Share

Bab 5 Bulan Madu

last update Last Updated: 2025-02-12 16:23:46

Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.

Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.

Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.

Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.

Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.

Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.

Nabila mendekati meja bundar kecil tempat menyimpan vas bunga. Lantas ia menurunkan lebih dulu vas bunga itu ke lantai. Tangannya mulai meraih meja yang cukup berat itu. Dengan sekuat tenaga, Nabila mulai mengangkatnya ke udara.

Dengan napas memburu, tekad yang mulai ia kuatkan, Nabila mulai melangkahkan kakinya perlahan. Kemudian dengan cepat, ia melayangkan meja itu ke daun pintu.

Brak!

Pintu kamar Weni seketika terbuka lebar. Menampakkan sepasang pria dan wanita yang tengah melakukan aktivitas dewasa di atas ranjang. Sangat menyakitkan, saat melihat pria itu adalah Arsya, suami Nabila sendiri yang tengah berduaan bersama Weni.

“Jahat kalian berdua, apa yang kalian berdua lakukan di belakangku?!” bentak Nabila, berhasil membangunkan Bella yang berada di dalam box bayi.

“Nabila,” gumam Arsya, kemudian beranjak dari tempat tidur Weni.

Mereka berdua kelabakan, tampak sekali mereka habis melakukan hubungan terlarang di kamar itu.

“Nabila, aku bisa jelasin sama kamu,” ujar Arsya.

Weni mengenakan kembali pakaiannya. Lantas ia berjalan mendekat ke arah Arsya dan berhenti tepat di belakangnya.

“Kenapa, Mbak? Kaget melihat kami seperti ini?” tanya Weni dengan senyuman kecilnya.

Nabila menatap satu persatu wajah menjijikan itu. Tak menyangka jika keduanya menjalin hubungan terlarang seperti ini. Nahasnya, mereka melakukan di bawah atap yang sama dengan Nabila. 

Tangisan Bella semakin pecah, terganggu dengan suara keributan di kamar itu. Membuat bu Retno datang ke kamar Weni.

“Ada apa ini? Kenapa Bella sampai menangis kencang lagi seperti ini? Apa yang terjadi?” tanya bu Retno.

“Ibu tanyakan saja sama anak dan menantu kesayangan Ibu. Kenapa aku sampai mendobrak pintu kamar ini?” timpal Nabila.

Bu Retno menoleh ke arah Arsya dan juga Weni. Bukannya takut, Weni malah tersenyum seakan menantang tatapan mertuanya.

“Bu, Mbak Nabila cemburu saat aku dan Mas Arsya lagi berbulan madu,” ujar Weni.

Mendengar pengakuan Weni, sontak membuat Nabila terkejut. Bulan madu? Sejak kapan mereka menikah?

“Maksud kamu apa? Weni, kamu jangan kurang ajar, ya. Aku ini kakak ipar kamu. Tolong hargai keberadaanku di sini,” imbuh Nabila tak habis pikir.

Bu Retno kemudian menimpali, “Mohon maaf, Nabila. Kamu tidak bisa berlaku seenaknya seperti ini terhadap mereka berdua. Biarkan mereka menghabiskan waktu bersama, karena Arsya dan Weni sudah menikah tadi siang.”

Deg!

Belum habis rasa sedih kehilangan anak. Nabila kini dihadapkan dengan kenyataan jika suaminya telah menikah lagi. Nahasnya dia menikah dengan adik iparnya sendiri.

Rasa sakit hati Nabila begitu bertubi-tubi. Ingin rasanya ia menjerit sekencang mungkin.

“Ja-jadi, apakah kalian menikah sehabis pulang dari klinik tadi?” tanya Nabila.

Arsya mengangguk, ia kemudian angkat suara setelah lama terdiam.

“Iya, Nabila. Kami sudah menikah, kami menikah siri. Maafkan aku, aku hanya ingin menjaga Weni dan Bella. Aku hanya menjalankan amanah mendiang adikku untuk menyayangi mereka. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain menikahi Weni. Aku harap, kamu bisa menerima keadaan ini,” jelas Arsya.

Tangan Nabila mengepal kuat, ingin rasanya ia menampar wajah Arsya. Mereka begitu egois, seakan sudah tidak menganggap lagi keberadaan Nabila.

“Jangan harap aku akan menerima pernikahan kalian. Sumpah demi apa pun, aku tidak rela dimadu. Ibu, Ibu ini orang yang lebih tua di rumah ini. Tidak sepantasnya Ibu mencampuri urusan rumah tanggaku. Aku yakin, Ibu, kan yang memaksa suamiku menikah lagi? Kenapa, Bu? Apa salah aku sama Ibu? Ibu harusnya menjadi penengah jika ada sesuatu di rumah ini. Bukannya bersikap egois. Aku tahu Ibu sangat menyayangi Weni. Tapi aku juga sama menantu Ibu. Ibu lebih menyayangi Bella. Tapi ingat, Bu, Amira juga cucu Ibu. Dia anak kandung Mas Arsya. Tapi kenapa Ibu selalu membeda-bedakan kami?” sarkas Nabila.

“Sudah cukup, Nabila. Cukup kamu jangan pernah lagi menyalahkan Ibuku. Sebelum kamu menyalahkan Ibuku, kamu ngaca dulu. Apakah kamu mampu membahagiakanku? Tidak, kamu tidak pandai membahagiakanku. Sekarang juga, aku putuskan untuk menceraikan kamu. Kamu pergi dari sini sekarang juga. Tanpa membawa apa pun dari rumah ini,” usir Arsya.

Nabila terhenyak, Arsya dengan tegasnya menceraikan dan mengusirnya dari rumah. Bu Retno kemudian keluar dari kamar Weni. Tak berselang lama, bu Retno kembali dengan tas berisi baju-baju Nabila.

“Kamu pergi sekarang juga. Sudah lama aku ingin melakukan ini. Dan sekarang waktunya kamu pergi dari sini!” Bu Retno menyeret Nabila keluar.

Tak ada pembelaan sama sekali dari Arsya. Malah yang ada Weni bergelayutan di tangan Arsya. Seakan menunjukkan dialah pemenangnya.

Nabila mengambil tas berisi pakaian itu. Ia pun mulai melangkahkan kakinya pergi dari rumah itu.

Tengah malam begini, Nabila bingung hendak pergi ke mana. Rumah peninggalan orang tuanya pun telah diambil alih oleh adik ayah Nabila, dengan dalih untuk membayar semua hutang ayahnya kepada adik ayahnya tersebut.

Dengan tangisan yang pecah, Nabila terus berjalan. Hingga ia teringat akan temannya, Nadya. Ya, ia bisa menginap di rumah temannya malam ini.

Nabila bergegas menuju rumah Nadya. Cukup jauh, akan tetapi Nabila tidak ada pilihan lain.

Sesampainya di rumah Nadya, Nabila segera mengetuk pintu. Lama ia menunggu Nadya membukakan pintu, akhirnya pintu pun terbuka.

“Maaf, Mas Rocky, Nadya ada?” tanya Nabila pada suami Nadya.

“Ada, kamu Nabila, kan? Ada apa larut malam begini ke sini?” tanya Rocky, ia melihat Nabila yang menenteng tas berukuran cukup besar.

“Em … hanya mau bertemu dengan Nadya saja. Boleh aku ketemu sama Nadya?” tanya Nabila.

Rocky mengangguk, kemudian memanggil Nadya.

Nadya muncul dengan penampilan berantakan. Tampaknya ia baru bangun tidur.

“Nabila, ada apa malam-malam begini kamu ke sini?” tanya Nadya.

Nabila pun dipersilahkan masuk. Lekas Nabila segera menjelaskan apa yang terjadi.

“Aku harap kamu tidak keberatan aku menginap sementara waktu di sini. Besok aku mau mencari pekerjaan,” ujar Nabila.

Nadya begitu prihatin mendengar cerita Nabila. Ia memeluk temannya itu, memberikan semangat.

“Ya sudah tidak apa-apa, kamu menginap di sini. Kamu yang sabar, Nabila!” ujar Nadya.

Nadya pun segera menunjukkan kamar tamu untuk Nabila. Setelah itu, Nadya kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.

Nabila segera merebahkan diri, ia merasa lelah setelah berjalan cukup jauh tadi. Baru saja Nabila hendak memejamkan mata, suara ketukan pintu membuatnya kembali terbangun.

Bergegas Nabila membuka pintu. Mengira Nadya hendak masuk kembali ke kamar yang ditempati Nabila. Namun, setelah pintu dibuka, Nabila sangat terkejut saat mendapati Rocky yang berniat masuk ke dalam kamar Nabila.

Related chapters

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

    Last Updated : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

    Last Updated : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 10 Kabur

    “Ya Tuhan, aku kira nggak ada kamu di sini, Rena. Mereka … mereka lagi ngejar aku. Mereka tahu kalau aku mau kabur dari sini,” ujar Nabila.Rena yang tengah duduk di ruangan itu, dengan sigap memberikan air minum kepada Nabila.“Minum dulu, aku akan cari solusi supaya kamu bisa keluar dari sini,” sahut Rena.Nabila mengangguk, lantas menerima satu gelas berisi air putih tersebut. Setelah meneguk air putih itu hingga tak bersisa, Nabila mulai merasa sedikit tenang.“Pokoknya kamu harus tenang, aku tidak akan membiarkan mereka menangkapmu dan menjadikanmu budak penghasil uang untuk mereka,” imbuh Rena.Rena kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.“Kamu masuk ke dalam lemari itu, kamu akan aman ada di dalam sana,” tunjuk Rena.“Tapi-”“Sudah cepat masuk, mereka semakin mendekat.” Rena mendorong tubuh Nabila untuk masuk ke dalam lemari lalu menutupnya hingga rapat.Rena kemudian duduk santai sambil menyeruput satu gelas kopi di depan sebuah laptop.Pintu pun terbuka le

    Last Updated : 2025-03-09
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 11 Pulang Bersama

    “Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu

    Last Updated : 2025-03-09
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 1 Pilih Kasih

    “Mas, uang kita yang dua ratus ribu mana?” “Tadi dipinjam sama ibu.”“Amira panas, Mas. Panasnya sangat tinggi. Kenapa kamu kasih? Mas, tolong minta lagi uang itu sama ibu. Kita harus membawa Amira ke dokter. Aku takut terjadi apa-apa sama anak kita. Kita tidak punya uang lagi selain uang itu.”Arsya yang tengah meminum kopi, segera berdiri dan mendekati Nabila, istrinya yang tengah menggendong Amira, putri mereka yang baru berusia 2 bulan.“Hanya demam biasa, coba kamu kompres saja Amira, nanti juga dia bakalan sembuh,” imbuh Arsya.Nabila menggeleng pelan, jelas Amira membutuhkan penanganan dokter. Suhu tubuh Amira sudah berada di atas normal. Membuat Nabila bersikeras ingin membawanya ke dokter.“Tidak, Mas, Amira butuh pertolongan dokter. Kita tidak bisa membiarkannya seperti ini. Pokoknya kamu minta lagi uang itu dari ibu. Aku tidak mau tahu, Amira harus dibawa ke dokter,” sahut Nabila.Arsya kemudian pergi ke dapur, kemudian kembali dengan membawa rantang berisi air dan juga ha

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 2 Ulang Tahun

    “Ada apa ini?” tanya Nabila, saat melihat banyak orang tengah makan-makan.Ada banyak makanan siap saji di rumah itu. Ada juga kue ulang tahun yang tidak terlalu besar berada di atas meja.“Eh, Mbak Nabila sudah pulang. Ini ada teman-teman aku datang ngucapin selamat karena aku ulang tahun. Aku saja baru ingat kalau hari ini aku ulang tahun. Jadi, tidak ada persiapan sama sekali untuk menjamu mereka. Jadi Mas Arsya dan ibu membeli semua makanan siap saji ini,” jawab Weni.Nabila terbelalak, ia heran atas sikap Arsya. Yang katanya keuangan sedang tidak baik-baik saja. Namun, ia masih bisa membeli makanan banyak untuk menjamu teman-teman Weni.“Mana mas Arsya dan ibu?” tanya Nabila, ia tampak menahan emosi yang hampir meledak.“Ibu ada di belakang dan mas Arsya sepertinya ada di kamarnya,” jawab Weni.Nabila kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.Brak!Nabila membanting pintu kamarnya, membuat semua tamu Weni terkejut. Bahkan bu Retno pun yang berada di belakang, mendengarnya dan berl

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 11 Pulang Bersama

    “Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 10 Kabur

    “Ya Tuhan, aku kira nggak ada kamu di sini, Rena. Mereka … mereka lagi ngejar aku. Mereka tahu kalau aku mau kabur dari sini,” ujar Nabila.Rena yang tengah duduk di ruangan itu, dengan sigap memberikan air minum kepada Nabila.“Minum dulu, aku akan cari solusi supaya kamu bisa keluar dari sini,” sahut Rena.Nabila mengangguk, lantas menerima satu gelas berisi air putih tersebut. Setelah meneguk air putih itu hingga tak bersisa, Nabila mulai merasa sedikit tenang.“Pokoknya kamu harus tenang, aku tidak akan membiarkan mereka menangkapmu dan menjadikanmu budak penghasil uang untuk mereka,” imbuh Rena.Rena kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.“Kamu masuk ke dalam lemari itu, kamu akan aman ada di dalam sana,” tunjuk Rena.“Tapi-”“Sudah cepat masuk, mereka semakin mendekat.” Rena mendorong tubuh Nabila untuk masuk ke dalam lemari lalu menutupnya hingga rapat.Rena kemudian duduk santai sambil menyeruput satu gelas kopi di depan sebuah laptop.Pintu pun terbuka le

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 5 Bulan Madu

    Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.Nabila mendekati meja bundar kecil tempat meny

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 4 Permintaan Mertua

    Nabila yang baru saja sampai di depan pintu kamar, harus mendengar ucapan yang begitu menyakitkan dari mulut mertuanya.Nabila membuka pintu itu cukup kencang, membuat mereka terkejut dan menatap tajam ke arahnya.“Nabila, kebiasaan sekali kamu, ya. Kalau buka pintu itu pelan-pelan. Untung Bella tidak terbangun gara-gara kamu,” ujar bu Retno terlihat kesal.Nabila bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mendekati mereka dengan perasaan sakit hati.“Apa maksud Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni? Apa Ibu kurang puas menyakitiku?” tanya Nabila.Bu Retno gelagapan begitu juga dengan Arsya. Sementara Weni, ia hanya terdiam di dekat ranjang anaknya.“Kamu ngomong apa, sih, nggak jelas sekali?” sanggah bu Retno.“Aku tidak tuli, Bu. Aku dengar semuanya, Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tega menyakitiku?” tanya Nabila.“Ibu hanya ingin menjalankan amanah saja. Mereka itu peninggalan Arka. Arka ingin kita membahagiakan mereka. Dengan cara menikahi Weni, mungkin Be

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 3 Ditinggal

    “Ada apa, Bu? Kenapa Ibu nangis?” tanya Arsya.Bu Retno menunjuk-nunjuk kamar Weni. Kemudian menarik tangan Arsya, membawanya masuk ke dalam kamar Weni.Nabila begitu bingung, apa sebenarnya yang terjadi? Lantas ia pun segera mengikuti mereka masuk ke dalam kamar Weni. Terlihat pula Weni tengah sibuk menggendong Bella.“Bella nangis terus, Arsya. Suhu tubuhnya sampai panas begini. Ayok kita bawa dia ke dokter. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Bella. Sudah cukup Ibu kehilangan Arka, Ibu tidak ingin kehilangan Bella juga,” ajak bu Retno.Nabila menatap tajam ke arah bu Retno. Melihatnya begitu khawatir terhadap Bella. Sedangkan kepada Amira, bu Retno seakan tutup mata hingga akhirnya Amira menghembuskan napas terakhir.Nabila tidak mempermasalahkan Bella untuk dibawa ke dokter. Nabila juga menyayangi Bella. Namun, sikap mereka yang pilih kasih, membuatnya sakit hati. Semuanya untuk Weni dan Bella. Hingga nafkah Arsya yang seharusnya sepenuhnya menjadi miliknya, Nabila harus membaginya k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status