Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan

Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan

Oleh:  LiLhyz  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
50Bab
5Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Samantha Wijaya hamil dan dia tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Setelah diusir dari rumah oleh ayahnya, dia meninggalkan kota ini untuk memulai lembaran hidup baru. Dia membesarkan anak-anaknya sendiri dengan susah payah. Dia tidak menyangka bahwa kedua anak kembarnya ingin menemukan ayah mereka! Ketika mereka berumur tiga tahun, mereka bertanya, “Ibu, di mana Ayah?” Samantha hanya bisa menjawab, “Ayah ada di tempat yang jauh.” Itulah cara termudah baginya untuk menjelaskan mengapa ayah mereka tidak ada. Di usia empat tahun, mereka kembali bertanya, “Ibu, di mana Ayah?” Samantha hanya bisa menjawab, “Ayah bekerja di Kota Bekasi.” Dia tahu dia cepat atau lambat harus menjawab rasa penasaran anaknya mengenai ayah mereka, dan dia memutuskan sudah saatnya memberi tahu mereka. Akan tetapi, suatu hari, si kembar mendatangi Samantha dengan mata berbinar-binar dan berkata, “Ibu, kami menemukan Ayah!” Lalu Ethan Waskito, pebisnis paling berpengaruh di kota muncul di depannya.

Lihat lebih banyak
Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
50 Bab

Bab 1

“Ayah, kumohon. Aku benar-benar tidak tahu siapa ayahnya—Ahhh!” Sebuah tamparan mendarat di wajah Samantha yang berasal dari ayahnya tercinta. Pria yang begitu mencintainya dan memperlakukannya bak putri kerajaan, untuk kali pertama telah menyakitinya!“Wilson, berhentilah! Dia putrimu!” Merina, neneknya, menengahi mereka berdua dan memeluknya untuk melindunginya. Wilson Wijaya memanglah seorang Ayah, tapi dia juga seorang jendral TNI yang paling disegani. Dengan tangan kosong dan amarahnya, dia bisa saja menyakiti anaknya. “Wanita model apa kamu? Apakah Ayah tidak mendidikmu?!” Seru si jendral. Dia meraih dagu Samantha dan mengepalkan tangannya saat melihatnya menangis. “Aku sudah mengobrak-abrik seisi kamp militer. Tidak satupun—kuulangi lagi. Tidak ada satupun yang mengaku sebagai Ayah dari anakmu!”Dia baru saja akan menampar Samantha lagi ketika Merina memohon. “Hentikan! Kita sudah tidak bisa apa-apa lagi! Nasi sudah menjadi bubur!”“Ayah, maafkan aku! Ini salahku! Jika saja a
Baca selengkapnya

Bab 2

Seorang wanita berusia sekitar awal 20-an berdiri di balkon rumahnya sambil memandangi ke arah gemerlap lampu Natal.Wajah elegannya memaksakan sebuah senyum, sambil memandang ke arah hiruk pikuk Kota Malang. Mata cokelatnya berbinar, membayangkan betapa bahagianya dia jika dia bersama Ayah dan neneknya.Untuk sepersekian detik, dia teringat oleh bagaimana perlakuan ayahnya yang sama saja dengan membuangnya, bagaimana saudara tirinya mengambil perhatian ayahnya darinya, dan bagaimana orang yang sama mencuri hati dari pria yang dicintainya selama dua tahun lamanya.Samantha Wijaya melakukan satu kesalahan yang berakibat pada hancurnya hidupnya. Bahkan permohonan neneknya tidak cukup untuk membantunya tetap berada di Keluarga Wijaya.Rasa sakit oleh diseret keluar dari rumahnya sendiri kembali menderanya, membuat pipinya dibasahi oleh air mata.Dia menarik kembali kesedihannya dan mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Hidungnya dikembang-kempiskan, dan akhirnya dia menghela nafas, “
Baca selengkapnya

Bab 3

Samantha menaruh piagam penghargaan di lemari kaca ruang tamunya. Samantha tersenyum pada penghargaan yang dia dapatkan. Kemarin, walikota memberinya penghargaan sebagai salah satu koki terbaik Kota Malang!Dia tersenyum dan lega akan pencapaiannya, melihat ke penghargaannya satu per satu. Tidak ada angin tidak ada hujan, dia berkata pada dirinya sendiri, “Ayah, suatu hari nanti Ayah akan sadar bagaimana aku sudah berhasil, dan Ayah akan bangga padaku.”Sudah hampir lima tahun berlalu sejak Samantha melahirkan Kenzo dan Kyla. Pada usia dua puluh enam tahun, Samantha masihlah seorang wanita yang menawan. Dia merawat badan dan wajahnya untuk tetap menarik. Dia sekarang bekerja sebagai kepala koki di restoran terkenal milik The Emerald, restoran di dalam sebuah hotel berbintang empat. Itulah di mana dia dikenal akan kemampuan memasaknya yang baik. Alih-alih menjadi bagian dari militer, selama ini mimpinya adalah menjadi seorang koki. Karena sekarang dia bebas dari kendali ayahnya, dia
Baca selengkapnya

Bab 4

“Ambil saja, Sam.” Samantha mendengar neneknya berujar seperti itu saat dia sedang meneleponnya. Tentu saja dia bilang pada neneknya mengenai kesempatan tersebut, jadi menelepon Merina Wijaya adalah hal pertama yang dilakukannya pertama kali pagi itu. Dari balkon apartemennya yang sederhana, Samantha memandangi bangunan-bangunan yang ada di depannya, dia merasakan jantungnya yang berdegup keras di balik rusuknya. Dia menelan ludahnya sendiri saat dia mempertanyakan dirinya sendiri, “Apakah aku siap untuk ini, Nenek?”“Kamu siap, Sam! Akhirnya Nenek bisa bertemu langsung denganmu!” Samantha mendengar isak tangis neneknya sebelum melanjutkan bicaranya, “Nenek sudah tua, Sam. Nenek sangat merindukan cucu Nenek! Aku sudah menantikan bertahun-tahun lamanya untuk bersama denganmu lagi.”“Ambil saja, Sam. Ambillah!” Seru Merina sekali lagi. “Tunjukkan pada ayahmu bahwa kamu sudah melanjutkan hidupmu dengan baik, bahkan tanpa bantuannya! Sam, sudah waktunya kembali.”“Baik, Nenek. Akan kulak
Baca selengkapnya

Bab 5

Dari dalam kamar hotelnya, John Ginting, asisten eksekutif dari Ethan Waskito, tengah membereskan barang-barangnya, bersiap untuk ke bandara. Karena dia sudah membuat Samantha Wijaya menandatangani kontraknya, pekerjaannya sudah usai. Dia harus kembali ke bosnya, di mana banyak sekali pekerjaan yang menantinya. Saat dia mau pergi, dia bermaksud untuk melaporkan jam kedatangannya pada bosnya. Dia menelepon Ethan Waskito. Di dering pertama, si CEO dari Perusahaan Berlian Waskito menjawab, “Apakah dia menandatanganinya?”Butuh beberapa saat bagi John untuk menyadari bahwa bosnya tengah menanyakan soal kontrak dengan Samantha Wijaya. “Oh, iya, bos. Dia menandatanganinya. Kami bertemu kemarin,” jawabnya sebelum memikirkan untuk memberitahunya kabar buruk.“Ada apa?” Tanya Ethan. Ketika John menyadarinya, dia menyerah dan memilih untuk memberitahukannya, “Oh, Pak Waskito, d-dia sudah punya anak. Dua anak lebih tepatnya.”Hening sejenak selama hampir semenit, sampai akhirnya John mendenga
Baca selengkapnya

Bab 6

Pukul 11:00 pagi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta“Kyla, apa yang kamu cari-cari?” Tanya Samantha pada putri kecilnya saat mereka berjalan ke arah area kedatangan. Seperti Samantha, Kyla mewarisi surai gelapnya, tetapi rambutnya panjang dan lurus. Wajahnya begitu cantik dengan mata cokelat gelap dan bibir yang merah muda. Sejak mereka sampai, Kyla tidak henti-hentinya menatap pada setiap pria yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Mendengar ibunya memanggilnya, dia berlari dan menggandeng tangannya lalu bertanya, “Ibu, apakah Ayah akan menjemput kita?”Samantha segera merasa kerongkongannya tercekat. Dia memandang ke arah tantenya dan sedang memegang Kenzo, dia melihat jelas Dian memutar bola matanya. Kenzo, putranya juga terlihat menunggu jawabannya. “A-Ayahmu sedang dalam perjalanan bisnis! Makanya tidak bisa menjemput.” Dia mengalihkan perhatiannya pada pintu dan berseru, “Oh lihat! Ada orang yang ingin kita temui! Nenek Merina!”Dengan mata yang berbinar, Kyla yang perta
Baca selengkapnya

Bab 7

“Kenzo, sudah jam berapa ini? Sudah jam sembilan malam. Sudah waktunya mematikan tablet barumu,” ujar Samantha segera sebelum dia memasuki kamar mandi. Dia berbagi kamar dengan anak-anaknya dan mereka sudah di ranjang. Merina yang memberikannya, tablet baru, boneka untuk Kyla dan tas pinggang untuk Kenzo. Kyla sudah siap tidur, tetapi Kenzo masih mengunduh aplikasi di tabletnya, itulah yang ibunya pikirkan. Mendengar ibunya memintanya untuk mematikan gawai itu, dia menghela nafas dan berkata, “Baik, Ibu. Bisakah aku menanyakan soal Ayah?”“Kuberi waktu tambahan sepuluh menit memainkan tabletnya,” ujar Samantha sebelum kabur ke kamar mandi. Melihat Ibu mereka menghindari topik ini lagi, Kenzo dan Kyla saling menatap satu sama lain. Kyla tertawa ketika Kenzo menggelengkan kepalanya.“Mungkin Ayah adalah mata-mata pemerintah!” Ujar Kyla. “Atau seseorang yang perlu merahasiakan anaknya,” sahut Kenzo. “Oh! Pria kaya yang harus melindungi kita dari penjahat!” Simpul Kyla. “Itulah kenapa
Baca selengkapnya

Bab 8

“Kamu siap?” Tanya Kenzo pada kembarannya.“Siap!” Jawab Kyla. Saat si kembar hendak memasuki kantor CEO tanpa izin, Samantha menjelaskan situasinya kepada John Ginting. Sebuah desisan keluar dari bibir John, dan dia berkata, "Anda lihat, Nona Wijaya ..."Suara anak-anak yang berusaha mendorong pintu terbuka menyadarkan John dan segera dia bangkit dari tempat duduknya, "Anak-anak! Tidak! Jangan lakukan itu!""Kenapa pintu ini berat sekali!" Keluh Kenzo saat dia mendorong dengan sekuat tenaga!"Urggghhh!" Dengus Kyla sambil membantu kembarannya, Sayangnya, sekeras apa pun mereka mendorong, pintu itu tidak mau bergerak. Samantha bergegas ke arah mereka dan berkata, "Anak-anak! Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian mencoba membuat Ibu mendapat masalah?!"Berjalan di belakangnya adalah John. Dia berkata, "Tidak apa-apa. Saat ini Pak Waskito sedang rapat, pintunya hanya bisa dibuka dari dalam." Dia menunjuk ke sistem keamanan di sampingnya dan berkata, "Lihat itu? Itu teknologi canggih
Baca selengkapnya

Bab 9

“Apakah saya bisa mempertahankan pekerjaan saya, Pak Waskito?"Ethan Waskito merasa dirinya akan kehilangan kesabarannya. Dia bersandar di kursinya dan melonggarkan dasinya sambil terus menatap asistennya.Setelah menghela nafas berat, dia dengan sinis berkata, "Aku bertanya padamu, John, dan kenapa kamu tanya balik? Jawab aku!""Maaf, Pak. Ya. Samantha Wijaya datang, membutuhkan bantuan untuk kebutuhan sekolah anaknya. Um ... Dia tidak punya cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran sekolah." John menjelaskan bagaimana Samantha bermaksud hanya menggunakan surat keterangan kerja untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya sebelum dia menjelaskan, "Saya malah meminjamkan uang padanya."“Sekolah di mana?” tanya Etan. “Pak, kebetulan Sekolah Anak Panah,” lapor John."Hmmmm," ucap Ethan sebelum menopang dagu dengan tangannya."Bagaimanapun, Pak Waskito. Saat itulah saya memperhatikan bagaimana putranya tampak seperti versi muda dari Anda." John mengamati struktur wajah Ethan, matanya, dan
Baca selengkapnya

Bab 10

“Saya mau mendaftarkan anak-anak saya,” ucap Samantha di kantor pendaftaran Sekolah Anak Panah. Dia mengulurkan cek itu sebagai pembayaran, bersamaan dengan formulir pendaftaran anak kembarnya ditambah hasil evaluasi online yang sudah diambil anak-anaknya jauh sebelum mereka pindah ke Kota Bekasi. Akademi menawarkan diskusi dan penilaian online, yang difasilitasi secara langsung oleh salah satu gurunya sebagai pilihan bagi siswa yang mendaftar dari kota lain. Inilah alasan utama Samantha memilih Sekolah Anak Panah.Dia memperhatikan bagaimana wanita yang bertanggung jawab terkejut dengan kertas di tangannya, dan wanita yang sama berdiri untuk menelepon beberapa meter dari konter tempat Samantha menunggu dengan sabar. Ketika wanita itu kembali, Samantha diberitahu, "Nona Wijaya, Anda dapat mengantar anak-anak itu ke gurunya. Mereka berdua ditempatkan di Kelas K1-Kebaikan. Seorang asisten guru akan segera bersama Anda untuk menemani Anda."“Saat Anda kembali, kepala sekolah ingin berbi
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status