“Ayah, kumohon. Aku benar-benar tidak tahu siapa ayahnya—Ahhh!” Sebuah tamparan mendarat di wajah Samantha yang berasal dari ayahnya tercinta. Pria yang begitu mencintainya dan memperlakukannya bak putri kerajaan, untuk kali pertama telah menyakitinya!“Wilson, berhentilah! Dia putrimu!” Merina, neneknya, menengahi mereka berdua dan memeluknya untuk melindunginya. Wilson Wijaya memanglah seorang Ayah, tapi dia juga seorang jendral TNI yang paling disegani. Dengan tangan kosong dan amarahnya, dia bisa saja menyakiti anaknya. “Wanita model apa kamu? Apakah Ayah tidak mendidikmu?!” Seru si jendral. Dia meraih dagu Samantha dan mengepalkan tangannya saat melihatnya menangis. “Aku sudah mengobrak-abrik seisi kamp militer. Tidak satupun—kuulangi lagi. Tidak ada satupun yang mengaku sebagai Ayah dari anakmu!”Dia baru saja akan menampar Samantha lagi ketika Merina memohon. “Hentikan! Kita sudah tidak bisa apa-apa lagi! Nasi sudah menjadi bubur!”“Ayah, maafkan aku! Ini salahku! Jika saja a
Seorang wanita berusia sekitar awal 20-an berdiri di balkon rumahnya sambil memandangi ke arah gemerlap lampu Natal.Wajah elegannya memaksakan sebuah senyum, sambil memandang ke arah hiruk pikuk Kota Malang. Mata cokelatnya berbinar, membayangkan betapa bahagianya dia jika dia bersama Ayah dan neneknya.Untuk sepersekian detik, dia teringat oleh bagaimana perlakuan ayahnya yang sama saja dengan membuangnya, bagaimana saudara tirinya mengambil perhatian ayahnya darinya, dan bagaimana orang yang sama mencuri hati dari pria yang dicintainya selama dua tahun lamanya.Samantha Wijaya melakukan satu kesalahan yang berakibat pada hancurnya hidupnya. Bahkan permohonan neneknya tidak cukup untuk membantunya tetap berada di Keluarga Wijaya.Rasa sakit oleh diseret keluar dari rumahnya sendiri kembali menderanya, membuat pipinya dibasahi oleh air mata.Dia menarik kembali kesedihannya dan mengusap air mata yang membasahi wajahnya. Hidungnya dikembang-kempiskan, dan akhirnya dia menghela nafas, “
Samantha menaruh piagam penghargaan di lemari kaca ruang tamunya. Samantha tersenyum pada penghargaan yang dia dapatkan. Kemarin, walikota memberinya penghargaan sebagai salah satu koki terbaik Kota Malang!Dia tersenyum dan lega akan pencapaiannya, melihat ke penghargaannya satu per satu. Tidak ada angin tidak ada hujan, dia berkata pada dirinya sendiri, “Ayah, suatu hari nanti Ayah akan sadar bagaimana aku sudah berhasil, dan Ayah akan bangga padaku.”Sudah hampir lima tahun berlalu sejak Samantha melahirkan Kenzo dan Kyla. Pada usia dua puluh enam tahun, Samantha masihlah seorang wanita yang menawan. Dia merawat badan dan wajahnya untuk tetap menarik. Dia sekarang bekerja sebagai kepala koki di restoran terkenal milik The Emerald, restoran di dalam sebuah hotel berbintang empat. Itulah di mana dia dikenal akan kemampuan memasaknya yang baik. Alih-alih menjadi bagian dari militer, selama ini mimpinya adalah menjadi seorang koki. Karena sekarang dia bebas dari kendali ayahnya, dia
“Ambil saja, Sam.” Samantha mendengar neneknya berujar seperti itu saat dia sedang meneleponnya. Tentu saja dia bilang pada neneknya mengenai kesempatan tersebut, jadi menelepon Merina Wijaya adalah hal pertama yang dilakukannya pertama kali pagi itu. Dari balkon apartemennya yang sederhana, Samantha memandangi bangunan-bangunan yang ada di depannya, dia merasakan jantungnya yang berdegup keras di balik rusuknya. Dia menelan ludahnya sendiri saat dia mempertanyakan dirinya sendiri, “Apakah aku siap untuk ini, Nenek?”“Kamu siap, Sam! Akhirnya Nenek bisa bertemu langsung denganmu!” Samantha mendengar isak tangis neneknya sebelum melanjutkan bicaranya, “Nenek sudah tua, Sam. Nenek sangat merindukan cucu Nenek! Aku sudah menantikan bertahun-tahun lamanya untuk bersama denganmu lagi.”“Ambil saja, Sam. Ambillah!” Seru Merina sekali lagi. “Tunjukkan pada ayahmu bahwa kamu sudah melanjutkan hidupmu dengan baik, bahkan tanpa bantuannya! Sam, sudah waktunya kembali.”“Baik, Nenek. Akan kulak
Dari dalam kamar hotelnya, John Ginting, asisten eksekutif dari Ethan Waskito, tengah membereskan barang-barangnya, bersiap untuk ke bandara. Karena dia sudah membuat Samantha Wijaya menandatangani kontraknya, pekerjaannya sudah usai. Dia harus kembali ke bosnya, di mana banyak sekali pekerjaan yang menantinya. Saat dia mau pergi, dia bermaksud untuk melaporkan jam kedatangannya pada bosnya. Dia menelepon Ethan Waskito. Di dering pertama, si CEO dari Perusahaan Berlian Waskito menjawab, “Apakah dia menandatanganinya?”Butuh beberapa saat bagi John untuk menyadari bahwa bosnya tengah menanyakan soal kontrak dengan Samantha Wijaya. “Oh, iya, bos. Dia menandatanganinya. Kami bertemu kemarin,” jawabnya sebelum memikirkan untuk memberitahunya kabar buruk.“Ada apa?” Tanya Ethan. Ketika John menyadarinya, dia menyerah dan memilih untuk memberitahukannya, “Oh, Pak Waskito, d-dia sudah punya anak. Dua anak lebih tepatnya.”Hening sejenak selama hampir semenit, sampai akhirnya John mendenga
Pukul 11:00 pagi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta“Kyla, apa yang kamu cari-cari?” Tanya Samantha pada putri kecilnya saat mereka berjalan ke arah area kedatangan. Seperti Samantha, Kyla mewarisi surai gelapnya, tetapi rambutnya panjang dan lurus. Wajahnya begitu cantik dengan mata cokelat gelap dan bibir yang merah muda. Sejak mereka sampai, Kyla tidak henti-hentinya menatap pada setiap pria yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Mendengar ibunya memanggilnya, dia berlari dan menggandeng tangannya lalu bertanya, “Ibu, apakah Ayah akan menjemput kita?”Samantha segera merasa kerongkongannya tercekat. Dia memandang ke arah tantenya dan sedang memegang Kenzo, dia melihat jelas Dian memutar bola matanya. Kenzo, putranya juga terlihat menunggu jawabannya. “A-Ayahmu sedang dalam perjalanan bisnis! Makanya tidak bisa menjemput.” Dia mengalihkan perhatiannya pada pintu dan berseru, “Oh lihat! Ada orang yang ingin kita temui! Nenek Merina!”Dengan mata yang berbinar, Kyla yang perta
“Kenzo, sudah jam berapa ini? Sudah jam sembilan malam. Sudah waktunya mematikan tablet barumu,” ujar Samantha segera sebelum dia memasuki kamar mandi. Dia berbagi kamar dengan anak-anaknya dan mereka sudah di ranjang. Merina yang memberikannya, tablet baru, boneka untuk Kyla dan tas pinggang untuk Kenzo. Kyla sudah siap tidur, tetapi Kenzo masih mengunduh aplikasi di tabletnya, itulah yang ibunya pikirkan. Mendengar ibunya memintanya untuk mematikan gawai itu, dia menghela nafas dan berkata, “Baik, Ibu. Bisakah aku menanyakan soal Ayah?”“Kuberi waktu tambahan sepuluh menit memainkan tabletnya,” ujar Samantha sebelum kabur ke kamar mandi. Melihat Ibu mereka menghindari topik ini lagi, Kenzo dan Kyla saling menatap satu sama lain. Kyla tertawa ketika Kenzo menggelengkan kepalanya.“Mungkin Ayah adalah mata-mata pemerintah!” Ujar Kyla. “Atau seseorang yang perlu merahasiakan anaknya,” sahut Kenzo. “Oh! Pria kaya yang harus melindungi kita dari penjahat!” Simpul Kyla. “Itulah kenapa
“Kamu siap?” Tanya Kenzo pada kembarannya.“Siap!” Jawab Kyla. Saat si kembar hendak memasuki kantor CEO tanpa izin, Samantha menjelaskan situasinya kepada John Ginting. Sebuah desisan keluar dari bibir John, dan dia berkata, "Anda lihat, Nona Wijaya ..."Suara anak-anak yang berusaha mendorong pintu terbuka menyadarkan John dan segera dia bangkit dari tempat duduknya, "Anak-anak! Tidak! Jangan lakukan itu!""Kenapa pintu ini berat sekali!" Keluh Kenzo saat dia mendorong dengan sekuat tenaga!"Urggghhh!" Dengus Kyla sambil membantu kembarannya, Sayangnya, sekeras apa pun mereka mendorong, pintu itu tidak mau bergerak. Samantha bergegas ke arah mereka dan berkata, "Anak-anak! Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian mencoba membuat Ibu mendapat masalah?!"Berjalan di belakangnya adalah John. Dia berkata, "Tidak apa-apa. Saat ini Pak Waskito sedang rapat, pintunya hanya bisa dibuka dari dalam." Dia menunjuk ke sistem keamanan di sampingnya dan berkata, "Lihat itu? Itu teknologi canggih
Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann
Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu
“Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya
"Pilih apa pun yang kamu suka, Sayang. Aku mau menelepon Ayah di luar toko dulu," kata Ethan saat mampir di Toko Chanel di salah satu pusat terbesar di Asia.Setelah sepuluh hari menghabiskan waktu romantis di Maladewa, dan bercinta setiap hari, pasangan ini memutuskan untuk terbang ke negara lain dan merasakan pengalaman berbelanja yang terbaik.Terkesima oleh semua pilihan tas, mata Samantha membelalak sebelum menjawab, "Oke, sayang. Jangan terlalu lama."Selama beberapa bulan terakhir, selalu ada agen belanja Ethan yang memilihkan pakaian dan tas untuknya. Ini adalah pertama kalinya dia memilih sendiri ... setelah sekian lama dan bahkan di depan matanya ini sekarang ada Chanel!Selama beberapa detik, dia berbalik ke arah Ethan yang berdiri di luar toko.Ethan mendapati dirinya berada di area terpencil di sisi butik, menerima telepon dari Daniel Waskito, dan terlihat sangat khawatir.Samantha cemberut, mengingat bagaimana Ethan mendapatkan panggilan serius selama tiga hari terakhir s
“Aw! Sam!” keluh Ethan saat merasakan kepalanya dipukul lagi. Dia berulangkali meraih area pahanya saat Samantha tengah memijat lengannya dari sisi lain ranjang. Dia mendengarnya menjawab, “Biarkan kuselesaikan dulu, Pak Waskito. Bersabarlah!”Dia menghela nafas kecewa sebelum mengembalikan wajahnya terjatuh pada ranjang spa. Dia berkata, “Kita bisa memijat satu sama lain secara bersamaan.”Samantha hanya mengacuhkannya. Dia mulai menekan lehernya sebelum meraih bahunya, saat itulah dia mendengar Ethan mendesah keenakan. “Ahh. Enak sekali! Ya, di situ, sayang.”“Sesekali kamu perlu memanjakan dirimu, Sayang,” ujar Samantha. Sebuah lenguhan keluar dari bibir Ethan sebelum dia memejamkan matanya, pertanda dia mulai menikmati perlakuan yang diterimanya dari istrinya. Dia menjawab, "Aku ingin dimanjakan oleh istriku." Ketika akhirnya tiba waktunya untuk memberikan pijatan pada punggung Ethan, Samantha menaiki punggungnya. Dengan hanya handuk yang menutupi buah zakar Ethan, dia duduk
Nafas Samantha memburu saat berenang ke tepi kolam pribadi mereka, lalu dia bangkit dari permukaan air. Dia menarik nafas berat sebelum bersandar di tepi kolam, menikmati pemandangan sore itu. Dia tersenyum, mendengar aliran air dari sungai kecil beberapa meter di bawah villa mereka.Meskipun ada suara cipratan di belakangnya, dia mengabaikan tanda-tanda kedatangan suaminya dan beristirahat dengan dagu bertumpu di lengannya. Ketika Ethan muncul di belakangnya dan langsung memeluk pinggangnya, dia berkata, “Di sini tenang dan damai sekali.”Samantha menerima ciuman di pipi dan lehernya, membuatnya terkekeh dengan godaan Ethan. Lalu dia mendengarnya berkata, “Iya, tempat yang sempurna untuk liburan.”Di hari kedua mereka di resort pegunungan itu, pasangan itu bangun siang dan sarapan menjelang pukul sebelas pagi di dalam villa mereka.“Aku sudah memesan pijat dan perawatan spa untuk kamu jam tiga. Setelah itu, kita akan makan malam,” ungkap Ethan sebelum berdiri tegak dan menyandarkan da
Uap panas hasil dari embun nafas Samantha menempel di kaca pembatas area shower, segera setelah merasakan Ethan meremas payudaranya. Wajahnya menempel pada kaca itu saat Ethan menjamah tubuhnya. Pasangan itu masih dipenuhi oleh busa sabun mandi, tapi tangan Ethan sudah ke mana-mana. “Ethan ... Ahh.” Desahan lembut keluar dari bibir Samantha segera setelah Ethan mulai mencumbui leher Samantha. “Kupikir kita akan melakukannya di ranjang?”Seringaian licik muncul di wajah Ethan. Dia kembali memainkan pantatnya dengan jemarinya sebelum berkata, “Bukan berarti kita tidak bisa memulainya dari sini.”Membalikkan istrinya menghadapnya, Ethan memegangi wajah anggun Samantha dan berkata, "Kamu sangat cantik dan kamu milikku." Samantha akhirnya tersenyum. Dia melingkarkan lengannya di lehernya dan meraih bibirnya. Mereka memulai dengan kecupan sederhana, perlahan-lahan mengeluarkan suara pukulan keras dari dalam area pancuran di kamar mandi mereka. Ethan langsung melumatkan lidahnya dan men
"Ibu, apa Ibu akan meninggalkan kita?" tanya Kyla dengan bibir mengerucut saat mereka berbaring di ranjang malam itu.Itu adalah malam pernikahan Samantha dan Ethan. Anak-anak ikut bergabung bersama mereka di kamar hotel, terutama karena mereka akan pergi dua minggu untuk bulan madu.Mendengar pertanyaan Kyla, Samantha mengerucutkan bibir dan menjawab, “Hanya dua minggu, sayang.”"Iya, Kyla, kita juga masih harus sekolah," ingat Kenzo. "Kita tidak bisa bolos.""Om Tjandra dan Nenek akan bersama kalian selama kami pergi. Lagipula, kamu ‘kan sibuk dengan kelas tambahan kamu," kata Ethan yang berbaring di sisi ranjang yang lain.Mendengar itu, Kyla merengut, lalu berkata, "Tapi aku juga mau ikut liburan.""Kita akan pergi setelah tahun ajaran selesai," janji Ethan. "Mau pergi ke mana?""Beneran, Ayah?" Kyla bangkit dari kasur dengan mata berbinar. "Aku mau pergi ke pantai!""Baiklah, kita akan pergi ke pantai saat liburan sekolah kamu. Sekarang, biarkan Ibu dan Ayah punya waktu berdua, ya
~"I have often dreamed of a far off place(Aku selalu memimpikan suatu tempat nun jauh di sana)Where a hero's welcome would be waiting for me(Di mana seorang pahlawan akan menungguku)Where the crowds would cheer, when they see my face(Di mana kerumunan akan menyorakiku saat melihatku)And a voice keeps saying this is where I'm meant to be"~ (Dan sebuah suara terus menggaungkan bahwa di sinilah seharusnya aku tinggal)Di bawah lampu sorot, terlihatlah seorang pria dengan seragam tentaranya memegang tangan dan pinggang putrinya. Si Jendral Wilson dengan bangganya berdansa dengan Samantha, mereka berdansa perlahan mengikuti alunan lagu Disney berjudul ‘I Can Go The Distance’Sementara Samantha memandang ayahnya dengan senyuman, dia menaruh tangannya di pundaknya lalu dia mendengar Wilson berkata, “Kamu terlihat begitu bahagia, Sam. Tidak pernah Ayah melihatmu sebahagia ini seumur hidupmu.”Mata Samantha berbinar. Senyumnya melebar sebelum dia mengaku, “Aku bahagia, Ayah, tapi walaup