Asisten Ethan yang lain, Yoel, mengantar pasangan Koesnadi itu keluar dari ruang rapat dan ke lobi bangunan.Namun, CEO perusahaan yang hebat itu, ditinggalkan dengan dua anak kecil, yang mengklaim dia sebagai ‘Ayah’ mereka.Meskipun menjadikannya seorang Ayah secara tiba-tiba, dia harus berterima kasih kepada anak-anak tersebut atas perpisahan yang menyenangkan antara dia dan pasangan Koesnadi. Jadi dia menoleh ke arah gadis kecil yang masih berada di pelukannya dan berkata, “Terima kasih atas bantuannya. Untuk itu, kamu boleh meminta apa pun yang kamu inginkan.”Kyla dengan tangan kecilnya memeluk Ethan dan berkata, "Sama-sama, Ayah!" Dia meletakkan jari di dagunya sebelum bertanya, "Aku ingin donat isi krim!"“Ayah, aku beri tanda centang pada daftar di sini. Ini adalah ciri-ciri Ayah kami. Semua itu, ada di diri Ayah. Oleh karena itu, kami simpulkan, kamu adalah Ayah kami," ujar Kenzo tiba-tiba sambil menunjukkan tabletnya kepada Ethan. Rasa penasaran menghampirinya sehingga Ethan
“S-Saya rasa itu akan baik-baik saja." Dia tidak dapat menahan alisnya yang menyatu sebelum Samantha menjelaskan, “Maksud saya, hanya satu kali makan malam, ‘kan?”“Ya, hanya satu kali makan malam. Kenapa? Apakah kamu mengharapkan makan malam lagi?" Ethan bertanya sambil mengangkat dagunya ke arah Samantha. Dengan bibir ternganga, dia berpikir, ‘Bagaimana mungkin kata-kataku ditafsirkan seperti itu?’"Um. Tidak! Tentu saja tidak," kata Samantha dengan canggung. "Satu makan malam.""Bagus. Kalau begitu aku akan suruh sopirku mengantarmu dan anak-anak ke hotel," ujar Ethan. "Oh, tidak usah, tidak perlu," kata Samantha sambil mengangkat telapak tangannya mendengar tawarannya. "Harus. Kamu sekarang adalah istri rahasiaku," jawab Ethan. “Sejauh yang kami tahu, Bapak dan Ibu Koesnadi masih menunggu di luar, mengamati gedung itu.”Setelah menelepon asistennya dan memberikan instruksi, Ethan berkata, "Aku akan meminta John menghubungimu lagi ketika kita akan merencanakan makan malamnya.""B
“Pak Waskito, saya minta maaf, tetapi catatan Nona Wijaya tersegel!” Seru Aiden, si peretas yang dipekerjakan Ethan untuk menyelidiki Samantha."Apa maksudmu tersegel?" Tanya Ethan sambil mendekatkan telepon ke telinganya. Dia sedang bersandar di kursinya, benar-benar kecewa dengan laporan yang diberikan oleh Aiden. "Oh, saya punya rincian dasarnya dan itu seperti apa yang Anda pikirkan. Dia adalah putri Jenderal Wilson Wijaya," Aiden melaporkan. "Saya menemukan surat nikah antara Ibu Nona Wijaya, Sarah Claudia, dan milik Wilson Wijaya.""Dan tidak ada Wilson Wijaya lain yang tinggal di kota itu atau kota-kota tetangganya," tambah Aiden. "Mungkin saja sang jenderal ...""Jangan bilang mungkin, Aiden!" Ethan membalas, meninggikan suaranya. "Aku tidak ingin ketidakpastian!"“Masalahnya Pak, sebagian besar catatannya ditutupi dari dalam militer itu sendiri. Jadi, saya hanya bisa menyimpulkan Nona Wijaya ada hubungannya dengan militer. Lagipula, saya melihat beberapa foto lama dari bebera
"John, ayo kita menemui Nona Wijaya," ajak Ethan Waskito kepada asistennya. Dia keluar dari kantor CEO tanpa pemberitahuan, menyuruh John bersiap-siap untuk pergi. Hal itu mengakibatkan John Ginting panik. John memeriksa waktu dan berkata kembali, "Pak, ini masih jam empat empat puluh sore. Saya pikir Anda akan menemuinya jam enam?"Dengan mata menyipit ke arah asistennya, Ethan menjawab, "Kita tidak boleh membiarkan lalu lintas untuk memperlambat kita ... bukan? Aku tidak pernah terlambat untuk memenuhi janjiku.""Baik! Benar! Saya akan panggil supirnya, Pak," ucap John sambil panik mengambil barang-barangnya. “Apakah Edgar sudah mendapatkan apa yang diminta Kenzo?” Tanya Ethan sambil berjalan menuju lift. "Iya, Pak. Seharusnya dia membawanya ke dalam mobil," John meyakinkan. Hanya dalam hitungan menit, mereka berjalan ke lobi gedung dan keluar ke tempat mobil Maybach hitam milik Ethan sudah menunggu. Seperti biasa, Ethan tetap berada di belakang, dengan John duduk di sebelah pen
Sesampainya di Hotel First Diamond, Samantha buru-buru menjauhkan diri dari Ethan Waskito sesaat setelah melangkah ke lobi. Dalam pikirannya, gadis berkaus berjalan dengan seorang pria jangkung dan tampan dalam setelan jas yang dibuat secara khusus, sungguh perpaduan yang tidak cocok. Dia berkata kepada Ethan, "Maaf, Pak Waskito, apakah Anda keberatan jika saya berganti pakaian terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Anda?"Dia menelan salivanya sendiri tepat setelah mengungkapkan kata-katanya, takut dengan apa yang mungkin dipikirkan pria itu. “Mengapa Anda menjauh dari saya, Nona Wijaya? Kita jelas keluar dari mobil yang sama dan masuk bersama. Mengapa Anda berdiri sejauh dua meter dari saya?” Selidik Ethan setelah melihat Samantha berjalan di depannya. Dia menoleh ke arah John dan bertanya, “Apakah ada yang salah dengan wajahku, John? Nona Wijaya sepertinya malu padaku.”Sementara John Ginting menoleh ke Samantha dengan mata melotot, Samantha beralasan, "Oh, tidak! Bukan itu!"Sa
"Wow! ini keren sekali, Kenzo! Bolehkah aku menonton video barbie dari sini?" Kyla bertanya pada Kenzo."Tentu, Kyla!" jawab Kenzo. "Biar kubantu."Saat anak-anak sedang menjelajahi laptop baru Kenzo dari seberang sofa, Ethan dan John duduk di seberang mereka, mengamati keduanya.“Kenzo adalah anak yang cerdas,” komentar John. "Dia suka gawai seperti bos. Sama seperti Anda.""Hmmmm," ucap Ethan sambil terus mengamati kedua anak kecil itu. Sejak mereka tiba di unit apartemen yang diperuntukkan bagi Samantha, mata Ethan sudah menjelajahi seluruh ruang ruang tamu. Selain dua boneka yang ada di area duduk, Ethan cukup merasa senang dengan segala sesuatunya yang tertata rapi. Lantainya sangat bersih untuk rumah dengan dua anak. Meski baru pindah ke kota selama tiga hari, Ethan merasa Samantha dan tantenya bisa beradaptasi di tempat itu. Dia tidak pernah suka berlama-lama di ruangan yang kacau. Jadi, rumah Samantha sudah lolos penilaian dari Ethan. "Ini, Pak Waskito. Segelas air," ujar
“Nona Wijaya, enam tahun lalu, apakah kamu pernah menginap semalam di Hotel Golden Eagle?”Pertanyaan yang diajukan Ethan Waskito membuat segalanya jadi hening. Samantha tidak dapat memahami mengapa pertanyaan ini keluar dari mulut Ethan Waskito!'Hotel Golden Eagle. Hotel Golden Eagle,' ulang Samantha dalam benaknya. Itu adalah tempat di mana semuanya dimulai. Itu adalah hotel yang sama tempat dia melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Setelah mendengar Ethan bertanya lagi, dia menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Kenapa?"Suaranya nyaris tak terdengar hingga ia harus berdeham dan bertanya lagi, "Ada apa dengan ... Hotel Golden Eagle?"Dalam benaknya, dia bertanya, 'Kenapa harus sekitar enam tahun yang lalu?'Tampaknya makanan itu tiba tepat waktu, membantu beban Samantha.Pelayan datang dengan menu pembuka sebelum Ethan bisa menjawab pertanyaannya. "Pak Waskito, salad tomat dan mozzarella, dihiasi dengan daun kemangi dan lada hitam sesuai selera Anda," kata penyaji pria.
“Di mana dia?" Ethan Waskito bertanya kepada pegawai hotel. "Bisakah kamu keluar dan memeriksanya?""Tentu, Pak Waskito. Beri saya waktu sebentar." Petugas makanan hendak mencari Samantha Wijaya ketika pintu ruang rapat satu karat terbuka dengan kuat. Ethan melihat bagaimana Samantha tiba-tiba menutup pintu di belakangnya dan menjatuhkan diri ke lantai tanpa daya. Tanpa aba-aba, Samantha melolong tanpa henti, dan air mata terus menerus membanjiri wajahnya. Hal pertama yang Ethan rasakan adalah tusukan di dadanya. Tangannya dengan mudah gemetar karena marah sebelum mengepalkannya. 'Siapa yang berani menyakitinya?!' Pikirnya dalam hati. Dia segera bergegas ke sisinya dan mencoba mencari tahu penyebab penderitaannya. Berlutut di depannya, dia bertanya, "Nona Wijaya, apa yang terjadi? Nona Wijaya?"Ketika Samantha tidak menjawab, dia meraih bahunya dan memanggil namanya, “Samantha! “Siapa?! Siapa yang melakukan ini padamu? Ayolah, beri tahu aku!"Ethan tidak bisa lagi menyembunyikan
“Sayang, ayo makan! Aku lapar.” Samantha menoleh ke belakangnya dan melihat suaminya yang tengah menghampirinya di dapur. Ethan dan Samantha sudah menyuruh seluruh pelayan dan staf di rumah untuk libur selama seminggu, kecuali satpam mereka yang masih menjaga pintu depan. Selama dua hari terakhir, mereka memesan makanan atau terkadang memasak sendiri. Setelah berhubungan badan beberapa kali kemarin, Samantha merasa lapar pada pukul tiga pagi. Dia tidak tega untuk membangunkan suaminya, jadi dia membiarkannya tertidur selama dia bangun. Meskipun dia kesulitan berjalan, dia berhasil berjalan ke dapur untuk membuat sarapan di pagi buta. Ethan lega akhirnya menemukan istrinya, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya. Dia mencium pipinya dan berkata, “Ingatkah saat kubilang jangan meninggalkanku sendirian di kasur?”Samantha dicium sekali lagi dan tertawa kecil saat menoleh ke suaminya. Dia melingkarkan tangannya ke lehernya dan mencium bibir kecil Ethan. Dia berkata, “Kamu terlihat
Sekarang saatnya bagi Ethan untuk memuaskan istrinya. Samantha sedang menelungkup di kasur dengan sepenuhnya telanjang dan dia tengah menikmati pijatan lembut dari suaminya. Ethan meremas bahunya dan bertanya, “Bagaimana kalau di sini?”“Oh, iya, di situ. Rasanya enak,” ujar Samantha. “Mmmm.”Mereka sama-sama telanjang dan kaki terbuka lebar, Ethan duduk di belakang istrinya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menurunkan tangannya ke punggungnya. Saat dia meminyaki tubuhnya, dia tidak ketinggalan meraih payudara. Dia meremasnya dengan baik sebelum melanjutkan pijatannya. Tindakannya membuat Samantha terkekeh. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan denganmu, Ethan." Sembari mendesis melihat sosok istrinya yang luar biasa, dia meremas dagingnya yang bulat dan berkata, "Aku tidak bisa menahannya. Istriku sangat seksi dan aku sangat beruntung bisa bercinta dengannya siang dan malam." Kejantanan Ethan sudah naik dan berulang kali mempermainkan pantat istrinya, sem
Dua hari berlalu.“Pak Waskito, apakah kamu pernah dengar tentang wanita yang katanya sembuh dari penyakit mereka saat hamil?” tanya Dr. Shannon Susanto lewat telepon, setelah berbicara dengan Ethan.Ethan mengerutkan dahi. Dia menoleh ke arah istrinya yang tertidur di ranjang rumah sakit di malam hari sebelum menjawab, “Aku pernah dengar soal itu, seingatku, iya.”“Penyakit Crohn, rematik, autoimun, ini hanya beberapa penyakit yang katanya sembuh setelah wanita-wanita ini hamil!” Shannon menghela napas sebelum melanjutkan, “Tadi malam, kami akhirnya bertemu korban ketiga yang bertahan dari penyakit Kannareth dan sama seperti dua lainnya, dia juga hamil. Lalu! Tiba-tiba, gejala-gejala penyakit Kannareth itu tidak pernah muncul lagi!”“Kamu bilang ... kehamilan adalah obatnya?” Ethan bertanya ragu sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Yah, secara teknis, belum ada obatnya, tapi kehamilan itu sendiri, perubahan di tubuh wanita, peningkatan hormon, perubahan enzim tubuh, semuanya mung
“Aku akan memberikan segalanya, sahamku di perusahaan, kekayaanku! Berikan saja aku obatnya!" pinta Ethan sambil menghentakkan tangannya ke meja.Steven hanya tertawa di hadapannya, wajahnya bengkak dan lebam. Dia mendengus dan mencondongkan tubuh ke depan, berkata, "Ethan. Bukankah aku sudah memberi syaratku?""Kami tidak akan mengajukan tuntutan terhadapmu seperti yang kamu minta!" Ethan membalas dengan matanya menyipit.Namun, Steven malah tertawa lebih keras, begitu keras hingga dia nyaris tersedak. Setelah membersihkan tenggorokannya, Steven mengingatkan, "Permintaanku tetap tidak berubah, Ethan. Syarat terakhirku adalah tidur dengan istrimu, dan aku akan pastikan aku membuatnya hamil!""Sialan kamu, Steven!" Sekali lagi, Ethan melayangkan pukulan ke Steven.Ethan meraih kerah bajunya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah menyentuh istriku! Itu tidak akan pernah terjadi!""Kalau kamu tidak akan memberikan obatnya, maka aku akan menginvestasikan semua uangku ke Farmasi U! Itu tidak
Hanya dalam tiga hari, Ethan dan Wilson berhasil mengumpulkan bukti yang cukup untuk memberatkan Galuh dan Steven atas percobaan penculikan Samantha.Hacker Ethan, Aiden, juga berhasil menemukan komunikasi antara ayah dan anak itu, yang mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam rencana tersebut. Meskipun Aiden belum menemukan informasi tentang obat penawar, mereka setidaknya punya cukup bukti untuk menahan keduanya.Dengan pengaruh Wilson, mereka ditempatkan di penjara militer untuk diinterogasi dan akan tetap di sana sampai jenderal merasa puas dengan jawaban yang mereka berikan.Di situlah Steven mengungkapkan rahasia obat penawar kepada Ethan.Duduk di depan meja, Steven tersenyum mengejek meskipun dia dikurung. Ada beberapa memar di wajahnya, tapi dia tetap percaya diri.Di depan Ethan, dia berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan apa obat penawarnya, Ethan. Jadi semua ini?” Steven mengangkat bahu, melirik ke arah para penjaga militer di sekitarnya. “Semua ini sia-sia.”Dia menunju
“Pak Waskito, senang bertemu denganmu.” Seorang wanita berusia akhir dua puluhan menjulurkan tangannya kepada Ethan setelah tiba di fasilitas penelitian Farmasi U. "Aku Dr. Shannon Susanto, kita sudah berbicara lewat telepon.""Terima kasih sudah meluangkan waktu bertemu denganku secepat ini," kata Ethan sambil menjabat tangannya.Di dalam kantor Shannon, Ethan berbicara dengan ditemani seorang tentara yang mengikutinya.Duduk di depan Shannon, Ethan langsung berkata, "Dr. Susanto, aku tidak ingin membuang waktu kita. Belum lama ini, sekelompok pria mencoba menculik istriku. Mereka gagal, tapi mereka menyuntiknya dengan penyakit Kannareth.""Ya ampun!" Wanita itu terkejut. Wajahnya menunjukkan campuran rasa jijik dan takut. "Siapa yang tega melakukan itu?""Itu yang coba aku cari tahu, tapi aku punya kecurigaan," jawab Ethan. Dia menarik nafas dalam dan mendekat ke meja, "Dr. Susanto, aku menempuh perjalanan dua jam dengan jet pribadi untuk menemuimu agar aku bisa mendapatkan jawaban u
Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann
Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu
“Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya