Share

IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT
IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT
Author: Yuni Masrifah

Bab 1 Pilih Kasih

last update Last Updated: 2025-02-12 16:18:03

“Mas, uang kita yang dua ratus ribu mana?” 

“Tadi dipinjam sama ibu.”

“Amira panas, Mas. Panasnya sangat tinggi. Kenapa kamu kasih? Mas, tolong minta lagi uang itu sama ibu. Kita harus membawa Amira ke dokter. Aku takut terjadi apa-apa sama anak kita. Kita tidak punya uang lagi selain uang itu.”

Arsya yang tengah meminum kopi, segera berdiri dan mendekati Nabila, istrinya yang tengah menggendong Amira, putri mereka yang baru berusia 2 bulan.

“Hanya demam biasa, coba kamu kompres saja Amira, nanti juga dia bakalan sembuh,” imbuh Arsya.

Nabila menggeleng pelan, jelas Amira membutuhkan penanganan dokter. Suhu tubuh Amira sudah berada di atas normal. Membuat Nabila bersikeras ingin membawanya ke dokter.

“Tidak, Mas, Amira butuh pertolongan dokter. Kita tidak bisa membiarkannya seperti ini. Pokoknya kamu minta lagi uang itu dari ibu. Aku tidak mau tahu, Amira harus dibawa ke dokter,” sahut Nabila.

Arsya kemudian pergi ke dapur, kemudian kembali dengan membawa rantang berisi air dan juga handuk kecil.

“Sini, biar aku saja yang urus Amira. Anak hanya demam biasa, kamu malah sibuk ingin aku meminta uang itu lagi. Lagi pula, ibuku lebih membutuhkan uang itu.” Arsya kemudian mengompres dahi Amira dengan kain handuk yang telah dibasahi itu.

Bukannya tangisannya mereda, tangisan Amira malah semakin kencang. Wajahnya pun semakin memerah seperti menahan sakit.

Nabila kecewa dengan sikap Arsya yang menganggap hal ini sepele. Lantas ia keluar dari kamar, ia mencari ibu mertuanya untuk meminta uang itu kembali.

“Bu, apa ada di dalam?” Nabila mengetuk pintu kamar ibu mertuanya.

“Bu, ada yang ingin aku bicarakan sama Ibu. Tolong buka pintunya!”

Lama Nabila berdiri di depan pintu kamar ibu mertuanya. Namun, pintu itu tak kunjung terbuka. Setelah memastikan ibu mertuanya tidak ada di kamar, Nabila pun segera keluar untuk mencarinya.

Amira yang baru saja mengenakan alas kaki. Ia melihat ibu mertuanya bersama dengan Weni yang menggendong anaknya, istri dari almarhum adik Arsya sedang berjalan sambil menenteng kantong kresek besar berisi 2 kotak susu formula berukuran besar. Tampaknya mereka habis berbelanja dari minimarket.

“Bu, maaf kalau aku lancang. Bu, aku mau meminta kembali uang yang Ibu pinjam dari mas Arsya. Amira demam, dia harus secepatnya dibawa ke dokter,” ujar Nabila.

“Uang? Kenapa kamu mau memintanya kembali? Lagi pula Ibu hanya meminjam. Nanti juga dibalikin, tapi tidak sekarang. Amira hanya demam, kan? Cukup dikompres saja nanti juga turun panasnya. Sudahlah, Nabila, Ibu capek Ibu habis membeli susu buat Bella. Lagi pula, uang itu Ibu gunakan untuk membeli susu formula,” sahut bu Retno.

Nabila terbelalak, ia tidak menyangka jika ibu mertuanya tega berbicara seperti itu. Situasi genting seperti ini, dia masih saja bersikap pilih kasih. Padahal, Amira juga adalah cucu kandungnya. Namun, kasih sayang bu Retno lebih condong terhadap Bella. 

“Bu, asi Weni lancar, tidak perlu membeli susu formula. Kenapa Ibu dan Weni selalu memaksakan kehendak jika keuangan kita sedang tidak baik-baik saja?” Nabila sungguh tidak habis pikir. Di mana pikiran keluarga itu? Sehingga mereka abai saat salah satu anggota keluarganya tengah menahan sakit.

Bu Retno tidak ingin perdebatan ini semakin ke mana-mana. Ia pun segera masuk menyusul Weni ke dalam rumah.

Tangisan Amira semakin menjadi. Hal itu membuat Nabila semakin khawatir. Lantas ia segera berlari ke dalam kamarnya. Ia melihat Amira dibaringkan di atas kasur. Namun, Arsya dengan santainya ia tertidur pulas di samping Amira, tanpa terganggu sedikit pun oleh tangisan Amira.

“Bangun, Mas. Kita harus membawa Amira ke dokter. Kita tidak bisa diam saja seperti ini. Kamu sebagai Ayah, jangan santai seperti ini. Kita pinjam uang ke tetangga atau siapa saja. Yang penting anak kita harus mendapatkan penanganan dari dokter,” ujar Nabila, ia mengguncang-guncang tubuh Arsya, supaya suaminya itu lekas bangun.

“Aku ngantuk, Nabila. Sudah, kamu jangan terlalu berlebihan seperti ini. Bayi seumuran Amira memang biasa seperti ini. Kamu jangan membuat aku pusing dengan semua ocehanmu. Sekarang, sebaiknya kamu kompres lagi Amira. Aku mau tidur,” sahut Arsya.

Ingin marah, rasanya percuma. Arsya seakan menganggap penyakit yang diderita Amira adalah hal biasa. Nabila pun segera menggendong Amira, kemudian membawanya keluar. Ia akan membawa Amira ke dokter, masalah biaya, ia akan meminjam kepada tetangga.

“Kamu yang sabar ya, Nak. Ibu akan membawa kamu ke dokter. Kamu harus kuat,” gumam Nabila, setengah berlari ia terus berjalan ke jalan raya menuju sebuah klinik.

Nabila kemudian menyetop angkutan kota, untuk mempersingkat waktu. Sementara Amira tidak hentinya menangis.

Sesampainya di depan klinik, Nabila turun tergesa-gesa dari mobil. Beruntung Amira mulai tenang dan tidak menangis lagi, bahkan kini Amira tertidur begitu nyenyak.

“Alhamdulillah … kamu sudah tenang, Sayang. Sebentar lagi kamu akan sembuh. Kita ketemu bu dokter dulu di dalam, ya!” gumam Nabila mengajak bicara bayinya itu.

“Bu, apakah demamnya sudah lama?” tanya dokter yang menangani Amira. Dokter itu tengah memeriksa detak jantung Amira.

“Dari tadi pagi, Dok. Dia rewel terus dan suhu tubuhnya sangat panas. Tolong anak saya, Dok. Tolong sembuhkan anak saya,” jawab Nabila.

Dokter wanita muda berhijab abu-abu itu tampak menghembuskan napas kasar. Kemudian menepuk pelan bahu Nabila. Membuat Nabila bingung dengan sikap dokter itu.

“Ibu yang sabar, ya. Anak Ibu sudah berpulang,” ucap dokter.

Nabila menautkan kedua alisnya, tidak mengerti dengan ucapan dokter barusan.

“Ma-maksud Dokter apa? Anak saya tidak apa-apa kan, Dok? Dia hanya demam biasa, kan, dan dia bisa sembuh?” tanya Nabila.

Sayangnya dokter itu menggelengkan kepalanya. Membuat Nabila terhenyak, wajahnya menyiratkan tidak percaya.

“Mohon maaf, Bu. Anak Ibu tidak selamat. Anak Ibu telat mendapat penanganan,” jawab dokter.

Deg!

Dunia Nabila seakan berhenti. Nabila menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menatap wajah putrinya yang sudah tidak bernapas lagi. Perlahan, matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipinya.

“Tidak, tidak mungkin anak saya meninggal, Dok. Anak saya masih hidup. Katakan, anak saya masih hidup kan, Dok? Dia masih bernapas, kan?” Nabila memeluk tubuh Amira dengan tangisan pecah memenuhi ruangan.

Ditatap wajah putrinya, wajah yang tidak berdosa itu harus kehilangan nyawa secepat itu. Seketika ia teringat akan suami, mertua dan iparnya. Tangannya refleks mengepal kuat.

Merasa sudah tidak ada harapan lagi, Nabila memutuskan untuk pulang sambil kembali menggendong anaknya. Kini, dunia Nabila seakan berhenti berputar. Semua harapan hancur saat anaknya dinyatakan meninggal dunia.

“Tega kalian semua, anakku mati gara-gara kalian!” gumam Nabila, sambil terus berjalan dengan air mata yang terus mengalir tak mau berhenti.

Nabila menjadi pusat perhatian orang-orang saat ia berjalan. Hingga ia memutuskan menaiki ojek.

Sampai di depan rumah, Nabila turun dan kembali berjalan hendak masuk. Tampak banyak sandal yang berada di depan teras, membuat Nabila heran ada apa di rumah mertuanya itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 2 Ulang Tahun

    “Ada apa ini?” tanya Nabila, saat melihat banyak orang tengah makan-makan.Ada banyak makanan siap saji di rumah itu. Ada juga kue ulang tahun yang tidak terlalu besar berada di atas meja.“Eh, Mbak Nabila sudah pulang. Ini ada teman-teman aku datang ngucapin selamat karena aku ulang tahun. Aku saja baru ingat kalau hari ini aku ulang tahun. Jadi, tidak ada persiapan sama sekali untuk menjamu mereka. Jadi Mas Arsya dan ibu membeli semua makanan siap saji ini,” jawab Weni.Nabila terbelalak, ia heran atas sikap Arsya. Yang katanya keuangan sedang tidak baik-baik saja. Namun, ia masih bisa membeli makanan banyak untuk menjamu teman-teman Weni.“Mana mas Arsya dan ibu?” tanya Nabila, ia tampak menahan emosi yang hampir meledak.“Ibu ada di belakang dan mas Arsya sepertinya ada di kamarnya,” jawab Weni.Nabila kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.Brak!Nabila membanting pintu kamarnya, membuat semua tamu Weni terkejut. Bahkan bu Retno pun yang berada di belakang, mendengarnya dan berl

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 3 Ditinggal

    “Ada apa, Bu? Kenapa Ibu nangis?” tanya Arsya.Bu Retno menunjuk-nunjuk kamar Weni. Kemudian menarik tangan Arsya, membawanya masuk ke dalam kamar Weni.Nabila begitu bingung, apa sebenarnya yang terjadi? Lantas ia pun segera mengikuti mereka masuk ke dalam kamar Weni. Terlihat pula Weni tengah sibuk menggendong Bella.“Bella nangis terus, Arsya. Suhu tubuhnya sampai panas begini. Ayok kita bawa dia ke dokter. Ibu takut terjadi apa-apa dengan Bella. Sudah cukup Ibu kehilangan Arka, Ibu tidak ingin kehilangan Bella juga,” ajak bu Retno.Nabila menatap tajam ke arah bu Retno. Melihatnya begitu khawatir terhadap Bella. Sedangkan kepada Amira, bu Retno seakan tutup mata hingga akhirnya Amira menghembuskan napas terakhir.Nabila tidak mempermasalahkan Bella untuk dibawa ke dokter. Nabila juga menyayangi Bella. Namun, sikap mereka yang pilih kasih, membuatnya sakit hati. Semuanya untuk Weni dan Bella. Hingga nafkah Arsya yang seharusnya sepenuhnya menjadi miliknya, Nabila harus membaginya k

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 4 Permintaan Mertua

    Nabila yang baru saja sampai di depan pintu kamar, harus mendengar ucapan yang begitu menyakitkan dari mulut mertuanya.Nabila membuka pintu itu cukup kencang, membuat mereka terkejut dan menatap tajam ke arahnya.“Nabila, kebiasaan sekali kamu, ya. Kalau buka pintu itu pelan-pelan. Untung Bella tidak terbangun gara-gara kamu,” ujar bu Retno terlihat kesal.Nabila bergegas masuk ke dalam kamar. Ia mendekati mereka dengan perasaan sakit hati.“Apa maksud Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni? Apa Ibu kurang puas menyakitiku?” tanya Nabila.Bu Retno gelagapan begitu juga dengan Arsya. Sementara Weni, ia hanya terdiam di dekat ranjang anaknya.“Kamu ngomong apa, sih, nggak jelas sekali?” sanggah bu Retno.“Aku tidak tuli, Bu. Aku dengar semuanya, Ibu meminta suamiku untuk menikahi Weni. Kenapa, Bu? Kenapa Ibu tega menyakitiku?” tanya Nabila.“Ibu hanya ingin menjalankan amanah saja. Mereka itu peninggalan Arka. Arka ingin kita membahagiakan mereka. Dengan cara menikahi Weni, mungkin Be

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 5 Bulan Madu

    Nabila yang penasaran, menempelkan sebelah telinganya pada daun pintu. Matanya terbelalak, napasnya tiba-tiba memburu.Nabila sangat hafal dengan suara itu. Jelas itu suara Weni. Namun, yang membuat Nabila tak habis pikir, suara pria yang ada di dalam kamar itu, sama persis dengan suara Arsya.Semakin didengarkan, semakin yakin Nabila dengan kecurigaannya. Nabila ingin melihat sendiri apakah kecurigaannya benar? Jika iya, sangat keterlaluan mereka.Nabila memutar pelan kenop pintu itu. Namun, sayangnya pintu dikunci dari dalam.Semakin jelas terdengar suara rintihan itu. Semakin sesak dada Nabila. Mereka begitu menikmati apa yang mereka lakukan. Sebagai wanita dewasa yang telah menikah, tentu Nabila mengerti apa yang mereka lakukan saat ini.Nabila melangkah mundur, dengan kepala menggeleng pelan. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian luruh membasahi pipi. Langkah mundurnya berhenti, saat matanya menangkap suatu benda di sudut ruangan itu.Nabila mendekati meja bundar kecil tempat meny

    Last Updated : 2025-02-12
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 6 Tidak Enak

    “Mas Rocky mau apa?” tanya Nabila, ia berdiri di ambang pintu, menatap Rocky yang masuk ke dalam kamarnya.Rocky menatap Nabila dengan sebelah alis yang terangkat. Ia kemudian menyimpan satu buah tas bedcover dan menyimpannya di atas tempat tidur.“Maaf, Nabila, jangan salah paham dulu. Aku ke sini cuma mau memberikan ini sama kamu, Nadya yang nyuruh. Nadya sangat mengantuk jadi dia nyuruh aku,” jawab Rocky.Nabila terdiam. Namun, ia kemudian menganggukkan kepala, setelah melihat Rocky membawakan sprei, selimut dan sarung bantal untuknya.“Aku disuruh Nadya supaya memberikan sprei, sarung bantal dan selimut ini sama kamu, karena sprei, selimut dan bantal yang itu belum diganti. Takutnya kotor dan kamu gatal-gatal,” jelas Rocky.Mendengar penjelasan Rocky, membuat Nabila merasa malu sendiri. Bisa-bisanya ia berpikir buruk tentang suami temannya itu.“Em … aku minta maaf, Mas. Aku tidak bermaksud-”“Tidak apa-apa, sebaiknya kamu segera ganti spreinya sebelum kamu tidur. Aku juga mau bal

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 7 Mencari Pekerjaan

    “Hai, Mbak! Kenapa nggak masuk?” tanya Weni, ia berada di dalam angkutan kota itu.Nabila menghembuskan napas kasar, lalu segera menaiki angkutan kota itu. Walau pun ia merasa malas jika harus berhadapan lagi dengan Weni. Namun, tak ada pilihan lain. Nabila ingin cepat mencari pekerjaan dan tidak mau berlama-lama berdiam diri di rumah Nadya.Nabila duduk di seberang Weni. Penumpang dalam angkutan kota itu hanya ada mereka berdua saja. Jadi, Nabila sengaja duduk di seberang Weni karena tak ingin berdekatan dengan wanita yang telah merebut suaminya itu.“Mau ke mana, Mbak?” tanya Weni.“Bukan urusan kamu, kita sudah bukan siapa-siapa,” jawab Nabila.Weni yang sedari tadi menenteng rantang berisi makanan, tersenyum dan terus menatap Nabila.“Kenapa, Mbak? Masih sakit hati karena aku yang berhasil menjadi istri satu-satunya mas Arsya?” bisik Weni mendekatkan wajahnya ke arah Nabila.Nabila terbelalak, ia menatap tajam ke arah Weni.“Aku? sakit hati? Kamu merasa menang menjadi istri satu-s

    Last Updated : 2025-03-07
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 8 Isyarat

    Nabila menatap baju yang diberikan Terry. Kedua alisnya saling bertaut, kemudian menoleh ke arah Terry.“Maaf, Terry. Ini bajunya sepertinya kekecilan dan terlalu terbuka di badan aku. Adakah baju yang agak besar dan tertutup?” tanya Nabila.“Di sini tidak ada baju seperti yang kamu inginkan. Sudah, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu pakai saja baju ini, ini baju sangat bagus. Apalagi kamu yang pakai, cocok dengan tubuh dan warna kulit kamu. Ayok cepat pakai bajunya. Jangan sampai membuat tamu kita menunggu lama dan kecewa,” jawab Terry.Nabila masih terdiam sambil menatap baju tersebut. Ia tidak pernah mengenakan baju yang sangat minim bahan seperti itu. Selain risih, ia berpikir mungkin jika dipakai akan terasa tidak nyaman.“Em … Terry, aku kan di sini mau jadi asisten rumah tangga. Yang aku tahu, asisten rumah tangga itu penampilannya bukan seperti ini,” ujar Nabila.Terry mendelik ke atas, ia sempat geleng-geleng kepala mendengar Nabila yang terus menerus berbicara.“Kamu pak

    Last Updated : 2025-03-08
  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 9 Pekerjaan Haram

    Nabila terkejut setelah membaca surat dari Rena tersebut. Tak menyangka, jika ternyata dirinya dijebak oleh orang-orang jahat yang mau memanfaatkan kepolosannya. Pantas saja, pakaian yang diberikan Terry sangat minim bahan. Ternyata pekerjaan yang mereka berikan, adalah pekerjaan tidak baik.“Aku harus bisa keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi budak penghasil uang untuk mereka.” Nabila menatap sekeliling kamar mandi itu.Hanya ada jendela jika Nabila ingin kabur dari kamar mandi itu. Namun, sayangnya jendela itu cukup tinggi untuk Nabila panjat.“Nabila, cepat! Kenapa lama sekali, sih?” Dari luar, Terry mengetuk pintu.“I-iya sebentar, perutku sakit!” Nabila menyalakan kran air untuk mengelabuhi Terry.Nabila berpikir keras untuk mencari cara supaya bisa pergi dari rumah itu. Entah bagaimana caranya, Nabila belum tahu. Nabila mulai panik, pikirannya tiba-tiba buntu.Beberapa kali, Terry lagi dan lagi mengetuk pintu. Membuat Nabila mau tidak mau harus membuka pintu. Nabila harus bis

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 60 Pusing

    “Mas-mas, ke sini!” Nadin memanggil salah satu pelayan catering yang kebetulan lewat di hadapannya.“Iya, ada apa, Mbak?” tanya pelayan catering itu, setelah menghampiri Nadin.Nadin kemudian membisikkan sesuatu di telinga pelayan catering itu. Lantas memberikan sejumlah uang kepadanya.“Wah … siap, Mbak. Terima kasih banyak telah mempercayakan kepada saya. Kalau begitu, akan saya laksanakan sekarang,” ucap pelayan catering, kemudian membawa dua gelas minuman ke arah Gala dan Nabila.Dari kejauhan, Nadin memantau Gala dan Nabila yang menerima minuman itu.“Huh, sebentar lagi, Nabila. Sebentar lagi kamu akan merasakan akibatnya. Dan mas Gala, akan membenci kamu!” seru Nadin.Nadin kemudian melangkahkan kakinya hendak pergi dari tempat itu. Namun, karena sebelah hak sepatunya yang patah, membuatnya nyaris terjatuh.“Aaa!”Beruntung seseorang berhasil menahan tubuh Nadin. Sehingga Nadin tak jadi jatuh.“Kak Ello ya ampun, terima kasih banyak sudah menolongku. Aku nggak tahu kalau misal n

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 59 Menghargai

    Nabila menatap kue itu di lantai, lantas mengangkat wajahnya menatap Nadin yang berdiri di hadapannya.“Mbak Nadin,” batin Nabila.“Enak makanannya?” tanya Nadin.“Kenapa Mbak Nadin melempar makanan saya?” tanya Nabila balik.“Kenapa? Mau marah? Asal kamu ingat ya, Nabila. Kamu harus sadar sama batasan kamu di sini. Tidak usah tebar pesona seperti tadi. Untuk apa? Untuk mencari perhatian banyak orang? Khususnya mas Gala?” tanya Nadin.Nabila menggelengkan kepalanya pelan. Menepis tuduhan yang dilontarkan Nadin.“Maaf, Mbak Nadin. Saya tidak ada niat tebar pesona. Saya hanya menjalankan tugas. Saya di sini hanya bekerja, tidak lebih,” ucap Nabila berusaha menyangkal.Nadin melipat kedua tangannya di depan dada. Mendelikkan matanya ke atas, seakan tidak menghiraukan ucapan Nabila yang berusaha membela diri.“Dengan penampilan seperti itu, apakah saya harus percaya kalau kamu tidak tebar pesona? Tapi … tunggu-tunggu, saya sepertinya kenal dengan baju yang kamu pakai ini. Coba kamu berdir

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 58 Terpesona

    “Oma, aku malu. Aku nggak biasa dandan seperti ini,” ujar Nabila.“Kenapa mesti malu? Kamu cantik, Oma juga pangling lihat kamu. Pokoknya, mereka semua yang menertawakan kamu, harus bungkam saat melihat kecantikan kamu,” sahut Oma Nira.Saat melangkahkan kaki ke halaman tempat diadakannya acara pesta pertunangan, di saat yang bersamaan, keluarga calon tunangan Ello pun datang.Keluarga Ello menyambut kedatangan Angel, wanita yang sebentar lagi akan menjadi tunangan Ello.“Oma, apakah itu tunangan Pak Ello? Cantik, ya orangnya!” tunjuk Nabila merasa takjub.“Ah, iya … ternyata Angel sudah datang. Ayok, Nabila, sebaiknya kita ke sana. Oma mau bergabung dengan keluarga Oma. Kamu juga bergabung dengan pekerja yang lain,” sahut oma Nira.Nabila mengangguk, lantas wanita berbeda usia itu kemudian melangkahkan kakinya hendak menyambut kedatangan keluarga Angel.“Eh, lihat! Bukankah itu wanita yang memakai baju bolong tadi?” bisik salah satu tamu undangan.“Ternyata dia cantik, ya.”“Iya, pen

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 57 Dipermalukan

    Suara tawa Weni yang lantang, membuat para tamu undangan yang lain, kompak tertawa lepas. Yang tadinya mereka menahan tawa karena tidak enak, kini mereka bebas tertawa lepas melihat penampilan Nabila.“Mbok Min, apakah ada yang salah dengan bajuku?” tanya Nabila.Mbok Min lantas memutar tubuh Nabila. Mbok Min terbelalak, saat melihat baju bagian belakang yang Nabila kenakan, terdapat lubang sebesar bulatan lubang gelas.“Nabila, baju kamu bolong di bagian belakang. Pantas saja mereka seperti menahan tawa. Ternyata ada yang salah sama baju kamu,” bisik mbok Min.Nabila merasa malu, lantas meminta mbok Min untuk membantu menutupi bagian belakangnya. Namun, beruntung Nabila mengenakan celana legging. Akan tetapi walau pun begitu, tetap saja Nabila merasa malu.Wajah Nabila berubah merah menahan malu. Sandi yang tengah anteng pun, merasa terganggu atas riuh ramainya orang-orang tertawa lepas.“Mbak, sayang sekali, ya. Sepertinya itu baju bekas. Kamu memang cocok memakai baju itu,” celetuk

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 56 Acara Pertunangan

    Di dalam kamar, Nabila yang penasaran dengan kotak hadiah pemberian Gala, segera membukanya.“Wah … cantik sekali,” gumam Nabila setelah kotak itu terbuka.Di dalam kotak itu, terdapat sebuah jepitan rambut dan sebuah ikat rambut. Jepitan rambut itu begitu cantik dengan motif kupu-kupu yang terlihat sangat menarik.“Surat?”Di dalam kotak itu pula, tersimpan sebuah surat yang entah apa isinya. Lantas Nabila membuka surat itu, dan mulai membacanya.“Semoga kamu suka dengan hadiah kecil ini. Memang tidak seberapa dan tidak mahal, tapi saya harap kamu mau memakainya. Hadiah ini saya berikan, sebagai tanda permintaan maaf saya karena ucapan saya yang telah menyakiti hati kamu waktu itu. Mungkin hanya dengan ucapan minta maaf saja, itu tidak akan cukup. Dengan hadiah ini, saya mohon kamu mau memaafkan saya dengan sepenuh hati kamu. Saya juga ingat, ikat rambut kamu putus, kan? Biar tidak gerah dan mengganggu pekerjaanmu, pakailah.”Nabila melipat kembali surat itu. Tersenyum kecil atas sik

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 55 Mulai Tertarik

    “Ello!”Seseorang berteriak memanggil nama Ello dengan suara cukup kencang. Membuat perhatian Ello teralihkan.“Ello, kamu di mana?” panggil oma Nira dari ruang keluarga.Mendengar suara oma Nira memanggil nama Ello. Hal itu menjadi sebuah kesempatan untuk Nabila bisa terlepas dari jerat menakutkan Ello. Selagi perhatian Ello teralih pada oma Nira, dengan cepat Nabila mendorong tubuhnya dengan kencang. Membuat lelaki itu mundur beberapa langkah.Nabila berlari keluar dari kamar Sandi. Bergegas ia mendekati pintu, lalu masuk ke dalam kamarnya dan mengunci rapat pintunya.“Shit! Kenapa oma ganggu saja, sih!” gerutu Ello, kemudian keluar dari dalam kamar Sandi.“Ya Tuhan, kenapa selalu seperti ini? Aku ingin hidupku tenang, ya Tuhan,” batin Nabila.Nabila kemudian duduk di pinggiran ranjang, menatap pantulan wajah yang terpampang dari depan cermin.“Apa yang menarik dariku sebenarnya? Aku jarang dandan, aku juga lupa kapan terakhir aku memakai make-up. Aku tidak menarik tapi kenapa pak E

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 54 Tersipu Malu

    Beberapa hari kemudian, oma Nira dan Nabila tengah duduk di ruang keluarga sambil melihat-lihat baju-baju berwarna senada untuk para pekerja. Rencananya, baju-baju itu akan dipakai di hari pertunangan Ello.“Bagus sekali ya, Nabila. Nanti kamu bagiin, ya, baju-baju ini kepada yang lain,” titah oma Nira.“Baik, Oma, nanti saya bagikan pada yang lain,” sahut Nabila sambil tersenyum ramah.Hari pertunangan akan dilaksanakan besok malam di rumah itu. Segala persiapan dimulai dari dekorasi, dan yang lain pun tengah dikerjakan dari mulai sekarang.Orang-orang di rumah itu tampak tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tak terkecuali Nabila, sembari menggendong Sandi, Nabila pun membantu oma Nira membagikan baju-baju itu untuk pekerja yang lain.“Mbok, ini baju buat kita-kita. Bagus ya, Mbok. Aku sangat menyukainya,” ujar Nabila sambil memberikan satu baju untuk mbok Min.Mbok Min menerimanya, lantas melihat baju itu dengan takjub.“Pasti harganya mahal ya, Bil. Memang, ya, keluarga ini

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 53 Memanfaatkan

    Setelah mengakhiri obrolannya di telepon, Nadin pun segera mengirimkan pesan kepada Erina.“Sepertinya ideku akan berhasil. Cukup akan membuat Nabila dipermalukan,” gumam Nadin.Nadin melirik ke arah jam dinding. Nadin kemudian duduk di depan cermin di dalam kamarnya. Nadin hendak melakukan perawatan pada wajahnya sebelum tidur.“Ya … krim malamnya tinggal sedikit lagi. Ish … nyebelin banget. Coba kalau masih ada kak Delima, pasti apa-apa lebih gampang. Jangankan skincare, beli tas saja gampang,” gumam Nadin, ia mengeluh dengan keadaannya sambil memegangi skincare miliknya yang hampir habis.Nadin kemudian meraih ponselnya yang baru saja ia letakkan di atas nakas. Lantas ia segera mengetikkan sesuatu pada pesan yang akan ia kirim kepada Erina.“Tante, aduh gimana, ya ngomongnya. Tiba-tiba kepala aku sakit, mau beli obat tapi aku nggak ada uang. Mama sama papa aku sedang nggak ada di rumah. Cuma aku sendirian di rumah. Mana ini sudah malam, lagi. Aku takut pas hari pertunangan kak Ello

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 52 Mengenali

    “Hei, saya sepertinya pernah melihat kamu,” ujar Faisal kepada Nabila.Nabila mengangkat wajahnya, ia menatap pria paruh baya itu dengan lekat. Orang-orang di sekitarnya pun, mereka tampak penasaran, kenapa Faisal berbicara seperti itu? Apakah Faisal dan Nabila pernah bertemu?“Oh ya, Pak? Memangnya Bapak siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Nabila.Faisal tampak berpikir keras. Namun, selang beberapa saat ia pun mengingat sesuatu.“Nah, iya saya baru ingat. Kamu yang menolong saya yang hampir kecopetan, kan? Kamu ingat?” tanya Faisal.Nabila pun mengingat-ingat, seketika Nabila pun teringat akan hal itu. Sementara yang lain hanya bengong sambil memperhatikan Faisal dan Nabila.“Ah iya, maaf saya lupa dengan wajah Bapak. Maklum, saya tidak begitu memperhatikan wajah Bapak. Kok Bapak bisa ada di sini? Apakah Bapak anggota keluarga ini?” tanya Nabila.Erina memejamkan matanya sesaat. Tangannya merangkul pinggang Faisal di hadapan Nabila.“Dia Faisal, suami saya. Saya Nyo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status