Apa jadinya jika hidup seorang suami dikendalikan oleh sang ibu? Sehingga membuat rumah tangga bersama istrinya hancur begitu saja. Sikap egois ibu mertua, membuat Nabila kehilangan segalanya. Anak, suami, bahkan diusir dari rumah. Ibarat kata, sudah jatuh ditimpa tangga. Lebih kejamnya, Arsya sebagai suami Nabila hanya bisa menurut saja atas segala keinginan ibunya. Tidak ada pembelaan sama sekali untuk Nabila. Namun, setelah terusir dari rumah keluarga suami, Nabila dihadapkan dengan pengalaman yang tidak pernah ia duga, yang mampu membawanya menuju kehidupan yang sangat menarik.
view more“Sudah selesai, Pak. Saya per … ka-kamu!” Nabila terkejut saat melihat Ello, yang ternyata adalah klien Frans yang pernah memesannya waktu lalu.Nabila membekap mulutnya sendiri. Dengan mata terbelalak, Nabila seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Nabila mundur beberapa langkah, berusaha menghindar dari Ello. Sementara Ello, ia menatap Nabila yang tengah ketakutan.“Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Nabila.Ello mengangkat sebelah alisnya, mengusap dagunya dengan sebelah tangan.“Ini rumah keluarga saya, saya kakaknya Gala. Harusnya saya yang bertanya sama kamu. Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Ello balik.Nabila tertegun, ternyata takdir harus mempertemukannya kembali dengan lelaki yang hampir saja membuat Nabila hancur. Ironisnya, lelaki itu ternyata adalah Ello, kakaknya Gala.“Jadi kamu yang namanya Ello? Ehem … saya bekerja di sini, saya pengasuhnya Sandi. Saya permisi, saya harus menyelesaikan pekerjaan saya,” jawab Nabila sambil menunduk.Nabila meraih gagang
“Sepertinya bakalan ada persaingan season kedua. Hem … baiklah, kita lanjutkan lagi persaingan kita, Gala. Kita lihat saja, siapa yang akan menjadi pemenangnya. Aku atau kamu!” gumam Ello lalu meneguk sisa air putih di dalam gelas yang ia genggam.Ello kemudian berjalan ke arah wastafel. Menyimpan gelas kotor bekasnya minum. Saat hendak kembali ke ruang keluarga, Ello tak sengaja melihat mbok Min tengah menyetrika di ruang laundry yang tak jauh dari dapur.“Pak Ello, kebetulan Pak Ello ada di sini. Tadi Mbok nggak sengaja nemu uang di saku celananya Pak Ello. Ini uangnya,” ujar mbok Min, seraya menyodorkan uang pecahan seratus ribu sebanyak 3 lembar.Ello mengangkat sebelah alisnya seraya menatap uang itu.“Oh, saya tidak ingat kalau ada uang di saku celana saya. Ambil saja buat Mbok,” sahut Ello.Mendengar itu, jelas Mbok Min begitu semangat. Wajahnya sumringah setelah Ello memberikan semua uang tersebut.“Pak Ello serius? Ya ampun, terima kasih banyak, Pak Ello. Semoga rezeki Pak El
“Sayang, kamu ini makin hari makin tampan saja. Tambah gemoy tambah lucu. Bersyukur sekali Ibu Nabila bisa dipertemukan dan dipercaya mengurus kamu. Kamu itu gemesin sekali, sih!” Sandi tersenyum sambil terus menggerak-gerakkan kaki dan tangannya saat Nabila mengajaknya ngobrol.“Wah … ternyata popoknya sudah penuh. Kamu pipis terus ya, Sayang?”Nabila membuka popok Sandi, kemudian menggantinya dengan yang baru. Terlebih dulu Nabila mengikat rambutnya. Namun, sayangnya ikat rambut yang biasa ia pakai, tiba-tiba terputus.“Ada-ada saja sih ini,” gumam Nabila.Beberapa kali Nabila menyingkirkan rambut yang cukup mengganggunya bekerja. Apalagi sedari tadi kaki Sandi tidak bisa diam. Ia terus saja menendang-nendang rambut Nabila yang tergerai ke depan. Namun, Sandi terlihat bahagia saat melakukan itu.Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Sandi, lalu membantu Nabila memegangi rambutnya ke belakang.“Terima kasih, Bu San … eh, Pak Gala. Saya pikir bu Sani,” ucap Nabila.“Saya lihat ramb
“Apa-apaan ini? Kenapa saya ditarik-tarik begini? Siapa kamu?” pekik Nabila terkejut.“Loh, Pak Ujang, Bu Nira!” Nabila membekap mulutnya sendiri saat melihat sopir Gala dan oma Nira.“Iya, Nabila. Ini saya dan Pak Ujang. Saya minta maaf karena sudah membuat kamu ketakutan,” ucap oma Nira.Nabila menghela napas kasar, tidak mengerti apa yang diinginkan oleh oma Nira, sehingga membuatnya nekat melakukan hal itu kepadanya.“Tapi kenapa Ibu melakukan hal ini kepada saya?” tanya Nabila bingung.Oma menghela napas kasar, menatap Nabila dengan serius.“Panggil saya Oma, Oma melakukan ini karena Oma tidak mau kamu pergi dari rumah. Sandi sangat membutuhkan kamu, Nabila. Oma percaya, kamu bisa menjaga dan mengurus Sandi, dan juga menjadi ibu susu yang baik baginya. Gala juga pernah cerita, kalau Sandi selalu tenang jika berada dekat sama kamu. Oma mohon, jangan pergi, ya!” mohon oma Nira.Nabila terdiam, apakah ia harus menuruti permintaan oma Nira? Lantas, bagaimana dengan Erina?“Tapi-”“Er
Nabila membuka matanya, mengedarkan pandangannya ke arah jam dinding.“Ya ampun, aku tidur cukup lama,” gumam Nabila.Nabila menoleh ke arah Sandi yang tengah terjaga. Sandi tersenyum menatap Nabila yang baru saja bangun.“Eh … anak tampan sudah bangun, Sayang. Kamu ini pintar sekali, kamu bangun tapi nggak nangis. Ibu Nabila jadi makin sayang sama kamu,” ujar Nabila sambil menatap gemas ke arah Sandi.Nabila membawa Sandi keluar dari kamar. Kemudian berjalan menuju halaman rumah, untuk menghirup udara luar.“Nabila, Sandi sudah bangun? Oh iya, kamu belum makan, kan? Sebaiknya kamu makan dulu. Yang lain sudah selesai, tinggal kamu saja yang belum,” sapa bu Sani.“Baik, Bu, kalau begitu saya titip Sandi sebentar,” sahut Nabila.Bu Sani mengambil alih menjaga Sandi. Sementara Nabila pergi ke dapur untuk makan siang.Seperti biasa, Nabila menyantap makanan itu begitu lahap. Seperti ibu-ibu menyusui yang lain, Nabila sering merasa lapar.“Enak makannya?” tanya seseorang yang berdiri di be
“Nabila, Sandi pup, tolong bersihkan dia. Sebentar lagi opanya akan datang. Harus benar-benar bersih, saya tidak ingin cucuku bau. Mengerti?” titah Erina.“Baik, Bu!” Nabila segera membawa Sandi ke kamar mandi, lantas membersihkannya dan mengganti popok dengan yang baru.“Nabila, sebentar lagi tuan muda datang. Namanya pak Ello, kita semua disuruh menyambutnya di ruang tamu. Kamu segera bersiap, pakerja yang lain juga sudah siap di ruang tamu,” ujar bu Sani.“Benarkah, Bu? Ya ampun … saya belum ganti baju. Baju yang ini malah terkena pup Sandi. Kalau begitu, Bu Sani tolong jagain Sandi dulu, ya. Ini nggak bakalan lama, kok!” sahut Nabila.Bu Sani mengangguk, lantas menggendong Sandi sambil menunggu Nabila. Belum sempat Nabila masuk ke dalam kamarnya, dari depan pintu kamar Sandi, Erina berdiri sambil berkacak pinggang.“Bu Sani, Nabila! Cepat kalian kumpul di ruang tamu! Ello sudah ada di gerbang, jangan lelet seperti itu, kalian!” tegas Erina.“Tapi-”“Cepat!” potong Erina.Bu Sani m
Beberapa hari kemudian, Weni tengah sibuk bersolek di depan cermin rias. Memandangi wajahnya yang semakin lama semakin glowing.“Weni, hari ini aku sudah izin nggak masuk dari kantor. Rencananya hari ini aku mau menjenguk ibu di tahanan. Oh iya, aku sudah mendapatkan informasi tentang pengacara yang siap membantu membebaskan ibu, dari temanku. Kamu ikut, ya, aku sudah tidak sabar ingin ibu cepat-cepat keluar dari tahanan,” ucap Arsya yang tengah menyisir rambutnya.Weni membalikkan tubuhnya menghadap Arsya.“Mas, kok sekarang, sih? Mas kan sudah janji mau beliin aku mobil. Kok malah mau nyewa pengacara, sih. Kamu mau bohongin aku?” tanya Weni dengan wajah kecewa.“Weni, beli mobil bisa nanti-nanti saja. Sekarang situasinya lagi darurat. Aku tidak mungkin membiarkan ibuku mendekam di penjara. Anak macam apa aku ini, kalau hanya mementingkan mobil dari pada ibuku sendiri,” jawab Arsya.“Mas, ibu dipenjara ya … itu karena ulahnya sendiri. Kenapa kamu harus repot-repot menyewa pengacara s
“Kamu serius mau memakaikan pakaian ini untuk cucu saya? Yang benar saja!” celetuk Erina.Nabila menoleh, tepat di belakangnya ada Erina tengah berdiri sambil menatap Sandi yang hendak dipakaikan baju.“Em … maaf, Bu. Ya sudah saya cari lagi baju yang lain,” sahut Nabila.Gerak-gerik Nabila sangat dipantau oleh Erina. Sehingga membuat Nabila merasa bekerja di bawah tekanan semenjak kedatangan Erina di rumah itu.“Oh iya, Nabila, nanti kamu bantu-bantu mbok Min buat kue. Soalnya anak saya yang paling besar mau datang ke sini. Dan ingat, kamu jangan melakukan kesalahan apa pun. Saya tidak suka dengan pegawai yang ceroboh,” ujar Erina.“Baik, Bu, saya selesaikan dulu pekerjaan saya,” sahut Nabila.Nabila segera menyelesaikan pekerjaannya mengurus Sandi. Lalu selepas memakaikan baju, seperti biasa Nabila memberikan asi terlebih dahulu untuk Sandi.Sandi kembali tidur setelah merasa kenyang. Sementara Nabila, ia keluar dari kamar Sandi, hendak menuju dapur untuk membantu mbok Min membuat k
“Ya Tuhan, aaaaa!” pekik Nabila.Nabila terjatuh akibat terpeleset di lantai yang ia pijak. Punggungnya terbentur keras menghantam ujung sofa.“Nabila!” teriak Gala.Gala segera mendekati Nabila, berusaha membantu membangunkannya. Sementara Erina, dengan cepat ia merebut Sandi dari Nabila.“Kamu ceroboh sekali, Nabila! Lihat cucu saya, dia menangis gara-gara kamu!” bentak Erina.“Mam, Nabila tidak sengaja. Sandi hanya terkejut saja, Sandi tidak apa-apa. Lihat Nabila, dia yang kesakitan, bukan Sandi!” ujar Gala.Nabila bangun sambil meringis kesakitan di punggungnya. Ia ketakutan saat Erina marah terhadapnya.“Maafkan saya, Bu. Saya tidak sengaja!” ucap Nabila merasa bersalah.“Kamu, kalau terjadi apa-apa terhadap cucu saya, saya akan pastikan kamu angkat kaki dari rumah ini,” bentak Erina.Tangisan Sandi pecah, Erina pun berusaha menenangkannya. Namun, tangisan Sandi begitu sulit ia tenangkan.“Mam, sudahlah, Nabila tidak sengaja. Lagi pula, kalau Nabila angkat kaki dari sini, lalu si
“Mas, uang kita yang dua ratus ribu mana?” “Tadi dipinjam sama ibu.”“Amira panas, Mas. Panasnya sangat tinggi. Kenapa kamu kasih? Mas, tolong minta lagi uang itu sama ibu. Kita harus membawa Amira ke dokter. Aku takut terjadi apa-apa sama anak kita. Kita tidak punya uang lagi selain uang itu.”Arsya yang tengah meminum kopi, segera berdiri dan mendekati Nabila, istrinya yang tengah menggendong Amira, putri mereka yang baru berusia 2 bulan.“Hanya demam biasa, coba kamu kompres saja Amira, nanti juga dia bakalan sembuh,” imbuh Arsya.Nabila menggeleng pelan, jelas Amira membutuhkan penanganan dokter. Suhu tubuh Amira sudah berada di atas normal. Membuat Nabila bersikeras ingin membawanya ke dokter.“Tidak, Mas, Amira butuh pertolongan dokter. Kita tidak bisa membiarkannya seperti ini. Pokoknya kamu minta lagi uang itu dari ibu. Aku tidak mau tahu, Amira harus dibawa ke dokter,” sahut Nabila.Arsya kemudian pergi ke dapur, kemudian kembali dengan membawa rantang berisi air dan juga ha...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments