Share

Bab 4 Permintaan Mertua

last update Last Updated: 2025-02-12 16:22:47

Nabila yang baru saja sampai di depan pintu kamar, harus mendengar ucapan yang begitu menyakitkan dari mulut mertuanya.

Nabila membuka pintu itu cukup kencang, membuat mereka terkejut dan menatap tajam ke arahnya.

“Nabila, kebiasaan sekali kamu, ya. Kalau buka pintu itu pelan-pelan. Untung Bella tidak terbangun gara-gara kamu,” ujar bu Retno terlihat kesal.

Nabila bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mendekati mereka dengan perasaan sakit hati.

“Apa maksud Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni? Apa Ibu kurang puas menyakitiku?” tanya Nabila.

Bu Retno gelagapan begitu juga dengan Arsya. Sementara Weni, ia hanya terdiam di dekat ranjang anaknya.

“Kamu ngomong apa, sih, nggak jelas sekali?” sanggah bu Retno.

“Aku tidak tuli, Bu. Aku dengar semuanya, Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tega menyakitiku?” tanya Nabila.

“Ibu hanya ingin menjalankan amanah saja. Mereka itu peninggalan Arka. Arka ingin kita membahagiakan mereka. Dengan cara menikahi Weni, mungkin Bella tidak akan kehilangan sosok seorang ayah. Nabila, kamu jangan egois, Arsya anakku, aku yang berhak menentukan jalan hidupnya. Kamu harus ingat, Nabila. Di dunia ini, tidak ada yang namanya mantan ibu dan anak. Sementara istri, dalam sekejap saja bisa menjadi mantan. Jadi, bisa dilihat dari sini, bahwa akulah yang lebih berhak terhadap Arsya,” jawab bu Retno.

Nabila menggelengkan kepalanya, tidak menyangka jika semua akan seperti ini.

“Mas, apakah kamu setuju dengan permintaan Ibu kamu? Lihat aku, Mas, aku istri kamu. Kita baru saja kehilangan anak kita. Kamu jangan diam saja. Aku juga punya hak melarang kamu menikah lagi. Ayok bicara, Mas, tolak permintaan Ibu!” ujar Nabila.

Bagai kerbau yang dicocok hidungnya, Arsya terdiam mematung, pria itu sungguh kurang tegas atas hidupnya. Apa pun yang dilakukannya, selalu disetir oleh ibunya.

Tak mendapatkan jawaban dari Arsya, Nabila pun membalikkan badan menatap Weni.

“Katakan, Weni. Kamu tolak permintaan Ibu. Kita sama-sama wanita, kamu tidak mungkin tega menyakitiku, kan? Apalagi aku baru saja kehilangan anakku. Coba kamu memposisikan diri sebagai diriku sebentar saja. Aku butuh support dari kalian saat aku terpuruk seperti ini. Tapi kalian malah merencanakan hal lain, yang justru akan membuatku semakin jatuh terpuruk,” ujar Nabila.

Mendengar kegaduhan di kamar itu, Bella pun terbangun dan menangis begitu kencang. Hal itu membuat bu Retno marah dan menyuruh Nabila keluar dari dalam kamar.

“Sudah, Nabila. Lihat apa yang kamu lakukan? Kamu mau membunuh cucuku? Kalau kamu tidak bisa membuat cucuku sembuh, lebih baik kamu keluar dari sini. Adanya kamu di sini, hanya membuat situasi ini kacau saja. Keluar sekarang juga!” usir bu Retno.

Nabila membeliak, harusnya yang marah adalah dirinya, bukan mertuanya. Dirinya yang disakiti, dirinya pula yang diusir.

“Mas-”

“Kamu pulang, Nabila. Kita selesaikan semuanya di rumah saja. Kamu jangan egois, pikirkan Bella juga. Kasihan dia masih kecil dia lagi sakit. Bella harus istirahat, kamu di sini sangat berisik,” potong Arsya.

Nabila semakin sakit, sikap suaminya pun lebih condong terhadap Bella. Apakah Nabila sudah tidak ada artinya lagi bagi Arsya, sehingga tak ada pembelaan sedikit pun darinya?

Napas Nabila semakin memburu, dadanya naik turun menahan amarah. Namun, ia tak mungkin meluapkan amarah itu di hadapan Bella. Terpaksa Nabila keluar dari kamar Bella dan berniat untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Nabila masuk ke dalam kamar. Menangis di keheningan malam tanpa adanya pelipur lara yang bersedia mengobati kesakitan hati itu.

Wajah Nabila memucat, kepalanya sedikit pusing karena menahan asinya yang merembes keluar sedari tadi.

Nabila kembali memompa asinya sambil menangis. Kehilangan anak dan kehilangan kepedulian dari suami membuatnya merasa hidup sendirian di rumah itu, hingga Nabila terlelap tidur. Namun, Arsya tak kunjung pulang.

Pada keesokan harinya, Nabila telah berkutat di dapur. Membuat sarapan  pagi sambil  menunggu suaminya pulang. Namun, ternyata yang terjadi meleset dari perkiraannya. Ternyata siang menjelang, Arsya dan yang lain belum kunjung pulang.

Nabila mencoba menghubungi nomor Arsya. Akan tetapi nomornya tidak bisa dihubungi. Tidak hanya itu, Nabila pun menghubungi nomor ibu mertuanya dan juga Weni. Hal yang sama terjadi, nomor mereka kompak tidak bisa dihubungi.

Siang pun telah berganti sore, Arsya dan yang lain masih belum kunjung pulang. Membuat Nabila bosan menunggu. Nabila pun kemudian berganti pakaian, ia berniat untuk kembali mendatangi klinik tempat Bella dirawat.

Setelah bersiap diri, lekas Nabila segera berjalan menuju pintu keluar. Namun, langkahnya terhenti saat telinganya mendengar suara langkah kaki beriringan dan juga suara seseorang yang tengah mengobrol.

Nabila pun membuka pintu. Arsya, bu Retno dan Weni telah berada di depan pintu.

“Kamu mau ke mana, Mbak? Kok sudah rapi saja?” tanya Weni, ia tengah membawa tas yang berisi pakaian dan susu formula Bella. Sementara Bella, ia tengah digendong oleh Arsya. Mereka tampak seperti sepasang suami istri dengan satu orang anak.

“Ah, ini, aku tadinya mau menyusul kalian lagi. Aku kira Bella masih harus dirawat. Tapi syukurlah, Bella sudah bisa dibawa pulang. Sini, Mas, biar aku saja yang gendong Bella,” jawab Nabila, kemudian mengambil alih Bella dari tangan Arsya dan membawanya ke ruang keluarga.

“Mas, aku pikir semalam kamu pulang dulu. Tapi ternyata tidak, oh iya, kamu mau mandi? Biar aku siapkan baju gantinya,” imbuh Nabila.

“Ya, aku mau mandi. Aku juga lapar mau makan. Ibu dan Weni juga pasti sangat lapar. Kami belum makan sore ini. Kamu masak, kan?” tanya Arsya.

“Iya, Mas, aku sudah masak. Ya sudah, aku tidurkan dulu Bella di kamarnya.” Nabila membawa Bella ke dalam kamar.

Di dalam kamar, tampak Weni tengah duduk di depan cermin. Ia tersenyum menatap pantulan wajahnya. Tampak ia sangat mengagumi wajahnya yang cantik.

“Ehem … Weni, ini Bella tidurkan dulu. Aku mau menyiapkan baju ganti untuk mas Arsya,” ujar Nabila.

Weni menoleh ke arah Nabila, kemudian ia mengambil Bella dari tangan Nabila. Namun, saat Weni ingin mengangkat tubuh Bella, tiba-tiba Bella menangis. Nabila pun menimang Bella sebentar, Bella pun kembali tenang berada di gendongan Nabila.

“Mbak, sepertinya Bella sangat nyaman digendong sama Mbak Nabila. Mbak, aku minta tolong, jangan dulu melepaskan Bella dari gendongan Mbak, ya! Kasihan kalau Bella nangis lagi, bisa-bisa dia demam lagi. Em … gini saja, biar aku saja yang menyiapkan baju ganti mas Arsya,” ujar Weni.

“Loh, kok jadi kamu yang siapin bajunya? Biar aku sa-”

Belum juga Nabila selesai berbicara, Weni telah keluar dan menutup pintu kamarnya.

Nabila kembali menimang Bella, hingga akhirnya Bella terlelap tidur.

Malam hari seusai makan. Nabila dan Arsya masuk ke dalam kamar. Mereka membaringkan tubuhnya bersama di atas tempat tidur.

Baru saja Nabila hendak terlelap. Suara notifikasi pesan di ponsel Arsya berhasil membuatnya terbangun. Nabila memperhatikan Arsya yang tengah membaca pesan tersebut.

“Nabila, teman aku mengalami kecelakaan. Sekarang dia ada di rumah sakit. Aku mau ke sana sebentar, ingin melihat keadaannya,” pamit Arsya terlihat panik.

“Ya ampun, kasihan sekali teman kamu. Iya tidak apa-apa, Mas. Tapi jangan lama-lama,” sahut Nabila.

Arsya pun keluar dari dalam kamar. Kini, hanya tersisa Nabila yang terbaring di atas tempat tidur seorang diri.

Jam telah menunjukkan pukul 01.00. Arsya belum kunjung pulang. Sudah terlalu lama Arsya keluar. Hal itu membuat Nabila tidak bisa tidur.

“Haus, mana air sudah habis, lagi!” gumam Nabila, saat tenggorokannya terasa kering. Terpaksa Nabila harus ke dapur untuk mengambil air minum.

Setelah melepas rasa dahaga, Nabila kembali ke kamar. Namun, langkahnya terhenti saat ia melewati kamar Weni. Tidak sengaja telinga Nabila menangkap suara rintihan pria dan wanita yang saling bersahutan di dalam kamar itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 5 Bulan Madu

    Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.Nabila mendekati meja bundar kecil tempat meny

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

    Last Updated : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

    Last Updated : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 10 Kabur

    “Ya Tuhan, aku kira nggak ada kamu di sini, Rena. Mereka … mereka lagi ngejar aku. Mereka tahu kalau aku mau kabur dari sini,” ujar Nabila.Rena yang tengah duduk di ruangan itu, dengan sigap memberikan air minum kepada Nabila.“Minum dulu, aku akan cari solusi supaya kamu bisa keluar dari sini,” sahut Rena.Nabila mengangguk, lantas menerima satu gelas berisi air putih tersebut. Setelah meneguk air putih itu hingga tak bersisa, Nabila mulai merasa sedikit tenang.“Pokoknya kamu harus tenang, aku tidak akan membiarkan mereka menangkapmu dan menjadikanmu budak penghasil uang untuk mereka,” imbuh Rena.Rena kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.“Kamu masuk ke dalam lemari itu, kamu akan aman ada di dalam sana,” tunjuk Rena.“Tapi-”“Sudah cepat masuk, mereka semakin mendekat.” Rena mendorong tubuh Nabila untuk masuk ke dalam lemari lalu menutupnya hingga rapat.Rena kemudian duduk santai sambil menyeruput satu gelas kopi di depan sebuah laptop.Pintu pun terbuka le

    Last Updated : 2025-03-09
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 11 Pulang Bersama

    “Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu

    Last Updated : 2025-03-09
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 12 Berpamitan

    “Ya Tuhan, Mas Rocky ngapain di sini?” tanya Nabila, refleks ia menjauh dari Rocky.“Em … maaf, Nabila. Aku hanya ingin mengobrol saja sama kamu. Nadya belum pulang, jadi aku kesepian,” jawab Rocky.Nabila mengernyitkan dahinya, merasa aneh dengan gelagat Rocky.Perlahan, Rocky mendekat ke arah Nabila. Membuat Nabila merasa risih dan takut.“Maaf, Mas. Sebaiknya Mas keluar dari sini. Ini sudah malam, dan ini juga tidak pantas walau pun hanya ngobrol. Tolong hormati aku sebagai teman Nadya. Aku tidak ingin Nadya salah paham atas sikap Mas ini. Aku harap Mas paham maksud aku,” imbuh Nabila.Rocky duduk di pinggiran tempat tidur. Membuat Nabila lagi dan lagi merasa tidak nyaman akan hal itu.“Padahal, aku hanya ingin ngobrol saja sama kamu, Nabila. Ini masalah aku dan Nadya. Kamu tahu? Aku merasa rumah tanggaku bersama Nadya terasa hambar. Nadya terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sedangkan aku, tiap hari harus menunggu kepulangannya sampai malam. Kami jarang sekali ada waktu untuk bersam

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 60 Pusing

    “Mas-mas, ke sini!” Nadin memanggil salah satu pelayan catering yang kebetulan lewat di hadapannya.“Iya, ada apa, Mbak?” tanya pelayan catering itu, setelah menghampiri Nadin.Nadin kemudian membisikkan sesuatu di telinga pelayan catering itu. Lantas memberikan sejumlah uang kepadanya.“Wah … siap, Mbak. Terima kasih banyak telah mempercayakan kepada saya. Kalau begitu, akan saya laksanakan sekarang,” ucap pelayan catering, kemudian membawa dua gelas minuman ke arah Gala dan Nabila.Dari kejauhan, Nadin memantau Gala dan Nabila yang menerima minuman itu.“Huh, sebentar lagi, Nabila. Sebentar lagi kamu akan merasakan akibatnya. Dan mas Gala, akan membenci kamu!” seru Nadin.Nadin kemudian melangkahkan kakinya hendak pergi dari tempat itu. Namun, karena sebelah hak sepatunya yang patah, membuatnya nyaris terjatuh.“Aaa!”Beruntung seseorang berhasil menahan tubuh Nadin. Sehingga Nadin tak jadi jatuh.“Kak Ello ya ampun, terima kasih banyak sudah menolongku. Aku nggak tahu kalau misal n

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 59 Menghargai

    Nabila menatap kue itu di lantai, lantas mengangkat wajahnya menatap Nadin yang berdiri di hadapannya.“Mbak Nadin,” batin Nabila.“Enak makanannya?” tanya Nadin.“Kenapa Mbak Nadin melempar makanan saya?” tanya Nabila balik.“Kenapa? Mau marah? Asal kamu ingat ya, Nabila. Kamu harus sadar sama batasan kamu di sini. Tidak usah tebar pesona seperti tadi. Untuk apa? Untuk mencari perhatian banyak orang? Khususnya mas Gala?” tanya Nadin.Nabila menggelengkan kepalanya pelan. Menepis tuduhan yang dilontarkan Nadin.“Maaf, Mbak Nadin. Saya tidak ada niat tebar pesona. Saya hanya menjalankan tugas. Saya di sini hanya bekerja, tidak lebih,” ucap Nabila berusaha menyangkal.Nadin melipat kedua tangannya di depan dada. Mendelikkan matanya ke atas, seakan tidak menghiraukan ucapan Nabila yang berusaha membela diri.“Dengan penampilan seperti itu, apakah saya harus percaya kalau kamu tidak tebar pesona? Tapi … tunggu-tunggu, saya sepertinya kenal dengan baju yang kamu pakai ini. Coba kamu berdir

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 58 Terpesona

    “Oma, aku malu. Aku nggak biasa dandan seperti ini,” ujar Nabila.“Kenapa mesti malu? Kamu cantik, Oma juga pangling lihat kamu. Pokoknya, mereka semua yang menertawakan kamu, harus bungkam saat melihat kecantikan kamu,” sahut Oma Nira.Saat melangkahkan kaki ke halaman tempat diadakannya acara pesta pertunangan, di saat yang bersamaan, keluarga calon tunangan Ello pun datang.Keluarga Ello menyambut kedatangan Angel, wanita yang sebentar lagi akan menjadi tunangan Ello.“Oma, apakah itu tunangan Pak Ello? Cantik, ya orangnya!” tunjuk Nabila merasa takjub.“Ah, iya … ternyata Angel sudah datang. Ayok, Nabila, sebaiknya kita ke sana. Oma mau bergabung dengan keluarga Oma. Kamu juga bergabung dengan pekerja yang lain,” sahut oma Nira.Nabila mengangguk, lantas wanita berbeda usia itu kemudian melangkahkan kakinya hendak menyambut kedatangan keluarga Angel.“Eh, lihat! Bukankah itu wanita yang memakai baju bolong tadi?” bisik salah satu tamu undangan.“Ternyata dia cantik, ya.”“Iya, pen

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 57 Dipermalukan

    Suara tawa Weni yang lantang, membuat para tamu undangan yang lain, kompak tertawa lepas. Yang tadinya mereka menahan tawa karena tidak enak, kini mereka bebas tertawa lepas melihat penampilan Nabila.“Mbok Min, apakah ada yang salah dengan bajuku?” tanya Nabila.Mbok Min lantas memutar tubuh Nabila. Mbok Min terbelalak, saat melihat baju bagian belakang yang Nabila kenakan, terdapat lubang sebesar bulatan lubang gelas.“Nabila, baju kamu bolong di bagian belakang. Pantas saja mereka seperti menahan tawa. Ternyata ada yang salah sama baju kamu,” bisik mbok Min.Nabila merasa malu, lantas meminta mbok Min untuk membantu menutupi bagian belakangnya. Namun, beruntung Nabila mengenakan celana legging. Akan tetapi walau pun begitu, tetap saja Nabila merasa malu.Wajah Nabila berubah merah menahan malu. Sandi yang tengah anteng pun, merasa terganggu atas riuh ramainya orang-orang tertawa lepas.“Mbak, sayang sekali, ya. Sepertinya itu baju bekas. Kamu memang cocok memakai baju itu,” celetuk

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 56 Acara Pertunangan

    Di dalam kamar, Nabila yang penasaran dengan kotak hadiah pemberian Gala, segera membukanya.“Wah … cantik sekali,” gumam Nabila setelah kotak itu terbuka.Di dalam kotak itu, terdapat sebuah jepitan rambut dan sebuah ikat rambut. Jepitan rambut itu begitu cantik dengan motif kupu-kupu yang terlihat sangat menarik.“Surat?”Di dalam kotak itu pula, tersimpan sebuah surat yang entah apa isinya. Lantas Nabila membuka surat itu, dan mulai membacanya.“Semoga kamu suka dengan hadiah kecil ini. Memang tidak seberapa dan tidak mahal, tapi saya harap kamu mau memakainya. Hadiah ini saya berikan, sebagai tanda permintaan maaf saya karena ucapan saya yang telah menyakiti hati kamu waktu itu. Mungkin hanya dengan ucapan minta maaf saja, itu tidak akan cukup. Dengan hadiah ini, saya mohon kamu mau memaafkan saya dengan sepenuh hati kamu. Saya juga ingat, ikat rambut kamu putus, kan? Biar tidak gerah dan mengganggu pekerjaanmu, pakailah.”Nabila melipat kembali surat itu. Tersenyum kecil atas sik

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 55 Mulai Tertarik

    “Ello!”Seseorang berteriak memanggil nama Ello dengan suara cukup kencang. Membuat perhatian Ello teralihkan.“Ello, kamu di mana?” panggil oma Nira dari ruang keluarga.Mendengar suara oma Nira memanggil nama Ello. Hal itu menjadi sebuah kesempatan untuk Nabila bisa terlepas dari jerat menakutkan Ello. Selagi perhatian Ello teralih pada oma Nira, dengan cepat Nabila mendorong tubuhnya dengan kencang. Membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.Nabila berlari keluar dari kamar Sandi. Bergegas ia mendekati pintu, lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengunci rapat pintunya.“Shit! Kenapa oma ganggu saja, sih!” gerutu Ello, kemudian keluar dari dalam kamar Sandi.“Ya Tuhan, kenapa selalu seperti ini? Aku ingin hidupku tenang, ya Tuhan,” batin Nabila.Nabila kemudian duduk di pinggiran ranjang, menatap pantulan wajah yang terpampang dari depan cermin.“Apa yang menarik dariku sebenarnya? Aku jarang dandan, aku juga lupa kapan terakhir aku memakai make-up. Aku tidak menarik tapi kenapa pak E

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 54 Tersipu Malu

    Beberapa hari kemudian, oma Nira dan Nabila tengah duduk di ruang keluarga sambil melihat-lihat baju-baju berwarna senada untuk para pekerja. Rencananya, baju-baju itu akan dipakai di hari pertunangan Ello.“Bagus sekali ya, Nabila. Nanti kamu bagiin, ya, baju-baju ini kepada yang lain,” titah oma Nira.“Baik, Oma, nanti saya bagikan pada yang lain,” sahut Nabila sambil tersenyum ramah.Hari pertunangan akan dilaksanakan besok malam di rumah itu. Segala persiapan dimulai dari dekorasi, dan yang lain pun tengah dikerjakan dari mulai sekarang.Orang-orang di rumah itu tampak tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tak terkecuali Nabila, sembari menggendong Sandi, Nabila pun membantu oma Nira membagikan baju-baju itu untuk pekerja yang lain.“Mbok, ini baju buat kita-kita. Bagus ya, Mbok. Aku sangat menyukainya,” ujar Nabila sambil memberikan satu baju untuk mbok Min.Mbok Min menerimanya, lantas melihat baju itu dengan takjub.“Pasti harganya mahal ya, Bil. Memang, ya, keluarga ini

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 53 Memanfaatkan

    Setelah mengakhiri obrolannya di telepon, Nadin pun segera mengirimkan pesan kepada Erina.“Sepertinya ideku akan berhasil. Cukup akan membuat Nabila dipermalukan,” gumam Nadin.Nadin melirik ke arah jam dinding. Nadin kemudian duduk di depan cermin di dalam kamarnya. Nadin hendak melakukan perawatan pada wajahnya sebelum tidur.“Ya … krim malamnya tinggal sedikit lagi. Ish … nyebelin banget. Coba kalau masih ada kak Delima, pasti apa-apa lebih gampang. Jangankan skincare, beli tas saja gampang,” gumam Nadin, ia mengeluh dengan keadaannya sambil memegangi skincare miliknya yang hampir habis.Nadin kemudian meraih ponselnya yang baru saja ia letakkan di atas nakas. Lantas ia segera mengetikkan sesuatu pada pesan yang akan ia kirim kepada Erina.“Tante, aduh gimana, ya ngomongnya. Tiba-tiba kepala aku sakit, mau beli obat tapi aku nggak ada uang. Mama sama papa aku sedang nggak ada di rumah. Cuma aku sendirian di rumah. Mana ini sudah malam, lagi. Aku takut pas hari pertunangan kak Ello

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 52 Mengenali

    “Hei, saya sepertinya pernah melihat kamu,” ujar Faisal kepada Nabila.Nabila mengangkat wajahnya, ia menatap pria paruh baya itu dengan lekat. Orang-orang di sekitarnya pun, mereka tampak penasaran, kenapa Faisal berbicara seperti itu? Apakah Faisal dan Nabila pernah bertemu?“Oh ya, Pak? Memangnya Bapak siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Nabila.Faisal tampak berpikir keras. Namun, selang beberapa saat ia pun mengingat sesuatu.“Nah, iya saya baru ingat. Kamu yang menolong saya yang hampir kecopetan, kan? Kamu ingat?” tanya Faisal.Nabila pun mengingat-ingat, seketika Nabila pun teringat akan hal itu. Sementara yang lain hanya bengong sambil memperhatikan Faisal dan Nabila.“Ah iya, maaf saya lupa dengan wajah Bapak. Maklum, saya tidak begitu memperhatikan wajah Bapak. Kok Bapak bisa ada di sini? Apakah Bapak anggota keluarga ini?” tanya Nabila.Erina memejamkan matanya sesaat. Tangannya merangkul pinggang Faisal di hadapan Nabila.“Dia Faisal, suami saya. Saya Nyo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status