Dengan tangan bergetar Kania segera menggapai bubur di depannya. Beberapa kali wanita itu menelan ludahnya kasar dengan tatapan yang tak lepas dari makanan mengerikan itu.Meskipun itu bubur buatannya dan dia tahu benar apa saja isi bubur itu, namun melihat bentukannya yang ancur-ancuran tentu Kania pun merasa mual sendiri. Rasanya, ingin sekali Kania membuang bubur itu kalau saja tak takut suaminya malah akan mencekiknya. Sungguh, Kania merasa mual sendiri meskipun belum memakan bubur itu sedikitpun."Cepat makan buburnya! Bukankah itu buatanmu? Jangan sampai kamu membuang-buang makanan, Kania!" titah Gravin lagi.Kania langsung mengangguk lesu sebagai jawaban. Sepertinya memang tak ada pilihan lain selain menikmati apa yang terhidang di depannya. Itu pun, kalau Kania masih ingin hidupnya baik-baik saja.Sedangkan Gravin yang melihat kelakuan Kania hanya tersenyum sinis. Salah Kania sendiri yang malah menghidangkan muntahan hewan di hadapannya. Harusnya Kania lebih berhati-hati lagi
Pagi harinya, Gravin bangun dengan tubuh yang lebih segar. Senyum lebar terukir di wajah lelaki itu. Sepertinya hari ini tidur lelaki itu benar-benar nyenyak tidak seperti biasanya yang selalu dihantui dengan bayang-bayang kejadian kelam di masa lalunya.Mungkin ini terjadi karena sedikit demi sedikit Gravin sudah bisa membalaskan dendam yang selama ini menggunung di hatinya. Terlebih sudah ada senjata di tangannya untuk bisa menjerat Eldrick. Tinggal menunggu waktu saja maka lelaki itu akan menunjukkan batang hidungnya. Rasanya Gravin hanya perlu bersabar sedikit saja maka semuanya akan selesai.Hari ini saatnya Gravin bersenang-senang dengan memberikan beberapa pelajaran berharga untuk wanita yang tak lain istri dan juga anak dari orang yang paling dia benci di dunia. Neraka di hari kedua untuk gadis itu akan dimulai sebentar lagi. Rasanya Gravin sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana tersiksanya gadis itu di dalam istananya.Apalagi semalam Gravin memberikan ultimatum yang cukup
Di bawah pengawasan Gravin, lantai yang tadi bak mengalami banjir lokal itu kini bisa kembali kering. Entah berapa kali Gravin harus meninggikan suaranya agar wanita itu mengerti tentang bagaimana harusnya Kania bekerja.Tentu saja minus mencontohkan. Gravin tidak mungkin mau repot-repot turun tangan. Lelaki itu hanya asik tunjuk-tunjuk saja tanpa mau mengulurkan tangan membantu Kania."Akhirnya semuanya sudah selesai. Jadi Tuan mau saya masakin apa?" tanya Kania terlihat begitu kelelahan setelah menyelesaikan tugas membersihkan rumah."Buatkan saja aku salad buah! Aku tidak biasa memakan makanan berat di pagi hari," titah Gravin berharap kali ini masakan Kania tidak akan hancur seperti halnya kemari."Baik Tuan, tolong tunggu sebentar!"Kania langsung berlari menuju dapur untuk melaksakan tugas selanjutnya dari Gravin. Dari gayanya, sepertinya Kania tidak akan kembali melakukan kesalahan seperti yang dilakukannya kemarin.Akan tetapi kalau wanita itu masih tidak bisa belajar dari kes
"Bu, apa Ayah akan pulang lebih cepat hari ini?" tanya seorang anak laki-laki penuh harap.Si ibu tersenyum lalu berjongkok di hadapan anaknya."Tentu saja, Sayang. Ini kan, hari ulang tahunmu. Ayah sudah berjanji akan membawakanmu mainan mobil-mobilan yang kamu mau itu," jawab si ibu membuat anak kecil itu kegirangan."Yee … akhirnya Avin akan mempunyai mobil-mobil seperti Mas Bimo," teriaknya sambil melompat-lompat.Anak itu berlari menghampiri anak laki-laki yang mungkin seusianya. Ia tersenyum lalu memeluk anak laki-laki itu dengan erat."Mas Bimo dengarkan, kalau aku juga akan dibelikan mainan yang sama seperti Mas Bimo? Jadi sekarang kita tidak akan bertengkar karena berebut mainan lagi," ujarnya senang."Kau benar, Vin. Aku tidak sabar menunggu Paman segera pulang. Aku ingin melihat mobil-mobil baru milikmu itu," ucap anak yang dipanggil Bimo itu tak kalah antusias."Hu'um."Mereka tidak sabaran menunggu, berjalan hilir-mudik sambil sesekali melihat ke arah pintu. Perasaan sena
Masih terekam jelas di ingatan Gravin bagaimana dia berjalan terseok-seok keluar dari rumah. Para pembunuh bayaran itu tidak menyisakan sepotong daging keluarganya untuk bisa dikuburkan dengan layak. Itu dilakukan atas perintah dari orang yang membayar mereka untuk menghilangkan jejak kejahatannya terhadap keluarga dari Gravin.Di tangannya, Gravin membawa hadiah mobil-mobilan yang dibeli oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahun. Hingga Gravin tiba di sebuah gedung tua, kakinya tidak bisa dibawa untuk melangkah lagi. Anak kecil itu tumbang, dia kehilangan kesadarannya dengan rasa sakit yang teramat dalam di hatinya.Kilasan adegan pembantaian orang tuanya, membangunkan dia dari tidur panjangnya.Gravin mengerjap, menelisik setiap ruangan yang terasa asing baginya. Saat dia akan beranjak dan melarikan diri, seorang laki-laki yang mungkin seusia ayahnya, menghentikan dia.Dialah Seto Pahlevi, seorang pengusaha ternama yang dengan tangan lebar merangkulnya dalam perlindungan."Aku dimana
Sesuai instruksi dari Gravin, semua anak buahnya langsung menyebar menguasai gedung tempat pesta ulang tahun anak bungsu dari Eldrick dilangsungkan. Mereka merangkap jadi pelayan, juru masak, hingga menjadi tamu undangan.Tentu melakukan itu semua adalah hal yang sangat mudah, tapi mereka juga berdampingan dengan anak buah Eldrick dalam waktu yang bersamaan.Meskipun mengurangi tingkat waspada nya, tapi Eldrick tetap menyewa orang untuk melindungi dia dan keluarganya, sebagai perjagaan kalau-kalau terjadi hal yang tidak diinginkan.Kedatangan beberapa mobil mewah menandakan jika Eldrick dan keluarganya telah tiba. Senyum kebahagiaan terpancar dari semua orang. Namun, mereka tidak tahu jika di sudut ruangan ada mata yang menyala mengintai mereka bagaikan mangsa.Ya, itu adalah Gravin. Dengan mudahnya dia masuk ke tengah-tengah pesta tanpa ada orang yang mencurigai nya.Tentu saja karena selama ini, semua orang hanya mengenal Gravin sebagai pengusaha muda yang mampu membuat kejayaan seb
Gravin langsung menoleh ke sumber suara begitu mendengar pertanyaan orang di belakangnya. Ternyata itu Hans yang baru saja kembali. Lelaki itu tampak masih berlumuran darah dengan tatapan yang kentara dipenuhi rasa penasaran."Aku akan membuat wanita itu tak bisa lari dariku! Sekarang hanya dia yang akan menuntun Eldrick pada kita. Jadi aku harus bisa membuatnya tetap berada di sisisku," sahut Gravin tanpa keraguan.Hans tampak manggut-manggut mendengar perkataan Gravin. Memang hanya dengan tetap membuat gadis itu berada di sana maka ada kemungkinan besar Eldrick akan kembali mendatangi mereka.Bagaimanapun juga, gadis itu adalah putrinya, satu-satunya keluarga Eldrick yang tersisa. Jadi, tak mungkin lelaki itu mengabaikan anaknya sendiri."Hans, tolong kamu bawakan aku gaun pengantin dan panggilkan juga pemuka agama untuk menikahkan aku dengan gadis itu. Aku akan menikahinya sekarang juga," ujar Gravin membuat Hans langsung membulatkan mata."Ma-maksud Anda? Anda benar-benar akan men
Mata gadis itu tampak membulat sempurna dengan mulut yang menganga. Syok! Itulah mungkin yang sedang dirasakan oleh gadis itu saat mendengar apa yang Gravin katakan barusan.Namun, untuk Gravin sendiri ekspresi gadis itu benar-benar menggemaskan. Dia ingin membuat si gadis terus berada dalam keadaan yang benar-benar di bawah tekanan. Sukur-sukur kalau si gadis menjadi gila, itu akan lebih menyenangkan untuk Gravin."Kenapa malah diam saja? Kamu berharap aku menarik kembali kata-kataku, begitu? Tidak! Aku tidak akan pernah melakukannya. Sekarang, mandilah dan pakaian gaun ini! Pastikan penampilanmu sempurna kalau memang kamu masih ingin selamat!" titah Gravin sembari menghempaskan tubuh gadis itu dengan kasar."Aku tidak tahu apa-apa, kenapa kamu melakukan ini padaku?" lirih sang gadis saat Gravin dengan tanpa perasaan seolah mempermainkan dirinya."Orangtuaku pun tidak bersalah, sepupuku bahkan tidak tahu apa-apa, apalagi calon adikku yang masih dalam kandungan, tapi ayahmu melenyapka