Sesuai instruksi dari Gravin, semua anak buahnya langsung menyebar menguasai gedung tempat pesta ulang tahun anak bungsu dari Eldrick dilangsungkan. Mereka merangkap jadi pelayan, juru masak, hingga menjadi tamu undangan.
Tentu melakukan itu semua adalah hal yang sangat mudah, tapi mereka juga berdampingan dengan anak buah Eldrick dalam waktu yang bersamaan.Meskipun mengurangi tingkat waspada nya, tapi Eldrick tetap menyewa orang untuk melindungi dia dan keluarganya, sebagai perjagaan kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.Kedatangan beberapa mobil mewah menandakan jika Eldrick dan keluarganya telah tiba. Senyum kebahagiaan terpancar dari semua orang. Namun, mereka tidak tahu jika di sudut ruangan ada mata yang menyala mengintai mereka bagaikan mangsa.Ya, itu adalah Gravin. Dengan mudahnya dia masuk ke tengah-tengah pesta tanpa ada orang yang mencurigai nya.Tentu saja karena selama ini, semua orang hanya mengenal Gravin sebagai pengusaha muda yang mampu membuat kejayaan sebuah perusahaan besar tidak bisa digeser siapapun. Bahkan Gravin juga bekerjasama dengan perusahaan Eldrick, untuk menjadi duri dalam daging bagi lelaki kejam itu. Karena hubungan bisnis itulah dia bisa dengan sangat mudah masuk ke kandang kelinci ini."Mereka terlihat begitu bahagia dengan perayaan ini, Tuan. Tapi mereka tidak sadar jika senyuman itu sebentar lagi akan berganti air mata," ucap Hans tersenyum sinis pada Eldrick dan keluarganya."Biarkan mereka menikmati pesta ini sebentar, Hans! Eldrick sudah banyak mengeluarkan uang jadi kita tidak boleh merusak acara mereka terlalu cepat," sahut Gravin sembari melipat tangannya di dada dengan tatapan yang tak sedikitpun lepas dari mangsanya."Anda benar, Tuan. Untuk menjatuhkan seseorang kita harus mengangkatnya tinggi-tinggi supaya sakitnya akan terasa lebih sempurna. Saya benar-benar tidak sabar untuk melakukan apa yang akan membuat pesta mereka lengkap," ujar Hans benar-benar tidak sabar untuk mengeksekusi para mangsanya."Sabarlah, Hans! Sebentar lagi, hanya sebentar lagi," ucap Gravin dan dijawab anggukan kepala oleh Hans.Mereka kembali fokus pada pesta yang begitu mewah persembahan Eldrick untuk putri bungsunya. Alunan lagu ulang tahun mengawali pesta ini. Eldrick dan seluruh keluarganya tampak bahagia di sisi putrinya yang sangat cantik.Gadis itu terlihat memejamkan mata, merangkai do'a berharap kebahagiaan selalu menyertai dirinya dan juga keluarganya.Acara ini bisa berlangsung dengan tanpa banyak pengawal karena usaha si empunya acara yang terus menerus merayu sang ayah. Dia bosan hidup dalam penjagaan yang ketat seolah-olah mereka adalah tawanan. Bersyukurlah, di ulang tahunnya yang ke 20 tahun ini, Eldrick mewujudkannya. Tentu saja ini menjadi sebuah kado terindah karena dia tidak perlu merasa tertekan di bawah para pengawal lagi.Namun, yang tidak gadis itu tahu justru ini adalah awal dari kehancurannya. Awal dari segala derita yang akan dia tanggung. Awal dari rasa sakit tak berkesudahan karena kehilangan orang-orang yang dia sayangi.Mata lapar nan haus darah itu, sedari tadi terus mengintai mereka bagaikan makanan lezat. Macan itu sudah bersiap untuk menerkam mangsanya saat ini juga.Hingga saat gadis itu meniup lilin, bertepatan dengan seluruh ruangan yang tiba-tiba menjadi gelap gulita.Semua orang panik termasuk Eldrick, tapi tidak dengan lelaki itu yang malah semakin tersenyum lebar.Dor!Dor!Dor!Bunyi tembakan itu menjadi awal pertempuran. Jeritan kesakitan dan ketakutan langsung menggema memenuhi seluruh ruangan.Mereka bertarung dalam kegelapan. Samurai dan pistol di tangan Gravin bahkan sudah basah oleh darah dari para korbannya.Hingga dia tiba di hadapan keluarga Eldrick, senyum kemenangan langsung terpancar dari bibirnya."Siapa sebenarnya kau ini? Apa yang kau inginkan dariku?" teriak Eldrick penuh amarah. Bukan hanya marah, tapi saat ini dia sangat-sangat ketakutan jika terjadi hal buruk pada keluarganya."Kematian kalian yang aku inginkan!"Dor!Satu timah panas berhasil mengenai istri dari Eldrick. Jeritan kesakitan langsung menggema di seluruh ruangan."Kurang ajar! Berani-beraninya kau menyakiti istriku!" geram Eldrick penuh amarah.Dengan sekuat tenaga Eldrick dan putranya berusaha melawan Gravin. Namun, kekuatan yang mereka miliki tidaklah sebanding dengan Gravin. Hingga tak membutuhkan waktu lama laki-laki itu membuat tumbang keduanya."Kau harus menyaksikan bagaimana sakitnya saat orang yang kau cintai menjerit kesakitan di hadapan mata kepalamu sendiri!" sentak Gravin lalu mulai melakukan apa yang pernah dilakukan oleh para pembunuh bayaran suruhan Eldrick. Laki-laki itu menjadikan putra sulung Eldrick sebagai sasaran amarahnya saat ini."Tidak! Jangan lakukan itu!" pinta Eldrick tak kuasa mendengar anaknya menjerit kesakitan."Sayangnya aku sangat suka mendengar jeritan kesakitan ini, Eldrick!" sahut Gravin penuh kemenangan."Heh, Gravin, hentikan! Apa kesalahan kami padamu? Kenapa kamu begitu kejam? Hentikan, Gravin!" teriak Eldrick penuh permohonan.Namun, sayangnya Gravin sama sekali tak peduli dengan permohonan Eldrick. Lelaki itu masih asik melakukan aksinya dengan begitu bersemangat. Bahkan tawa yang terdengar sangat menyeramkan dari Gravin, membuat Eldrick semakin mengepalkan erat tangannya. Namun, saat ini jika dia melawan Gravin, yang ada dia pun akan berakhir tak bernyawa.Jadi, saat Gravin lengah Eldrick diam-diam pergi dari sana. Berbaur di antara semua orang yang sedang bertarung hingga salah satu belati dari seseorang di belakangnya, membuat luka yang cukup besar di lengan Eldrick.Sekuat tenaga dia melawan orang itu dan membuatnya tumbang. Setelah halangannya tersingkir, kembali Eldrick berjalan menuju lorong rahasia dan kabur lewat sana.Sedangkan Garvin yang masih asik dengan membuat putra Gravin menjerit kesakitan, sampai tidak sadar akan kepergian Eldrick."Bagaimana? Apa permainanku sudah sama dengan yang pernah kau lakukan pada keluargaku, Eldrick?" tanya Gravin lalu menoleh pada tempat dimana tadi Edrick berada.Matanya seketika langsung membulat begitu menyadari jika laki itu sudah tidak ada di tempatnya lagi."Sialan! Aku tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja, Eldrick! Aku akan segera menemukanmu dan mengirimmu ke neraka!" teriak Gravin penuh amarah.Prang!Gravin langsung melempar senjatanya ke lantai, sebagai wujud kekesalannya. Dia benar-benar kesal karena sudah kecolongan hingga tidak menyadari kepergian dari Eldrick."Ada apa, Tuan?" tanya Hans yang langsung datang tergopoh-gopoh menghampiri Gravin setelah mendengar teriakan penuh amarah dari Tuan-nya itu."Eldrick kabur," kesal Gravin sambil mengusap wajahnya kasar."Apa? Bagaimana bisa, Tuan? Bukankah tadi Anda sedang berhadapan dengan Eldrick?" tanya Hans yang tadi sempat melihat sekilas jika Gravin sedang melawan Eldrick dan putranya."Aku kecolongan saat aku sedang bermain dengan dia!" Tunjuk Gravin pada putra Eldrick yang sedang mengerang kesakitan.Namun, matanya langsung berbinar begitu melihat gadis cantik yang sedang terisak menangisi keadaan kakaknya itu. Senyum misterius langsung tersungging di bibir Gravin saat itu juga."Kau boleh lari kemanapun, Eldrick! Tapi suatu saat kau akan datang padaku menyerahkan nyawamu sendiri!" gumam Gravin dengan tangan yang terkepal erat.Hans yang mendengar gumaman tuannya, langsung menoleh pada gadis yang masih menangis terguguk di depan mereka. Seketika dia mengerti apa maksud ucapan Gravin."Hans, kau urus istri dan putra si Eldrick ini, karena aku harus mengamankan tawananku," titah Gravin pada Hans."Tentu saja, Tuan. Anda tenang saja, semuanya akan beres dan tidak akan terjadi kesalahan yang akan membuat Anda kesal lagi," sahut Hans penuh kesungguhan."Bagus! Kau memang bisa diandalkan, Hans," ucap Gravin penuh rasa bangga pada orang kepercayaannya itu.Gravin berjongkok lalu menarik kasar tangan gadis lemah itu. Tentu saja itu membuat si gadis kaget dan mencoba melepaskan diri."Lepaskan saya, lepas! Siapa Anda sebenarnya, hah? Kenapa Anda tega melakukan ini kepada keluarga saya? Tolong lepaskan tangan saya, Tuan! Saya harus menolong ibu dan juga kakak!" teriak gadis itu berusaha memberontak."DIAM! JANGAN MEMAKSAKU UNTUK MELAKUKAN APA YANG AKU LAKUKAN PADA KAKAK DAN JUGA IBUMU!" bentak Gravin dengan mata yang memerah karena marah."Tuan, saya mohon lepaskan saya. Apa salah keluarga saya pada Anda?" tanyanya sambil terus terisak."Kau tidak perlu tahu apa pun! Yang penting saat ini kau harus ikut denganku!" bentak Gravin kembali menyeret gadis itu dengan begitu kuat.Gadis itu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dan kenapa orang-orang jahat ini membantai keluarganya. Dia hanya mampu menangis sembari menyeret langkahnya mengimbangi langkah kaki Gravin.Memang selama ini dia hidup dalam ketidaktahuan tentang aktivitas apapun yang dilakukan ayahnya diluar sana. Yang dia tahu ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dan alasan mereka selalu didampingi para bodyguard itu adalah karena ayahnya memiliki banyak saingan bisnis yang berniat menjatuhkannya. Dan gadis itu yakin jika inilah maksud ucapan ayahnya. Mereka dalam bahaya jika tidak menggunakan pengawalan yang ketat seperti biasanya."Diam dan ikuti aku kalau kau masih ingin melihat matahari esok pagi!" titah Gravin penuh penekanan.Gadis itu segera menganggukan kepalanya cepat. Bagaimanapun dia tidak ingin berakhir seperti kakak dan juga ibunya.Dia harus bertemu ayahnya dan memastikan jika laki-laki kesayangannya itu baik-baik saja. Untuk itu dia harus keluar dengan selamat dari sini.Gravin langsung menyeret gadis itu keluar dari gedung, meninggalkan arena pertempuran yang masih terus berlangsung.Meskipun Eldrick lari, tapi tidak dengan orang-orang yang dibayar untuk melindungi Eldrick dan keluarganya. Mereka terus melakukan perlawanan pada pasukan Gravin, sampai titik darah penghabisan.Sepanjang perjalanan, gadis itu terlihat menangis tanpa suara. Bau anyir darah di gaun yang dia kenakan terus mengingatkannya pada kakak dan juga ibunya."Diamlah! Isakan mu itu benar-benar menyakiti telingaku!" bentak Gravin membuat sang gadis melonjak kaget."Maafkan saya, Tuan." Gadis itu langsung menyumpal mulutnya dengan tangan. Meskipun itu sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali karena suara isakannya masih tetap terdengar.Gravin yang melihat itu, langsung geleng-geleng kepala. Sungguh bodoh sekali gadis di sampingnya ini.Sampai di istananya, Gravin langsung menyeret gadis itu masuk. Dia tidak boleh sampai kehilangan lagi umpannya, karena itu akan membuatnya tidak bisa mengundang Eldrick untuk datang menyerahkan nyawanya sendiri.Gravin langsung membawa gadis itu menuju kamarnya, dia akan membuat gadis itu hidup bagaikan di neraka mulai dari sekarang.Jika ayahnya lari dari tanggung jawab atas segala kesalahannya, maka anaknya lah yang harus menggantikan semua rasa sakit yang seharusnya dia terima."Bersihkan dirimu karena aku tidak suka kau dipenuhi oleh darah kotor dari keluargamu!" titah Gravin setelah menghempaskan tubuh gadis itu hingga tersungkur di lantai.Gadis itu kembali menangis lirih. Sungguh dia tidak menyangka jika hal mengerikan seperti ini akan terjadi dalam hidupnya."Diam! Telingaku sakit mendengarkanmu terus menangis sedari tadi!" bentak Gravin kesal.Gadis itu mengangguk lalu menahan kembali isakannya."Jangan membuatku marah lebih dari ini, jadi cepat lakukan apa yang aku perintahkan!" bentak Gravin setelah itu dia berbalik dan hendak meninggalkan kamar.Namun, belum jauh dia melangkah, gadis itu mencekal pergelangan tangannya."Tu-tuan, apa saya boleh mengurus jenazah ibu dan juga kakak saya?" tanyanya lirih. Gadis itu yakin jika kedua orang kesayangannya itu tidak akan selamat mengingat luka yang sudah Gravin hadiahkan di tubuh keduanya."Apa aku tidak salah dengar? Apa kau pikir aku akan dengan senang hati mengabulkan keinginan bodohmu itu? Bahkan aku tidak akan memberikanmu air setetes pun, jika kau membuatku marah, apa kau mengerti!" kesal Gravin. Bisa-bisanya gadis itu meminta hal yang jelas tidak mungkin dia kabulkan. Benar-benar keterlaluan!"Tapi, Tuan ….""Jangan membantahku lagi dan cepat lakukan apa yang aku perintahkan! Jangan memancing kemarahanku, karena itu tidak akan baik untuk hidupmu juga!" tekan Gravin menatap tajam gadis di hadapannya.Setelah itu, Gravin langsung keluar dan mengunci anak gadis dari Eldrick di kamarnya.Gravin benar-benar kesal karena permintaan gadis itu. Dia pun tidak diberi kesempatan oleh Eldrick untuk memakamkan keluarganya dengan layak. lalu bagaimana bisa dia mengijinkan keluarga orang yang sudah membuatnya kehilangan segalanya itu mendapatkan penghormatan yang layak di hari terakhirnya. Benar-benar di sesuatu yang jelas-jelas sangat mustahil!"Tuan, apa yang akan Anda lakukan pada gadis itu?"Gravin langsung menoleh ke sumber suara begitu mendengar pertanyaan orang di belakangnya. Ternyata itu Hans yang baru saja kembali. Lelaki itu tampak masih berlumuran darah dengan tatapan yang kentara dipenuhi rasa penasaran."Aku akan membuat wanita itu tak bisa lari dariku! Sekarang hanya dia yang akan menuntun Eldrick pada kita. Jadi aku harus bisa membuatnya tetap berada di sisisku," sahut Gravin tanpa keraguan.Hans tampak manggut-manggut mendengar perkataan Gravin. Memang hanya dengan tetap membuat gadis itu berada di sana maka ada kemungkinan besar Eldrick akan kembali mendatangi mereka.Bagaimanapun juga, gadis itu adalah putrinya, satu-satunya keluarga Eldrick yang tersisa. Jadi, tak mungkin lelaki itu mengabaikan anaknya sendiri."Hans, tolong kamu bawakan aku gaun pengantin dan panggilkan juga pemuka agama untuk menikahkan aku dengan gadis itu. Aku akan menikahinya sekarang juga," ujar Gravin membuat Hans langsung membulatkan mata."Ma-maksud Anda? Anda benar-benar akan men
Mata gadis itu tampak membulat sempurna dengan mulut yang menganga. Syok! Itulah mungkin yang sedang dirasakan oleh gadis itu saat mendengar apa yang Gravin katakan barusan.Namun, untuk Gravin sendiri ekspresi gadis itu benar-benar menggemaskan. Dia ingin membuat si gadis terus berada dalam keadaan yang benar-benar di bawah tekanan. Sukur-sukur kalau si gadis menjadi gila, itu akan lebih menyenangkan untuk Gravin."Kenapa malah diam saja? Kamu berharap aku menarik kembali kata-kataku, begitu? Tidak! Aku tidak akan pernah melakukannya. Sekarang, mandilah dan pakaian gaun ini! Pastikan penampilanmu sempurna kalau memang kamu masih ingin selamat!" titah Gravin sembari menghempaskan tubuh gadis itu dengan kasar."Aku tidak tahu apa-apa, kenapa kamu melakukan ini padaku?" lirih sang gadis saat Gravin dengan tanpa perasaan seolah mempermainkan dirinya."Orangtuaku pun tidak bersalah, sepupuku bahkan tidak tahu apa-apa, apalagi calon adikku yang masih dalam kandungan, tapi ayahmu melenyapka
"A-apa yang kamu katakan? Kenapa kamu mengatakan kalau ayahku seorag pembunuh? Ayah bukan seperti orang yang kamu katakan! Ayahku tidak mungkin membunuh siapa pun!" ucap Kania menyangkal dengan tegas apa yang Kalisa katakan.Kalisa langsung tersenyum sinis mendengar sanggahan yang terucap dari bibir Kania. Entah wanita di depannya ini memang sangat-sangat bodoh hingga tidak bisa mengerti kenapa Gravin memperlakukannya dengan kasar atau memang wanita itu pura-pura tidak tahu apa pun untuk mengelabui semua orang. Sungguh wajah pura-pura polos itu sangat-sangat menyebalkan untuk Kalisa."Meskipun kamu terus menyangkal apa yang aku katakan tapi itu tidak akan merubah kebenaran jika memang kamu adalah anak dari seorang pembunuh. Aku harap kamu tidak akan dicincang hidup-hidup oleh Tuan Gravin! Aku sarankan agar kamu banyak berdoa saja dan turuti apa yang Tuan Gravin katakan kalau ingin selamat. Kecuali kalau kamu ingin menyusul keluargamu yang bejad itu," ujar Kalisa dengan senyum sinis ya
"Tidak ada penolakan, Kalisa! Jangan terus mendebat Ayah! Kita pulang sekarang juga!" ajak Seto tak ingin Kalisa terus mendebatnya.Kalisa langsung menghentakkan kakinya penuh kekesalan. Bahkan Kalisa memilih keluar lebih dulu meninggalkan ayahnya sendirian.Seto yang melihat kelakuan anaknya hanya geleng-geleng kepala. "Maafkan Kalisa, Grav. Dia memang seperti itu," ucap Seto tidak enak dengan kelakuan anaknya."Tidak apa-apa, Paman," sahut Gravin berusaha melukiskan senyuman."Ya sudah kalau begitu Paman pulang dulu. Jangan lupakan apa yang Paman katakan," ucap Seto sembari menepuk pundak Gravin.Gravin hanya menganggukan kepala sebagai jawaban. Tidak mungkin dia melupakan tujuan hidupnya hanya karena seorang putri dari musuhnya. Kematian kedua orang tua dan juga kakak sepupunya harus terbalaskan. Gravin tidak akan rela kalau mereka tidak akan mendapatkan keadilan."Tuan, sepertinya Tuan putri Kalisa merajuk karena tak bisa mengganggu malam pertama Anda," celetuk Hans begitu Seto ta
Cukup lama Gravin menunggu Kania mandi, akhirnya wanita itu muncul juga dari balik pintu kamar mandi. Tubuhnya yang hanya berbalut handuk, menampilkan bahu seputih susu yang begitu menggoda. Belum lagi setengah pahanya yang terekspos bebas membuat seringai di bibir Gravin semakin lebar saja. Sepertinya, memang alam pun berpihak pada Gravin hingga lelaki itu tak perlu mencari alasan untuk menjalankan misinya. Tanpa membuang waktu Gravin langsung berjalan mendekat pada gadis itu. Tatapannya tak sedikitpun teralihkan dari sang gadis yang hanya bisa menunduk menyembunyikan wajah. Tangan Kania semakin rapat bersilang di depan dada seolah ingin menutupi apa yang tersembunyi di sana. Apalagi kala melihat dengan sudut matanya Gravin semakin mendekat, membuat Kania tidak karuan saja.Begitu Gravin menyentuh pundak polosnya, detak jantumg Kania begitu cepat seolah baru saja melakukan lari maraton. Setiap persendian tubuhnya pun terasa lemas tak bertenaga. Ingin sekali Kania lari, menyelamatka
Dengan penuh semangat Gravin memilih lebih dulu duduk di meja makan. Lelaki itu sengaja memberikan Kania sedikit waktu untuk meluapkan kesedihannya. Apalagi, melihat wajah kusut dan mata sembab wanita itu akan menjadi hiburan tersendiri untuk Gravin. Jadi Gravin tak ingin menyia-nyiakan menikmati moment itu.Ya, Gravin yakin saat ini Kania sedang asik menangis di dalam kamar mandi meratapi kejadian yang baru saja terjadi. Biasanya juga adegan seperti itu sering muncul di film-film saat seorang gadis baru saja dinodai.Benar-benar menggelikan, bukan?Saat sedang asik melamun, suara panggilan masuk di ponselnya membuat Gravin mengalihkan perhatian. Begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah Hans, tanpa basa-basi lagi Gravin segera menjawab panggilan itu.Bagaimanapun juga Gravin tahu benar Hans tidak mungkin menghubunginya kalau bukan karena ada hal penting. Jadi Gravin tak akan mungkin mengabaikan orang kepercayaannya itu "Hallo, Hans, ada apa kamu menghubungiku?" tany
Dengan tangan bergetar Kania segera menggapai bubur di depannya. Beberapa kali wanita itu menelan ludahnya kasar dengan tatapan yang tak lepas dari makanan mengerikan itu.Meskipun itu bubur buatannya dan dia tahu benar apa saja isi bubur itu, namun melihat bentukannya yang ancur-ancuran tentu Kania pun merasa mual sendiri. Rasanya, ingin sekali Kania membuang bubur itu kalau saja tak takut suaminya malah akan mencekiknya. Sungguh, Kania merasa mual sendiri meskipun belum memakan bubur itu sedikitpun."Cepat makan buburnya! Bukankah itu buatanmu? Jangan sampai kamu membuang-buang makanan, Kania!" titah Gravin lagi.Kania langsung mengangguk lesu sebagai jawaban. Sepertinya memang tak ada pilihan lain selain menikmati apa yang terhidang di depannya. Itu pun, kalau Kania masih ingin hidupnya baik-baik saja.Sedangkan Gravin yang melihat kelakuan Kania hanya tersenyum sinis. Salah Kania sendiri yang malah menghidangkan muntahan hewan di hadapannya. Harusnya Kania lebih berhati-hati lagi
Pagi harinya, Gravin bangun dengan tubuh yang lebih segar. Senyum lebar terukir di wajah lelaki itu. Sepertinya hari ini tidur lelaki itu benar-benar nyenyak tidak seperti biasanya yang selalu dihantui dengan bayang-bayang kejadian kelam di masa lalunya.Mungkin ini terjadi karena sedikit demi sedikit Gravin sudah bisa membalaskan dendam yang selama ini menggunung di hatinya. Terlebih sudah ada senjata di tangannya untuk bisa menjerat Eldrick. Tinggal menunggu waktu saja maka lelaki itu akan menunjukkan batang hidungnya. Rasanya Gravin hanya perlu bersabar sedikit saja maka semuanya akan selesai.Hari ini saatnya Gravin bersenang-senang dengan memberikan beberapa pelajaran berharga untuk wanita yang tak lain istri dan juga anak dari orang yang paling dia benci di dunia. Neraka di hari kedua untuk gadis itu akan dimulai sebentar lagi. Rasanya Gravin sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana tersiksanya gadis itu di dalam istananya.Apalagi semalam Gravin memberikan ultimatum yang cukup