Home / Pernikahan / CINTA YANG HILANG / Bab 6. Persiapan pernikahan

Share

Bab 6. Persiapan pernikahan

Author: Naffia Inthan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.

Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang.

Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik.

Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan cantik pula. Sangat sempurna menurut mereka, mereka rasa Davin sangat cocok dengan Yutta.

Walau pun mereka tahu, jika Davin saat ini belum bisa menerima Yutta, tapi mereka yakin suatu hari nanti Davin bisa mencintai Yutta, dan mereka berharap, Yutta yang sebentar lagi akan menjadi bagian hidup putranya itu, Davin bisa melupakan gadis di masa lalunya—Lian.

***

Yutta saat ini tengah bersiap-siap, tadi ia diberitahu oleh Adelia—calon Mamah mertuanya itu, jika siang ini dia akan mengajak Yutta keluar.

Tok tok tok

KLEK...

Pintu kamar Yutta terbuka, Yutta langsung mengalihkan pandangannya kearah pintu tersebut, nampak sosok Adelia masuk sambil tersenyum padanya.

“Apa kamu sudah siap Nak?” tanyanya lembut.

“Sudah Mah,” jawab Yutta.

“Oke, kalau begitu ayo kita berangkat sekarang.” Adelia menarik tangan Yutta dengan lembut. Yutta tersenyum sambil mengangguk, lalu mereka pun berajak keluar dari kamar tersebut.

Di depan sopir terlihat sudah berdiri di samping mobil milik Adelia yang mewah itu. Sopir tersebut langsung membukakan pintu mobil untuk majikannya itu.

Adelia dan Yutta pun segara masuk, setalah sopir menutup pintu mobil itu kembali, ia pun bergegas menyusul masuk ke dalam mobil tersebut, duduk di kursi pengemudi, dan mulai melajukan mobilnya.

“Mah kita mau kemana?” Yutta memberanikan diri untuk bertanya. Karna sebelumnya Adelia tidak mengatakan mereka akan pergi kemana hari ini.

“Oh sayang, Mamah lupa kasih tau kamu. Besok itu hari pernikahan kamu dan Davin akan dilakukan,” ujarnya begitu antusias.

Semantara Yutta ia membulatkan matanya. Yutta terkejut, ia sama sekali tidak menyangka jika pernikahannya dengan Davin akan dilakukan secepat ini.

“Setalah kejadian itu, Mamah dan Papah sudah berunding untuk menentukan hari pernikahan kalian. Dan Mamah rasa lebih cepat lebih baik juga. Niat baik jangan di tunda-tunda, kalau istilah orang tua jaman dulu. Terus Mamah lupa kasih tau kamu Yutta, karna belakang ini Mamah juga sibuk mengurus persiapan untuk pernikahan kalian,” sambung Adelia.

Yutta masih terdiam, rasanya masih tidak percaya. Besok ia akan menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintai itu, bahkan sampai detik ini, setalah kejadian yang menimpanya dan Davin itu. Yutta belum lagi melihat batang hidung laki-laki tersebut.

“Tapi kamu tenang aja, semuanya sudah Mamah atur dan dipersiapkan dengan baik. Kamu dan Davin besok tinggal menikmati hari bahagia kalian saja,” kata Adelia lagi.

‘Hah? Apa aku tidak salah dengar! Hari bahagia, bukankah itu malah sebaliknya. Aku tidak yakin besok akan manjadi hari bahagiaku, yang ada besok adalah hari dimana penderitaku bermula. Ya Tuhan... apakah engkau tidak kasian padaku, selama ini aku selalu hidup dalam kesulitan. Bisakah aku pergi saja dari sini, meninggalkan kenyataan ini. Aku tidak mau menikah dengan laki-laki itu,’ batin Yutta.

Sebenernya Yutta sudah berulang kali mencoba kabur dari rumah mewah milik orang tua Davin itu. Tapi sialnya, di sana penjagaan sangat ketat, bahkan di depan kamarnya saja ada dua laki-laki yang seperti patung hidup, dua puluh empat jam mereka berdiri di sana. Yutta sama sekali tidak ada kesempatan untuk keluar dari rumah itu, jika keluar kamar pun, dua patung hidup itu pasti akan bertanya terlebih dahulu, dia mau kemana, mau apa dan lain sebagainya.

Sungguh menyebalkan!

“Sayang kenapa kamu kok malah bengong?” tanya Adelia pada Yutta, sadari tadi ia memperhatikan calon menantunya itu hanya diam dengan tatapan kosong.

“Eh iya Mah. Aku gak apa-apa kok,” jawab Yutta, sedikit tersentak.

Adelia tersenyum lalu mengusap kepala Yutta. “Mamah tau semua ini memang tidak mudah. Baik untuk kamu dan juga Davin, tapi kalian berdua tidak akan pernah bisa lari dari pernikahan ini. Mungkin ini sudah takdir kalian bersama, walau pun pertemuan awal kalian sangat buruk dan Davin bersikap kurang ajar sama kamu. Tapi, Mamah harap nanti setalah kalian menikah, kamu bisa menerima Davin. Buatlah Davin mencintai kamu Yutta, hanya kamu harapan Mamah, berjanjilah!” pinta Adelia.

“Mah, Yutta tidak berjanji. Karna pada dasarnya kita tidak akan bisa mengatur perasaan seseorang. Tapi Yutta akan berusaha membuat Davin menerima Yutta.” Entah apa yang merasuki pikiran Yutta, tiba-tiba saja ia berujar seperti itu pada calon mertua itu. Yutta merasakan sesuatu yang berbeda pada Davin, tapi bukan cinta, entahlah Yutta juga tidak mengerti.

“Terima kasih Nak. Davin memang sedikit keras kepala, tapi sebenernya dia itu laki-laki penyayang. Mamah yakin kamu pasti bisa menaklukkan hati Davin.”

‘Ya semoga saja, tapi aku tidak akan berharap banyak,’ bisik hati Yutta.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di salah satu tempat, tempat dimana kebanyakan wanita memanjakan dirinya di sana.

“Ayo sayang, kita sudah sampai,” ucap Adelia, mengajak Yutta keluar dari mobil tersebut.

Yutta hanya mengangguk, pintu mobil sudah terbuka terlebih dahulu sebelum mereka membukanya, sang sopir sangat gesit membukakan pintu mobil tersebut untuk Nyonya-Nyonya itu.

“Mah kita mau ngapain ke sini?” tanya Yutta. Ia nampak heran, untuk apa Adelia membawanya ke tempat seperti ini? Salon dan Spa.

“Besok itu hari bersejarah untuk kamu dan Davin, bukan kalian saja. Tapi kita semua. Jadi kamu harus terlihat sempurna sayang,” jawabnya.

“Tapi Mah, Yutta gak pernah ketempat beginian. Lagian ini tempat orang-orang sosialita, Yutta malu Mah.” Yutta mencoba menolak ajakan calon mertuanya itu. Dan ia juga tidak pernah melakukan perawatan sebelumnya, jangankan untuk perawatan, untuk makan sehari-hari saja dia harus banting tulang terlebih dahulu. Apa lagi ini tempatnya elit, Yutta rasanya ragu dan malu untuk masuk ke dalam sana.

“Sudah, gak apa-apa. Lagian nanti di sana kita bakalan di manjakan, pokoknya kamu ikut saja oke.” Adelia menarik tangan gadis itu dengan lembut. Mau tidak mau Yutta pun menurut.

Saat masuk ke dalam sana, mereka langsung di sambut ramah.

Tanpa basa-basi lagi, Adelia meminta salah satu pegawai wanita di sana untuk mengurus Yutta, lagi Yutta hanya menurut saja.

***

“Bos, Nyonya menyuruh kita pulang hari ini,” ujar Ken yang baru saja masuk ke dalam ruangan Davin.

“Untuk?” tanya Davin singkat, tanpa melihat lawan bicaranya itu.

“Jangan bilang Bos lupa?” selidik Ken.

“Apa sih Ken? Bisa gak bicara dengan jelas!”

Helaian nafas berat terdengar dari sekertarisnya itu, Ken mengelengkan kepalanya.

“Besokkan hari pernikahan Bos dengan Nona Yutta!” jelas Ken.

Deg!

Davin langsung mengalihkan pandangannya pada sekertarisnya itu.

“Kenapa?” Ken menatap Davin bingung.

“Sial, kenapa kamu tidak memberitahu aku Ken!” pekiknya.

“Lah?” Ken nampak semakin bingung. Apa lagi ia melihat Bosnya itu langsung bergegas.

“Bos mau kemana?” tanya Ken saat Davin berjalan melewatinya.

“Mau membatalkan semuanya-lah!” jawab Davin terdengar begitu enteng.

“Apa Bos yakin?”

Davin langsung mengehentikan langkahnya, lalu berbalik dan menatap Ken dengan tajam.

“Kenapa kau berbicara seperti itu? Apa kau meremehkan ku hah?” bentak Davin.

“Tidak! Sudahlah terserah Bos saja.” Ken langsung berajak keluar dari ruangan Davin.

Davin mematung sambil menatap Ken yang kini berjalan melewatinya itu. Benar-benar Sekertaris tidak sopan! Pikir Davin.

Bersambung...

Related chapters

  • CINTA YANG HILANG   Bab 7. Jangan bermimpi!

    Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 8. Ancaman Davin

    Yutta benar-benar tidak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Besok adalah hari pernikahannya dengan Davin akan dilaksanakan. Mungkin, jika sebagai orang yang akan menikah gelisah kerena sudah tidak sabar menunggu hari esok, kerena hari pernikahan umumnya adalah hari kebahagiaan mereka.Akan tetapi tidak baginya, besok seperti hari terburuk di kehidupannya, karena ia terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.“Aku benar-benar menginginkan hari ini tidak pernah usia! dan hari esok tidak akan terjadi,” gumam Yutta, yang masih terjaga.pikirnya kini melanglang buana, andai saja ia bisa keluar dari situasi ini, andai saja ada pilihan untuk pergi, ia pasti akan pergi. Tapi rasanya semua itu terasa mustahil, apa lagi mengingat kebaikan Mamah Adelia dan Papah Wijaya, mereka sangat baik memperlakukannya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka, sontak Yutta pun langsung menoleh kearah pintu kamarnya.Terlihat sosok Davin sudah berdiri di

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 9. Hari pernikahan

    “Dasar pria menyebalkan! Dia pikir aku ini wanita apa, hah? Apa dia pikir harga diriku bisa dibayar dengan uang!” gerutu Yutta, usai Davin meninggalkan kamarnya. “Pake acara ngancam segala lagi! Emangnya dia pikir aku takut! Baiklah, aku akan ikut permainan dia bagaimana!” lanjutnya masih menggerutu.Setalah mendapatkan ucapan yang tidak menyenangkan dari Davin itu, Yutta merasa tertantang juga, baiklah sepertinya ia harus mencoba menaklukkan hati Davin, kita lihat sampai mana Davin akan terus memandang dirinya dengan sebelah mata. ‘Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang bisa ditindas begitu saja? Huh, kau salah besar Tuan Davin, kenalkan aku Yutta Berlian, si gadis tangguh, kerasnya dunia saja bisa aku hadapi, apa lagi kamu!’ batin Yutta, merasa percaya diri, tepatnya menyemangati dirinya sendiri. “Non, Non Yuta, bangun Non ... ” Samar-samar Yutta mendengar seperti ada seseorang yang memanggilnya, namun rasa kantuk yang masih menguasai matanya itu, Yutta mengabaikannya, ia berpik

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 10. Setiap Kata Berujung Hina

    Jam 10 malam tepat, acara resepsi pernikahan Davin dan Yutta selesai. Sepasang pengantin baru itu kini sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka melewati malam pertama. Dengan ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga mawar merah segar membentuk love, tak lupa hiasan dua angsa dengan kepala yang menyatu membentuk love juga menghiasi di atasnya. Yutta yang sejak awal masuk ke dalam kamar tersebut hanya terduduk ditepi ranjang seraya menatap kesekitar ruangan tersebut. Yutta masih menggunakan gaun bekas resepsi pernikahannya. Sementara Davin, pria itu sudah sejak tadi berada di kamar mandi. Jarum jam terus berjalan, sudah hampir satu jam Yutta duduk termenung di sana, dan Davin pun belum juga keluar dari kamar mandi. “Itu orang mandi apa tidur sih, kenapa lama sekali?” gumam Yutta menggerutu. Pasalnya ia sudah tak tahan ingin segara membersihkan tubuhnya, di tambah badannya terasa tidak nyaman, kerena gaun yang dikenakannya begitu ketat. “Ganti baju

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 11. Semua ini baru permulaan!

    “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Davin, tak suka melihat Yutta yang menatapnya. “Emm ... ti-tidak, aku-” ucap Yutta menggantung, ragu untuk mengatakannya. Setelah itu Yutta pun kembali bergegas menuju kamar mandi untuk memakai pakaian tersebut. “Ck! Wanita aneh!” decih Davin, menatap sinis Yutta yang berlalu dari sana.Sementara itu, Yutta yang berada dikamar mandi. Langsung mengeluarkan isi yang ada dalam peperbag tersebut. “Bagaimana bisa ukurannya pas dengan biasa yang aku pakai?” gumam Yutta. Wanita itu memakai pakai dalam atas dan bawahnya, ukuranya sangat pas membuat ia keheranan. Dari mana pria itu tahu ukuran dadanya? Dan ... Ah sudahlah, rasanya Yutta malu sendiri memikirkannya. Hingga beberapa saat kemudian, ia pun sudah selesai mengenakan pakaiannya itu. Yutta pun langsung keluar dari sana dengan perasaan yang lebih lega. Masalah pakaian akhirnya sudah selesai, walaupun dalam hati kecilnya masih bertanya-tanya dari mana pria itu tahu jika Yutta membutuhkan pak

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 12. Lupakan Lian!

    “Loh Davin, kok kamu sendirian mana istri kamu?” tanya Mamah Adelia disaat melihat kedatangan Davin. Wanita itu menatap Davin penuh tanya, karena Davin turun hanya sendirian tanpa Yutta bersamanya. Davin tak menjawab, putranya itu malah berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Davin!” panggil sang Mamah menyusulnya.“Mana Yutta?” tanyanya lagi.“Masih di atas,” jawab Davin dingin. “Ken, jemput Yutta,” titah Papah Wijaya langsung mendapatkan anggukan dari sekertaris Ken. Namun, baru saja Sekertaris Ken berbalik, Yutta terlihat sudah muncul di sana. Melihat kedatangan Yutta, Mamah Adelia langsung menghampiri menantunya itu. “Sayang kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanyanya panik. Yutta mengangguk kecil seraya menarik tipis ujung bibirnya. Sebisa mungkin Yutta menyembunyikan kesedihannya, ia tidak mau membuat Mamah mertuanya itu khawatir. “Ya sudah, ayo kita pulang,” ajak Papah Wijaya langsung diangguki oleh mereka.

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 13. Senyuman itu?

    Brak!Yutta yang baru saja memejamkan matanya terlonjat kaget saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras. Wanita itu bangkit dari tempat tidur mendapati Davin yang sudah berdiri diambang pintu dengan wajah penuh amarah. “Davin ...” lirihnya. “Apa yang kau katakan pada Mamah, hah?” tanya Davin menghampiri wanita itu setalah menutup pintu kamar tersebut. Tak ingin pembicaraannya terdengar keluar, apa lagi sampai terdengar oleh kedua orang tuanya. Yutta mengerutkan keningnya, kebingungan, tidak mengerti dengan pertanyaan pria yang berstatus suaminya itu. “Apa maksudmu?” “Jangan sok polos! Kau yang sudah mengadu perbuatanku tadi pada Mamah, ‘kan?” tuduhnya penuh penekanan. Sontak Yutta langsung menggelengkan kepalanya cepat, menyangkal tuduhan suaminya itu. Dirinya tidak berkata apapun soal kejadian tadi di hotel pada mamah mertuanya.Tidak ada obrolan panjang antara dirinya dan Mamah Adelia tadi, Mamah Adelia hanya bertanya apakah Yutta ingin istirahat di kamar

    Last Updated : 2024-10-29
  • CINTA YANG HILANG   Bab 1. Awal mula

    "Bagaimana, apa ada kabar bagus hari ini?" tanya Davin, kepada sekertarisnnya yang bernama Keenan, atau sering di panggil Ken. Davin baru saja sampai di ruangan kerjanya."Maaf bos, orang-orang kita belum mendapatkan informasi tentang nona lagi," jawab sekertaris Ken, sambil membungkuk hormat.Davin menghelai napasnya, sebelum ia duduk di kursi kebesarannya itu. Wajahnya terlihat frustasi."Apa kalian sudah mengunjungi panti asuhan itu lagi?" tanya Davin."Sudah bos, namun tetap sama. Pengurus panti bilang mereka tidak tau keberadaan nona sekarang," jawab Ken.Davin mengusap wajahnya dengan kasar."Sudah, kamu keluar!" titahnya, mengusir Ken, sambil menggubiriskan tanganya.Sekertaris Ken mengangguk, lalu ia berlalu dari ruangan Davin.''Harus kemana lagi aku mencarimu? Apa kamu baik-baik saja di sana? Bagaimana

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • CINTA YANG HILANG   Bab 13. Senyuman itu?

    Brak!Yutta yang baru saja memejamkan matanya terlonjat kaget saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras. Wanita itu bangkit dari tempat tidur mendapati Davin yang sudah berdiri diambang pintu dengan wajah penuh amarah. “Davin ...” lirihnya. “Apa yang kau katakan pada Mamah, hah?” tanya Davin menghampiri wanita itu setalah menutup pintu kamar tersebut. Tak ingin pembicaraannya terdengar keluar, apa lagi sampai terdengar oleh kedua orang tuanya. Yutta mengerutkan keningnya, kebingungan, tidak mengerti dengan pertanyaan pria yang berstatus suaminya itu. “Apa maksudmu?” “Jangan sok polos! Kau yang sudah mengadu perbuatanku tadi pada Mamah, ‘kan?” tuduhnya penuh penekanan. Sontak Yutta langsung menggelengkan kepalanya cepat, menyangkal tuduhan suaminya itu. Dirinya tidak berkata apapun soal kejadian tadi di hotel pada mamah mertuanya.Tidak ada obrolan panjang antara dirinya dan Mamah Adelia tadi, Mamah Adelia hanya bertanya apakah Yutta ingin istirahat di kamar

  • CINTA YANG HILANG   Bab 12. Lupakan Lian!

    “Loh Davin, kok kamu sendirian mana istri kamu?” tanya Mamah Adelia disaat melihat kedatangan Davin. Wanita itu menatap Davin penuh tanya, karena Davin turun hanya sendirian tanpa Yutta bersamanya. Davin tak menjawab, putranya itu malah berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Davin!” panggil sang Mamah menyusulnya.“Mana Yutta?” tanyanya lagi.“Masih di atas,” jawab Davin dingin. “Ken, jemput Yutta,” titah Papah Wijaya langsung mendapatkan anggukan dari sekertaris Ken. Namun, baru saja Sekertaris Ken berbalik, Yutta terlihat sudah muncul di sana. Melihat kedatangan Yutta, Mamah Adelia langsung menghampiri menantunya itu. “Sayang kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanyanya panik. Yutta mengangguk kecil seraya menarik tipis ujung bibirnya. Sebisa mungkin Yutta menyembunyikan kesedihannya, ia tidak mau membuat Mamah mertuanya itu khawatir. “Ya sudah, ayo kita pulang,” ajak Papah Wijaya langsung diangguki oleh mereka.

  • CINTA YANG HILANG   Bab 11. Semua ini baru permulaan!

    “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Davin, tak suka melihat Yutta yang menatapnya. “Emm ... ti-tidak, aku-” ucap Yutta menggantung, ragu untuk mengatakannya. Setelah itu Yutta pun kembali bergegas menuju kamar mandi untuk memakai pakaian tersebut. “Ck! Wanita aneh!” decih Davin, menatap sinis Yutta yang berlalu dari sana.Sementara itu, Yutta yang berada dikamar mandi. Langsung mengeluarkan isi yang ada dalam peperbag tersebut. “Bagaimana bisa ukurannya pas dengan biasa yang aku pakai?” gumam Yutta. Wanita itu memakai pakai dalam atas dan bawahnya, ukuranya sangat pas membuat ia keheranan. Dari mana pria itu tahu ukuran dadanya? Dan ... Ah sudahlah, rasanya Yutta malu sendiri memikirkannya. Hingga beberapa saat kemudian, ia pun sudah selesai mengenakan pakaiannya itu. Yutta pun langsung keluar dari sana dengan perasaan yang lebih lega. Masalah pakaian akhirnya sudah selesai, walaupun dalam hati kecilnya masih bertanya-tanya dari mana pria itu tahu jika Yutta membutuhkan pak

  • CINTA YANG HILANG   Bab 10. Setiap Kata Berujung Hina

    Jam 10 malam tepat, acara resepsi pernikahan Davin dan Yutta selesai. Sepasang pengantin baru itu kini sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka melewati malam pertama. Dengan ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga mawar merah segar membentuk love, tak lupa hiasan dua angsa dengan kepala yang menyatu membentuk love juga menghiasi di atasnya. Yutta yang sejak awal masuk ke dalam kamar tersebut hanya terduduk ditepi ranjang seraya menatap kesekitar ruangan tersebut. Yutta masih menggunakan gaun bekas resepsi pernikahannya. Sementara Davin, pria itu sudah sejak tadi berada di kamar mandi. Jarum jam terus berjalan, sudah hampir satu jam Yutta duduk termenung di sana, dan Davin pun belum juga keluar dari kamar mandi. “Itu orang mandi apa tidur sih, kenapa lama sekali?” gumam Yutta menggerutu. Pasalnya ia sudah tak tahan ingin segara membersihkan tubuhnya, di tambah badannya terasa tidak nyaman, kerena gaun yang dikenakannya begitu ketat. “Ganti baju

  • CINTA YANG HILANG   Bab 9. Hari pernikahan

    “Dasar pria menyebalkan! Dia pikir aku ini wanita apa, hah? Apa dia pikir harga diriku bisa dibayar dengan uang!” gerutu Yutta, usai Davin meninggalkan kamarnya. “Pake acara ngancam segala lagi! Emangnya dia pikir aku takut! Baiklah, aku akan ikut permainan dia bagaimana!” lanjutnya masih menggerutu.Setalah mendapatkan ucapan yang tidak menyenangkan dari Davin itu, Yutta merasa tertantang juga, baiklah sepertinya ia harus mencoba menaklukkan hati Davin, kita lihat sampai mana Davin akan terus memandang dirinya dengan sebelah mata. ‘Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang bisa ditindas begitu saja? Huh, kau salah besar Tuan Davin, kenalkan aku Yutta Berlian, si gadis tangguh, kerasnya dunia saja bisa aku hadapi, apa lagi kamu!’ batin Yutta, merasa percaya diri, tepatnya menyemangati dirinya sendiri. “Non, Non Yuta, bangun Non ... ” Samar-samar Yutta mendengar seperti ada seseorang yang memanggilnya, namun rasa kantuk yang masih menguasai matanya itu, Yutta mengabaikannya, ia berpik

  • CINTA YANG HILANG   Bab 8. Ancaman Davin

    Yutta benar-benar tidak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Besok adalah hari pernikahannya dengan Davin akan dilaksanakan. Mungkin, jika sebagai orang yang akan menikah gelisah kerena sudah tidak sabar menunggu hari esok, kerena hari pernikahan umumnya adalah hari kebahagiaan mereka.Akan tetapi tidak baginya, besok seperti hari terburuk di kehidupannya, karena ia terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.“Aku benar-benar menginginkan hari ini tidak pernah usia! dan hari esok tidak akan terjadi,” gumam Yutta, yang masih terjaga.pikirnya kini melanglang buana, andai saja ia bisa keluar dari situasi ini, andai saja ada pilihan untuk pergi, ia pasti akan pergi. Tapi rasanya semua itu terasa mustahil, apa lagi mengingat kebaikan Mamah Adelia dan Papah Wijaya, mereka sangat baik memperlakukannya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka, sontak Yutta pun langsung menoleh kearah pintu kamarnya.Terlihat sosok Davin sudah berdiri di

  • CINTA YANG HILANG   Bab 7. Jangan bermimpi!

    Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah

  • CINTA YANG HILANG   Bab 6. Persiapan pernikahan

    Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang. Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik. Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan ca

  • CINTA YANG HILANG   Bab 5. Nasi sudah menjadi bubur

    Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu."Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat."Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin."Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang."Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah denga

DMCA.com Protection Status