Share

Bab 6

Penulis: LiLhyz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-19 14:56:44
Pukul 11:00 pagi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta

“Kyla, apa yang kamu cari-cari?” Tanya Samantha pada putri kecilnya saat mereka berjalan ke arah area kedatangan.

Seperti Samantha, Kyla mewarisi surai gelapnya, tetapi rambutnya panjang dan lurus. Wajahnya begitu cantik dengan mata cokelat gelap dan bibir yang merah muda.

Sejak mereka sampai, Kyla tidak henti-hentinya menatap pada setiap pria yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Mendengar ibunya memanggilnya, dia berlari dan menggandeng tangannya lalu bertanya, “Ibu, apakah Ayah akan menjemput kita?”

Samantha segera merasa kerongkongannya tercekat. Dia memandang ke arah tantenya dan sedang memegang Kenzo, dia melihat jelas Dian memutar bola matanya.

Kenzo, putranya juga terlihat menunggu jawabannya.

“A-Ayahmu sedang dalam perjalanan bisnis! Makanya tidak bisa menjemput.” Dia mengalihkan perhatiannya pada pintu dan berseru, “Oh lihat! Ada orang yang ingin kita temui! Nenek Merina!”

Dengan mata yang berbinar, Kyla yang pertama berlari keluar dan membuat Samantha harus mengikuti langkah cepatnya!

“Nenek! Nenek!” Seru Kyla. Wajahnya bersinar akan kegembiraan saat dia melompat pada pelukan neneknya.

Merina tengah didorong oleh perawatnya di kursi roda. Dia sudah memasuki usia 80-an, dan sudah tidak bisa berjalan lama, tetapi dia tergolong sehat untuk seusianya.

Nenek Samantha segera menangis saat memeluk Kyla. Dia memandang Samantha dan meraih tangannya. Dia berujar, “Sam, N-Nenek sangat merindukanmu!”

Ini adalah pertemuan yang membahagiakan, tetapi tidak bisa dipungkiri mereka harus meneteskan air mata saat pertemuan ini. Hampir enam tahun lamanya sejak mereka terakhir melihat satu sama lain. Samantha dan Merina, bersama Kyla, saling memeluk satu sama lain di tengah keramaian area kedatangan bandara.

Setelah hampir semenit saling mencium dan memeluk, Merina menatap Kenzo dan berkata, “Sinilah, tuan muda! Peluk Nenek.”

“Halo, Nenek Merina. Senang bertemu denganmu,” ujar Kenzo sebelum ikut berpelukan.

Merina menangkupkan tangannya di wajah anak-anak dan berkata, “Cantik! Seperti ibumu!”

Dia ganti menatap Kenzo dan berkata, “Pria kecil yang tampan.”

“Seperti Ayah?” Tanya Kyla dengan antusias sambil mengalihkan perhatiannya pada saudara kembarnya.

Kyla dan Kenzo adalah kembar tidak identik. Wajah mereka berbeda dan sifat mereka juga berbeda.

Kyla lebih riang dan gampang bergaul, sedangkan Kenzo anak yang diam. Dia memiliki obsesi terhadap segala yang teratur dan sangat tertarik pada teknologi.

Keduanya sangatlah cerdas, Samantha memang tidak bodoh, tetapi dia juga bertanya-tanya dari mana anak-anaknya mendapat intuisi sedemikian rupa.

Mendengar pertanyaan Kyla, Merina tertawa. Dia juga tahu bahwa Samantha berbohong pada anak-anaknya soal Ayah mereka. Dia menjawab, “Mungkin!”

Sambil mencubit pipi Kyla, Merina berkata, “Nenek ada hadiah untuk kalian!”

Mereka memiliki kesepakatan untuk mengalihkan perhatian anak-anak akan topik mengenai ayahnya, bahkan Diana, tante Samantha, turut menyetujuinya!

“Mana? Di mana hadiahku, Nenek?” Tanya Kyla sambil dengan antusias melihat ke sekitar.

“Di dalam mobil, tapi akan kita buka di rumah baru kalian,” ujar Merina sebelum tertawa kecil.

Untuk menghindari Ayah Samantha mengetahui kedatangannya, Merina harus merekrut supir dan menyewa mobil untuk menjemput mereka. Perawat Merina, Stella, selalu ada di pihaknya dan tidak akan memberitahu siapa pun.

Mereka lalu bergegas menuju Hotel First Diamond, di mana lantai teratasnya diperuntukkan untuk apartemen, lebih tepatnya sebuah griya tawang, beberapa untuk disewakan dan beberapa lagi untuk dijual. Salah satunya adalah rumah baru Samantha.

Karyawan hotel dan porter menyambut mereka begitu mereka sampai di lantai empat puluh dan mengantarnya menuju unitnya. Unit yang akan ditempatinya seluas seratus meter persegi dan cukup untuknya, tantenya, dan anak kembarnya.

Saat memasuki griya tawang yang sudah diisi oleh furnitur, kedua anaknya dibuat takjub.

“Wow! Apakah ini rumah baru kita, Ibu? Ini cantik sekali!” Seru Kyla sambil menangkupkan tangannya di wajahnya.

Lain lagi dengan Kenzo yang menganggukkan kepalanya dan mengamati ruang tamu. Dia berujar, “Mengkilat dan baru. Sempurna.”

Merina mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan Kenzo. Dia menatap cucunya dan berkata, “Itu pertanda. Dia pastilah mirip ayahnya, Sam.”

“A-Aku tidak tahu, Nenek,” jawab Samantha dengan canggung dan memelankan suaranya.

“Chef Samantha, anggap saja seperti rumah Anda sendiri dan Pak Ginting akan menemui Anda besok untuk mendiskusikan soal pembukaan perdana hotel ini yang akan diadakan segera,” ujar seorang karyawan hotel yang memperkenalkan dirinya sebagai Cindy.

“Terima kasih, Cindy karena sudah membantu kami. Anda sungguh membantu,” ujar Samantha dengan senyuman.

“Tentu saja, Chef Samantha. Lalu, ngomong-ngomong, saya tidak tahan untuk mengatakan ini. Anda sangatlah menawan! Kalau Anda menjadi koki eksekutif kami, karyawan dapur tentu tidak akan pernah bolos!” Seru Cindy.

“Ibuku cantik, maka dari itu aku cantik juga!” Sela Kyla.

Semua orang di ruang tamu yang mendengarnya jadi tertawa. Merina sangat terpukau oleh kepercayaan diri Kyla, dia turut melepas tawa kecil.

“Benar!” Sahut Cindy dengan senyuman lebarnya. Dia mengimbuhkan, “Itulah kenapa kamu sangatlah menggemaskan!”

Cindy lalu menatap Kenzo dan berkata, “Kembaran laki-lakimu juga tampan!” Untuk beberapa detik dia menatap lekat Kenzo dan berkata, “Dia terlihat mirip dengan bos! Haha, mungkin saja.”

“Bosmu mirip dengan kembaranku?” Tanya Kyla dengan mata yang berbinar. Dia menatap Kenzo dan seolah mereka sepakat akan sesuatu.

“Mungkin saja. Aku hanya pernah melihatnya sekali dari kejauhan. Tidak banyak fotonya di internet juga. Dia melarang media untuk memotretnya! Dia seperti CEO rahasia dari Perusahaan Berlian Waskito,” jelas Cindy.

“Oh, saya harus pergi. Senang bertemu dengan Anda, Chef!” Ujar Cindy sebelum akhirnya mengucapkan selamat tinggal.

“Oke anak-anak, saatnya membuka hadiah kalian!” Seru Merina dengan riang setelah melihat Cindy pergi.

Ketika Kenzo dan Kyla dengan antusias membuka hadiah mereka, Samantha mengambil kesempatan untuk pergi ke balkon unitnya. Dia mau memastikan kunci, apalagi dia memiliki anak kecil.

Dia puas akan standar keselamatannya dan saat itulah ketika dia menggeser jendela untuk melihat pemandangan kota yang pernah ditinggalinya.

Kota Bekasi tentu sudah berubah selama enam tahun. Perubahannya sungguh membuatnya tidak siap.

Di sisi kiri dia melihat dari kejauhan ada mall tua di mana ayahnya sering mengajaknya ke sana. Dia memandangnya sejenak sebelum perlahan menoleh ke sisi kanan.

Sebuah bangunan tinggi menghalangi pandangannya, tetapi dia seolah bisa melihat isi bangunan itu dan membayangkan kamp militer yang mengelilingi kota dari utara.

Samantha menghela nafas dalam, mengetahui bahwa di suatu tempat di arah itu adalah mansion ayahnya. Rumah yang sama tempatnya berbahagia sampai ayahnya menikah lagi.

“Halo Bekasi, aku kembali,” ucapnya dengan helaan nafas panjang.

“Sam.” Merina mendekatinya, berjalan mendekat dengan dibantu tongkatnya.

“Nenek, pakailah kursi rodamu,” ujar Samantha.

“Tidak apa-apa. Nenek masih bisa berjalan, asal bukan jarak jauh,” sahut Merina sebelum memaksakan senyuman. “Sam, aku ingin memberitahumu sesuatu.”

“Apa itu, Nenek?” Tanya Samantha sambil membantunya berjalan di balkon.

“Saudara tirimu, Annie. Dia dan Clayton bertunangan,” jelas Merina.

Samantha hanya menganggukkan kepalanya dan menjawab, “Baguslah, Nenek. Mereka cocok satu sama lain.” Dengan senyuman dia mengimbuhkan, “Aku tidak memikirkan itu lagi sekarang.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ummu Ssalam
aku suka jalan ceritanya...sedikitnya aku bisa menebak siapa ayah biologis Kyla dan Kenzo...hehehe...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 7

    “Kenzo, sudah jam berapa ini? Sudah jam sembilan malam. Sudah waktunya mematikan tablet barumu,” ujar Samantha segera sebelum dia memasuki kamar mandi. Dia berbagi kamar dengan anak-anaknya dan mereka sudah di ranjang. Merina yang memberikannya, tablet baru, boneka untuk Kyla dan tas pinggang untuk Kenzo. Kyla sudah siap tidur, tetapi Kenzo masih mengunduh aplikasi di tabletnya, itulah yang ibunya pikirkan. Mendengar ibunya memintanya untuk mematikan gawai itu, dia menghela nafas dan berkata, “Baik, Ibu. Bisakah aku menanyakan soal Ayah?”“Kuberi waktu tambahan sepuluh menit memainkan tabletnya,” ujar Samantha sebelum kabur ke kamar mandi. Melihat Ibu mereka menghindari topik ini lagi, Kenzo dan Kyla saling menatap satu sama lain. Kyla tertawa ketika Kenzo menggelengkan kepalanya.“Mungkin Ayah adalah mata-mata pemerintah!” Ujar Kyla. “Atau seseorang yang perlu merahasiakan anaknya,” sahut Kenzo. “Oh! Pria kaya yang harus melindungi kita dari penjahat!” Simpul Kyla. “Itulah kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 8

    “Kamu siap?” Tanya Kenzo pada kembarannya.“Siap!” Jawab Kyla. Saat si kembar hendak memasuki kantor CEO tanpa izin, Samantha menjelaskan situasinya kepada John Ginting. Sebuah desisan keluar dari bibir John, dan dia berkata, "Anda lihat, Nona Wijaya ..."Suara anak-anak yang berusaha mendorong pintu terbuka menyadarkan John dan segera dia bangkit dari tempat duduknya, "Anak-anak! Tidak! Jangan lakukan itu!""Kenapa pintu ini berat sekali!" Keluh Kenzo saat dia mendorong dengan sekuat tenaga!"Urggghhh!" Dengus Kyla sambil membantu kembarannya, Sayangnya, sekeras apa pun mereka mendorong, pintu itu tidak mau bergerak. Samantha bergegas ke arah mereka dan berkata, "Anak-anak! Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian mencoba membuat Ibu mendapat masalah?!"Berjalan di belakangnya adalah John. Dia berkata, "Tidak apa-apa. Saat ini Pak Waskito sedang rapat, pintunya hanya bisa dibuka dari dalam." Dia menunjuk ke sistem keamanan di sampingnya dan berkata, "Lihat itu? Itu teknologi canggih

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 9

    “Apakah saya bisa mempertahankan pekerjaan saya, Pak Waskito?"Ethan Waskito merasa dirinya akan kehilangan kesabarannya. Dia bersandar di kursinya dan melonggarkan dasinya sambil terus menatap asistennya.Setelah menghela nafas berat, dia dengan sinis berkata, "Aku bertanya padamu, John, dan kenapa kamu tanya balik? Jawab aku!""Maaf, Pak. Ya. Samantha Wijaya datang, membutuhkan bantuan untuk kebutuhan sekolah anaknya. Um ... Dia tidak punya cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran sekolah." John menjelaskan bagaimana Samantha bermaksud hanya menggunakan surat keterangan kerja untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya sebelum dia menjelaskan, "Saya malah meminjamkan uang padanya."“Sekolah di mana?” tanya Etan. “Pak, kebetulan Sekolah Anak Panah,” lapor John."Hmmmm," ucap Ethan sebelum menopang dagu dengan tangannya."Bagaimanapun, Pak Waskito. Saat itulah saya memperhatikan bagaimana putranya tampak seperti versi muda dari Anda." John mengamati struktur wajah Ethan, matanya, dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 10

    “Saya mau mendaftarkan anak-anak saya,” ucap Samantha di kantor pendaftaran Sekolah Anak Panah. Dia mengulurkan cek itu sebagai pembayaran, bersamaan dengan formulir pendaftaran anak kembarnya ditambah hasil evaluasi online yang sudah diambil anak-anaknya jauh sebelum mereka pindah ke Kota Bekasi. Akademi menawarkan diskusi dan penilaian online, yang difasilitasi secara langsung oleh salah satu gurunya sebagai pilihan bagi siswa yang mendaftar dari kota lain. Inilah alasan utama Samantha memilih Sekolah Anak Panah.Dia memperhatikan bagaimana wanita yang bertanggung jawab terkejut dengan kertas di tangannya, dan wanita yang sama berdiri untuk menelepon beberapa meter dari konter tempat Samantha menunggu dengan sabar. Ketika wanita itu kembali, Samantha diberitahu, "Nona Wijaya, Anda dapat mengantar anak-anak itu ke gurunya. Mereka berdua ditempatkan di Kelas K1-Kebaikan. Seorang asisten guru akan segera bersama Anda untuk menemani Anda."“Saat Anda kembali, kepala sekolah ingin berbi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 11

    Di kantor CEO Perusahaan Berlian Waskito, Ethan Waskito terus mengetukkan jemarinya di mejanya, tidak bisa lanjut bekerja karena memikirkan hasil tes. Ethan memeriksa arlojinya dan menyimpulkan mungkin perlu setengah jam lagi untuk menyelesaikan tes tersebut. Namun yang mengejutkan, dia menerima telepon yang telah dia tunggu-tunggu, setengah jam lebih awal. Dia menyipitkan matanya, melihat nomor di ponselnya. Dia dengan tenang bersandar di kursinya sambil menjawab panggilan. Dia berkata, "Aku mau tahu hasilnya.""Pak Waskito, anak-anak tersebut lulus penilaian. Mereka sebenarnya sangat cerdas, layak menerima beasiswa yang Anda tawarkan," kata wanita di sambungan telepon. “Saya mengembalikan cek yang dia berikan sebagai pembayaran, persis seperti yang Anda perintahkan.”Ethan mengangguk setuju dan berkata, "Bagus. Bu Kurniawan, terima kasih telah melakukan tugas Anda. Kami akan terus mendukung akademi dengan cara apa pun yang kami bisa, tetapi untuk saat ini, program beasiswa sudah di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 12

    “Pak Waskito, Anda ada rapat mendadak,” ujar John Ginting setelah memasuki kantor CEO.Perkataan John membuat Ethan mengerutkan wajahnya, dan dia berkata, “Aku tidak menerima permintaan rapat mendadak. Kamu juga tahu soal ini, John …”“Pak, ini Bapak dan Ibu Koesnadi dari Pontianak. Mereka jauh-jauh dari ujung Indonesia.” John menganggukkan kepalanya sebelum menjelaskan.“Mereka kebetulan sedang berada di sini, sehabis mengunjungi kerabatnya di Bekasi, jadi mereka sekalian ke sini untuk mengunjungi Anda.”John melanjutkan perkataannya, “Itulah yang mereka katakan. Tapi kalau perkiraan saya, mereka mungkin tengah menilai apakah kota ini cocok untuk bisnis mereka atau tidak.”Wajah Ethan dikerutkan. Dia melihat ke jam dan melihat hanya tinggal setengah jam lagi menuju pukul dua siang dan dia menantikan pertemuannya dengan si koki.Sayangnya, Bapak dan Ibu Koesnadi adalah orang yang sangat penting yang harus dia temui.Mereka pemilik dari taman hiburan terkenal se-Asia, bahkan yang terbai

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 13

    Dua puluh menit yang lalu. Seorang petugas kebersihan wanita tengah membersihkan karpet lantai delapan belas dengan penghisap debu. Dia menyadari seseorang mencolek punggungnya. Si petugas kebersihan itu menunda pekerjaannya saat melihat dua anak kecil nan menggemaskan itu. “Halo, bisakah kami ditunjukkan ke arah ruangan rapat utama?” Tanya Kyla dengan senyuman hangatnya yang biasa. “Um ...” Si petugas kebersihan itu terlihat kebingungan akan mengapa ada anak-anak di sini, tetapi mereka segera memberikan alasan. "Ayah kami ada di ruang rapat utama," tambah Kyla sebelum dia kembali tersenyum berseri. “Oh. Ke arah sana,” wanita itu menunjuk ke suatu arah dan berkata, "Ambil belok kanan saja, dan ruangan yang terletak di paling tengah adalah yang kalian cari.”"Terima kasih, Bu. Semoga harimu menyenangkan," ucap Kenzo sebelum menarik tangan Kyla. Saat keduanya berjalan melewati berbagai ruangan yang memisahkan bagian kantor, mereka bertemu dengan karyawan yang terkejut melihat ana

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 14

    Asisten Ethan yang lain, Yoel, mengantar pasangan Koesnadi itu keluar dari ruang rapat dan ke lobi bangunan.Namun, CEO perusahaan yang hebat itu, ditinggalkan dengan dua anak kecil, yang mengklaim dia sebagai ‘Ayah’ mereka.Meskipun menjadikannya seorang Ayah secara tiba-tiba, dia harus berterima kasih kepada anak-anak tersebut atas perpisahan yang menyenangkan antara dia dan pasangan Koesnadi. Jadi dia menoleh ke arah gadis kecil yang masih berada di pelukannya dan berkata, “Terima kasih atas bantuannya. Untuk itu, kamu boleh meminta apa pun yang kamu inginkan.”Kyla dengan tangan kecilnya memeluk Ethan dan berkata, "Sama-sama, Ayah!" Dia meletakkan jari di dagunya sebelum bertanya, "Aku ingin donat isi krim!"“Ayah, aku beri tanda centang pada daftar di sini. Ini adalah ciri-ciri Ayah kami. Semua itu, ada di diri Ayah. Oleh karena itu, kami simpulkan, kamu adalah Ayah kami," ujar Kenzo tiba-tiba sambil menunjukkan tabletnya kepada Ethan. Rasa penasaran menghampirinya sehingga Ethan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 99

    “Sayang, ayo makan! Aku lapar.” Samantha menoleh ke belakangnya dan melihat suaminya yang tengah menghampirinya di dapur. Ethan dan Samantha sudah menyuruh seluruh pelayan dan staf di rumah untuk libur selama seminggu, kecuali satpam mereka yang masih menjaga pintu depan. Selama dua hari terakhir, mereka memesan makanan atau terkadang memasak sendiri. Setelah berhubungan badan beberapa kali kemarin, Samantha merasa lapar pada pukul tiga pagi. Dia tidak tega untuk membangunkan suaminya, jadi dia membiarkannya tertidur selama dia bangun. Meskipun dia kesulitan berjalan, dia berhasil berjalan ke dapur untuk membuat sarapan di pagi buta. Ethan lega akhirnya menemukan istrinya, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya. Dia mencium pipinya dan berkata, “Ingatkah saat kubilang jangan meninggalkanku sendirian di kasur?”Samantha dicium sekali lagi dan tertawa kecil saat menoleh ke suaminya. Dia melingkarkan tangannya ke lehernya dan mencium bibir kecil Ethan. Dia berkata, “Kamu terlihat

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 98

    Sekarang saatnya bagi Ethan untuk memuaskan istrinya. Samantha sedang menelungkup di kasur dengan sepenuhnya telanjang dan dia tengah menikmati pijatan lembut dari suaminya. Ethan meremas bahunya dan bertanya, “Bagaimana kalau di sini?”“Oh, iya, di situ. Rasanya enak,” ujar Samantha. “Mmmm.”Mereka sama-sama telanjang dan kaki terbuka lebar, Ethan duduk di belakang istrinya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menurunkan tangannya ke punggungnya. Saat dia meminyaki tubuhnya, dia tidak ketinggalan meraih payudara. Dia meremasnya dengan baik sebelum melanjutkan pijatannya. Tindakannya membuat Samantha terkekeh. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan denganmu, Ethan." Sembari mendesis melihat sosok istrinya yang luar biasa, dia meremas dagingnya yang bulat dan berkata, "Aku tidak bisa menahannya. Istriku sangat seksi dan aku sangat beruntung bisa bercinta dengannya siang dan malam." Kejantanan Ethan sudah naik dan berulang kali mempermainkan pantat istrinya, sem

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 97

    Dua hari berlalu.“Pak Waskito, apakah kamu pernah dengar tentang wanita yang katanya sembuh dari penyakit mereka saat hamil?” tanya Dr. Shannon Susanto lewat telepon, setelah berbicara dengan Ethan.Ethan mengerutkan dahi. Dia menoleh ke arah istrinya yang tertidur di ranjang rumah sakit di malam hari sebelum menjawab, “Aku pernah dengar soal itu, seingatku, iya.”“Penyakit Crohn, rematik, autoimun, ini hanya beberapa penyakit yang katanya sembuh setelah wanita-wanita ini hamil!” Shannon menghela napas sebelum melanjutkan, “Tadi malam, kami akhirnya bertemu korban ketiga yang bertahan dari penyakit Kannareth dan sama seperti dua lainnya, dia juga hamil. Lalu! Tiba-tiba, gejala-gejala penyakit Kannareth itu tidak pernah muncul lagi!”“Kamu bilang ... kehamilan adalah obatnya?” Ethan bertanya ragu sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Yah, secara teknis, belum ada obatnya, tapi kehamilan itu sendiri, perubahan di tubuh wanita, peningkatan hormon, perubahan enzim tubuh, semuanya mung

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 96

    “Aku akan memberikan segalanya, sahamku di perusahaan, kekayaanku! Berikan saja aku obatnya!" pinta Ethan sambil menghentakkan tangannya ke meja.Steven hanya tertawa di hadapannya, wajahnya bengkak dan lebam. Dia mendengus dan mencondongkan tubuh ke depan, berkata, "Ethan. Bukankah aku sudah memberi syaratku?""Kami tidak akan mengajukan tuntutan terhadapmu seperti yang kamu minta!" Ethan membalas dengan matanya menyipit.Namun, Steven malah tertawa lebih keras, begitu keras hingga dia nyaris tersedak. Setelah membersihkan tenggorokannya, Steven mengingatkan, "Permintaanku tetap tidak berubah, Ethan. Syarat terakhirku adalah tidur dengan istrimu, dan aku akan pastikan aku membuatnya hamil!""Sialan kamu, Steven!" Sekali lagi, Ethan melayangkan pukulan ke Steven.Ethan meraih kerah bajunya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah menyentuh istriku! Itu tidak akan pernah terjadi!""Kalau kamu tidak akan memberikan obatnya, maka aku akan menginvestasikan semua uangku ke Farmasi U! Itu tidak

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 95

    Hanya dalam tiga hari, Ethan dan Wilson berhasil mengumpulkan bukti yang cukup untuk memberatkan Galuh dan Steven atas percobaan penculikan Samantha.Hacker Ethan, Aiden, juga berhasil menemukan komunikasi antara ayah dan anak itu, yang mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam rencana tersebut. Meskipun Aiden belum menemukan informasi tentang obat penawar, mereka setidaknya punya cukup bukti untuk menahan keduanya.Dengan pengaruh Wilson, mereka ditempatkan di penjara militer untuk diinterogasi dan akan tetap di sana sampai jenderal merasa puas dengan jawaban yang mereka berikan.Di situlah Steven mengungkapkan rahasia obat penawar kepada Ethan.Duduk di depan meja, Steven tersenyum mengejek meskipun dia dikurung. Ada beberapa memar di wajahnya, tapi dia tetap percaya diri.Di depan Ethan, dia berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan apa obat penawarnya, Ethan. Jadi semua ini?” Steven mengangkat bahu, melirik ke arah para penjaga militer di sekitarnya. “Semua ini sia-sia.”Dia menunju

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 94

    “Pak Waskito, senang bertemu denganmu.” Seorang wanita berusia akhir dua puluhan menjulurkan tangannya kepada Ethan setelah tiba di fasilitas penelitian Farmasi U. "Aku Dr. Shannon Susanto, kita sudah berbicara lewat telepon.""Terima kasih sudah meluangkan waktu bertemu denganku secepat ini," kata Ethan sambil menjabat tangannya.Di dalam kantor Shannon, Ethan berbicara dengan ditemani seorang tentara yang mengikutinya.Duduk di depan Shannon, Ethan langsung berkata, "Dr. Susanto, aku tidak ingin membuang waktu kita. Belum lama ini, sekelompok pria mencoba menculik istriku. Mereka gagal, tapi mereka menyuntiknya dengan penyakit Kannareth.""Ya ampun!" Wanita itu terkejut. Wajahnya menunjukkan campuran rasa jijik dan takut. "Siapa yang tega melakukan itu?""Itu yang coba aku cari tahu, tapi aku punya kecurigaan," jawab Ethan. Dia menarik nafas dalam dan mendekat ke meja, "Dr. Susanto, aku menempuh perjalanan dua jam dengan jet pribadi untuk menemuimu agar aku bisa mendapatkan jawaban u

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 93

    Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 92

    Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 91

    “Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya

DMCA.com Protection Status