pelan. “Sakit apa?” sambung Arka lagi. Nadin tampaknya jengah mendengar suara Arka yang terus-menerus bertanya. Padahal kondisinya sekarang sedang tidak ingin diajak berbicara. Melihat situasi sebelumnya, yang dimana kejadian saat Nadin mendapat perlakuan buruk dari Adam.“Maaf ... aku tidak bermaksud lancang menanyakan kondisi Ibumu,” tukas Arka.“Tidak apa-apa, fokus saja menyetir. Sangat berbahaya bila mengobrol sambi
Baca selengkapnya

Bab 9. Pertemuan Keluarga Konglomerat

Ting!Suara pintu lift di mansion Adam terbuka. Nadin lantas keluar dari dalam sana. Namun setibanya ia di kamar tiba-tiba....“Dari mana saja kau? Sudah berani, ya. Pergi tanpa seizin dariku,” celetuk Adam tibatiba.Nadin memekik, kedua bola matanya melebar sebab ia benar-benar terperanjat tak menyangka dengan kehadiran pria itu yang sudah berada di sana lebih dulu. Wajah Adam terlihat dingin, bahkan membuat bulu kuduk Nadin merinding akan aura dingin yang begitu menguar didalam sana.“Bukannya dia bekerja? Kenapa sudah pulang secepat ini? Sekarang baru pukul dua siang, kan?" gumam Nadin dalam hati bertanya-tanya. “Hei, kenapa diam saja di sana?! Kesini!” Adam membentak Nadin dengan suara lantang yang menggema ke seluruh ruang. Lihatlah harimau gila itu sekarang. Dia sedang berusaha mencoba menakut-nakuti dan menindas kelinci kecil. Tidak tahu sesakit apa mentalitas Nadin yang kini sudah hancur lebur akibat perbuatannya.“B-baik, Tuan,” sahut Nadin gugup seraya tertunduk.Langkah k
Baca selengkapnya

Bab 10. Aku hanya Wanita Bayaran

“Siapa wanita itu, Adam?” tanya tuan besar pada Adam sambil menatap ke arah Nadin dengan tatapan sinis. Bahkan perempuan yang menyambut kedatangan mereka kesini pun lebih tajam menatap Nadin. Ketidaksukaan mereka pada Nadin sangat terlihat dengan jelas. Nadin terdiam seraya tertunduk sedu. Kedua tangannya meremas gaun yang ia kenakan. Hatinya bergemuruh tak tenang. Ingin rasanya ia segera pergi dari tempat itu sesegera mungkin. “Dia Nadin, Istriku,” ujar Adam berkata jujur. Sontak, ia langsung mendapatkan respons dari ayahnya begitu terkejut kaget dan tak percaya. “Kau sudah menikah dengannya? Bahkan tanpa sepengetahuan dariku? Adam, sebenarnya kau anggap aku ini Ayahmu atau bukan?!” tukas tuan besar tak terima. Adam mendengus sebal, ia menghentikan makannya. Lalu menatap ke wajah Nadin sembari memegangi pergelangan tangan wanita itu. “Aku suka dengannya. Memangnya kenapa? Kalau aku menikahinya diam-diam. Kau pun dengan wanita itu menikahnya juga diam-diam, disaat Ibu tengah berj
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status