Rosaline, harus mengalami kejadian tragis akibat keserakahan dan kekejaman yang di lakukan oleh Bapak kandungnya sendiri. Dia menuntut balas atas perbuatan Bapaknya dan orang yang terlibat untuk menuntut keadilan atas kematiannya. Satu persatu pelaku mendapatkan gilirannya. Bagaimana dengan Sang Bapak? Apakah masih tega Rosaline menuntut balas pada Sang Bapak?
View MoreBu Tiwel yang sedang menyapu halaman belakang rumahnya, dikejutkan oleh suara ketukan di pintu rumahnya. Tok ... Tok ... Tok ..."Ya, sebentar!" sahutnya dari dalam rumah.Tak mau menunggu Sang Tamu, Bu Tiwel berlari dari arah belakang menuju depan dan membukakan pintunya.Tampak seorang wanita paruh baya dengan kebaya berwarna putih dengan corak bunga mawar di setiap sudut bawah, bersanggul model ukel konde bak bangsawan keraton, membuat Bu Tiwel merasa heran. "Permisi, apa benar ini rumah Ibu Tiwel?" tanya wanita itu. "Ya, benar. Sampean(kamu) ini siapa?" tanya Bu Tiwel. "Perkenalkan, saya Maryati, panggil saja Mbok Mar. Kedatangan saya ke sini untuk menemani Ibu selama Nduk Alina pergi," jelas Mbok Mar."Mari masuk dahulu, Mbok."Mbok Mar mengikuti langkah kaki Ibu Tiwel.Ibu Tiwel pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa cemilan untuk disuguhkan kepada Mbok Mar."Silahkan Mbok, seadanya saja tapi Mbok," ucap Bu Tiwel."Terimakasih banyak," jawab Mbok Mar.Bu Tiwel
Fajar perlahan bergerak naik, menandakan bahwa hari sudah pagi.Alina yang tidak bisa tidur setelah melihat bagaimana kejamnya seorang Bapak dan Ibu menumbalkan putri mereka hanya demi kekayaan dan kedigdayaan semata, membuat Alina terus merasa iba.Terlebih lagi, gadis kecil itu adalah Rose.Alina pun membulatkan tekadnya untuk menumpas habis pesugihan yang masih terjadi saat ini.Alina tidak ingin jika korban gadis-gadis remaja akan terus berjatuhan hanya karena duniawi dan keegoisan semata.Hanya karena menginginkan harta secara instan, mereka rela mengorbankan orang lain, bahkan anak sendiri.Sekali pun pelaku pesugihan itu telah tiada, namun biasanya ritual akan terus dilakukan hingga keturunan yang telah mereka sepakati bersama dengan junjungan mereka.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu sudah bangun?" ketuk ustad Ahmad mencoba membangunkan Alina.Ceklek."Sudah ustad, saya sudah bangun dari tadi. Bahkan saya belum tidur lagi," jelas Alina."Ya sudah, nanti kita lanjutkan lagi n
Ustad Ahmad, Alina dan Sang Kusir memilih bermalam di sebuah rumah tua yang terletak di pinggir hutan.Sang Kusir awalnya menolak untuk bermalam di rumah tua tak berpenghuni tersebut, namun dia terpaksa karena memang tidak ada lagi tempat untuknya beristirahat.Kriet ...Suara derit pintu tua begitu menganggu pendengaran.Suasana di rumah itu sangat rapi, bahkan lantai dan dindingnya tidak berdebu atau pun bersarang laba-laba.Meja, kursi dan yang lainnya pun bahkan tampak terawat. Hanya tercium bau khas kayu saja, karena memang rumah tua itu terbuat dari kayu.Ustad Ahmad dan Alina sempat curiga, bagaimana bisa bangunan tua yang tampak reot bahkan dipenuhi sulur merambat pada bagian depan rumah itu, ternyata sangat terawat di bagian dalamnya.Ustad Ahmad dan Alina pun menepis fikiran buruk yang bertandang ke fikiran mereka.Berbeda dengan mereka berdua, Sang Kusir langsung berlari masuk ke dalam rumah dan membuka satu persatu pintu dan memilih kamar mana yang mau dia tempati.Rumah t
Pagi itu, Bu Tiwel mempersiapkan segala keperluan dan bekal yang akan Alina bawa selama di perjalanan nanti.Tak lupa Bu Tiwel juga mempersiapkan bekal juga untuk ustad Ahmad."Nduk! Nduk!" panggil Bu Tiwel.Dengan segera Alina berlari kecil menghampiri Bu Tiwel."Ada apa, Bu?" tanya Alina."Ini sudah Ibu siapkan bekal untuk di perjalanan nanti, jangan lupa di masukkan ke dalam tas, Nduk. Ibu lebihkan juga supaya kamu bisa berbagi dengan ustad Ahmad," ucap Bu Tiwel."Iya, Bu. Terimakasih Ibu sudah repot mempersiapkan ini semua, Alina kan bisa sendiri," jawabnya memeluk Sang Ibu."Ngerepotin apa si, Nduk. Kamu anak Ibu, masa iya ngerepotin. Sudah, masukkan dalam tas, takut tertinggal!"Alina pun bangkit dan berjalan menuju kamar untuk meletakkan bekalnya ke dalam tas.Harum mawar menguar menusuk indera penciumannya."Rose, aku tahu itu kamu." ucap Alina tanpa memperhatikan sekelilingnya.Alina sangat faham harum yang selama ini berada di sekitarnya.Rose, bagi Alina memiliki harum yang
Alina memikirkan betul permintaan ustad Ahmad untuk membawa dirinya pergi belajar di tempat yang amat jauh.Alina hanya memikirkan bagaimana nasib Sang Ibu yang akan dia tinggal nantinya.Pasalnya, Alina bukan hanya satu dua hari saja belajar bersama ustad Ahmad."Aku harus bagaimana?" gumamnya sambil menatap lurus ke luar jendela.Srek ... Srek ... Srek ...Alina terkejut ketika mendengar suara daun bergesekan.Dengan tajam, Alina memandang hamparan tanah luas di hadapannya tersebut."Gak ada siapa-siapa, kok. Tapi kenapa aku mendengar suara seperti daun terinjak?" ucapnya memindai sekitarnya.Pasalnya, hari sudah malam. Sangat jarang untuk warga Rejoseno beraktifitas pada malam hari.Apalagi melewati kebun bambu dekat rumah Alina itu.Alina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, semakin dia abai, semakin gencar pula suara tersebut mendekat ke arahnya.Srek ... Srek ... Srek ...Alina berusaha memindai sekali lagi untuk memastikan siapa yang berusaha mengusiknya."Siapa disana?" ucap
Kinanthi panglipur wuyungRerenggane prawan sunthiDurung pasah doyan nginangTapih pinjung tur mantesiMendah gene yen diwasaBumi langit gonjang ganjingBi Tiwel mendendangkan tembang kinanthi sebagai lagu penghantar tidur untuk Sang Puteri, sambil mengelus puncak kepala Sang Anak sehingga Alina terbuai dalam mimpi indahnya.Lagu yang berisi kasih sayang dan nasehat itu selalu beliau dendangkan untuk Alina."Tidur lah, Cah Ayu. Hidupmu akan diuji dengan banyak cobaan. Ibu harap kamu akan kuat menghadapi garis takdir yang Gusti takdirkan untukmu. Maaf bila Ibu tak bisa banysk membantu kamu, hanya do'a yang bisa Ibu beri untuk kamu," ucapnya lirih.Setelah dipastikan Sang Anak terlelap, Bu Tiwel pun turun dari ranjang dan keluar kamar Alina.Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Bu Tiwel pun akhirnya turun dan duduk tepat di sebelah Alina."Begitu beruntung dirimu, Nduk. Beliau bukan Ibu kandungmu, namun beliau memperlakukan kamu selaiknya anak sendiri. Kasih sayang yang diberi Ibum
Kriet ... Kriet ... Kriet ...Senandung tembang jawa terdengar lirih menggema di dalam kamar.Alina duduk menatap cermin di depannya sambil sesekali menyisir rambut panjangnya."Rose, aku penasaran sama kamu. Kamu kok masih di sini terus, aku takut orang tua kamu khawatir," ucap Alina masih dengan menyisir rambutnya."Belum saatnya kamu tahu, Alina." jawab Rose."Lalu, kapan?" tanya Alina.Rose hanya tersenyum sambil memainkan kakinya di atas ranjang Alina.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu belum tidur?" teriak Bu Tiwel dari depan kamar Alina."Iya, Bu. Ini Lina akan tidur sekarang." jawabnya.Alina menghentikan aktifitasnya menyisir dan berjalan mendekati tempat tidurnya."Aku tidur dulu, Rose. Kamu bisa tidur di sebelah aku." Rose pun hanya mengangguk menanggapi ucapan Alina.Alina memejamkan matanya, tak butuh waktu lama bagi Alina untuk tertidur.Setelah Alina tertidur, Rose bangun dan menjauh dari tempat Alina tertidur."Akan ada saatnya untukmu membantuku, Alina. Kamu anak yan
Yuni pingsan setelah mengatakan hal itu kepada Ki Reksa-suaminya.Ki Reksa panik bukan kepalang, dengan sigap Ki Reksa mengangkat tubuh Yuni dan membaringkannga ke atas ranjang."Kamu ini kenapa bisa sampai seperti ini, Yun? Bikin aku khawatir aja!" Ki Reksa menggerutu sambil sesekali memberi aroma teraphi ke hidung Yuni.Perlahan mata Yuni bergerak, Yuni pun perlahan membuka matanya."Aduh!" ucapnya sambil memegang kepalanya."Kangmas? Saya kenapa?" tanya Yuni."Kamu pingsan, kecapekan kamu itu. Sudah, ayo kita makan bersama, saya lapar! Habis itu kita tidur."Yuni pun berusaha untuk bangkit lalu berjalan mengikuti Ki Reksa untuk makan bersama.Yuni mengambil nasi dan lauk pauknya lalu menyodorkannya kepada Ki Reksa.Seusai makan, Yuni membersihkan sisa makanan lalu menyusul suaminya ke dalam kamar."Kangmas kemana saja, toh? Belakangan ini sering sekali pergi saat malam hari?" ucap Yuni mencurigai suaminya."Pergi kemana? Ngaco saja kamu kalau bicara." kilah Ki Reksa."Saya gak ngac
Pagi itu, salah seorang tetangga meminta izin untuk menimba air di sumur milik Bu Tiwel.Jaman itu, tak banyak warga yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, atau yang memiliki sumur.Hanya orang dengan harta berkecukupan, atau saudagar kaya yang mempunyai kamar mandi di dalam.Sedangkan kebanyakan warga yang memiliki kekurangan ekonomi, masih melakukan aktifitas mandi, mencuci bahkan mengambil air di sungai yang jarak tempuhnya cukup jauh dari desa.Sedangkan untuk masyarakat dengan strata sosial menengah seperti Bu Tiwel biasanya memiliki kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Meksi terpisah, Bu Tiwel merasa bersyukur karena dirinya tak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktifitas hariannya.Bahkan tak jarang, Bu Tiwel memperbolehkan warga yang berusia sepuh atau sakit dan memiliki banyak anak untuk menggunakan kamar mandinya.Bahkan Bu Tiwel tak memungut biaya sepeser pun untuk fasilitas yang dia berikan pada orang yang membutuhkan.Hal itu pula yang memantik kemarahan para s
Hosh ... Hosh ... Hosh ...Seorang gadis remaja terus berlari di dalam hutan.Tak peduli tubuhnya terkena semak berduri, atau kakinya yang harus menginjak semak belukar hingga menggores luka di beberapa bagian tubuhnya.Namun sekuat apa pun gadis itu berlari, tentu saja dia tak menemukan tempat untuk bebas."Lepasin, Aline!" teriak gadis yang bernama Aline itu."Diam! Ikuti saja kami!" bentak salah seorang dari empat manusia tersebut.Rosaline, gadis remaja berparas cantik memiliki hidung mancung dan kulit kuning langsat. Rambut lurus berwarna hitam dan memiliki bulu mata yang lentik.Membuat remaja berusia sembilan belas tahun itu semakin mempesona.Malam ini tepat malam rabu kliwon.Dimana malam ini, tepat pukul tengah malam gadis remaja itu bertambah usianya.Namun kejutan besar akan dia alami malam ini.Di sebuah gubug sederhana, jauh di dalam hutan.Beberapa orang berdiri mengelilingi sebuah ranjang dengan taburan bunga tujuh rupa."Lepasin! Aline gak mau ikut andil dalam kesesat...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments