“Apakah saya bisa mempertahankan pekerjaan saya, Pak Waskito?"Ethan Waskito merasa dirinya akan kehilangan kesabarannya. Dia bersandar di kursinya dan melonggarkan dasinya sambil terus menatap asistennya.Setelah menghela nafas berat, dia dengan sinis berkata, "Aku bertanya padamu, John, dan kenapa kamu tanya balik? Jawab aku!""Maaf, Pak. Ya. Samantha Wijaya datang, membutuhkan bantuan untuk kebutuhan sekolah anaknya. Um ... Dia tidak punya cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran sekolah." John menjelaskan bagaimana Samantha bermaksud hanya menggunakan surat keterangan kerja untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya sebelum dia menjelaskan, "Saya malah meminjamkan uang padanya."“Sekolah di mana?” tanya Etan. “Pak, kebetulan Sekolah Anak Panah,” lapor John."Hmmmm," ucap Ethan sebelum menopang dagu dengan tangannya."Bagaimanapun, Pak Waskito. Saat itulah saya memperhatikan bagaimana putranya tampak seperti versi muda dari Anda." John mengamati struktur wajah Ethan, matanya, dan
“Saya mau mendaftarkan anak-anak saya,” ucap Samantha di kantor pendaftaran Sekolah Anak Panah. Dia mengulurkan cek itu sebagai pembayaran, bersamaan dengan formulir pendaftaran anak kembarnya ditambah hasil evaluasi online yang sudah diambil anak-anaknya jauh sebelum mereka pindah ke Kota Bekasi. Akademi menawarkan diskusi dan penilaian online, yang difasilitasi secara langsung oleh salah satu gurunya sebagai pilihan bagi siswa yang mendaftar dari kota lain. Inilah alasan utama Samantha memilih Sekolah Anak Panah.Dia memperhatikan bagaimana wanita yang bertanggung jawab terkejut dengan kertas di tangannya, dan wanita yang sama berdiri untuk menelepon beberapa meter dari konter tempat Samantha menunggu dengan sabar. Ketika wanita itu kembali, Samantha diberitahu, "Nona Wijaya, Anda dapat mengantar anak-anak itu ke gurunya. Mereka berdua ditempatkan di Kelas K1-Kebaikan. Seorang asisten guru akan segera bersama Anda untuk menemani Anda."“Saat Anda kembali, kepala sekolah ingin berbi
Di kantor CEO Perusahaan Berlian Waskito, Ethan Waskito terus mengetukkan jemarinya di mejanya, tidak bisa lanjut bekerja karena memikirkan hasil tes. Ethan memeriksa arlojinya dan menyimpulkan mungkin perlu setengah jam lagi untuk menyelesaikan tes tersebut. Namun yang mengejutkan, dia menerima telepon yang telah dia tunggu-tunggu, setengah jam lebih awal. Dia menyipitkan matanya, melihat nomor di ponselnya. Dia dengan tenang bersandar di kursinya sambil menjawab panggilan. Dia berkata, "Aku mau tahu hasilnya.""Pak Waskito, anak-anak tersebut lulus penilaian. Mereka sebenarnya sangat cerdas, layak menerima beasiswa yang Anda tawarkan," kata wanita di sambungan telepon. “Saya mengembalikan cek yang dia berikan sebagai pembayaran, persis seperti yang Anda perintahkan.”Ethan mengangguk setuju dan berkata, "Bagus. Bu Kurniawan, terima kasih telah melakukan tugas Anda. Kami akan terus mendukung akademi dengan cara apa pun yang kami bisa, tetapi untuk saat ini, program beasiswa sudah di
“Pak Waskito, Anda ada rapat mendadak,” ujar John Ginting setelah memasuki kantor CEO.Perkataan John membuat Ethan mengerutkan wajahnya, dan dia berkata, “Aku tidak menerima permintaan rapat mendadak. Kamu juga tahu soal ini, John …”“Pak, ini Bapak dan Ibu Koesnadi dari Pontianak. Mereka jauh-jauh dari ujung Indonesia.” John menganggukkan kepalanya sebelum menjelaskan.“Mereka kebetulan sedang berada di sini, sehabis mengunjungi kerabatnya di Bekasi, jadi mereka sekalian ke sini untuk mengunjungi Anda.”John melanjutkan perkataannya, “Itulah yang mereka katakan. Tapi kalau perkiraan saya, mereka mungkin tengah menilai apakah kota ini cocok untuk bisnis mereka atau tidak.”Wajah Ethan dikerutkan. Dia melihat ke jam dan melihat hanya tinggal setengah jam lagi menuju pukul dua siang dan dia menantikan pertemuannya dengan si koki.Sayangnya, Bapak dan Ibu Koesnadi adalah orang yang sangat penting yang harus dia temui.Mereka pemilik dari taman hiburan terkenal se-Asia, bahkan yang terbai
Dua puluh menit yang lalu. Seorang petugas kebersihan wanita tengah membersihkan karpet lantai delapan belas dengan penghisap debu. Dia menyadari seseorang mencolek punggungnya. Si petugas kebersihan itu menunda pekerjaannya saat melihat dua anak kecil nan menggemaskan itu. “Halo, bisakah kami ditunjukkan ke arah ruangan rapat utama?” Tanya Kyla dengan senyuman hangatnya yang biasa. “Um ...” Si petugas kebersihan itu terlihat kebingungan akan mengapa ada anak-anak di sini, tetapi mereka segera memberikan alasan. "Ayah kami ada di ruang rapat utama," tambah Kyla sebelum dia kembali tersenyum berseri. “Oh. Ke arah sana,” wanita itu menunjuk ke suatu arah dan berkata, "Ambil belok kanan saja, dan ruangan yang terletak di paling tengah adalah yang kalian cari.”"Terima kasih, Bu. Semoga harimu menyenangkan," ucap Kenzo sebelum menarik tangan Kyla. Saat keduanya berjalan melewati berbagai ruangan yang memisahkan bagian kantor, mereka bertemu dengan karyawan yang terkejut melihat ana
Asisten Ethan yang lain, Yoel, mengantar pasangan Koesnadi itu keluar dari ruang rapat dan ke lobi bangunan.Namun, CEO perusahaan yang hebat itu, ditinggalkan dengan dua anak kecil, yang mengklaim dia sebagai ‘Ayah’ mereka.Meskipun menjadikannya seorang Ayah secara tiba-tiba, dia harus berterima kasih kepada anak-anak tersebut atas perpisahan yang menyenangkan antara dia dan pasangan Koesnadi. Jadi dia menoleh ke arah gadis kecil yang masih berada di pelukannya dan berkata, “Terima kasih atas bantuannya. Untuk itu, kamu boleh meminta apa pun yang kamu inginkan.”Kyla dengan tangan kecilnya memeluk Ethan dan berkata, "Sama-sama, Ayah!" Dia meletakkan jari di dagunya sebelum bertanya, "Aku ingin donat isi krim!"“Ayah, aku beri tanda centang pada daftar di sini. Ini adalah ciri-ciri Ayah kami. Semua itu, ada di diri Ayah. Oleh karena itu, kami simpulkan, kamu adalah Ayah kami," ujar Kenzo tiba-tiba sambil menunjukkan tabletnya kepada Ethan. Rasa penasaran menghampirinya sehingga Ethan
“S-Saya rasa itu akan baik-baik saja." Dia tidak dapat menahan alisnya yang menyatu sebelum Samantha menjelaskan, “Maksud saya, hanya satu kali makan malam, ‘kan?”“Ya, hanya satu kali makan malam. Kenapa? Apakah kamu mengharapkan makan malam lagi?" Ethan bertanya sambil mengangkat dagunya ke arah Samantha. Dengan bibir ternganga, dia berpikir, ‘Bagaimana mungkin kata-kataku ditafsirkan seperti itu?’"Um. Tidak! Tentu saja tidak," kata Samantha dengan canggung. "Satu makan malam.""Bagus. Kalau begitu aku akan suruh sopirku mengantarmu dan anak-anak ke hotel," ujar Ethan. "Oh, tidak usah, tidak perlu," kata Samantha sambil mengangkat telapak tangannya mendengar tawarannya. "Harus. Kamu sekarang adalah istri rahasiaku," jawab Ethan. “Sejauh yang kami tahu, Bapak dan Ibu Koesnadi masih menunggu di luar, mengamati gedung itu.”Setelah menelepon asistennya dan memberikan instruksi, Ethan berkata, "Aku akan meminta John menghubungimu lagi ketika kita akan merencanakan makan malamnya.""B
“Pak Waskito, saya minta maaf, tetapi catatan Nona Wijaya tersegel!” Seru Aiden, si peretas yang dipekerjakan Ethan untuk menyelidiki Samantha."Apa maksudmu tersegel?" Tanya Ethan sambil mendekatkan telepon ke telinganya. Dia sedang bersandar di kursinya, benar-benar kecewa dengan laporan yang diberikan oleh Aiden. "Oh, saya punya rincian dasarnya dan itu seperti apa yang Anda pikirkan. Dia adalah putri Jenderal Wilson Wijaya," Aiden melaporkan. "Saya menemukan surat nikah antara Ibu Nona Wijaya, Sarah Claudia, dan milik Wilson Wijaya.""Dan tidak ada Wilson Wijaya lain yang tinggal di kota itu atau kota-kota tetangganya," tambah Aiden. "Mungkin saja sang jenderal ...""Jangan bilang mungkin, Aiden!" Ethan membalas, meninggikan suaranya. "Aku tidak ingin ketidakpastian!"“Masalahnya Pak, sebagian besar catatannya ditutupi dari dalam militer itu sendiri. Jadi, saya hanya bisa menyimpulkan Nona Wijaya ada hubungannya dengan militer. Lagipula, saya melihat beberapa foto lama dari bebera