Vivian tidak pernah tahu bahwa menikahi Maximilian Windsor akan menjadi mimpi paling buruk baginya. Setiap hari mendapat penyiksaan fisik dan batin membuat Vivian harus menahan trauma berat setiap saat. Sampai suatu masa dalam kehidupan yang begitu menyiksa, datanglah sosok pria yang mampu membangkitkan semangat Vivian untuk tetap hidup. Dia adalah River, pria lembut yang datang bagai sosok malaikat dan penyelamat, namun disamping itu pula akibat ketertarikan Max yang semakin menggila, sebuah kejadian tak terduga malah membuat Vivian harus mengandung benih dari pria yang paling dia benci selama hidupnya. Manakah yang akan dipilih? Apakah River pemenangnya ataukah Max sebagai ayah kandung anaknya? Kita akan menemukan jawabannya dalam kisah ini.
View MoreMata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o
Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang
Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.
Tak...tak... Suara langkah kaki begitu jelas memecah hening. Begitu terlihat tas yang tak asing lagi tergeletak di dekat pohon. Dengan cepat pria itu meraih benda tersebut lalu melihat isi di dalamnya. Ketika lembaran kertas terlihat, tangannya yang besar langsung membuka isi kertas tersebut. Pelan namun pasti rangkaian kata berhasil dibaca. Kalimat indah yang disajikan dengan begitu rapi telah berhasil membuatnya menarik nafas sangat dalam. "Haa...pada akhirnya apa yang ku khawatirkan selama ini ternyata tetap terjadi." ... Sementara itu, di Vila Max sedang duduk di sofa ruang tamu, saat Vivian dan Moa memasuki ruangan, terlihat wanita cantik itu menutupi wajah dengan rambutnya menyembunyikan mata sembab akibat menangis sepanjang tadi. "Kemarilah," pinta Max agar duduk di dekatnya. Vivian lalu duduk dan otomatis Moa undur diri setelah melihat tatapan Max yang dingin padanya. "Besok adalah hari pemeriksaan terakhir kandunganmu, sepertinya aku tidak akan bisa mengantarmu, ada
Di klinik kandungan, Vivian dibaringkan untuk melakukan USG melihat jenis kelamin buah hati mereka. "Selamat sepertinya anda berdua dikaruniai buah hati kembar," ucap dokter Oliv terlihat senang. Max fokus melihat gambar dalam layar, terlihat dua bayi tengah meringkuk disana. "Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Max penasaran. "Sebentar, saya akan lihat." Dokter segera memerhatikan lagi. "Sepertinya anak anda laki-laki dan perempuan, anda bisa melihat di gambar ini." Dokter menunjuk letak gambar kelamin bayi. Max menarik nafas pelan. Tak bisa di tutupi hadirnya dua buah hati telah membuatnya teramat senang. "Kedua bayinya sehat kan?" tanya Max lagi. "Alhamdulillah dari hasil USG tak ada kecacatan sedikitpun." Max lalu melirik istrinya, bibirnya seakan ingin mengucapkan kalimat sakral yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka, namun sayangnya ego yang besar telah meredam keinginan tersebut jauh dalam dalam, hingga Max hanya bisa memegang tangan Vivian erat-erat, tanp
Tanpa terasa langit telah berubah warna, Vivian telah kembali menuju Vila. Langkah lemah menapak menyingkap rerumputan taman yang panjang, dan begitu pandangannya terangkat, disana sosok Max telah berdiri, dia lihat mata biru itu tengah memperhatikan dengan pandangan tak senang. "Kau darimana saja?" Vivian membalas dengan senyuman yang sangat indah, angin yang sengaja bertiup juga semakin mempercantik wajahnya. "Aku melepasnya, seperti keinginanmu aku telah memutuskannya," jawab Vivian dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang terus bergejolak di dada. Vivian menurunkan pandangan. "Akan tetapi dia belum sepenuhnya melepas ku, jadi tolong biarkan aku membujuknya agar dia tidak menganggu ku lagi." Max tak bisa menjawab, melihat mata coklat bersinar hanya bisa membuatnya diam. "Jika kau memberiku izin, akan ku pastikan sebelum anak ini lahir aku akan meninggalkan dia sepenuhnya, bagaimana bisakah kau mewujudkan permintaanku?" "Baiklah, namun aku akan mengantarmu saat menemui
Terasa lebih ringan beban yang menimpa aktor muda itu, namun entah mengapa ada lelah lain yang terus menanti untuk diselesaikan. Langkah pelan nan berat tiba-tiba menyusuri lantai menuju ruangan dimana ada seseorang yang dia inginkan disana.Cklek...Dalam sudut pandangnya terlihat wanita cantik nan indah sedang duduk sembari memegang botol kecil. Kedua matanya yang jernih nampak menatap lantai tanpa teralihkan sedikitpun.Max memerhatikan lagi benda di tangan istrinya, dan saat Max sadar, dengan cepat dia segera merebut benda tersebut."Kau sedang memakan obat apa?" tanya Max sambil merebut botol obat, keningnya berkerut marah.Vivian memandang Max pelan."Entahlah, Moa memberikannya padaku," jawab Vivian masih tetap dengan pandangan tanpa arti, kedua mata mereka bertemu namun Max tak menemukan cahaya kehidupan di titik itu sama sekali.Max langsung membaca tulisan yang tertempel di sisi botol. Tidak sepenuhnya mengerti namun dia tahu obat apa yang sedang dia pegang saat ini.Dengan
Tanpa terasa 6 bulan telah berlalu, dan dalam jangka waktu tersebut sama sekali tak ada perubahan, Max tetap pada sikapnya begitupun Vivian, dia hanya patuh pada tugasnya. Sambil memandang cahaya dari kaca jendela, Vivian mengingat kembali memori bersama sang kekasih, ada pertanyaan besar yang terus mengganggunya hingga kini. "Bagaimana hubungan kami sekarang?" Vivian terus mempertanyakan tanpa mau mencari jawaban, karena jawaban yang pasti dia temukan bukanlah yang ingin dia dengar. Sambil mengelus perut yang mulai membesar wanita berambut coklat itu menatap kosong hamparan lantai. "Melepaskannya, apakah aku bisa?" "Ha...aku sama sekali tidak menginginkannya, tapi jika terus begini aku terlalu serakah, dia sangat pantas bahagia dengan wanita lain, sedangkan aku... Aku tak memiliki apapun yang pantas diberikan padanya," gumam Vivian. Cklek... Pintu terbuka, seperti biasa Max datang dengan nampan ditangannya. "Makanlah, anakku harus tumbuh sehat." Max memerintah, dia belum bis
Dalam dinginnya hembusan angin pagi, Vivian melangkah menyusuri rerumputan menuju tepi danau. Begitu melihat kursi, wanita berbadan dua itu langsung duduk menikmati udara sejuk dengan mata terpejam.Sementara di tempat lain, Max membawa nampan untuk sarapan sang istri, namun matanya membulat terkejut saat Vivian tidak ditemukan di kamarnya."Kemana dia?"Dengan cepat Max berlari menemui para pelayan yang berkeliaran di dalam rumah."Kau melihat istriku?" tanya Max cemas."Saya lihat nona sedang berada di tepi danau tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?" tawar pelayan tersebut sembari membungkukkan badan."Tidak, kau boleh pergi." Max langsung bergegas secepat mungkin menuju danau dibelakang Vila. Disamping itu pelayan tersebut tampak tersenyum tipis melihat perhatian tuan mereka pada istrinya."Akhirnya, setelah sekian lama saya bisa merasa tenang melihat tuan dan nona." Pelayan tersebut tersenyum sembari menatap sang tuan dengan pandangan tenang....Langkah kaki Max langsung terdia
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments