Karena tidak sengaja merekam aksi penggelapan dana perusahaan yang sangat besar, keluarga seorang wartawan di bantai habis oleh sekelompok pembunuh bayaran yang disewa si tersangka untuk melenyapkan bukti yang ada pada wartawan itu. Mereka tidak tahu, dalam aksi pembantaian keluarga itu menyisakan seorang anak laki-laki yang selamat. Gravin Axsein, anak yang selamat dari kejinya para pembunuh keluarganya, menuntut balas ketika dia sudah dewasa. Berkat percakapan yang sempat dia dengar mengenai siapa dalang dibalik semuanya, Gravin membalas mereka bahkan menjadikan anak gadis dar orang itu sebagai tawanannya. Akankah Gravin puas hanya dengan membalas kematian orang tuanya dengan merenggut nyawa dari pembunuh sebenarnya? Ataukah Gravin akan gelap mata dan terus menjadikan anak penjahat itu sebagai tempat pelampiasan amarahnya?
View MoreDi bawah pengawasan Gravin, lantai yang tadi bak mengalami banjir lokal itu kini bisa kembali kering. Entah berapa kali Gravin harus meninggikan suaranya agar wanita itu mengerti tentang bagaimana harusnya Kania bekerja.Tentu saja minus mencontohkan. Gravin tidak mungkin mau repot-repot turun tangan. Lelaki itu hanya asik tunjuk-tunjuk saja tanpa mau mengulurkan tangan membantu Kania."Akhirnya semuanya sudah selesai. Jadi Tuan mau saya masakin apa?" tanya Kania terlihat begitu kelelahan setelah menyelesaikan tugas membersihkan rumah."Buatkan saja aku salad buah! Aku tidak biasa memakan makanan berat di pagi hari," titah Gravin berharap kali ini masakan Kania tidak akan hancur seperti halnya kemari."Baik Tuan, tolong tunggu sebentar!"Kania langsung berlari menuju dapur untuk melaksakan tugas selanjutnya dari Gravin. Dari gayanya, sepertinya Kania tidak akan kembali melakukan kesalahan seperti yang dilakukannya kemarin.Akan tetapi kalau wanita itu masih tidak bisa belajar dari kes
Pagi harinya, Gravin bangun dengan tubuh yang lebih segar. Senyum lebar terukir di wajah lelaki itu. Sepertinya hari ini tidur lelaki itu benar-benar nyenyak tidak seperti biasanya yang selalu dihantui dengan bayang-bayang kejadian kelam di masa lalunya.Mungkin ini terjadi karena sedikit demi sedikit Gravin sudah bisa membalaskan dendam yang selama ini menggunung di hatinya. Terlebih sudah ada senjata di tangannya untuk bisa menjerat Eldrick. Tinggal menunggu waktu saja maka lelaki itu akan menunjukkan batang hidungnya. Rasanya Gravin hanya perlu bersabar sedikit saja maka semuanya akan selesai.Hari ini saatnya Gravin bersenang-senang dengan memberikan beberapa pelajaran berharga untuk wanita yang tak lain istri dan juga anak dari orang yang paling dia benci di dunia. Neraka di hari kedua untuk gadis itu akan dimulai sebentar lagi. Rasanya Gravin sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana tersiksanya gadis itu di dalam istananya.Apalagi semalam Gravin memberikan ultimatum yang cukup
Dengan tangan bergetar Kania segera menggapai bubur di depannya. Beberapa kali wanita itu menelan ludahnya kasar dengan tatapan yang tak lepas dari makanan mengerikan itu.Meskipun itu bubur buatannya dan dia tahu benar apa saja isi bubur itu, namun melihat bentukannya yang ancur-ancuran tentu Kania pun merasa mual sendiri. Rasanya, ingin sekali Kania membuang bubur itu kalau saja tak takut suaminya malah akan mencekiknya. Sungguh, Kania merasa mual sendiri meskipun belum memakan bubur itu sedikitpun."Cepat makan buburnya! Bukankah itu buatanmu? Jangan sampai kamu membuang-buang makanan, Kania!" titah Gravin lagi.Kania langsung mengangguk lesu sebagai jawaban. Sepertinya memang tak ada pilihan lain selain menikmati apa yang terhidang di depannya. Itu pun, kalau Kania masih ingin hidupnya baik-baik saja.Sedangkan Gravin yang melihat kelakuan Kania hanya tersenyum sinis. Salah Kania sendiri yang malah menghidangkan muntahan hewan di hadapannya. Harusnya Kania lebih berhati-hati lagi
Dengan penuh semangat Gravin memilih lebih dulu duduk di meja makan. Lelaki itu sengaja memberikan Kania sedikit waktu untuk meluapkan kesedihannya. Apalagi, melihat wajah kusut dan mata sembab wanita itu akan menjadi hiburan tersendiri untuk Gravin. Jadi Gravin tak ingin menyia-nyiakan menikmati moment itu.Ya, Gravin yakin saat ini Kania sedang asik menangis di dalam kamar mandi meratapi kejadian yang baru saja terjadi. Biasanya juga adegan seperti itu sering muncul di film-film saat seorang gadis baru saja dinodai.Benar-benar menggelikan, bukan?Saat sedang asik melamun, suara panggilan masuk di ponselnya membuat Gravin mengalihkan perhatian. Begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah Hans, tanpa basa-basi lagi Gravin segera menjawab panggilan itu.Bagaimanapun juga Gravin tahu benar Hans tidak mungkin menghubunginya kalau bukan karena ada hal penting. Jadi Gravin tak akan mungkin mengabaikan orang kepercayaannya itu "Hallo, Hans, ada apa kamu menghubungiku?" tany
Cukup lama Gravin menunggu Kania mandi, akhirnya wanita itu muncul juga dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya yang hanya berbalut handuk, menampilkan bahu seputih susu yang begitu menggoda. Belum lagi setengah pahanya yang terekspos bebas membuat seringai di bibir Gravin semakin lebar saja. Sepertinya, memang alam pun berpihak pada Gravin hingga lelaki itu tak perlu mencari alasan untuk menjalankan misinya. Tanpa membuang waktu Gravin langsung berjalan mendekat pada gadis itu. Tatapannya tak sedikitpun teralihkan dari sang gadis yang hanya bisa menunduk menyembunyikan wajah. Tangan Kania semakin rapat bersilang di depan dada seolah ingin menutupi apa yang tersembunyi di sana. Apalagi kala melihat dengan sudut matanya Gravin semakin mendekat, membuat Kania tidak karuan saja.Begitu Gravin menyentuh pundak polosnya, detak jantumg Kania begitu cepat seolah baru saja melakukan lari maraton. Setiap persendian tubuhnya pun terasa lemas tak bertenaga. Ingin sekali Kania lari, menyelamatka
"Tidak ada penolakan, Kalisa! Jangan terus mendebat Ayah! Kita pulang sekarang juga!" ajak Seto tak ingin Kalisa terus mendebatnya.Kalisa langsung menghentakkan kakinya penuh kekesalan. Bahkan Kalisa memilih keluar lebih dulu meninggalkan ayahnya sendirian.Seto yang melihat kelakuan anaknya hanya geleng-geleng kepala. "Maafkan Kalisa, Grav. Dia memang seperti itu," ucap Seto tidak enak dengan kelakuan anaknya."Tidak apa-apa, Paman," sahut Gravin berusaha melukiskan senyuman."Ya sudah kalau begitu Paman pulang dulu. Jangan lupakan apa yang Paman katakan," ucap Seto sembari menepuk pundak Gravin.Gravin hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Tidak mungkin dia melupakan tujuan hidupnya hanya karena seorang putri dari musuhnya. Kematian kedua orang tua dan juga kakak sepupunya harus terbalaskan. Gravin tidak akan rela kalau mereka tidak akan mendapatkan keadilan."Tuan, sepertinya Tuan putri Kalisa merajuk karena tak bisa mengganggu malam pertama Anda," celetuk Hans begitu Seto ta
"A-apa yang kamu katakan? Kenapa kamu mengatakan kalau ayahku seorag pembunuh? Ayah bukan seperti orang yang kamu katakan! Ayahku tidak mungkin membunuh siapa pun!" ucap Kania menyangkal dengan tegas apa yang Kalisa katakan.Kalisa langsung tersenyum sinis mendengar sanggahan yang terucap dari bibir Kania. Entah wanita di depannya ini memang sangat-sangat bodoh hingga tidak bisa mengerti kenapa Gravin memperlakukannya dengan kasar atau memang wanita itu pura-pura tidak tahu apa pun untuk mengelabui semua orang. Sungguh wajah pura-pura polos itu sangat-sangat menyebalkan untuk Kalisa."Meskipun kamu terus menyangkal apa yang aku katakan tapi itu tidak akan merubah kebenaran jika memang kamu adalah anak dari seorang pembunuh. Aku harap kamu tidak akan dicincang hidup-hidup oleh Tuan Gravin! Aku sarankan agar kamu banyak berdoa saja dan turuti apa yang Tuan Gravin katakan kalau ingin selamat. Kecuali kalau kamu ingin menyusul keluargamu yang bejad itu," ujar Kalisa dengan senyum sinis ya
Mata gadis itu tampak membulat sempurna dengan mulut yang menganga. Syok! Itulah mungkin yang sedang dirasakan oleh gadis itu saat mendengar apa yang Gravin katakan barusan.Namun, untuk Gravin sendiri ekspresi gadis itu benar-benar menggemaskan. Dia ingin membuat si gadis terus berada dalam keadaan yang benar-benar di bawah tekanan. Sukur-sukur kalau si gadis menjadi gila, itu akan lebih menyenangkan untuk Gravin."Kenapa malah diam saja? Kamu berharap aku menarik kembali kata-kataku, begitu? Tidak! Aku tidak akan pernah melakukannya. Sekarang, mandilah dan pakaian gaun ini! Pastikan penampilanmu sempurna kalau memang kamu masih ingin selamat!" titah Gravin sembari menghempaskan tubuh gadis itu dengan kasar."Aku tidak tahu apa-apa, kenapa kamu melakukan ini padaku?" lirih sang gadis saat Gravin dengan tanpa perasaan seolah mempermainkan dirinya."Orangtuaku pun tidak bersalah, sepupuku bahkan tidak tahu apa-apa, apalagi calon adikku yang masih dalam kandungan, tapi ayahmu melenyapka
Gravin langsung menoleh ke sumber suara begitu mendengar pertanyaan orang di belakangnya. Ternyata itu Hans yang baru saja kembali. Lelaki itu tampak masih berlumuran darah dengan tatapan yang kentara dipenuhi rasa penasaran."Aku akan membuat wanita itu tak bisa lari dariku! Sekarang hanya dia yang akan menuntun Eldrick pada kita. Jadi aku harus bisa membuatnya tetap berada di sisisku," sahut Gravin tanpa keraguan.Hans tampak manggut-manggut mendengar perkataan Gravin. Memang hanya dengan tetap membuat gadis itu berada di sana maka ada kemungkinan besar Eldrick akan kembali mendatangi mereka.Bagaimanapun juga, gadis itu adalah putrinya, satu-satunya keluarga Eldrick yang tersisa. Jadi, tak mungkin lelaki itu mengabaikan anaknya sendiri."Hans, tolong kamu bawakan aku gaun pengantin dan panggilkan juga pemuka agama untuk menikahkan aku dengan gadis itu. Aku akan menikahinya sekarang juga," ujar Gravin membuat Hans langsung membulatkan mata."Ma-maksud Anda? Anda benar-benar akan men
"Bu, apa Ayah akan pulang lebih cepat hari ini?" tanya seorang anak laki-laki penuh harap.Si ibu tersenyum lalu berjongkok di hadapan anaknya."Tentu saja, Sayang. Ini kan, hari ulang tahunmu. Ayah sudah berjanji akan membawakanmu mainan mobil-mobilan yang kamu mau itu," jawab si ibu membuat anak kecil itu kegirangan."Yee … akhirnya Avin akan mempunyai mobil-mobil seperti Mas Bimo," teriaknya sambil melompat-lompat.Anak itu berlari menghampiri anak laki-laki yang mungkin seusianya. Ia tersenyum lalu memeluk anak laki-laki itu dengan erat."Mas Bimo dengarkan, kalau aku juga akan dibelikan mainan yang sama seperti Mas Bimo? Jadi sekarang kita tidak akan bertengkar karena berebut mainan lagi," ujarnya senang."Kau benar, Vin. Aku tidak sabar menunggu Paman segera pulang. Aku ingin melihat mobil-mobil baru milikmu itu," ucap anak yang dipanggil Bimo itu tak kalah antusias."Hu'um."Mereka tidak sabaran menunggu, berjalan hilir-mudik sambil sesekali melihat ke arah pintu. Perasaan sena
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments