Share

Bab 4

Author: LiLhyz
last update Last Updated: 2024-08-19 14:56:44
“Ambil saja, Sam.” Samantha mendengar neneknya berujar seperti itu saat dia sedang meneleponnya.

Tentu saja dia bilang pada neneknya mengenai kesempatan tersebut, jadi menelepon Merina Wijaya adalah hal pertama yang dilakukannya pertama kali pagi itu.

Dari balkon apartemennya yang sederhana, Samantha memandangi bangunan-bangunan yang ada di depannya, dia merasakan jantungnya yang berdegup keras di balik rusuknya. Dia menelan ludahnya sendiri saat dia mempertanyakan dirinya sendiri, “Apakah aku siap untuk ini, Nenek?”

“Kamu siap, Sam! Akhirnya Nenek bisa bertemu langsung denganmu!” Samantha mendengar isak tangis neneknya sebelum melanjutkan bicaranya, “Nenek sudah tua, Sam. Nenek sangat merindukan cucu Nenek! Aku sudah menantikan bertahun-tahun lamanya untuk bersama denganmu lagi.”

“Ambil saja, Sam. Ambillah!” Seru Merina sekali lagi. “Tunjukkan pada ayahmu bahwa kamu sudah melanjutkan hidupmu dengan baik, bahkan tanpa bantuannya! Sam, sudah waktunya kembali.”

“Baik, Nenek. Akan kulakukan,” balas Samantha dengan suara lembut.

Di samping perpisahan secara tidak baik-baik antara dirinya dan ayahnya, tetapi, jauh di lubuk hatinya, Samantha berharap ayahnya suatu hari nanti akan menerimanya kembali. Apa pun yang telah terjadi, si jendral Wijaya adalah ayahnya satu-satunya, dan dia sangat mencintainya.

Dia mengambil nafas dalam-dalam dan berkata, “Ayah, aku akan kembali. Aku akan membuat Ayah bangga. Tunggu saja dan lihatlah.”

***

Keesokan harinya, seorang sekretaris datang untuk menemui Samantha di Hotel The Emerald dan memperkenalkan dirinya sebagai John Ginting, asisten eksekutif dari pria paling berpengaruh di Kota Bekasi.

Mereka berdua duduk di salah satu pojok di restoran, membicarakan isi kontrak sebelum dia dan para staff menyiapkan persiapan makan malam.

“Ethan Waskito,” dia mengulang nama tersebut, sebab terdengar begitu familiar. Samantha tidak bisa mengingatnya. “Di mana aku mendengar nama itu sebelumnya?”

“Benar, Nona Wijaya, itu nama dari CEO kami, Ethan Waskito. Dia anak tunggal dari Daniel dan Amanda Waskito, pewaris tunggal dari Perusahaan Berlian Waskito. Anda mungkin mendengar namanya dari majalah bisnis atau sosial media,” sahut si sekretaris laki-laki yang datang menemuinya hari itu.

Dia membaca isi kontrak ketika dia melihat nama di kolom tandatangan pada halaman terakhir. Dia mengangkat kepalanya dan menatap pria di depannya dan berujar, “Mungkin saja.”

“Nona Wijaya, bosku adalah pria yang tampan. Dia seorang bujangan yang dipuja-puja orang dan memimpin di kursi CEO pada umur tiga puluh! Sekarang beliau berusia tiga puluh dua, usia yang tepat untuk menikah,” ucap si pria sebelum tersenyum miring.

Samantha tidak yakin akan apa yang dimaksud olehnya dan apakah tidak apa-apa jika dia begitu menyombongkan bosnya seperti itu, tetapi hal itu tidak mengganggu pikirannya. Ditambah lagi, dia mengabaikan saat dia mempromosikan Pak Ethan Waskito sebagai seorang bujangan yang dipuja oleh orang-orang.

Dia mengembalikan perhatiannya pada gaji dan akomodasi yang akan diterimanya, Samantha bertanya, “Saya hanya mau memastikan bahwa Anda tidak salah. Anda menawarkan saya tempat tinggal dan gaji sebesar seratus enam puluh juta rupiah sebulan untuk menjadi koki eksekutif dari Hotel First Diamond?”

“Masih banyak yang lebih baik dariku,” imbuhnya sambil menggembungkan pipinya dan menghela nafas dalam. Samantha mengingatkan pada si sekretaris itu dia masih tergolong koki amatir.

“Aku bukannya mengeluh, hanya saja, ini sedikit berlebihan dan aku hanya ingin memastikan tidak ada ...” Dia menyipitkan matanya sebelum melanjutkan perkataannya, “Tidak ada kesalahan dan penyesalan dalam kontrak ini.”

“Nona Wijaya, Anda sedang berbicara soal Perusahaan Berlian Waskito. Kami adalah salah satu perusahaan terbesar di negara ini! Keluarga Waskito adalah yang terkaya di kota ini,” ujar John. “Alasan mengapa kami menawarkan Anda sebanyak ini karena bos saya menyukai Anda ...”

Dia dengan sengaja batuk dan mengoreksi dirinya sendiri, “Beliau menyukai masakan Anda,” John berdeham dan mengimbuhkan, “Itu benar. Beliau menyukai masakan Anda! Lalu, dengan kemampuan Anda, Anda bisa membantu Hotel First Diamond untuk mencapai potensi tertingginya!”

“Kami sudah berkelana dari Eropa, bahkan sampai negara-negara bagian di Amerika, tetapi belum ada yang bisa memuaskan standarnya!” Dia menunjuk Samantha dengan kedua tangannya, “Hanya Anda!”

“Saya bersamanya ketika beliau datang ke sini untuk makan malam, mencoba menu set Anda dan kami benar-benar takjub dibuatnya.” Si sekretaris memperlihatkan senyum lebar sebelum menambahkan, “Kami benar-benar menyukainya!”

“Siapa sangka? Kami hanya sekedar lewat di Kota Malang, memeriksa potensial perusahaan yang akan kami investasikan, dan klien kami merekomendasikan restoran ini,” ujar John Ginting.

“Ketika bos saya melihat wajah cantik Anda, maksud saya, tampilan menawan dari hidangan Anda! Ya, susunan dari pada hidangan di atas piringnya, beliau benar-benar terpukau!” John memajukan tubuhnya dan berkata, “Ini di antara kita saja, ya. Sejujurnya, saya belum pernah melihat beliau mengapresiasi apa pun di hidupnya!”

Cara sekretaris itu bercerita membuat Samantha bingung, tetapi segera setelah itu, dia mendengarnya merubah topik.

“Ketika kami merasakan masakan Anda, seolah kami ada di dunia fantasi. Setiap gigitannya sangatlah indah dan unik. Teksturnya langsung menyatu dengan indra perasa kami. Kami langsung tahu detik itu bahwa Anda koki yang sudah lama kami cari-cari!” Terang John Ginting.

Lagi-lagi, sambil menunjuk Samantha, dia mengimbuhkan, “Andalah kunci menuju ke hatinya, maksud saya, jantung dari hotel kami!”

Melihat ekspresi bingung Samantha, John menjelaskannya, “Keberhasilan hotel dimulai dari makanan yang luar biasa. Hotel terkenal selalu dimulai dengan restorannya yang menawarkan makanan yang lezat, kemewahan dan kenyamanan adalah nomor dua sebab itu bisa ditemukan di tempat lain.”

“Benar, aku setuju,” ujar Samantha. Sama seperti The Emerald, hotel itu selalu penuh sebab banyak yang menantikan makan di restoran mereka sembari menginap semalam.

“Jadi, bos Anda yang memutuskan ini?” Tanyanya sekali lagi untuk memastikan sambil menatap ke arah bagian gaji dan akomodasi.

“Benar. Beliau tidak ingin Anda ragu. Beliau sebenarnya ingin menemui Anda secara personal untuk menyerahkan kontrak ini, tetapi beliau benar-benar sibuk. Pak Waskito sekarang kembali ke Kota Bekasi.” John Ginting mengambil pulpen dan memberikannya pada Samantha. Dia berkata, “Nona Wijaya, kami benar-benar menginginkan Anda. Gaji dan akomodasinya untuk Anda semata. Tanda tanganlah!”

Samantha menyampingkan rasa ragu-ragunya dan menerima pulpen itu dan menandatangani kontraknya.

Dia baru sadar dia ada pertanyaan soal akomodasi tersebut setelah selesai menandatangani seluruh empat dokumen.

“Uh, soal apartemen yang akan disediakan untukku. Apakah cukup untuk empat orang? Dua dewasa dan dua anak kecil?” Tanyanya sebelum memutuskan untuk kembali menutup mulutnya.

“Astaga! Saya tahunya Anda masih bujangan! Anda sudah menikah?!” Tanya John Ginting bertubi-tubi sambil menaruh tangan di dadanya, seakan dia terkejut.

Dia segera memeriksa dokumen yang Samantha berikan, memeriksa status kawinnya. Dia tidak memeriksanya setelah mendapat rekomendasi seperti itu dari Hotel The Emerald.

Selain itu, dia yakin bahwa manajer dari hotel itu menyebut Samantha sebagai Nona Wijaya.

“Um, tidak. S-Saya orangtua tunggal. Saya akan tinggal bersama tante dan anak kembar saya,” kata Samantha dengan malu-malu, mencoba menjelaskan kesalahpahaman ini. “Saya harap ini bukan masalah.”

John Ginting segera menahan rasa paniknya, seakan dia menyadari keraguan Samantha. Dia segera tersenyum dan berkata, “Tentu saja itu bukan masalah.”

Dia meyakinkannya, “Nona Wijaya, kami merekrut Anda karena kemampuan Anda, kondisi Anda bukanlah suatu masalah.”

Kembali ke pertanyaannya yang tadi, John menjawab, “Apartemennya ada dua kamar. Apakah cukup?”

Samantha mengangguk dengan senyuman dan menjawab, “Cukup, saya bisa tidur bersama anak-anak.”

“Kalau begitu sudah ya.” John menjabat tangan Samantha dan berkata, “Selamat datang di Perusahaan Berlian Waskito.”

“Terima kasih, Pak Ginting,” ucap Samantha sebelum menyambut jabatan tangan John Ginting.

***

Setelah menandatangani kontrak, Samantha harus melakukan satu tugas penting lagi. Dia harus memberitahu anak-anak dan tantenya akan keputusannya pindah ke Kota Bekasi.

Samantha mengumumkannya pada makan siang keesokan harinya.

“Tante, aku menerima pekerjaannya,” ujar Samantha.

Diana tersenyum dan berkata, “Tante percaya akan keputusanmu, Sam. Tante akan selalu ada untukmu.”

Melihat ekspresi bingung dari anak-anaknya, Samantha berujar, “Anak-anak, Ibu mendapat tawaran pekerjaan baru, dan kita akan dapat rumah gratis di dalam hotel! Ditambah lagi, gajinya sangatlah bagus. Ibu bisa membelikan kalian tas baru, bahkan mungkin sebuah mobil!”

“Wow! Ibu, itu benar-benar menyenangkan!” Seru Kyla.

“Apakah hotel baru itu di sini, Bu?” Tanya Kenzo.

Saat itulah Samantha menjawab, “Uh, sebenarnya, kita akan pindah ke Kota Bekasi.”

Mata kedua anaknya berbinar. Kenzo dan Kyla bertatapan satu sama lain dan berkata dengan kompak, “Ayah!”

“Akhirnya kita akan melihat Ayah!” Seru Kyla.

Sambil menghela nafas, Kenzo berujar, “Sudah waktunya.”

“Ibu, apakah Ayah antusias untuk bertemu dengan kita?” Tanya Kyla dengan mata berbinar-binar.

Samantha ternganga. Tiba-tiba dia merasakan kerongkongannya kering dan dia menatap tantenya untuk meminta pertolongan.

Keheningan membuat Kenzo bertanya, “Ibu?”

“I-Ibu belum bilang pada ayahmu! Dia benar-benar sibuk! Oh, astaga sudah jam segini! Sudah waktunya bagi Ibu untuk bersiap-siap bekerja!” Lagi-lagi Samantha menghindar. Dia meninggalkan anak-anaknya hari itu yang tengah dalam kegembiraan karena akan bertemu Ayah mereka.

Di ranjang, Kenzo bersandar di ranjangnya, menulis sesuatu di bukunya.

Kyla bertanya, “Apa yang kamu lakukan, Kenzo?”

“Aku menulis semua yang Ibu katakan soal Ayah. Setelah kita menemukan orang yang cocok, kita akan tahu itu Ayah,” jawab Kenzo. “Jika Ayah terlalu sibuk untuk menemui kita, kita saja yang menemukan dia. Apakah kamu setuju denganku, Kyla?”

“Tentu!” Jawab Kyla sebelum keduanya mendekat dan memberikan tos. “Ayah! Kami akan datang!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yenin Uniqu
apa judul novel ini... dan bagaimana cara menyimpan nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 5

    Dari dalam kamar hotelnya, John Ginting, asisten eksekutif dari Ethan Waskito, tengah membereskan barang-barangnya, bersiap untuk ke bandara. Karena dia sudah membuat Samantha Wijaya menandatangani kontraknya, pekerjaannya sudah usai. Dia harus kembali ke bosnya, di mana banyak sekali pekerjaan yang menantinya. Saat dia mau pergi, dia bermaksud untuk melaporkan jam kedatangannya pada bosnya. Dia menelepon Ethan Waskito. Di dering pertama, si CEO dari Perusahaan Berlian Waskito menjawab, “Apakah dia menandatanganinya?”Butuh beberapa saat bagi John untuk menyadari bahwa bosnya tengah menanyakan soal kontrak dengan Samantha Wijaya. “Oh, iya, bos. Dia menandatanganinya. Kami bertemu kemarin,” jawabnya sebelum memikirkan untuk memberitahunya kabar buruk.“Ada apa?” Tanya Ethan. Ketika John menyadarinya, dia menyerah dan memilih untuk memberitahukannya, “Oh, Pak Waskito, d-dia sudah punya anak. Dua anak lebih tepatnya.”Hening sejenak selama hampir semenit, sampai akhirnya John mendenga

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 6

    Pukul 11:00 pagi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta“Kyla, apa yang kamu cari-cari?” Tanya Samantha pada putri kecilnya saat mereka berjalan ke arah area kedatangan. Seperti Samantha, Kyla mewarisi surai gelapnya, tetapi rambutnya panjang dan lurus. Wajahnya begitu cantik dengan mata cokelat gelap dan bibir yang merah muda. Sejak mereka sampai, Kyla tidak henti-hentinya menatap pada setiap pria yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Mendengar ibunya memanggilnya, dia berlari dan menggandeng tangannya lalu bertanya, “Ibu, apakah Ayah akan menjemput kita?”Samantha segera merasa kerongkongannya tercekat. Dia memandang ke arah tantenya dan sedang memegang Kenzo, dia melihat jelas Dian memutar bola matanya. Kenzo, putranya juga terlihat menunggu jawabannya. “A-Ayahmu sedang dalam perjalanan bisnis! Makanya tidak bisa menjemput.” Dia mengalihkan perhatiannya pada pintu dan berseru, “Oh lihat! Ada orang yang ingin kita temui! Nenek Merina!”Dengan mata yang berbinar, Kyla yang perta

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 7

    “Kenzo, sudah jam berapa ini? Sudah jam sembilan malam. Sudah waktunya mematikan tablet barumu,” ujar Samantha segera sebelum dia memasuki kamar mandi. Dia berbagi kamar dengan anak-anaknya dan mereka sudah di ranjang. Merina yang memberikannya, tablet baru, boneka untuk Kyla dan tas pinggang untuk Kenzo. Kyla sudah siap tidur, tetapi Kenzo masih mengunduh aplikasi di tabletnya, itulah yang ibunya pikirkan. Mendengar ibunya memintanya untuk mematikan gawai itu, dia menghela nafas dan berkata, “Baik, Ibu. Bisakah aku menanyakan soal Ayah?”“Kuberi waktu tambahan sepuluh menit memainkan tabletnya,” ujar Samantha sebelum kabur ke kamar mandi. Melihat Ibu mereka menghindari topik ini lagi, Kenzo dan Kyla saling menatap satu sama lain. Kyla tertawa ketika Kenzo menggelengkan kepalanya.“Mungkin Ayah adalah mata-mata pemerintah!” Ujar Kyla. “Atau seseorang yang perlu merahasiakan anaknya,” sahut Kenzo. “Oh! Pria kaya yang harus melindungi kita dari penjahat!” Simpul Kyla. “Itulah kenapa

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 8

    “Kamu siap?” Tanya Kenzo pada kembarannya.“Siap!” Jawab Kyla. Saat si kembar hendak memasuki kantor CEO tanpa izin, Samantha menjelaskan situasinya kepada John Ginting. Sebuah desisan keluar dari bibir John, dan dia berkata, "Anda lihat, Nona Wijaya ..."Suara anak-anak yang berusaha mendorong pintu terbuka menyadarkan John dan segera dia bangkit dari tempat duduknya, "Anak-anak! Tidak! Jangan lakukan itu!""Kenapa pintu ini berat sekali!" Keluh Kenzo saat dia mendorong dengan sekuat tenaga!"Urggghhh!" Dengus Kyla sambil membantu kembarannya, Sayangnya, sekeras apa pun mereka mendorong, pintu itu tidak mau bergerak. Samantha bergegas ke arah mereka dan berkata, "Anak-anak! Apa yang kalian lakukan? Apakah kalian mencoba membuat Ibu mendapat masalah?!"Berjalan di belakangnya adalah John. Dia berkata, "Tidak apa-apa. Saat ini Pak Waskito sedang rapat, pintunya hanya bisa dibuka dari dalam." Dia menunjuk ke sistem keamanan di sampingnya dan berkata, "Lihat itu? Itu teknologi canggih

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 9

    “Apakah saya bisa mempertahankan pekerjaan saya, Pak Waskito?"Ethan Waskito merasa dirinya akan kehilangan kesabarannya. Dia bersandar di kursinya dan melonggarkan dasinya sambil terus menatap asistennya.Setelah menghela nafas berat, dia dengan sinis berkata, "Aku bertanya padamu, John, dan kenapa kamu tanya balik? Jawab aku!""Maaf, Pak. Ya. Samantha Wijaya datang, membutuhkan bantuan untuk kebutuhan sekolah anaknya. Um ... Dia tidak punya cukup uang untuk membayar biaya pendaftaran sekolah." John menjelaskan bagaimana Samantha bermaksud hanya menggunakan surat keterangan kerja untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya sebelum dia menjelaskan, "Saya malah meminjamkan uang padanya."“Sekolah di mana?” tanya Etan. “Pak, kebetulan Sekolah Anak Panah,” lapor John."Hmmmm," ucap Ethan sebelum menopang dagu dengan tangannya."Bagaimanapun, Pak Waskito. Saat itulah saya memperhatikan bagaimana putranya tampak seperti versi muda dari Anda." John mengamati struktur wajah Ethan, matanya, dan

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 10

    “Saya mau mendaftarkan anak-anak saya,” ucap Samantha di kantor pendaftaran Sekolah Anak Panah. Dia mengulurkan cek itu sebagai pembayaran, bersamaan dengan formulir pendaftaran anak kembarnya ditambah hasil evaluasi online yang sudah diambil anak-anaknya jauh sebelum mereka pindah ke Kota Bekasi. Akademi menawarkan diskusi dan penilaian online, yang difasilitasi secara langsung oleh salah satu gurunya sebagai pilihan bagi siswa yang mendaftar dari kota lain. Inilah alasan utama Samantha memilih Sekolah Anak Panah.Dia memperhatikan bagaimana wanita yang bertanggung jawab terkejut dengan kertas di tangannya, dan wanita yang sama berdiri untuk menelepon beberapa meter dari konter tempat Samantha menunggu dengan sabar. Ketika wanita itu kembali, Samantha diberitahu, "Nona Wijaya, Anda dapat mengantar anak-anak itu ke gurunya. Mereka berdua ditempatkan di Kelas K1-Kebaikan. Seorang asisten guru akan segera bersama Anda untuk menemani Anda."“Saat Anda kembali, kepala sekolah ingin berbi

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 11

    Di kantor CEO Perusahaan Berlian Waskito, Ethan Waskito terus mengetukkan jemarinya di mejanya, tidak bisa lanjut bekerja karena memikirkan hasil tes. Ethan memeriksa arlojinya dan menyimpulkan mungkin perlu setengah jam lagi untuk menyelesaikan tes tersebut. Namun yang mengejutkan, dia menerima telepon yang telah dia tunggu-tunggu, setengah jam lebih awal. Dia menyipitkan matanya, melihat nomor di ponselnya. Dia dengan tenang bersandar di kursinya sambil menjawab panggilan. Dia berkata, "Aku mau tahu hasilnya.""Pak Waskito, anak-anak tersebut lulus penilaian. Mereka sebenarnya sangat cerdas, layak menerima beasiswa yang Anda tawarkan," kata wanita di sambungan telepon. “Saya mengembalikan cek yang dia berikan sebagai pembayaran, persis seperti yang Anda perintahkan.”Ethan mengangguk setuju dan berkata, "Bagus. Bu Kurniawan, terima kasih telah melakukan tugas Anda. Kami akan terus mendukung akademi dengan cara apa pun yang kami bisa, tetapi untuk saat ini, program beasiswa sudah di

    Last Updated : 2024-08-19
  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 12

    “Pak Waskito, Anda ada rapat mendadak,” ujar John Ginting setelah memasuki kantor CEO.Perkataan John membuat Ethan mengerutkan wajahnya, dan dia berkata, “Aku tidak menerima permintaan rapat mendadak. Kamu juga tahu soal ini, John …”“Pak, ini Bapak dan Ibu Koesnadi dari Pontianak. Mereka jauh-jauh dari ujung Indonesia.” John menganggukkan kepalanya sebelum menjelaskan.“Mereka kebetulan sedang berada di sini, sehabis mengunjungi kerabatnya di Bekasi, jadi mereka sekalian ke sini untuk mengunjungi Anda.”John melanjutkan perkataannya, “Itulah yang mereka katakan. Tapi kalau perkiraan saya, mereka mungkin tengah menilai apakah kota ini cocok untuk bisnis mereka atau tidak.”Wajah Ethan dikerutkan. Dia melihat ke jam dan melihat hanya tinggal setengah jam lagi menuju pukul dua siang dan dia menantikan pertemuannya dengan si koki.Sayangnya, Bapak dan Ibu Koesnadi adalah orang yang sangat penting yang harus dia temui.Mereka pemilik dari taman hiburan terkenal se-Asia, bahkan yang terbai

    Last Updated : 2024-08-19

Latest chapter

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 99

    “Sayang, ayo makan! Aku lapar.” Samantha menoleh ke belakangnya dan melihat suaminya yang tengah menghampirinya di dapur. Ethan dan Samantha sudah menyuruh seluruh pelayan dan staf di rumah untuk libur selama seminggu, kecuali satpam mereka yang masih menjaga pintu depan. Selama dua hari terakhir, mereka memesan makanan atau terkadang memasak sendiri. Setelah berhubungan badan beberapa kali kemarin, Samantha merasa lapar pada pukul tiga pagi. Dia tidak tega untuk membangunkan suaminya, jadi dia membiarkannya tertidur selama dia bangun. Meskipun dia kesulitan berjalan, dia berhasil berjalan ke dapur untuk membuat sarapan di pagi buta. Ethan lega akhirnya menemukan istrinya, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya. Dia mencium pipinya dan berkata, “Ingatkah saat kubilang jangan meninggalkanku sendirian di kasur?”Samantha dicium sekali lagi dan tertawa kecil saat menoleh ke suaminya. Dia melingkarkan tangannya ke lehernya dan mencium bibir kecil Ethan. Dia berkata, “Kamu terlihat

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 98

    Sekarang saatnya bagi Ethan untuk memuaskan istrinya. Samantha sedang menelungkup di kasur dengan sepenuhnya telanjang dan dia tengah menikmati pijatan lembut dari suaminya. Ethan meremas bahunya dan bertanya, “Bagaimana kalau di sini?”“Oh, iya, di situ. Rasanya enak,” ujar Samantha. “Mmmm.”Mereka sama-sama telanjang dan kaki terbuka lebar, Ethan duduk di belakang istrinya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menurunkan tangannya ke punggungnya. Saat dia meminyaki tubuhnya, dia tidak ketinggalan meraih payudara. Dia meremasnya dengan baik sebelum melanjutkan pijatannya. Tindakannya membuat Samantha terkekeh. Dia berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan denganmu, Ethan." Sembari mendesis melihat sosok istrinya yang luar biasa, dia meremas dagingnya yang bulat dan berkata, "Aku tidak bisa menahannya. Istriku sangat seksi dan aku sangat beruntung bisa bercinta dengannya siang dan malam." Kejantanan Ethan sudah naik dan berulang kali mempermainkan pantat istrinya, sem

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 97

    Dua hari berlalu.“Pak Waskito, apakah kamu pernah dengar tentang wanita yang katanya sembuh dari penyakit mereka saat hamil?” tanya Dr. Shannon Susanto lewat telepon, setelah berbicara dengan Ethan.Ethan mengerutkan dahi. Dia menoleh ke arah istrinya yang tertidur di ranjang rumah sakit di malam hari sebelum menjawab, “Aku pernah dengar soal itu, seingatku, iya.”“Penyakit Crohn, rematik, autoimun, ini hanya beberapa penyakit yang katanya sembuh setelah wanita-wanita ini hamil!” Shannon menghela napas sebelum melanjutkan, “Tadi malam, kami akhirnya bertemu korban ketiga yang bertahan dari penyakit Kannareth dan sama seperti dua lainnya, dia juga hamil. Lalu! Tiba-tiba, gejala-gejala penyakit Kannareth itu tidak pernah muncul lagi!”“Kamu bilang ... kehamilan adalah obatnya?” Ethan bertanya ragu sambil meletakkan tangannya di pinggang.“Yah, secara teknis, belum ada obatnya, tapi kehamilan itu sendiri, perubahan di tubuh wanita, peningkatan hormon, perubahan enzim tubuh, semuanya mung

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 96

    “Aku akan memberikan segalanya, sahamku di perusahaan, kekayaanku! Berikan saja aku obatnya!" pinta Ethan sambil menghentakkan tangannya ke meja.Steven hanya tertawa di hadapannya, wajahnya bengkak dan lebam. Dia mendengus dan mencondongkan tubuh ke depan, berkata, "Ethan. Bukankah aku sudah memberi syaratku?""Kami tidak akan mengajukan tuntutan terhadapmu seperti yang kamu minta!" Ethan membalas dengan matanya menyipit.Namun, Steven malah tertawa lebih keras, begitu keras hingga dia nyaris tersedak. Setelah membersihkan tenggorokannya, Steven mengingatkan, "Permintaanku tetap tidak berubah, Ethan. Syarat terakhirku adalah tidur dengan istrimu, dan aku akan pastikan aku membuatnya hamil!""Sialan kamu, Steven!" Sekali lagi, Ethan melayangkan pukulan ke Steven.Ethan meraih kerah bajunya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah menyentuh istriku! Itu tidak akan pernah terjadi!""Kalau kamu tidak akan memberikan obatnya, maka aku akan menginvestasikan semua uangku ke Farmasi U! Itu tidak

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 95

    Hanya dalam tiga hari, Ethan dan Wilson berhasil mengumpulkan bukti yang cukup untuk memberatkan Galuh dan Steven atas percobaan penculikan Samantha.Hacker Ethan, Aiden, juga berhasil menemukan komunikasi antara ayah dan anak itu, yang mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam rencana tersebut. Meskipun Aiden belum menemukan informasi tentang obat penawar, mereka setidaknya punya cukup bukti untuk menahan keduanya.Dengan pengaruh Wilson, mereka ditempatkan di penjara militer untuk diinterogasi dan akan tetap di sana sampai jenderal merasa puas dengan jawaban yang mereka berikan.Di situlah Steven mengungkapkan rahasia obat penawar kepada Ethan.Duduk di depan meja, Steven tersenyum mengejek meskipun dia dikurung. Ada beberapa memar di wajahnya, tapi dia tetap percaya diri.Di depan Ethan, dia berkata, “Kamu tidak akan pernah menemukan apa obat penawarnya, Ethan. Jadi semua ini?” Steven mengangkat bahu, melirik ke arah para penjaga militer di sekitarnya. “Semua ini sia-sia.”Dia menunju

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 94

    “Pak Waskito, senang bertemu denganmu.” Seorang wanita berusia akhir dua puluhan menjulurkan tangannya kepada Ethan setelah tiba di fasilitas penelitian Farmasi U. "Aku Dr. Shannon Susanto, kita sudah berbicara lewat telepon.""Terima kasih sudah meluangkan waktu bertemu denganku secepat ini," kata Ethan sambil menjabat tangannya.Di dalam kantor Shannon, Ethan berbicara dengan ditemani seorang tentara yang mengikutinya.Duduk di depan Shannon, Ethan langsung berkata, "Dr. Susanto, aku tidak ingin membuang waktu kita. Belum lama ini, sekelompok pria mencoba menculik istriku. Mereka gagal, tapi mereka menyuntiknya dengan penyakit Kannareth.""Ya ampun!" Wanita itu terkejut. Wajahnya menunjukkan campuran rasa jijik dan takut. "Siapa yang tega melakukan itu?""Itu yang coba aku cari tahu, tapi aku punya kecurigaan," jawab Ethan. Dia menarik nafas dalam dan mendekat ke meja, "Dr. Susanto, aku menempuh perjalanan dua jam dengan jet pribadi untuk menemuimu agar aku bisa mendapatkan jawaban u

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 93

    Setibanya di rumah untuk makan malam malam itu, anak-anak menyambut Ethan yang berjalan cepat keluar dari ruang makan."Ayah sudah pulang!" seru si kembar bersamaan.Meskipun ada kegembiraan di wajah mereka, kesuraman di wajah Ethan tampak jelas. Dia memaksakan senyum, menyapa si kembar. Setelah berdeham, dia bertanya, "Bagaimana sekolahnya, Kenzo? Kyla?""Ayah, sekolah baik-baik saja. Kami rindu Ayah," kata Kyla.Dengan cemberut, Kenzo menambahkan, "Dan Ibu juga. Ayah? Kenapa Ibu tidak mau bicara sama kami? Dia tidak ikut makan malam bersama kita."Ethan menarik napas panjang dan memandang Diana.Seperti Ethan, Diana juga sangat khawatir akan kondisi Samantha sejak insiden di hotel. Tak ada yang tega memberitahu anak-anak, jadi mereka tidak tahu apa yang sedang dialami ibu mereka."Anak-anak, Ibu lagi tidak enak badan. Tolong maafkan dia. Percayalah, Ibu sangat sayang sama kalian," kata Ethan. "Ayo, kita makan malam bersama."Dengan sekuat tenaga, Ethan berpura-pura menikmati makanann

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 92

    Ethan masuk ke rumah sakit sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seorang polisi berjalan di sampingnya dan melaporkan, "Pak Waskito. Salah satu pelaku penculikan telah tewas, dan satu lagi sedang dioperasi. Kita akan segera tahu motif mereka.""Plat nomor mobil van hitam itu, sayangnya, palsu," kata polisi tersebut. "Sepertinya kecelakaan di satu blok dari hotel juga bagian dari rencana mereka."Mata Ethan menyipit mendengar penjelasan itu. Rahangnya mengeras sebelum bertanya, "Di mana istriku?""Dia sedang diperiksa sekarang." Sambil menunjuk sebuah ruangan yang dijaga di ujung koridor, polisi itu berkata, "Ada di ruangan itu, di ujung lorong."Melihat Edgar di depan pintu, Ethan menatapnya tajam dan berkata, "Aku berharap lebih darimu, Edgar."“Maaf, Pak Waskito,” Edgar hanya bisa meminta maaf, menyalahkan dirinya sendiri karena datang terlambat.Malam itu, dia mengalami beberapa hambatan saat menuju hotel dari rumah besar. Seolah-olah semua telah diatur agar dia terlambat menjempu

  • Ibu, Dimanakah Ayah? Bangkitnya Anak yang Diabaikan   Bab 91

    “Setelah acara peletakan batu pertama Taman Hiburan Waskito, yang merupakan hasil kolaborasi antara Keluarga Waskito dan pasangan Koesnadi dari Pontianak, harga saham di Perusahaan Berlian Waskito naik sepuluh persen dalam dua minggu terakhir,” kata seorang reporter yang berdiri di belakang pusat perdagangan Kota Bekasi.“Jelas, tidak ada yang bisa menghentikan perusahaan ini untuk terus meningkatkan nilainya di tahun-tahun mendatang,” lanjut reporter itu sebelum layar televisi terjeda.Semua orang di ruang rapat utama perusahaan Ethan menyaksikan siaran ulang berita itu di layar lebar, dengan pimpinan mereka berdiri di samping monitor.Setelah siaran berita berakhir, Ethan mematikan TV layar datar yang terpajang di dinding. Ia menoleh ke anggota dewan dan para pemegang saham di ruangan itu dan berkata, “Bapak, Ibu, bisnis apa yang paling tepat untuk diinvestasikan saat ini?”“Perusahaan Berlian Waskito,” jawab Daniel Waskito penuh keyakinan yang duduk di sebelah kanan tempat putranya

DMCA.com Protection Status