Share

Bab 3 Ditinggal

last update Dernière mise à jour: 2025-02-12 16:21:58

“Ada apa, Bu? Kenapa Ibu nangis?” tanya Arsya.

Bu Retno menunjuk-nunjuk kamar Weni. Kemudian menarik tangan Arsya, membawanya masuk ke dalam kamar Weni.

Nabila begitu bingung, apa sebenarnya yang terjadi? Lantas ia pun segera mengikuti mereka masuk ke dalam kamar Weni. Terlihat pula Weni tengah sibuk menggendong Bella.

“Bella nangis terus, Arsya. Suhu tubuhnya sampai panas begini. Ayok kita bawa dia ke dokter. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Bella. Sudah cukup Ibu kehilangan Arka, Ibu tidak ingin kehilangan Bella juga,” ajak bu Retno.

Nabila menatap tajam ke arah bu Retno. Melihatnya begitu khawatir terhadap Bella. Sedangkan kepada Amira, bu Retno seakan tutup mata hingga akhirnya Amira menghembuskan napas terakhir.

Nabila tidak mempermasalahkan Bella untuk dibawa ke dokter. Nabila juga menyayangi Bella. Namun, sikap mereka yang pilih kasih, membuatnya sakit hati. Semuanya untuk Weni dan Bella. Hingga nafkah Arsya yang seharusnya sepenuhnya menjadi miliknya, Nabila harus membaginya kepada mertua dan adik iparnya.

“Ya sudah, ayok kita bawa Bella ke dokter. Aku akan pinjam mobil tetangga. Em … Nabila, aku pinjam uang takziah Amira. Ini sangat darurat,” ujar Arsya.

Nabila kemudian memberikan uang itu. Bagaimana pun, ia juga tidak tega melihat Bella yang terus menerus rewel seperti itu. Hal itu justru mengingatkannya kepada Amira.

Bu Retno dan Weni segera bersiap untuk pergi ke dokter. Sementara Arsya pergi ke rumah tetangganya, untuk meminjam mobil.

“Bu, tunggu aku, aku mau ambil ponselku dulu di kamar,” ujar Nabila, kemudian ia masuk ke dalam kamarnya.

Dengan cepat Nabila mengambil ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas kecil. Lantas Nabila segera keluar untuk bersiap diri pergi ke dokter. Namun, saat Nabila keluar dari kamar, ia tidak mendapati bu Retno dan Weni di rumah. Bahkan di kamar Weni pun, mereka tidak ada.

“Ke mana mereka? Apa mereka menunggu di depan?” gumam Nabila.

Nabila pun kemudian bergegas keluar dari rumah. Namun, lagi dan lagi ia tidak menemukan bu Retno dan Weni. Bahkan mobil tetangga yang biasa dipinjam pun, sudah tidak terlihat di depan mata.

“Bu, Bu Eka. Tadi mas Arsya pinjam mobil Ibu, tidak?” tanya Nabila, saat ia melihat tetangga pemilik mobil itu berada di luar.

“Eh, Nabila. Iya tadi suami kamu pinjam mobil saya. Katanya Bella sakit dan harus dibawa ke dokter. Baru saja Arsya, bu Retno dan Weni pergi membawa Bella. Tapi kok kamu tidak ikut? Oh iya, maaf, Nabila. Saya paham, pasti kamu masih sangat sedih atas kehilangan anak kamu. Apalagi ini sudah malam, kamu butuh istirahat,” jawab bu Eka.

Mata Nabila membeliak, bisa-bisanya mereka tidak ingat kepadanya. Mereka begitu mengkhawatirkan Bella. Namun, tetap saja Nabila sangat sakit hati. Di hari yang sama anak-anak mereka sakit. Namun, perhatian mereka lebih condong terhadap Bella, dengan alasan Bella adalah anak yatim.

“Ah, iya, Bu. Saya masih berduka atas kehilangan anak saya. Jadi saya tidak ikut mengantar Bella. Ya sudah kalau begitu, saya masuk dulu ya, Bu!” pamit Nabila, yang disambut oleh anggukan bu Eka.

Nabila menghempaskan bokongnya di atas sofa. Terdiam dengan pikiran yang terus dihantui rasa kecewa terhadap keluarga ini.

Nabila kemudian menegakkan posisi duduknya.

“Apa aku susul saja ya, mereka? Aku juga khawatir terhadap Bella. Semoga saja anak itu tidak apa-apa,” gumam Nabila.

Nabila kemudian bangkit dari duduknya. Ia pun segera memesan ojek online, untuk mengantarnya melihat keadaan Bella.

Setelah menunggu beberapa saat, ojek pesanan Nabila pun datang. Bergegas Nabila segera keluar dan ojek pun mulai melaju.

Sesampainya di sebuah klinik, setelah membayar ojek, Nabila pun masuk ke dalam dan menanyakan keberadaan Bella kepada resepsionis.

Setelah mendapat informasi kamar yang ditempati Bella, dengan cepat Nabila segera menuju ke sana. Ia berharap, keadaan Bella baik-baik saja.

Nabila berjalan melewati deretan pintu kamar pasien. Hingga akhirnya langkahnya terhenti di depan pintu kamar tempat Bella berada.

“Arsya, sepertinya Bella rindu kepada ayahnya. Dia rewel sampai akhirnya suhu tubuhnya panas seperti ini. Dia demam tapi saat berada di dekat kamu, dia menjadi lebih tenang. Wajah kamu memang mirip almarhum Arka. Mungkin Bella merasa, jika berada di dekat kamu, dia merasa berada di dekat sosok Ayahnya.” Terdengar Bu Retno berbicara di dalam kamar.

Nabila terdiam, ia menatap mereka dari celah pintu yang sedikit terbuka.  Kemudian tangannya segera meraih gagang pintu, lantas membukanya.

Nabila masuk ke dalam kamar itu, membuat bu Retno, Arsya dan Weni menoleh ke arahnya.

“Bagaimana keadaan Bella? Apakah baik-baik saja?” tanya Nabila, tanpa mempermasalahkan dirinya yang ditinggal oleh mereka tadi.

“Bella sudah membaik, beruntung dia cepat mendapat penanganan. Kamu naik apa ke sini? Maaf, aku panik tadi, jadi tidak sengaja meninggalkan kamu. Pas sadar kamu tertinggal, kami sudah setengah jalan,” ucap Arsya.

Nabila mengangguk kecil, ia kemudian berjalan mendekati Bella. Menatap bayi kecil yang berbeda beberapa hari kelahirannya dengan Amira. Bella tampak tertidur pulas di atas ranjang pasien.

“Ya, tidak apa-apa. Aku naik ojek,” sahut Nabila lirih, kemudian ia mengusap rambut lebat Bella.

Suasana di ruangan itu menjadi hening. Mereka terdiam membuat suasana berubah canggung. Terutama bu Retno, ia merasa tak nyaman Nabila berada di ruangan itu.

“Nabila, Ibu lapar, bisakah kamu membelikan kami makanan?” pinta bu Retno tiba-tiba.

“Ya, sebentar aku belikan. Mas, ayok temani aku ke kantin!” ajak Nabila.

“Em … Nabila, Arsya biarkan saja di sini. Tadi juga setiap kali Arsya keluar, Bella selalu saja nangis. Kamu sendiri yang ke kantin tidak apa-apa, kan?” timpal bu Retno.

Nabila melirik ke arah Arsya dan bu Retno. Kemudian ia mengangguk, lantas ia segera keluar untuk membeli makanan untuk mereka.

“Aduh, kenapa sakit lagi. Perasaan tadi sudah dikeluarkan,” gumam Nabila, asinya kembali keluar, membuatnya merasa kembali tidak nyaman.

Baju yang dikenakannya kembali basah. Ia kemudian berlari ke arah toilet karena tak tahan dengan sensasi sakit dari asi yang tiba-tiba memaksa ingin segera dikeluarkan. Namun, tubuhnya tidak seimbang saat ia bertabrakan dengan seorang pria dari arah yang berlawanan.

Bruk!

Nabila terjatuh, tepat di hadapan orang itu. Nabila yang tengah kesakitan, berusaha bangun dari lantai. Bukannya ditolong, pria yang menabraknya barusan malah terdiam sambil menatap ke arah Nabila.

Nabila mengangkat wajahnya menatap pria itu. Namun, ia terkejut ternyata sedari tadi pria itu memperhatikan baju Nabila yang basah di bagian dua gundukan. Refleks Nabila menutupi kedua gundukan itu.

“Hei, kamu jangan kurang ajar, ya! Kenapa lihat-lihat ke arah sini?” sentak Nabila, membuat pria itu tersadar kemudian beralih menatap ke arah lain.

“Em … mohon maaf, saya tidak sengaja. Itu baju kamu basah,” ucap pria itu.

Plak!

“Jangan kurang ajar, ya! Kenapa kamu harus lihat-lihat ini?” Nabila refleks menampar pria itu.

Nabila membalikan badan, merasa malu dengan tatapan pria itu. Ia pun urung pergi ke toilet. Bergegas ia segera membeli makanan dan kembali ke kamar Bella.

“Arsya, lihat Bella, kasihan dia. Masih sangat kecil dia sudah menjadi anak yatim. Ingat permintaan adik kamu, untuk menjaga Weni dan juga Bella. Ibu pikir, dengan kamu menikahi Weni, maka Bella pasti akan tumbuh dengan sangat bahagia.”

Brak!

Related chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 4 Permintaan Mertua

    Nabila yang baru saja sampai di depan pintu kamar, harus mendengar ucapan yang begitu menyakitkan dari mulut mertuanya.Nabila membuka pintu itu cukup kencang, membuat mereka terkejut dan menatap tajam ke arahnya.“Nabila, kebiasaan sekali kamu, ya. Kalau buka pintu itu pelan-pelan. Untung Bella tidak terbangun gara-gara kamu,” ujar bu Retno terlihat kesal.Nabila bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mendekati mereka dengan perasaan sakit hati.“Apa maksud Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni? Apa Ibu kurang puas menyakitiku?” tanya Nabila.Bu Retno gelagapan begitu juga dengan Arsya. Sementara Weni, ia hanya terdiam di dekat ranjang anaknya.“Kamu ngomong apa, sih, nggak jelas sekali?” sanggah bu Retno.“Aku tidak tuli, Bu. Aku dengar semuanya, Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tega menyakitiku?” tanya Nabila.“Ibu hanya ingin menjalankan amanah saja. Mereka itu peninggalan Arka. Arka ingin kita membahagiakan mereka. Dengan cara menikahi Weni, mungkin Be

    Dernière mise à jour : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 5 Bulan Madu

    Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.Nabila mendekati meja bundar kecil tempat meny

    Dernière mise à jour : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

    Dernière mise à jour : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

    Dernière mise à jour : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

    Dernière mise à jour : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

    Dernière mise à jour : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 10 Kabur

    “Ya Tuhan, aku kira nggak ada kamu di sini, Rena. Mereka … mereka lagi ngejar aku. Mereka tahu kalau aku mau kabur dari sini,” ujar Nabila.Rena yang tengah duduk di ruangan itu, dengan sigap memberikan air minum kepada Nabila.“Minum dulu, aku akan cari solusi supaya kamu bisa keluar dari sini,” sahut Rena.Nabila mengangguk, lantas menerima satu gelas berisi air putih tersebut. Setelah meneguk air putih itu hingga tak bersisa, Nabila mulai merasa sedikit tenang.“Pokoknya kamu harus tenang, aku tidak akan membiarkan mereka menangkapmu dan menjadikanmu budak penghasil uang untuk mereka,” imbuh Rena.Rena kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.“Kamu masuk ke dalam lemari itu, kamu akan aman ada di dalam sana,” tunjuk Rena.“Tapi-”“Sudah cepat masuk, mereka semakin mendekat.” Rena mendorong tubuh Nabila untuk masuk ke dalam lemari lalu menutupnya hingga rapat.Rena kemudian duduk santai sambil menyeruput satu gelas kopi di depan sebuah laptop.Pintu pun terbuka le

    Dernière mise à jour : 2025-03-09
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 11 Pulang Bersama

    “Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu

    Dernière mise à jour : 2025-03-09

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 11 Pulang Bersama

    “Diam, kamu aman di sini,” bisik seseorang dari belakang Nabila.Nabila merasa familiar dengan suara itu, ia pun terdiam saat pria yang mengejarnya itu mencarinya di sekitaran tempat ia bersembunyi.“Sial, ke mana perginya dia?” ujar pria itu, kemudian pergi dan kembali memasuki mobilnya.Nabila bisa bernapas lega, ia kemudian membalikkan badannya ke belakang.“Mas Rocky,” gumam Nabila, saat melihat orang yang telah menyelamatkannya ternyata adalah suami temannya.“Iya, Nabila, ini aku. Syukurlah kamu tidak apa-apa dan aku menemukan kamu di saat waktu yang tepat. Kenapa kamu bisa di kejar-kejar orang itu? Apakah kamu ada masalah dengannya? Dan ini ….” Rocky menatap Nabila dari atas hingga ke bawah. Membuat Nabila risih karena penampilannya yang terbuka.“Em … aku dijebak sama orang yang memanfaatkanku yang sedang kebingungan mencari pekerjaan. Tapi aku berhasil lolos, ngomong-ngomong, terima kasih Mas Rocky sudah mau menolong aku. Aku mau pulang,” sahut Nabila.“Syukurlah kalau begitu

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 10 Kabur

    “Ya Tuhan, aku kira nggak ada kamu di sini, Rena. Mereka … mereka lagi ngejar aku. Mereka tahu kalau aku mau kabur dari sini,” ujar Nabila.Rena yang tengah duduk di ruangan itu, dengan sigap memberikan air minum kepada Nabila.“Minum dulu, aku akan cari solusi supaya kamu bisa keluar dari sini,” sahut Rena.Nabila mengangguk, lantas menerima satu gelas berisi air putih tersebut. Setelah meneguk air putih itu hingga tak bersisa, Nabila mulai merasa sedikit tenang.“Pokoknya kamu harus tenang, aku tidak akan membiarkan mereka menangkapmu dan menjadikanmu budak penghasil uang untuk mereka,” imbuh Rena.Rena kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan.“Kamu masuk ke dalam lemari itu, kamu akan aman ada di dalam sana,” tunjuk Rena.“Tapi-”“Sudah cepat masuk, mereka semakin mendekat.” Rena mendorong tubuh Nabila untuk masuk ke dalam lemari lalu menutupnya hingga rapat.Rena kemudian duduk santai sambil menyeruput satu gelas kopi di depan sebuah laptop.Pintu pun terbuka le

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 5 Bulan Madu

    Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.Nabila mendekati meja bundar kecil tempat meny

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 4 Permintaan Mertua

    Nabila yang baru saja sampai di depan pintu kamar, harus mendengar ucapan yang begitu menyakitkan dari mulut mertuanya.Nabila membuka pintu itu cukup kencang, membuat mereka terkejut dan menatap tajam ke arahnya.“Nabila, kebiasaan sekali kamu, ya. Kalau buka pintu itu pelan-pelan. Untung Bella tidak terbangun gara-gara kamu,” ujar bu Retno terlihat kesal.Nabila bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mendekati mereka dengan perasaan sakit hati.“Apa maksud Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni? Apa Ibu kurang puas menyakitiku?” tanya Nabila.Bu Retno gelagapan begitu juga dengan Arsya. Sementara Weni, ia hanya terdiam di dekat ranjang anaknya.“Kamu ngomong apa, sih, nggak jelas sekali?” sanggah bu Retno.“Aku tidak tuli, Bu. Aku dengar semuanya, Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tega menyakitiku?” tanya Nabila.“Ibu hanya ingin menjalankan amanah saja. Mereka itu peninggalan Arka. Arka ingin kita membahagiakan mereka. Dengan cara menikahi Weni, mungkin Be

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 3 Ditinggal

    “Ada apa, Bu? Kenapa Ibu nangis?” tanya Arsya.Bu Retno menunjuk-nunjuk kamar Weni. Kemudian menarik tangan Arsya, membawanya masuk ke dalam kamar Weni.Nabila begitu bingung, apa sebenarnya yang terjadi? Lantas ia pun segera mengikuti mereka masuk ke dalam kamar Weni. Terlihat pula Weni tengah sibuk menggendong Bella.“Bella nangis terus, Arsya. Suhu tubuhnya sampai panas begini. Ayok kita bawa dia ke dokter. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Bella. Sudah cukup Ibu kehilangan Arka, Ibu tidak ingin kehilangan Bella juga,” ajak bu Retno.Nabila menatap tajam ke arah bu Retno. Melihatnya begitu khawatir terhadap Bella. Sedangkan kepada Amira, bu Retno seakan tutup mata hingga akhirnya Amira menghembuskan napas terakhir.Nabila tidak mempermasalahkan Bella untuk dibawa ke dokter. Nabila juga menyayangi Bella. Namun, sikap mereka yang pilih kasih, membuatnya sakit hati. Semuanya untuk Weni dan Bella. Hingga nafkah Arsya yang seharusnya sepenuhnya menjadi miliknya, Nabila harus membaginya k

Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status