Karna kesalahan satu malam, membuat Davin harus menikahi wanita yang bernama Yutta. Pernikahan terpaksa itu membuat Davin tak bisa menerima istrinya, karna sudah ada wanita lain yang sejak dulu mengisi hatinya. Namun, Yutta berusaha mengejar cinta suaminya. Walaupun semua itu terasa sia-sia, Davin yang menganggap Yutta sebagai malapetaka baginya, membuat pria itu membenci kehadirannya, apa lagi di saat tahu jika istrinya itu hamil. Davin semakin murka, sikapnya semakin semena-mena, membuat Yutta harus menelan pil pahit kehilangan janin yang ada di dalam kandungannya. Yutta, menyerah. Tapi, bersamaan dengan itu sebuah fakta terungkap, siapa Yutta sebenernya. Fakta yang membuat Davin menyesali semuanya. Keadaan berbanding terbalik pada Davin, karena pada faktanya wanita yang selama ini dia cari dan cinta ternyata Yutta, istrinya yang selalu dia sakit. Akankah Yutta membuka hatinya kembali untuk memaafkan Davin? Ikuti kelanjutannya! Bagaimana kelanjutan cerita Davin dan Yutta? ikuti kelanjutannya.
View MoreBrak!Yutta yang baru saja memejamkan matanya terlonjat kaget saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras. Wanita itu bangkit dari tempat tidur mendapati Davin yang sudah berdiri diambang pintu dengan wajah penuh amarah. “Davin ...” lirihnya. “Apa yang kau katakan pada Mamah, hah?” tanya Davin menghampiri wanita itu setalah menutup pintu kamar tersebut. Tak ingin pembicaraannya terdengar keluar, apa lagi sampai terdengar oleh kedua orang tuanya. Yutta mengerutkan keningnya, kebingungan, tidak mengerti dengan pertanyaan pria yang berstatus suaminya itu. “Apa maksudmu?” “Jangan sok polos! Kau yang sudah mengadu perbuatanku tadi pada Mamah, ‘kan?” tuduhnya penuh penekanan. Sontak Yutta langsung menggelengkan kepalanya cepat, menyangkal tuduhan suaminya itu. Dirinya tidak berkata apapun soal kejadian tadi di hotel pada mamah mertuanya.Tidak ada obrolan panjang antara dirinya dan Mamah Adelia tadi, Mamah Adelia hanya bertanya apakah Yutta ingin istirahat di kamar
“Loh Davin, kok kamu sendirian mana istri kamu?” tanya Mamah Adelia disaat melihat kedatangan Davin. Wanita itu menatap Davin penuh tanya, karena Davin turun hanya sendirian tanpa Yutta bersamanya. Davin tak menjawab, putranya itu malah berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Davin!” panggil sang Mamah menyusulnya.“Mana Yutta?” tanyanya lagi.“Masih di atas,” jawab Davin dingin. “Ken, jemput Yutta,” titah Papah Wijaya langsung mendapatkan anggukan dari sekertaris Ken. Namun, baru saja Sekertaris Ken berbalik, Yutta terlihat sudah muncul di sana. Melihat kedatangan Yutta, Mamah Adelia langsung menghampiri menantunya itu. “Sayang kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanyanya panik. Yutta mengangguk kecil seraya menarik tipis ujung bibirnya. Sebisa mungkin Yutta menyembunyikan kesedihannya, ia tidak mau membuat Mamah mertuanya itu khawatir. “Ya sudah, ayo kita pulang,” ajak Papah Wijaya langsung diangguki oleh mereka.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Davin, tak suka melihat Yutta yang menatapnya. “Emm ... ti-tidak, aku-” ucap Yutta menggantung, ragu untuk mengatakannya. Setelah itu Yutta pun kembali bergegas menuju kamar mandi untuk memakai pakaian tersebut. “Ck! Wanita aneh!” decih Davin, menatap sinis Yutta yang berlalu dari sana.Sementara itu, Yutta yang berada dikamar mandi. Langsung mengeluarkan isi yang ada dalam peperbag tersebut. “Bagaimana bisa ukurannya pas dengan biasa yang aku pakai?” gumam Yutta. Wanita itu memakai pakai dalam atas dan bawahnya, ukuranya sangat pas membuat ia keheranan. Dari mana pria itu tahu ukuran dadanya? Dan ... Ah sudahlah, rasanya Yutta malu sendiri memikirkannya. Hingga beberapa saat kemudian, ia pun sudah selesai mengenakan pakaiannya itu. Yutta pun langsung keluar dari sana dengan perasaan yang lebih lega. Masalah pakaian akhirnya sudah selesai, walaupun dalam hati kecilnya masih bertanya-tanya dari mana pria itu tahu jika Yutta membutuhkan pak
Jam 10 malam tepat, acara resepsi pernikahan Davin dan Yutta selesai. Sepasang pengantin baru itu kini sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka melewati malam pertama. Dengan ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga mawar merah segar membentuk love, tak lupa hiasan dua angsa dengan kepala yang menyatu membentuk love juga menghiasi di atasnya. Yutta yang sejak awal masuk ke dalam kamar tersebut hanya terduduk ditepi ranjang seraya menatap kesekitar ruangan tersebut. Yutta masih menggunakan gaun bekas resepsi pernikahannya. Sementara Davin, pria itu sudah sejak tadi berada di kamar mandi. Jarum jam terus berjalan, sudah hampir satu jam Yutta duduk termenung di sana, dan Davin pun belum juga keluar dari kamar mandi. “Itu orang mandi apa tidur sih, kenapa lama sekali?” gumam Yutta menggerutu. Pasalnya ia sudah tak tahan ingin segara membersihkan tubuhnya, di tambah badannya terasa tidak nyaman, kerena gaun yang dikenakannya begitu ketat. “Ganti baju
“Dasar pria menyebalkan! Dia pikir aku ini wanita apa, hah? Apa dia pikir harga diriku bisa dibayar dengan uang!” gerutu Yutta, usai Davin meninggalkan kamarnya. “Pake acara ngancam segala lagi! Emangnya dia pikir aku takut! Baiklah, aku akan ikut permainan dia bagaimana!” lanjutnya masih menggerutu.Setalah mendapatkan ucapan yang tidak menyenangkan dari Davin itu, Yutta merasa tertantang juga, baiklah sepertinya ia harus mencoba menaklukkan hati Davin, kita lihat sampai mana Davin akan terus memandang dirinya dengan sebelah mata. ‘Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang bisa ditindas begitu saja? Huh, kau salah besar Tuan Davin, kenalkan aku Yutta Berlian, si gadis tangguh, kerasnya dunia saja bisa aku hadapi, apa lagi kamu!’ batin Yutta, merasa percaya diri, tepatnya menyemangati dirinya sendiri. “Non, Non Yuta, bangun Non ... ” Samar-samar Yutta mendengar seperti ada seseorang yang memanggilnya, namun rasa kantuk yang masih menguasai matanya itu, Yutta mengabaikannya, ia berpik
Yutta benar-benar tidak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Besok adalah hari pernikahannya dengan Davin akan dilaksanakan. Mungkin, jika sebagai orang yang akan menikah gelisah kerena sudah tidak sabar menunggu hari esok, kerena hari pernikahan umumnya adalah hari kebahagiaan mereka.Akan tetapi tidak baginya, besok seperti hari terburuk di kehidupannya, karena ia terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.“Aku benar-benar menginginkan hari ini tidak pernah usia! dan hari esok tidak akan terjadi,” gumam Yutta, yang masih terjaga.pikirnya kini melanglang buana, andai saja ia bisa keluar dari situasi ini, andai saja ada pilihan untuk pergi, ia pasti akan pergi. Tapi rasanya semua itu terasa mustahil, apa lagi mengingat kebaikan Mamah Adelia dan Papah Wijaya, mereka sangat baik memperlakukannya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka, sontak Yutta pun langsung menoleh kearah pintu kamarnya.Terlihat sosok Davin sudah berdiri di
Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah
Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang. Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik. Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan ca
Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu."Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat."Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin."Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang."Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah denga
"Bagaimana, apa ada kabar bagus hari ini?" tanya Davin, kepada sekertarisnnya yang bernama Keenan, atau sering di panggil Ken. Davin baru saja sampai di ruangan kerjanya."Maaf bos, orang-orang kita belum mendapatkan informasi tentang nona lagi," jawab sekertaris Ken, sambil membungkuk hormat.Davin menghelai napasnya, sebelum ia duduk di kursi kebesarannya itu. Wajahnya terlihat frustasi."Apa kalian sudah mengunjungi panti asuhan itu lagi?" tanya Davin."Sudah bos, namun tetap sama. Pengurus panti bilang mereka tidak tau keberadaan nona sekarang," jawab Ken.Davin mengusap wajahnya dengan kasar."Sudah, kamu keluar!" titahnya, mengusir Ken, sambil menggubiriskan tanganya.Sekertaris Ken mengangguk, lalu ia berlalu dari ruangan Davin.''Harus kemana lagi aku mencarimu? Apa kamu baik-baik saja di sana? Bagaimana
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments