Home / Rumah Tangga / CINTA YANG HILANG / Bab 3. Malam kelam

Share

Bab 3. Malam kelam

Author: Naffia Inthan
last update Last Updated: 2022-03-22 14:53:23

"Kemana sih Pah anak itu, selalu saja begini. Apa dia udah gak mau lagi ketemu sama orang tuanya lagi?" gerutu Adelia, Mamahnya Davin. Wajah wanita itu terlihat kesal.

"Sabar Mah, lagian nanti juga ketemu di Hotel. Davin 'kan bilang, kalau dia mau istirahat dulu di Apartemen-nya!" sahut Pak Wijaya, lembut. Ia mencoba menenangkan sang istri yang sadari terus mengoceh.

"Di sini juga bisakan Pah? Sama aja. Mamah yakin Davin pasti sengaja menghindar dari kita," ketusnya.

"Jangan bicara seperti itu Mah, Mamah harus mengerti posisi Davin, mungkin dia cepek. Hari-harinya sibukkan dia!" 

"Lagian jarak kantor dengan Apartemen Davin lebih dekat dari pada kesini," lanjut Wijaya.

"Papa selalu saja belain Davin." Adelia menekuk wajah kesal. Suami sama anaknya sama sekali tidak bisa mengerti dirinya.

"Sudah ah, sebaiknya kita siap-siap. Malam inikan pesta Anniversary pernikahan kita, gak boleh marah-marahan ya Mah!" goda Wijaya kepada istrinya.

"Mamah gak marah-marah Pah, Mamah cuman kesel aja sama Davin. Pasti dia sengaja gak berangkat bareng kita, dia pasti gak mau Mamah suruh nikah," rengek Adelia. Dengan suara sedikit manja.

Wijaya terkekeh melihat tingkah istrinya itu.

"Ya sudah, kalau begitu Mamah jangan paska-paksa Davin lagi. Davin udah dewasa biarin dia nentuin jalannya sendiri," ucap Wijaya.

"Iya Pah, Mamah tau! Tapi usia Davin itu sudah cukup untuk membina rumah tangga. Bukan hanya itu, Mamah gak mau Davin itu terus mengharapkan gadis masa lalunya itu, belum pasti mereka bersama, bahkan kita tidak tau keberadaannya sekarang dimana? Bagaimana kalau kenyataan wanita itu sudah menikah?" jelas Adelia.

"Mah kita sudah sering membahas tentang ini, biarkan Davin yang menentukan sendiri. Lebih baik kita doakan saja, agar Davin mendapat mendapatkan wanita yang tepat, siapa pun wanita itu."

Adelia menghelai nafasnya, memang benar yang dikatakan suaminya itu, namun sebagai seorang Ibu Adelia hanya takut, takut suatu hari nanti Davin mendapati kenyataan yang pahit.

***

Sementara itu Davin terlihat sudah rapi dengan setelan jas berwarna abu-abu.

"Ayo kita berangkat Ken," ajaknya.

"Baik bos." 

Mereka pun keluar dari Apartemen tersebut. Sekertaris Ken langsung melajukan mobilnya menuju hotel.

Tak lama kemudian mereka sampai, Davin dan sekertaris Ken, langsung berjalan menaiki Lift menuju lantai dua belas. Dimana tempat pesta di selenggarakan di lantai tersebut.

Ting...

Pintu lift terbuka, Davin dan sekertaris Ken melangkahkan kakinya keluar dari lift tersebut.

Keadaan pasta terlihat mewah dan meriah. Beberapa tamu undangan terlihat sudah hadir di acara pesta tersebut.

Mamah dan Papa Davin juga terlihat sudah ada disana, mereka tengah menyapa tamu-tamunya.

Adelia dan Wijaya memang sengaja menggelar pesta yang cukup mewah dan meriah. Mengundang banyak tamu, seperti keluarga, sahabat dan rekan bisnis mereka. 

Tidak ada maksud apa-apa, hanya sekadar untuk bersilaturahmi saja.

Sementara itu di balik kerumunan orang-orang yang tengah menikmati pesta tersebut, Yutta terlihat sangat sibuk, ia berbolak-balik menyajikan makanan ke setiap meja tamu, semakin malam tamu semakin berdatangan. Namun Yutta terlihat masih begitu bersemangat melakukan pekerjaanya. 

"Yutta... " Panggil pak Indra. 

Yutta yang mendengar panggilan tersebut pun, langsung berjalan kearah atasannya itu.

"Iya Pak, ada apa?" tanya Yutta dengan ramah.

"Yutta, kamu anterin minuman ini ke kamar 302 ya, ada di lantai 13," pinta Pak Indra.

"Tapi saya belum selesai Pak!" tolak Yutta dengan ramah.

"Gak apa-apa, kamu anterin ini saja dulu. Nanti setelah itu kamu ke sini lagi, oh iya ingat kamu harus bersikap sopan, minuman itu untuk pak Davin, dia anak dari yang punya hotel ini." 

"Baik Pak." Yutta mengangguk, lalu ia berjalan membawa nampan yang berisi minuman tersebut, ke kamar Davin.

***

Sementara itu, di dalam kamar Hotel. Davin terlihat sedang meneguk minuman yang mengandung alkohol, entah sudah habis berapa gelas, yang pasti sudah ada dua botol kosong di hadapannya.

Sekertaris Ken juga terlihat berada di sana, sedari tadi ia terus berusaha membujuk Davin, agar menyudahi minumnya. Namun Davin sama sekali tak menghiraukannya.

"Bos, sebaiknya kita kembali ke pesta. Nyonya dan pasti mencari Bos,'' ajak sekertaris Ken.

"Kau saja Ken, aku tidak mau. Bilang saja aku sedang istirahat, pasti mereka paham," tolak Davin, ia meneguk minuman yang ada di gelas kecil. Dan itu gelas terkahir.

"Tapi Bos--"

"Sudahlah Ken, kau ini berisik sekali. Kau taukan aku tidak suka keramaian," bentak Davin. Memotong ucapan Ken yang belum selesai.

Sekertaris Ken akhirnya pasrah, ia berjalan keluar dari kamar tersebut.

"Ken tunggu!" 

Sekertaris Ken menghentikan langkahnya, lalu menoleh.

"Iya Bos, ada apa?" tanya Ken. Walaupun sedikit kesal pada Bosnya itu, namun Ken masih berbicara dengan ramah.

"Aku ingin minum lagi, suruh mereka mengantarkannya kesini," titah Davin.

"Tapi Bos, Bos sudah menghabiskan dua botol dan itu kadar alkoholnya tinggi," ucap sekertaris Ken mencoba mengingatkan Bosnya itu, karna ia takut terjadi hal-hal yang buruk. Apa lagi ia melihat kini Davin sudah mulai mabuk.

"Cepet Ken, apa kau mau aku pecat hah?" Davin meninggikan suara.

Sekertaris Ken menghelai napasnya. 

"Baik Bos, nanti saya akan suruh orang mengantarkannya ke sini."

Davin tersenyum smirk, sambil mengangkat jempolnya. Sekertaris Ken hanya mengelengkan kepala, lalu ia berjalan kembali, keluar dari kamar tersebut.

Usai kepergian sekertaris Ken, Davin mulai merancau tidak jelas. Sesekali ia tersenyum, lalu wajahnya terlihat sedih. 

"Lian, kau dimana gadisku, aku merindukanmu. Mengapa sulit sekali menemukanmu," ucap dengan suara yang berat.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok

"Masuk..." teriak Davin.

Yutta masuk ke dalam kamar tersebut, membawa nampan yang berisi botol minuman tersebut.

"Ini tuan," ucap Yutta, ia meletakan botol minuman tersebut di atas meja, yang berada di hadapan Davin.

"Buka dan tuangkan," pinta Davin. Yutta menuruti apa yang di perintahkan Davin, ia membuka tutup botol minuman tersebut, lalu menuangkan ke gelas kecil.

Davin meraih gelas tersebut, ia meneguk minuman tersebut sampai tandas.

"Lagi," ucap Davin.

Yutta kembali menuangkannya, sampai satu botol minuman tersebut habis.

"Maaf tuan saya permisi," pamit Yutta, ia merasa sudah terlalu lama di sana. Terlebih masih ada kerjaan yang harus ia kerjaan, karna pesta belum usai. Di tambah Yutta merasa tidak nyaman, hanya berduan di dalam kamar tersebut bersama Davin.

Tanpa persetujuan Davin, Yutta pun mulai melangkahkan kakinya, dari hadapan Davin.

Namun Yutta berhenti, saat merasakan tanganya ada yang menarik.

"Jangan pergi.'' Davin menahan Yutta. Menarik tangannya.

"Lepaskan saya tuan." Yutta berusaha melepaskan tanganya yang dicekal oleh Davin. 

"Jangan pergi aku mohon, aku merindukanmu. Jangan tinggalkan aku lagi," ucap Davin dengan suara beratnya, akibat pengaruh minuman tadi, ia menyangka kalau Yutta adalah gadis masa lalunya.

"Tuan saya mohon, lepaskan saya!" Yutta memberontak, namun Davin malah menarik Yutta, hingga Yutta jatuh di pelukannya.

Yutta semakin memberontak, dengan tubuh yang mulai bergetar, ketakutan. Namun semakin Yutta memberontak, semakin Davin mempererat pelukannya, hingga wanita itu tidak bisa bergerak.

Davin yang sedang kacau dan kesadaran tidak stabil tersebut, membuat pikiranya tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Tu—tuan, apa yang akan anda lakukan?" tanya Yutta, dengan penuh ketakutan.

Yutta berteriak meminta tolong, berharap ada orang yang mendengarnya, saat Davin mulai menjatuhkannya ke atas kasur. Namun sayangnya kamar tersebut kedap suara, sekeras apa pun Yutta berteriak sudah di pastikan tidak akan ada orang yang mendengarnya.

Yutta mencoba mendorong tubuh Davin, namun sia-sia tenaganya, kalah besar dengan tenaga Davin.

Yutta hanya bisa menangis, saat Davin melakukan hal yang membuatnya terluka.

Air mata terus mengalir deras dari pelupuk mata indahnya. Davin sama sekali tidak menghiraukan isakkan tangis pilu Yutta.

Related chapters

  • CINTA YANG HILANG   Bab 4. Kamu harus menikahinya!

    Yutta terisak tangis, dengan tubuh yang di balut selimut, menutupi tubuhnya yang polos. Hancur berkeping-keping rasanya, ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Merasa terhina. Mengapa? Mengapa, semua jadi seperti ini, hidupnya sudah cukup sulit dan sekarang Yutta harus merasakan masalah yang sangat-sangat berat. Mahkota yang selama ini ia jaga, di renggut begitu saja oleh laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali. Yutta menoleh kearah Davin, laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya itu, nampak tertidur pulas. *** Sementara itu, di pesta yang masih berlangsung. Orang tua Davin mencari-cari sosok putranya itu. Davin tidak terlihat batang hidungnya, usai Davin memberi selamat dan memberikan kado untuk mereka. Hingga pesta hampir usai, Davin masih tak terlihat lagi di sana. Adelia dan Wijaya pun me

    Last Updated : 2022-03-22
  • CINTA YANG HILANG   Bab 5. Nasi sudah menjadi bubur

    Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu."Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat."Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin."Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang."Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah denga

    Last Updated : 2022-03-22
  • CINTA YANG HILANG   Bab 6. Persiapan pernikahan

    Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang. Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik. Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan ca

    Last Updated : 2022-07-03
  • CINTA YANG HILANG   Bab 7. Jangan bermimpi!

    Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah

    Last Updated : 2023-01-12
  • CINTA YANG HILANG   Bab 8. Ancaman Davin

    Yutta benar-benar tidak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Besok adalah hari pernikahannya dengan Davin akan dilaksanakan. Mungkin, jika sebagai orang yang akan menikah gelisah kerena sudah tidak sabar menunggu hari esok, kerena hari pernikahan umumnya adalah hari kebahagiaan mereka.Akan tetapi tidak baginya, besok seperti hari terburuk di kehidupannya, karena ia terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.“Aku benar-benar menginginkan hari ini tidak pernah usia! dan hari esok tidak akan terjadi,” gumam Yutta, yang masih terjaga.pikirnya kini melanglang buana, andai saja ia bisa keluar dari situasi ini, andai saja ada pilihan untuk pergi, ia pasti akan pergi. Tapi rasanya semua itu terasa mustahil, apa lagi mengingat kebaikan Mamah Adelia dan Papah Wijaya, mereka sangat baik memperlakukannya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka, sontak Yutta pun langsung menoleh kearah pintu kamarnya.Terlihat sosok Davin sudah berdiri di

    Last Updated : 2023-01-16
  • CINTA YANG HILANG   Bab 9. Hari pernikahan

    “Dasar pria menyebalkan! Dia pikir aku ini wanita apa, hah? Apa dia pikir harga diriku bisa dibayar dengan uang!” gerutu Yutta, usai Davin meninggalkan kamarnya. “Pake acara ngancam segala lagi! Emangnya dia pikir aku takut! Baiklah, aku akan ikut permainan dia bagaimana!” lanjutnya masih menggerutu.Setalah mendapatkan ucapan yang tidak menyenangkan dari Davin itu, Yutta merasa tertantang juga, baiklah sepertinya ia harus mencoba menaklukkan hati Davin, kita lihat sampai mana Davin akan terus memandang dirinya dengan sebelah mata. ‘Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang bisa ditindas begitu saja? Huh, kau salah besar Tuan Davin, kenalkan aku Yutta Berlian, si gadis tangguh, kerasnya dunia saja bisa aku hadapi, apa lagi kamu!’ batin Yutta, merasa percaya diri, tepatnya menyemangati dirinya sendiri. “Non, Non Yuta, bangun Non ... ” Samar-samar Yutta mendengar seperti ada seseorang yang memanggilnya, namun rasa kantuk yang masih menguasai matanya itu, Yutta mengabaikannya, ia berpik

    Last Updated : 2023-08-13
  • CINTA YANG HILANG   Bab 10. Setiap Kata Berujung Hina

    Jam 10 malam tepat, acara resepsi pernikahan Davin dan Yutta selesai. Sepasang pengantin baru itu kini sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka melewati malam pertama. Dengan ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga mawar merah segar membentuk love, tak lupa hiasan dua angsa dengan kepala yang menyatu membentuk love juga menghiasi di atasnya. Yutta yang sejak awal masuk ke dalam kamar tersebut hanya terduduk ditepi ranjang seraya menatap kesekitar ruangan tersebut. Yutta masih menggunakan gaun bekas resepsi pernikahannya. Sementara Davin, pria itu sudah sejak tadi berada di kamar mandi. Jarum jam terus berjalan, sudah hampir satu jam Yutta duduk termenung di sana, dan Davin pun belum juga keluar dari kamar mandi. “Itu orang mandi apa tidur sih, kenapa lama sekali?” gumam Yutta menggerutu. Pasalnya ia sudah tak tahan ingin segara membersihkan tubuhnya, di tambah badannya terasa tidak nyaman, kerena gaun yang dikenakannya begitu ketat. “Ganti baju

    Last Updated : 2024-05-02
  • CINTA YANG HILANG   Bab 11. Semua ini baru permulaan!

    “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Davin, tak suka melihat Yutta yang menatapnya. “Emm ... ti-tidak, aku-” ucap Yutta menggantung, ragu untuk mengatakannya. Setelah itu Yutta pun kembali bergegas menuju kamar mandi untuk memakai pakaian tersebut. “Ck! Wanita aneh!” decih Davin, menatap sinis Yutta yang berlalu dari sana.Sementara itu, Yutta yang berada dikamar mandi. Langsung mengeluarkan isi yang ada dalam peperbag tersebut. “Bagaimana bisa ukurannya pas dengan biasa yang aku pakai?” gumam Yutta. Wanita itu memakai pakai dalam atas dan bawahnya, ukuranya sangat pas membuat ia keheranan. Dari mana pria itu tahu ukuran dadanya? Dan ... Ah sudahlah, rasanya Yutta malu sendiri memikirkannya. Hingga beberapa saat kemudian, ia pun sudah selesai mengenakan pakaiannya itu. Yutta pun langsung keluar dari sana dengan perasaan yang lebih lega. Masalah pakaian akhirnya sudah selesai, walaupun dalam hati kecilnya masih bertanya-tanya dari mana pria itu tahu jika Yutta membutuhkan pak

    Last Updated : 2024-05-03

Latest chapter

  • CINTA YANG HILANG   Bab 13. Senyuman itu?

    Brak!Yutta yang baru saja memejamkan matanya terlonjat kaget saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras. Wanita itu bangkit dari tempat tidur mendapati Davin yang sudah berdiri diambang pintu dengan wajah penuh amarah. “Davin ...” lirihnya. “Apa yang kau katakan pada Mamah, hah?” tanya Davin menghampiri wanita itu setalah menutup pintu kamar tersebut. Tak ingin pembicaraannya terdengar keluar, apa lagi sampai terdengar oleh kedua orang tuanya. Yutta mengerutkan keningnya, kebingungan, tidak mengerti dengan pertanyaan pria yang berstatus suaminya itu. “Apa maksudmu?” “Jangan sok polos! Kau yang sudah mengadu perbuatanku tadi pada Mamah, ‘kan?” tuduhnya penuh penekanan. Sontak Yutta langsung menggelengkan kepalanya cepat, menyangkal tuduhan suaminya itu. Dirinya tidak berkata apapun soal kejadian tadi di hotel pada mamah mertuanya.Tidak ada obrolan panjang antara dirinya dan Mamah Adelia tadi, Mamah Adelia hanya bertanya apakah Yutta ingin istirahat di kamar

  • CINTA YANG HILANG   Bab 12. Lupakan Lian!

    “Loh Davin, kok kamu sendirian mana istri kamu?” tanya Mamah Adelia disaat melihat kedatangan Davin. Wanita itu menatap Davin penuh tanya, karena Davin turun hanya sendirian tanpa Yutta bersamanya. Davin tak menjawab, putranya itu malah berjalan begitu saja melewati kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang sulit diartikan. “Davin!” panggil sang Mamah menyusulnya.“Mana Yutta?” tanyanya lagi.“Masih di atas,” jawab Davin dingin. “Ken, jemput Yutta,” titah Papah Wijaya langsung mendapatkan anggukan dari sekertaris Ken. Namun, baru saja Sekertaris Ken berbalik, Yutta terlihat sudah muncul di sana. Melihat kedatangan Yutta, Mamah Adelia langsung menghampiri menantunya itu. “Sayang kamu baik-baik aja, ‘kan?” tanyanya panik. Yutta mengangguk kecil seraya menarik tipis ujung bibirnya. Sebisa mungkin Yutta menyembunyikan kesedihannya, ia tidak mau membuat Mamah mertuanya itu khawatir. “Ya sudah, ayo kita pulang,” ajak Papah Wijaya langsung diangguki oleh mereka.

  • CINTA YANG HILANG   Bab 11. Semua ini baru permulaan!

    “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Davin, tak suka melihat Yutta yang menatapnya. “Emm ... ti-tidak, aku-” ucap Yutta menggantung, ragu untuk mengatakannya. Setelah itu Yutta pun kembali bergegas menuju kamar mandi untuk memakai pakaian tersebut. “Ck! Wanita aneh!” decih Davin, menatap sinis Yutta yang berlalu dari sana.Sementara itu, Yutta yang berada dikamar mandi. Langsung mengeluarkan isi yang ada dalam peperbag tersebut. “Bagaimana bisa ukurannya pas dengan biasa yang aku pakai?” gumam Yutta. Wanita itu memakai pakai dalam atas dan bawahnya, ukuranya sangat pas membuat ia keheranan. Dari mana pria itu tahu ukuran dadanya? Dan ... Ah sudahlah, rasanya Yutta malu sendiri memikirkannya. Hingga beberapa saat kemudian, ia pun sudah selesai mengenakan pakaiannya itu. Yutta pun langsung keluar dari sana dengan perasaan yang lebih lega. Masalah pakaian akhirnya sudah selesai, walaupun dalam hati kecilnya masih bertanya-tanya dari mana pria itu tahu jika Yutta membutuhkan pak

  • CINTA YANG HILANG   Bab 10. Setiap Kata Berujung Hina

    Jam 10 malam tepat, acara resepsi pernikahan Davin dan Yutta selesai. Sepasang pengantin baru itu kini sudah berada di dalam kamar hotel yang sudah disiapkan khusus untuk mereka melewati malam pertama. Dengan ranjang yang sudah dihiasi kelopak bunga mawar merah segar membentuk love, tak lupa hiasan dua angsa dengan kepala yang menyatu membentuk love juga menghiasi di atasnya. Yutta yang sejak awal masuk ke dalam kamar tersebut hanya terduduk ditepi ranjang seraya menatap kesekitar ruangan tersebut. Yutta masih menggunakan gaun bekas resepsi pernikahannya. Sementara Davin, pria itu sudah sejak tadi berada di kamar mandi. Jarum jam terus berjalan, sudah hampir satu jam Yutta duduk termenung di sana, dan Davin pun belum juga keluar dari kamar mandi. “Itu orang mandi apa tidur sih, kenapa lama sekali?” gumam Yutta menggerutu. Pasalnya ia sudah tak tahan ingin segara membersihkan tubuhnya, di tambah badannya terasa tidak nyaman, kerena gaun yang dikenakannya begitu ketat. “Ganti baju

  • CINTA YANG HILANG   Bab 9. Hari pernikahan

    “Dasar pria menyebalkan! Dia pikir aku ini wanita apa, hah? Apa dia pikir harga diriku bisa dibayar dengan uang!” gerutu Yutta, usai Davin meninggalkan kamarnya. “Pake acara ngancam segala lagi! Emangnya dia pikir aku takut! Baiklah, aku akan ikut permainan dia bagaimana!” lanjutnya masih menggerutu.Setalah mendapatkan ucapan yang tidak menyenangkan dari Davin itu, Yutta merasa tertantang juga, baiklah sepertinya ia harus mencoba menaklukkan hati Davin, kita lihat sampai mana Davin akan terus memandang dirinya dengan sebelah mata. ‘Apa dia pikir aku ini wanita lemah yang bisa ditindas begitu saja? Huh, kau salah besar Tuan Davin, kenalkan aku Yutta Berlian, si gadis tangguh, kerasnya dunia saja bisa aku hadapi, apa lagi kamu!’ batin Yutta, merasa percaya diri, tepatnya menyemangati dirinya sendiri. “Non, Non Yuta, bangun Non ... ” Samar-samar Yutta mendengar seperti ada seseorang yang memanggilnya, namun rasa kantuk yang masih menguasai matanya itu, Yutta mengabaikannya, ia berpik

  • CINTA YANG HILANG   Bab 8. Ancaman Davin

    Yutta benar-benar tidak bisa tidur, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Besok adalah hari pernikahannya dengan Davin akan dilaksanakan. Mungkin, jika sebagai orang yang akan menikah gelisah kerena sudah tidak sabar menunggu hari esok, kerena hari pernikahan umumnya adalah hari kebahagiaan mereka.Akan tetapi tidak baginya, besok seperti hari terburuk di kehidupannya, karena ia terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya.“Aku benar-benar menginginkan hari ini tidak pernah usia! dan hari esok tidak akan terjadi,” gumam Yutta, yang masih terjaga.pikirnya kini melanglang buana, andai saja ia bisa keluar dari situasi ini, andai saja ada pilihan untuk pergi, ia pasti akan pergi. Tapi rasanya semua itu terasa mustahil, apa lagi mengingat kebaikan Mamah Adelia dan Papah Wijaya, mereka sangat baik memperlakukannya.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka, sontak Yutta pun langsung menoleh kearah pintu kamarnya.Terlihat sosok Davin sudah berdiri di

  • CINTA YANG HILANG   Bab 7. Jangan bermimpi!

    Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah

  • CINTA YANG HILANG   Bab 6. Persiapan pernikahan

    Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang. Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik. Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan ca

  • CINTA YANG HILANG   Bab 5. Nasi sudah menjadi bubur

    Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu."Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat."Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin."Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang."Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah denga

DMCA.com Protection Status