"John, ayo kita menemui Nona Wijaya," ajak Ethan Waskito kepada asistennya. Dia keluar dari kantor CEO tanpa pemberitahuan, menyuruh John bersiap-siap untuk pergi. Hal itu mengakibatkan John Ginting panik. John memeriksa waktu dan berkata kembali, "Pak, ini masih jam empat empat puluh sore. Saya pikir Anda akan menemuinya jam enam?"Dengan mata menyipit ke arah asistennya, Ethan menjawab, "Kita tidak boleh membiarkan lalu lintas untuk memperlambat kita ... bukan? Aku tidak pernah terlambat untuk memenuhi janjiku.""Baik! Benar! Saya akan panggil supirnya, Pak," ucap John sambil panik mengambil barang-barangnya. “Apakah Edgar sudah mendapatkan apa yang diminta Kenzo?” Tanya Ethan sambil berjalan menuju lift. "Iya, Pak. Seharusnya dia membawanya ke dalam mobil," John meyakinkan. Hanya dalam hitungan menit, mereka berjalan ke lobi gedung dan keluar ke tempat mobil Maybach hitam milik Ethan sudah menunggu. Seperti biasa, Ethan tetap berada di belakang, dengan John duduk di sebelah pen
Sesampainya di Hotel First Diamond, Samantha buru-buru menjauhkan diri dari Ethan Waskito sesaat setelah melangkah ke lobi. Dalam pikirannya, gadis berkaus berjalan dengan seorang pria jangkung dan tampan dalam setelan jas yang dibuat secara khusus, sungguh perpaduan yang tidak cocok. Dia berkata kepada Ethan, "Maaf, Pak Waskito, apakah Anda keberatan jika saya berganti pakaian terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Anda?"Dia menelan salivanya sendiri tepat setelah mengungkapkan kata-katanya, takut dengan apa yang mungkin dipikirkan pria itu. “Mengapa Anda menjauh dari saya, Nona Wijaya? Kita jelas keluar dari mobil yang sama dan masuk bersama. Mengapa Anda berdiri sejauh dua meter dari saya?” Selidik Ethan setelah melihat Samantha berjalan di depannya. Dia menoleh ke arah John dan bertanya, “Apakah ada yang salah dengan wajahku, John? Nona Wijaya sepertinya malu padaku.”Sementara John Ginting menoleh ke Samantha dengan mata melotot, Samantha beralasan, "Oh, tidak! Bukan itu!"Sa
"Wow! ini keren sekali, Kenzo! Bolehkah aku menonton video barbie dari sini?" Kyla bertanya pada Kenzo."Tentu, Kyla!" jawab Kenzo. "Biar kubantu."Saat anak-anak sedang menjelajahi laptop baru Kenzo dari seberang sofa, Ethan dan John duduk di seberang mereka, mengamati keduanya.“Kenzo adalah anak yang cerdas,” komentar John. "Dia suka gawai seperti bos. Sama seperti Anda.""Hmmmm," ucap Ethan sambil terus mengamati kedua anak kecil itu. Sejak mereka tiba di unit apartemen yang diperuntukkan bagi Samantha, mata Ethan sudah menjelajahi seluruh ruang ruang tamu. Selain dua boneka yang ada di area duduk, Ethan cukup merasa senang dengan segala sesuatunya yang tertata rapi. Lantainya sangat bersih untuk rumah dengan dua anak. Meski baru pindah ke kota selama tiga hari, Ethan merasa Samantha dan tantenya bisa beradaptasi di tempat itu. Dia tidak pernah suka berlama-lama di ruangan yang kacau. Jadi, rumah Samantha sudah lolos penilaian dari Ethan. "Ini, Pak Waskito. Segelas air," ujar
“Nona Wijaya, enam tahun lalu, apakah kamu pernah menginap semalam di Hotel Golden Eagle?”Pertanyaan yang diajukan Ethan Waskito membuat segalanya jadi hening. Samantha tidak dapat memahami mengapa pertanyaan ini keluar dari mulut Ethan Waskito!'Hotel Golden Eagle. Hotel Golden Eagle,' ulang Samantha dalam benaknya. Itu adalah tempat di mana semuanya dimulai. Itu adalah hotel yang sama tempat dia melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Setelah mendengar Ethan bertanya lagi, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kenapa?"Suaranya nyaris tak terdengar hingga ia harus berdeham dan bertanya lagi, "Ada apa dengan ... Hotel Golden Eagle?"Dalam benaknya, dia bertanya, 'Kenapa harus sekitar enam tahun yang lalu?'Tampaknya makanan itu tiba tepat waktu, membantu beban Samantha.Pelayan datang dengan menu pembuka sebelum Ethan bisa menjawab pertanyaannya. "Pak Waskito, salad tomat dan mozzarella, dihiasi dengan daun kemangi dan lada hitam sesuai selera Anda," kata penyaji pria.
“Di mana dia?" Ethan Waskito bertanya kepada pegawai hotel. "Bisakah kamu keluar dan memeriksanya?""Tentu, Pak Waskito. Beri saya waktu sebentar." Petugas makanan hendak mencari Samantha Wijaya ketika pintu ruang rapat satu karat terbuka dengan kuat. Ethan melihat bagaimana Samantha tiba-tiba menutup pintu di belakangnya dan menjatuhkan diri ke lantai tanpa daya. Tanpa aba-aba, Samantha melolong tanpa henti, dan air mata terus menerus membanjiri wajahnya. Hal pertama yang Ethan rasakan adalah tusukan di dadanya. Tangannya dengan mudah gemetar karena marah sebelum mengepalkannya. 'Siapa yang berani menyakitinya?!' Pikirnya dalam hati. Dia segera bergegas ke sisinya dan mencoba mencari tahu penyebab penderitaannya. Berlutut di depannya, dia bertanya, "Nona Wijaya, apa yang terjadi? Nona Wijaya?"Ketika Samantha tidak menjawab, dia meraih bahunya dan memanggil namanya, “Samantha! “Siapa?! Siapa yang melakukan ini padamu? Ayolah, beri tahu aku!"Ethan tidak bisa lagi menyembunyikan
Mengambil nafas dalam-dalam, Ethan Waskito memperhatikan rekaman pengawasan dari First Diamond Hotel dengan cermat.Dia melihat bagaimana Samantha bertemu dengan ayahnya, dan sepertinya mereka tidak bertukar kata apa pun. Samantha hanya membeku saat melihat ayahnya, dan Jenderal Wilson Wijaya yang hebat berbalik untuk memasuki ruang rapat dua karat itu lagi. Tangannya mengepal erat sebelum bergumam, "Dia mengabaikannya."Dia bersandar di kursinya dan mengulangi, "Dia hanya ... mengabaikannya ... seolah dia bukan siapa-siapa dalam hidupnya."Ethan sudah berada di suite penthouse miliknya, di atas salah satu bangunan tempat tinggal termewah di kota. Di sanalah dia tinggal sendirian sejak dia berusia dua puluh delapan tahun, tidak lagi di bawah kendali orang tuanya. Begitu dia tiba, dia langsung pergi ke ruang kerjanya dan berulang kali menonton video yang dikirimkan kepadanya oleh manajer hotel. Dia tidak tahu berapa kali dia memutarnya kembali, hanya memperbesar dan memperkecil video
Kilas balik enam tahun lalu. Dari grand ballroom Hotel Golden Eagle, pesta pernikahan Sersan Kadet Emilia Permono dan Pak Lintang Cahyadi telah diperpanjang selama dua jam. Suami dari Emilia Permono, dia berasal dari latar belakang keluarga kaya, mereka tidak segan-segan memanjakan semua tamu dengan wine dan minuman beralkohol lainnya! Bagi para pengantin baru, pestanya baru saja dimulai!Lampu disko dinyalakan sementara server hotel dengan leluasa menawarkan berbagai minuman. Di salah satu meja bundar, Samantha sedang menghabiskan koktail kebiruannya, seluruh tubuhnya sudah terasa mengantuk dan panas. Namun setelah dia meneguk seluruh gelasnya, saudara tirinya, Annie, memberinya gelas lagi. "Ini dia, Sam ... Minumlah lagi! Ini akhirnya momenmu. Kamu harus punya keberanian agar akhirnya bisa menyatu dengan Clayton. Pria malang itu sudah bertahun-tahun ingin memilikimu, maksudku sepenuhnya!"Saat Samantha menatap segelas minuman baru, Annie memanfaatkan kesempatan itu untuk mengagum
Lanjutan kilas balik enam tahun yang lalu. Setelah memasuki kamar, Samantha hampir terjatuh ke lantai saat mencoba menyeimbangkan dirinya. Dia bersandar di dinding dengan tangannya, membimbing jalan masuk ke dalam ruangan.Dia harus mengakui betapa mabuk dan mabuknya dia, semua berkat saudara tirinya, Annie. Selain mabuk, dia masih belum bisa melupakan rasa terbakar yang aneh di tubuhnya. Dia masih merasa bersemangat dan ... seluruh tubuhnya panas. Matanya menyipit ke ruangan gelap, nyaris tidak bisa melihat dengan jelas. Hanya lampu kamar mandi yang dinyalakan."Clayton? Ini aku," panggilnya dengan suaranya yang melemah. Dengan mata tertutup, dia dengan ceroboh berjalan ke tempat tidur. Merasakan panasnya tubuhnya, dia langsung melepaskan pakaiannya dan sambil bergumam, "Aku merasa kepanasan ... Aaaah ... Panas sekali ... Clay? Clay?"Bahkan jika pacarnya tidak responsif, berbaring di tempat tidur menghadap ke bawah, hal itu tidak menghentikan Samantha untuk telanjang bulat dan n
Saat mendengar nama Clayton Salim dan Annie, saudara tirinya, Samantha ragu untuk menghampiri ruangan mereka.Wajahnya memucat saat memikirkan akan bertemu dengan ibu serta saudara tirinya, apalagi ayahnya. Tapi, yang mendorongnya untuk tetap maju adalah manajer bagian makanan dan minuman yang meyakinkannya. Kalau kata beliau, “Ini akan jadi publikasi yang bagus bagi hotel, Koki Sam! Aku yakin bos akan menyukainya!”“Sepertinya kamu ragu, Koki Sam.” Dari pojokan dapur, terdengar Koki Maul yang tengah mengamati pergerakan Samantha. Dia tidak tahan untuk berkomentar saat mendengar keraguan di wajahnya.Samantha berdeham dan membalas, “Ah … Aku hanya tidak terbiasa berbicara di depan orang banyak, tapi sepertinya ini bagian dari pekerjaanku.”Dia lalu memaksakan senyumnya dan berkata, “Biarkan aku memberi arah tambahan pada para koki lalu aku akan ke sana.”“Akan kutemui kamu di ruang rapat dua karat, Koki Sam,” ujar si manajer sambil berjalan keluar dari dapur.Samantha tidak perlu waktu
Di dalam ruang rapat dua karat, seluruh tamu Clayton Salim serta Annie Wijaya tengah menikmati makanan di depan mereka. Dimulai dengan sepiring taco udang sebagai makanan pembuka, mereka sungguh takjub akan kombinasi menawan ini. Sebuah udang ditaruh di atasnya dengan dihias banyak guacamole di bawahnya dan taco itu berukuran kecil. Mereka merasa memakan tiga buah dari masing-masing piring mereka tidaklah cukup. Ketika salad disajikan, lebih banyak pujian lagi terdengar sebab mereka merasakan rasa baru dari hidangan sayuran itu. Di meja di mana pasangan tunangan itu terduduk, Annie Wijaya mengamatinya lalu berkata, “Aku tidak ingat salad ini akan digabung bersama semangka. Apakah aku salah?”Setelah menelan saladnya, Clayton menjawab, “Tidak. Bahkan sausnya terasa berbeda. Rasanya lebih creamy dan sedikit lebih manis. Sepertinya mereka memberi beberapa perubahan, tapi aku menyukainya.”“Ini bahkan kombinasi yang bagus pada makanan yang tadi,” ujar teman baik Keluarga Salim, ujar Be
Samantha baik-baik saja kalau Maul tidak membantunya di persiapan makan malam, tapi apa yang mengganggunya adalah dia memiliki pengikut di dapur, di antara para staf senior. Salah satu asisten koki bernama Deana, sepuluh koki pemegang bagian-bagian tertentu dan empat koki junior bergabung dengannya untuk mengetes kemampuan Samantha dalam mengelola dapur. Mereka berpendapat bahwa mereka yakin Maul-lah yang seharusnya jadi koki eksekutif dan bukan Samantha. Di dalam benak Samantha, dia berpikir, “Beraninya mereka! Mereka bahkan tidak takut bahwa aku istrinya Ethan.”“Yah, aku tidak begitu mengenalmu, tapi aku takut kehilangan pekerjaanku!” ujar salah satu koki bagian sayuran bernama Juli. “Aku akan membantumu.”“Aku juga membantumu! Aku memiliki dua anak!” ujar salah satu koki junior. “Sepertinya aku akan lembur,” ujar salah satu asisten koki bernama Anthony. Seharusnya dia tidak bekerja lagi sebab dia sudah bekerja sejak waktu sarapan, tapi karena keadaan, dia memutuskan untuk tingga
Di pagi Senin, Ethan menuruni tangga dengan mengernyitkan dahinya.Ketika dia melihat seorang pelayan yang membersihkan ruang tamu, dia bertanya, “Di mana istriku?”“Pak, Nyonya Waskito tengah memasak sarapan bagi anak-anak,” balas pelayan. Ethan segera bergegas ke dapur dengan masih mengernyitkan dahinya. Ketika dia melihat Samantha menyiapkan sarapan, dia mendekatinya dan mematikan kompor. “Ethan!” Saat Samantha berseru, Ethan membalikkannya agar dia menatapnya. Dia melingkari lengannya di sekitar pinggang kecilnya dan berkata, “Sam, aku bukan tipe pria yang menuntut.”Sembari menutup matanya, dia meletakkan dagunya di bahu Samantha sebelum menambahkan, “Aku ini sibuk, dan sekarang ini aku ingin bangun tidur dengan melihat wajahmu di setiap pagi.”Samantha tengah memegang spatula saat Ethan membalikkan tubuhnya. Tangannya masih terangkat dan badannya dipegangi secara erat oleh suaminya. Saat mendengar perkataan Ethan, pipinya memerah sambil mengerlingkan pandangannya akan reaksi
Setelah makan malam itu, Samantha mendapat undangan lagi dari Amanda. Kali ini, mereka berbicara di ruang perpustakaan. “Sam, aku sangat bahagia karena aku menyimpan seluruh kenanganku bersama Sarah selama bertahun-tahun ini,” terang Amanda. Dia tengah memegangi sebuah kotak kardus yang berisikan album dari foto-foto lama dan flash disk yang berisi kenangan dari Sarah Claudia Wijaya, ibunya Samantha. Amanda duduk di sebelah Samantha dan menjelaskan, “Ini ada beberapa foto serta video di flash disk. Ada beberapa acara lama di mana aku dan Sarah pergi ke sana bersama dan kebetulan sempat kurekam.”Dia meraih sebuah album foto dan membukanya. Seraya menunjuk pada foto pertama, dia berucap, “Ini saat tahun pertama kami berkuliah. Kami suka sekali memfoto area sekitar kampus, bahkan saat kami menghadiri pertandingan sepak bola. Kami selalu bersama! Rasanya seperti kami ini sepasang kembaran!”“Wah ... Dia cantik sekali dan begitu bersinar,” ujar Samantha saat melihat foto ibunya yang masi
Melihat dirinya di depan cermin meja riasnya, Samantha berbalik dan berkata, "Aku gugup."Dia menoleh ke Ethan dan bertanya, “Bagaimana penampilanku?”“Kamu terlihat seperti … istriku,” katanya sebelum menyeringai. "Pfft! Ethan, tolonglah," jawabnya sebelum mengamati gaun malamnya untuk malam itu. Samantha mengenakan gaun berdesain vintage dengan berenda dan bertali spageti berwarna hijau mint yang menjuntai hingga ke lutut. Bilah bahunya yang indah dan lehernya yang ramping terlihat jelas terpampang berkat desain lemari pakaiannya. Ethan dan Samantha, bersama Diana, ditambah anak-anak, akan berangkat ke rumah Keluarga Waskito, yang jaraknya hanya satu blok.Samantha kembali khawatir, karena dia akan bertemu Kakek dan Nenek Ethan untuk pertama kalinya. Sembari mngeluarkan kotak beludru dari sakunya, Ethan lalu mengalungkan kalung emas yang sederhana namun terlihat elegan di lehernya. Dia membungkuk dan mengecup sisi wajahnya dan berkata, "Kamu terlihat cantik dalam segala sisi. Ja
Tangan Samantha semakin menekan dada Ethan yang kokoh. Dengan pelan, dia tersentak saat dia melepaskan ikatan tali atasannya. Dia menutup matanya sambil menanggapi ciuman panasnya. Saat merasakan tangannya, perlahan turun dari leher ke dadanya, tubuhnya gemetar akan sensasi kenikmatan. Saat dia merasakan tangan pria itu merayap ke payudaranya yang telanjang, dia tersentak dan mendesah, "Astaga!"Dia tidak dapat membayangkan kepuasan yang baru saja dia rasakan. Tangannya terasa hangat di atasnya, dan dia membelainya dengan lembut, menggerakkan jari-jarinya di antaranya, sambil mencicipi mulutnya dengan penuh gairah. Samantha memperhatikan suaminya melepaskannya. Matanya tertutup sambil menatapnya hanya dengan hasrat. Ethan memberi Samantha ciuman lagi sebelum dia mengecup sudut mulutnya. Dia pindah ke rahangnya dan kemudian ke lehernya, mencium sambil dengan lembut menghisap kulitnya yang lembut dan manis."Aaahhh!" Desahan penuh gairah keluar dari mulut Samantha, bersamaan dengan
Bibir Samantha membulat, bersiul tanpa suara saat melihat Ethan keluar dari area lanai. Dia hanya mengenakan celana renang Calvin Klein dan memegang kemeja di tangannya. Matanya beralih ke sisi lain area kolam, berpikir, 'Sial. Apakah dia melakukan itu dengan sengaja?'Dia belum pernah melihat pria dengan pinggang sekecil itu seumur hidupnya. Itu sempurna untuk disentuh!Ethan bukanlah tipe pria berotot besar, tapi dia memiliki tubuh yang tegap. Dia membentuk perut yang cukup di perutnya untuk membuatnya tetap ramping dan tampak memukau. Dia memiliki cukup otot di bisep dan kakinya yang panjang. Sementara Samantha berusaha mengalihkan pandangannya, dia mencuri pandang satu atau dua kali sambil mendorong pelampung Kyla ke tengah kolam dewasa!"Bu! Aku takut!" Kyla berteriak dengan mata terpejam. "Jangan, ada pelampung di sekitarmu. Pegang erat-erat sayang," Samantha terkekeh sambil menyusul Kyla. "Aku datang!" Kenzo mengumumkan, menguatkan dirinya untuk melompat ke kolam. Dia mengen
Mengambil napas dalam-dalam, Samantha menguatkan dirinya, melihat bagaimana Ethan bergerak maju. Jelas sekali, mereka sedang berciuman panjang dan panas, seperti yang telah dia sinyalkan selama ini. Dia berbaring di tempat tidur besar, merasakan jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya. Samantha masih sangat kewalahan melihat dia berada dalam pelukan Ethan Waskito.Dia tampan, jelas seksi, dan pintar, dan dia adalah Ayah dari anak-anaknya. Pria yang sama ini sekarang adalah suaminya, dan dia menatap langsung ke matanya, dipenuhi dengan keinginan yang jelas, siap untuk memakannya. Tangannya yang besar namun lembut membelai pipinya dan menyapukan ibu jarinya ke bibir merah mudanya. Sentuhannya membuatnya gemetar, memberinya sensasi aneh yang familiar di perutnya. Selalu seperti ini pada Ethan. Dengan cara pria itu menyentuh atau menciumnya, dia sering kali mendapati dirinya berada dalam euforia yang tidak dapat dijelaskan, yang belum pernah dia alami sebelumnya. Matanya menja