Share

ROSALINE (GADIS MAWAR)
ROSALINE (GADIS MAWAR)
Penulis: Mawar_Hitam

Tumbal.

Penulis: Mawar_Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-21 19:49:19

Hosh ... Hosh ... Hosh ...

Seorang gadis remaja terus berlari di dalam hutan.

Tak peduli tubuhnya terkena semak berduri, atau kakinya yang harus menginjak semak belukar hingga menggores luka di beberapa bagian tubuhnya.

Namun sekuat apa pun gadis itu berlari, tentu saja dia tak menemukan tempat untuk bebas.

"Lepasin, Aline!" teriak gadis yang bernama Aline itu.

"Diam! Ikuti saja kami!" bentak salah seorang dari empat manusia tersebut.

Rosaline, gadis remaja berparas cantik memiliki hidung mancung dan kulit kuning langsat. Rambut lurus berwarna hitam dan memiliki bulu mata yang lentik.

Membuat remaja berusia sembilan belas tahun itu semakin mempesona.

Malam ini tepat malam rabu kliwon.

Dimana malam ini, tepat pukul tengah malam gadis remaja itu bertambah usianya.

Namun kejutan besar akan dia alami malam ini.

Di sebuah gubug sederhana, jauh di dalam hutan.

Beberapa orang berdiri mengelilingi sebuah ranjang dengan taburan bunga tujuh rupa.

"Lepasin! Aline gak mau ikut andil dalam kesesatan, kalian!" gadis itu berteriak dengan sorot matanya yang tajam menyiratkan kekecewaan.

Tak ada rasa takut sama sekali dalam diri gadis muda itu.

"Diam! Kamu harus berkorban untuk kami, sudah cukup selama ini kami memberi kamu tumpangan dan itu tidak gratis! Sekarang, saatnya untuk kamu membalas budi kebaikan kami, berdua!"

Gelak tawa menggema dalam gubug itu.

"Cuih! Kalau saja aku bisa memilih, tak sudi aku terlahir dan mempunyai orang tua sesat macam kalian! Bahkan, rasanya kalian pun tak pantas mendapat julukan orang tua! Kalian semua, gila!"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat dipipi mulusnya meninggalkan jejak merah.

"Kamu gak pantas bicara seperti itu pada orang tua kamu, Ibu kecewa sama kamu!" ucap wanita yang mengaku dirinya sebagai Ibu.

"Kecewa? Ibu bilang kalau Ibu kecewa sama, Aline? Lalu bagaimana dengan perasaan Aline saat ini, Bu. Bapak hendak menjadikan aku sebagai tumbal di sini, dan Ibu hanya diam saja bahkan tak melarang, Bapak!" teriak gadis itu.

Tak ada air mata dalam sorot mata wanita tersebut.

Namun jauh dilubuk hati wanita paruh baya itu, hatinya sangat terluka.

"Sudah, cepat baringkan anak tak tahu diri itu, cepat!"

Para anak buah itu pun membaringkan tubuh gadis tersebut dan mengikat kuat kaki serta tangannya. Tak lupa menutup mata gadis tersebut.

Mereka duduk mengelilingi ranjang tempat di mana ritual akan dilakukan.

"Aku tak akan mengikhlaskan tubuh ini, jiwa ini, sukma ini, raga ini, bahkan jasad dari tubuh ini tersentuh dan diberikan kepada junjungan kalian! Ingat lah janji ku ini, aku akan menuntut balas kepada kalian semua dan akan ku pastikan neraka lah tempat kalian berada!"

Jleb!

Sret!

Tepat setelah sumpah yang di ucapkan gadis itu ucapkan, saat itu pula akhir dari hidupnya.

Darah mengalir deras membasahi ranjang.

Dengan cepat, mereka melakukan ritual akhirnya.

Tepat pukul dua belas malam, ritual telah usai di laksanakan, tepat pula usia gadis itu genap dua puluh tahun. Namun harus mengalami hal tragis seperti ini.

Para gerombolan tadi, juga kedua orang tua Rosaline pergi meninggalkan gubug tersebut dan membiarkan jasad Sang Anak begitu saja.

Setelah kepergian mereka semua, seorang wanita yang berkisar tujuh puluh tahun itu melesak masuk ke dalam gubug.

Dibelainya rambut gadis itu. Diseka dan dengan gerak perlahan mengusap wajah gadis itu agar matanya menutup.

Air mata menetes membasahi pipi remaja tersebut.

Sebuah kidung pun di dendangkan.

Ana kidung, rumeksa ing wengi.

Teguh ayu, luputa ing lara.

Luputa bilahi kabeh.

Jin setan datan purun.

Peneluhan tan ana wani.

Miwah panggawe ala.

Gunane wong luput.

Geni atemahan tirta.

Maling adoh tan ana ngarah ing kami.

Guna duduk pan sirna.

Perlahan diusapnya tubuh gadis itu, mulai dari kepala hingga ujung kaki.

Gemetar jemari tua itu menyeka gadis yang amat disayanginya itu.

Apa boleh buat, dirinya tak bisa mencegah hal ini terjadi.

"Nduk, cah ayu. Aku minta maaf kepada mu, aku tak berdaya. Aku tak bisa mencegah semua ini terjadi. Maafkan lah aku yang tak mampu melindungi mu dari kebengisan orang tuamu, itu." ucap wanita itu.

Angin berhembus kencang, membuat suara bising daun bergesekkan.

Bahkan gubug pun turut bergoyang.

Kencangnya angin, tak menggentarkan wanita yang bernama Mbok Mar itu.

Kidung rumekso ing wengi di nyanyikan dengan sepenuh hati.

Kesedihan, makna itu yang terkandung dalam kidung yang dinyanyikan Mbok Mar itu.

Hembusan angin bertambah kencang, suara binatang malam pun saling bersahutan seiring kidung dinyanyikan.

Dan saat kidung tersebut selesai, angin dan suara binatang malam pun berhenti.

"Selesai, semua luka mu sudah tak berbekas lagi, Nduk. Buka matamu, Rosaline." ucap Mbok Mar.

Perlahan, mata gadis itu terbuka.

Senyuman terbit di wajah Mbok Mar. Tak sia-sia usahanya membangkitkan Sang Cucu, meski hanya sementara.

"Mbok," ucap Rosaline.

Dengan penuh kasih sayang, Mbok Mar membelai rambut Sang Cucu dan mencium keningnya.

"Maafkan Mbok yang tak bisa melindungi mu. Mbok telah gagal melindungi cucu kesayanganku sendiri, maafkan Mbok." ucapnya menangis.

Rosaline memeluk Mboknya itu dengan penuh kasih sayang.

Meski terasa dingin, namun kehangatan hatinya mampu membuat Mbok Mar tak kuasa membendung kesedihannya.

"Maaf, maafkan Mbok!" raungnya.

"Sstt, Mbok jangan menangis. Ini semua bukan salah, Mbok. Aline tak mengapa harus pergi seperti ini. Tapi maafkan lah cucumu ini, Mbok. Sumpah telah terucap, aku hanya ingin, menuntut keadilan." ucapnya dengan sorot matanya yang mengguratkan amarah di dalamya.

Mbok Mar menyeka air matanya, lalu menangkup pipi gadis yang di sayanginya itu.

"Tak apa, tak apa. Aku izin kan kau untuk membalas apa yang telah mereka perbuat, ambil lah apa yang memang menjadi bagian mu. Keserakahan, kekayaan, kedigdayaan yang mereka cari itu, sudah membutakan hati dan logikanya sebagai orang tua! Lakukan lah, aku mengizinkan. Namun perlu kau ingat, jika kau membutuhkan bantuan atau apa pun itu. Mbok mu ini akan membantumu, sekali pun cara itu, salah!" ucap Mbok Mar dengan tegas.

Rosaline pun menggeleng.

"Tidak, jangan kotori tangan Mbok untuk sesuatu yang sanggup aku lakukan. Akan ku tumpas habis hingga ke pangkalnya. Semua ini harus segera di selesaikan." ucap nya.

"Mbok, waktu Aline sudah tak banyak. Maafkan Aline yang harus meninggalkan Mbok sendirian. Namun Aline akan tetap mengawasi Mbok. Aline pun akan datang kepada Mbok, mau kah Mbok menerima kehadiran ku, walau aku bukan lah lagi manusia?" tanyanya.

"Tentu, tentu sayang. Mbok akan tetap menerima kehadiran mu. Ini, bawa lah ini. Bunga mawar kesukaanmu, akan Mbok tanam dan rawat tanaman kesayangan mu itu. Pergi lah, jangan risau kan Mbok mu ini." ucap Mbok Mar melepas kepergian Cucu semata wayangnya itu.

"Pergilah, cucuku." ucapnya lirih.

Bab terkait

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kisah kelam Damar.

    Damar dan pengikutnya merasa sangat senang karena telah memberikan "santapan" enak untuk Ndoro.Setiap bulan suro, Damar diwajibkan memberikan "santapan" lezat untuk Sang Junjungan.Itu pun tak sembarang "santapan" yang bisa di beri untuk Ndoro Ratih.Harus lah gadis berusia tujuh belas tahun dan memiliki weton legi.Malam ini adalah kali pertama Damar memberi Junjungannya santapan lezat.Damar merasa was-was mencari gadis belia dengan weton legi.Tanpa fikir panjang, Damar dan Sang Istri pun sepakat untuk mengorbankan anak semata wayangnya.Perjanjian dengan setan, dan ambisi akan kekayaan dan kedigjayaan yang Damar inginkan, telah membutakan nuraninya sebagai orang tua.******Saat itu, Damar merasa sangat kesulitan ekonomi.Sang Istri yang sebentar lagi akan lahiran, membutuhkan biaya yang tak sedikit.Damar kebingungan mencari biaya untuk persalinan nantinya.Dengan tak tahu malunya, Damar meminjam uang kepada Juragan Karta, orang terkaya dan terpandang di Desa Panca.Resiko yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Alina.

    Ngelmu iku kalakone kanthi laku.Lekase lawan kas, tegese kas nyantosani.Setya budya pangekese dur angkara.Alina menembangkan "tembang pocung".Alina sangat menyukai tembang itu ketika Bu Tiwel mendendangkan itu setiap Alina akan tidur.Alina sangat menyukai tembang jawa.Baginya, tembang jawa menyimpan filosofi yang sangat menarik menurutnya."Hei, anak aneh!" teriak Yudi.Alina menghentikan mendendangkan tembangnya dan menoleh ke arah Yudi dan kawan-kawannya.Yudi menamai diri mereka dengan sebutan "ksatria pemberani".Entah ksatria pemberani dari mananya, sedangkan Yudi dan kawan-kawan merupakan anak penakut.mereka hanya berani menindas orang lemah. Salah satunya adalah, Alina.Mereka seringkali membully dan menindas Alina karena mereka menganggap Alina adalah gadis aneh.Alina sering kali berbicara seorang diri.Alina bahkan sering mengamuk dan kerasukan.Hal itu lah yang membuat Alina dijauhi oleh teman-temannya dan mendapat bully di sekolahnya.Saat usia tujuh tahun, Bu Tiwel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Siapa gadis itu?

    Alina tengah bermain di kebun penuh rumpun bambu dekat dengan kebun miliknya."Nduk, wis surup(sudah senja), ayo masuk.""Nggih(iya), Bu."Alina bangkit dari duduknya, menepuk pelan baju belakangnya menyingkirkan debu yang menempel.Srek ... Srek ... Srek ...Alina pun menghentikan aktifitasnya dan menoleh mencari sumber suara.Dilihatnya seorang gadis seusia dengannya tengah mengintip dibalik rimbunnya pohon bambu.Alina pun menghampiri gadis itu dan menyapanya."Hai, kamu kenapa mengintip? Apa kamu mau main sama aku?" tanya Alina, gadis itu pun mengangguk."Tapi maaf, aku hari ini harus pulang. Bagaimana kalau besok kita main bersama? Oh ya, nama aku Alina." Alina menyodorkan tangannya.Gadis itu pun menyambut uluran tangan Alina. Rasa dingin terasa saat Alina menjabat tangan gadis itu."Rose," jawabnya singkat."Nduk, ayo pulang!" teriakan Bu Tiwel menyadarkan Alina."Rose, aku pulang dulu ya, Ibu sudah nyariin."Tanpa mendengar jawaban dari Rose, Alina berlari menuju rumahnya."Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Fitnah.

    Pagi itu, salah seorang tetangga meminta izin untuk menimba air di sumur milik Bu Tiwel.Jaman itu, tak banyak warga yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, atau yang memiliki sumur.Hanya orang dengan harta berkecukupan, atau saudagar kaya yang mempunyai kamar mandi di dalam.Sedangkan kebanyakan warga yang memiliki kekurangan ekonomi, masih melakukan aktifitas mandi, mencuci bahkan mengambil air di sungai yang jarak tempuhnya cukup jauh dari desa.Sedangkan untuk masyarakat dengan strata sosial menengah seperti Bu Tiwel biasanya memiliki kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Meksi terpisah, Bu Tiwel merasa bersyukur karena dirinya tak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktifitas hariannya.Bahkan tak jarang, Bu Tiwel memperbolehkan warga yang berusia sepuh atau sakit dan memiliki banyak anak untuk menggunakan kamar mandinya.Bahkan Bu Tiwel tak memungut biaya sepeser pun untuk fasilitas yang dia berikan pada orang yang membutuhkan.Hal itu pula yang memantik kemarahan para s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Demo.

    Yuni pingsan setelah mengatakan hal itu kepada Ki Reksa-suaminya.Ki Reksa panik bukan kepalang, dengan sigap Ki Reksa mengangkat tubuh Yuni dan membaringkannga ke atas ranjang."Kamu ini kenapa bisa sampai seperti ini, Yun? Bikin aku khawatir aja!" Ki Reksa menggerutu sambil sesekali memberi aroma teraphi ke hidung Yuni.Perlahan mata Yuni bergerak, Yuni pun perlahan membuka matanya."Aduh!" ucapnya sambil memegang kepalanya."Kangmas? Saya kenapa?" tanya Yuni."Kamu pingsan, kecapekan kamu itu. Sudah, ayo kita makan bersama, saya lapar! Habis itu kita tidur."Yuni pun berusaha untuk bangkit lalu berjalan mengikuti Ki Reksa untuk makan bersama.Yuni mengambil nasi dan lauk pauknya lalu menyodorkannya kepada Ki Reksa.Seusai makan, Yuni membersihkan sisa makanan lalu menyusul suaminya ke dalam kamar."Kangmas kemana saja, toh? Belakangan ini sering sekali pergi saat malam hari?" ucap Yuni mencurigai suaminya."Pergi kemana? Ngaco saja kamu kalau bicara." kilah Ki Reksa."Saya gak ngac

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kekhawatiran Bu Tiwel

    Kriet ... Kriet ... Kriet ...Senandung tembang jawa terdengar lirih menggema di dalam kamar.Alina duduk menatap cermin di depannya sambil sesekali menyisir rambut panjangnya."Rose, aku penasaran sama kamu. Kamu kok masih di sini terus, aku takut orang tua kamu khawatir," ucap Alina masih dengan menyisir rambutnya."Belum saatnya kamu tahu, Alina." jawab Rose."Lalu, kapan?" tanya Alina.Rose hanya tersenyum sambil memainkan kakinya di atas ranjang Alina.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu belum tidur?" teriak Bu Tiwel dari depan kamar Alina."Iya, Bu. Ini Lina akan tidur sekarang." jawabnya.Alina menghentikan aktifitasnya menyisir dan berjalan mendekati tempat tidurnya."Aku tidur dulu, Rose. Kamu bisa tidur di sebelah aku." Rose pun hanya mengangguk menanggapi ucapan Alina.Alina memejamkan matanya, tak butuh waktu lama bagi Alina untuk tertidur.Setelah Alina tertidur, Rose bangun dan menjauh dari tempat Alina tertidur."Akan ada saatnya untukmu membantuku, Alina. Kamu anak yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Pertemuan pertama.

    Kinanthi panglipur wuyungRerenggane prawan sunthiDurung pasah doyan nginangTapih pinjung tur mantesiMendah gene yen diwasaBumi langit gonjang ganjingBi Tiwel mendendangkan tembang kinanthi sebagai lagu penghantar tidur untuk Sang Puteri, sambil mengelus puncak kepala Sang Anak sehingga Alina terbuai dalam mimpi indahnya.Lagu yang berisi kasih sayang dan nasehat itu selalu beliau dendangkan untuk Alina."Tidur lah, Cah Ayu. Hidupmu akan diuji dengan banyak cobaan. Ibu harap kamu akan kuat menghadapi garis takdir yang Gusti takdirkan untukmu. Maaf bila Ibu tak bisa banysk membantu kamu, hanya do'a yang bisa Ibu beri untuk kamu," ucapnya lirih.Setelah dipastikan Sang Anak terlelap, Bu Tiwel pun turun dari ranjang dan keluar kamar Alina.Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Bu Tiwel pun akhirnya turun dan duduk tepat di sebelah Alina."Begitu beruntung dirimu, Nduk. Beliau bukan Ibu kandungmu, namun beliau memperlakukan kamu selaiknya anak sendiri. Kasih sayang yang diberi Ibum

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Bimbang.

    Alina memikirkan betul permintaan ustad Ahmad untuk membawa dirinya pergi belajar di tempat yang amat jauh.Alina hanya memikirkan bagaimana nasib Sang Ibu yang akan dia tinggal nantinya.Pasalnya, Alina bukan hanya satu dua hari saja belajar bersama ustad Ahmad."Aku harus bagaimana?" gumamnya sambil menatap lurus ke luar jendela.Srek ... Srek ... Srek ...Alina terkejut ketika mendengar suara daun bergesekan.Dengan tajam, Alina memandang hamparan tanah luas di hadapannya tersebut."Gak ada siapa-siapa, kok. Tapi kenapa aku mendengar suara seperti daun terinjak?" ucapnya memindai sekitarnya.Pasalnya, hari sudah malam. Sangat jarang untuk warga Rejoseno beraktifitas pada malam hari.Apalagi melewati kebun bambu dekat rumah Alina itu.Alina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, semakin dia abai, semakin gencar pula suara tersebut mendekat ke arahnya.Srek ... Srek ... Srek ...Alina berusaha memindai sekali lagi untuk memastikan siapa yang berusaha mengusiknya."Siapa disana?" ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10

Bab terbaru

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kedatangan Tamu.

    Bu Tiwel yang sedang menyapu halaman belakang rumahnya, dikejutkan oleh suara ketukan di pintu rumahnya. Tok ... Tok ... Tok ..."Ya, sebentar!" sahutnya dari dalam rumah.Tak mau menunggu Sang Tamu, Bu Tiwel berlari dari arah belakang menuju depan dan membukakan pintunya.Tampak seorang wanita paruh baya dengan kebaya berwarna putih dengan corak bunga mawar di setiap sudut bawah, bersanggul model ukel konde bak bangsawan keraton, membuat Bu Tiwel merasa heran. "Permisi, apa benar ini rumah Ibu Tiwel?" tanya wanita itu. "Ya, benar. Sampean(kamu) ini siapa?" tanya Bu Tiwel. "Perkenalkan, saya Maryati, panggil saja Mbok Mar. Kedatangan saya ke sini untuk menemani Ibu selama Nduk Alina pergi," jelas Mbok Mar."Mari masuk dahulu, Mbok."Mbok Mar mengikuti langkah kaki Ibu Tiwel.Ibu Tiwel pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa cemilan untuk disuguhkan kepada Mbok Mar."Silahkan Mbok, seadanya saja tapi Mbok," ucap Bu Tiwel."Terimakasih banyak," jawab Mbok Mar.Bu Tiwel

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Desa Glagah.

    Fajar perlahan bergerak naik, menandakan bahwa hari sudah pagi.Alina yang tidak bisa tidur setelah melihat bagaimana kejamnya seorang Bapak dan Ibu menumbalkan putri mereka hanya demi kekayaan dan kedigdayaan semata, membuat Alina terus merasa iba.Terlebih lagi, gadis kecil itu adalah Rose.Alina pun membulatkan tekadnya untuk menumpas habis pesugihan yang masih terjadi saat ini.Alina tidak ingin jika korban gadis-gadis remaja akan terus berjatuhan hanya karena duniawi dan keegoisan semata.Hanya karena menginginkan harta secara instan, mereka rela mengorbankan orang lain, bahkan anak sendiri.Sekali pun pelaku pesugihan itu telah tiada, namun biasanya ritual akan terus dilakukan hingga keturunan yang telah mereka sepakati bersama dengan junjungan mereka.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu sudah bangun?" ketuk ustad Ahmad mencoba membangunkan Alina.Ceklek."Sudah ustad, saya sudah bangun dari tadi. Bahkan saya belum tidur lagi," jelas Alina."Ya sudah, nanti kita lanjutkan lagi n

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Menuju desa Glagah 2.

    Ustad Ahmad, Alina dan Sang Kusir memilih bermalam di sebuah rumah tua yang terletak di pinggir hutan.Sang Kusir awalnya menolak untuk bermalam di rumah tua tak berpenghuni tersebut, namun dia terpaksa karena memang tidak ada lagi tempat untuknya beristirahat.Kriet ...Suara derit pintu tua begitu menganggu pendengaran.Suasana di rumah itu sangat rapi, bahkan lantai dan dindingnya tidak berdebu atau pun bersarang laba-laba.Meja, kursi dan yang lainnya pun bahkan tampak terawat. Hanya tercium bau khas kayu saja, karena memang rumah tua itu terbuat dari kayu.Ustad Ahmad dan Alina sempat curiga, bagaimana bisa bangunan tua yang tampak reot bahkan dipenuhi sulur merambat pada bagian depan rumah itu, ternyata sangat terawat di bagian dalamnya.Ustad Ahmad dan Alina pun menepis fikiran buruk yang bertandang ke fikiran mereka.Berbeda dengan mereka berdua, Sang Kusir langsung berlari masuk ke dalam rumah dan membuka satu persatu pintu dan memilih kamar mana yang mau dia tempati.Rumah t

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Berangkat menuju desa Glagah.

    Pagi itu, Bu Tiwel mempersiapkan segala keperluan dan bekal yang akan Alina bawa selama di perjalanan nanti.Tak lupa Bu Tiwel juga mempersiapkan bekal juga untuk ustad Ahmad."Nduk! Nduk!" panggil Bu Tiwel.Dengan segera Alina berlari kecil menghampiri Bu Tiwel."Ada apa, Bu?" tanya Alina."Ini sudah Ibu siapkan bekal untuk di perjalanan nanti, jangan lupa di masukkan ke dalam tas, Nduk. Ibu lebihkan juga supaya kamu bisa berbagi dengan ustad Ahmad," ucap Bu Tiwel."Iya, Bu. Terimakasih Ibu sudah repot mempersiapkan ini semua, Alina kan bisa sendiri," jawabnya memeluk Sang Ibu."Ngerepotin apa si, Nduk. Kamu anak Ibu, masa iya ngerepotin. Sudah, masukkan dalam tas, takut tertinggal!"Alina pun bangkit dan berjalan menuju kamar untuk meletakkan bekalnya ke dalam tas.Harum mawar menguar menusuk indera penciumannya."Rose, aku tahu itu kamu." ucap Alina tanpa memperhatikan sekelilingnya.Alina sangat faham harum yang selama ini berada di sekitarnya.Rose, bagi Alina memiliki harum yang

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Bimbang.

    Alina memikirkan betul permintaan ustad Ahmad untuk membawa dirinya pergi belajar di tempat yang amat jauh.Alina hanya memikirkan bagaimana nasib Sang Ibu yang akan dia tinggal nantinya.Pasalnya, Alina bukan hanya satu dua hari saja belajar bersama ustad Ahmad."Aku harus bagaimana?" gumamnya sambil menatap lurus ke luar jendela.Srek ... Srek ... Srek ...Alina terkejut ketika mendengar suara daun bergesekan.Dengan tajam, Alina memandang hamparan tanah luas di hadapannya tersebut."Gak ada siapa-siapa, kok. Tapi kenapa aku mendengar suara seperti daun terinjak?" ucapnya memindai sekitarnya.Pasalnya, hari sudah malam. Sangat jarang untuk warga Rejoseno beraktifitas pada malam hari.Apalagi melewati kebun bambu dekat rumah Alina itu.Alina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, semakin dia abai, semakin gencar pula suara tersebut mendekat ke arahnya.Srek ... Srek ... Srek ...Alina berusaha memindai sekali lagi untuk memastikan siapa yang berusaha mengusiknya."Siapa disana?" ucap

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Pertemuan pertama.

    Kinanthi panglipur wuyungRerenggane prawan sunthiDurung pasah doyan nginangTapih pinjung tur mantesiMendah gene yen diwasaBumi langit gonjang ganjingBi Tiwel mendendangkan tembang kinanthi sebagai lagu penghantar tidur untuk Sang Puteri, sambil mengelus puncak kepala Sang Anak sehingga Alina terbuai dalam mimpi indahnya.Lagu yang berisi kasih sayang dan nasehat itu selalu beliau dendangkan untuk Alina."Tidur lah, Cah Ayu. Hidupmu akan diuji dengan banyak cobaan. Ibu harap kamu akan kuat menghadapi garis takdir yang Gusti takdirkan untukmu. Maaf bila Ibu tak bisa banysk membantu kamu, hanya do'a yang bisa Ibu beri untuk kamu," ucapnya lirih.Setelah dipastikan Sang Anak terlelap, Bu Tiwel pun turun dari ranjang dan keluar kamar Alina.Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Bu Tiwel pun akhirnya turun dan duduk tepat di sebelah Alina."Begitu beruntung dirimu, Nduk. Beliau bukan Ibu kandungmu, namun beliau memperlakukan kamu selaiknya anak sendiri. Kasih sayang yang diberi Ibum

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kekhawatiran Bu Tiwel

    Kriet ... Kriet ... Kriet ...Senandung tembang jawa terdengar lirih menggema di dalam kamar.Alina duduk menatap cermin di depannya sambil sesekali menyisir rambut panjangnya."Rose, aku penasaran sama kamu. Kamu kok masih di sini terus, aku takut orang tua kamu khawatir," ucap Alina masih dengan menyisir rambutnya."Belum saatnya kamu tahu, Alina." jawab Rose."Lalu, kapan?" tanya Alina.Rose hanya tersenyum sambil memainkan kakinya di atas ranjang Alina.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu belum tidur?" teriak Bu Tiwel dari depan kamar Alina."Iya, Bu. Ini Lina akan tidur sekarang." jawabnya.Alina menghentikan aktifitasnya menyisir dan berjalan mendekati tempat tidurnya."Aku tidur dulu, Rose. Kamu bisa tidur di sebelah aku." Rose pun hanya mengangguk menanggapi ucapan Alina.Alina memejamkan matanya, tak butuh waktu lama bagi Alina untuk tertidur.Setelah Alina tertidur, Rose bangun dan menjauh dari tempat Alina tertidur."Akan ada saatnya untukmu membantuku, Alina. Kamu anak yan

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Demo.

    Yuni pingsan setelah mengatakan hal itu kepada Ki Reksa-suaminya.Ki Reksa panik bukan kepalang, dengan sigap Ki Reksa mengangkat tubuh Yuni dan membaringkannga ke atas ranjang."Kamu ini kenapa bisa sampai seperti ini, Yun? Bikin aku khawatir aja!" Ki Reksa menggerutu sambil sesekali memberi aroma teraphi ke hidung Yuni.Perlahan mata Yuni bergerak, Yuni pun perlahan membuka matanya."Aduh!" ucapnya sambil memegang kepalanya."Kangmas? Saya kenapa?" tanya Yuni."Kamu pingsan, kecapekan kamu itu. Sudah, ayo kita makan bersama, saya lapar! Habis itu kita tidur."Yuni pun berusaha untuk bangkit lalu berjalan mengikuti Ki Reksa untuk makan bersama.Yuni mengambil nasi dan lauk pauknya lalu menyodorkannya kepada Ki Reksa.Seusai makan, Yuni membersihkan sisa makanan lalu menyusul suaminya ke dalam kamar."Kangmas kemana saja, toh? Belakangan ini sering sekali pergi saat malam hari?" ucap Yuni mencurigai suaminya."Pergi kemana? Ngaco saja kamu kalau bicara." kilah Ki Reksa."Saya gak ngac

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Fitnah.

    Pagi itu, salah seorang tetangga meminta izin untuk menimba air di sumur milik Bu Tiwel.Jaman itu, tak banyak warga yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, atau yang memiliki sumur.Hanya orang dengan harta berkecukupan, atau saudagar kaya yang mempunyai kamar mandi di dalam.Sedangkan kebanyakan warga yang memiliki kekurangan ekonomi, masih melakukan aktifitas mandi, mencuci bahkan mengambil air di sungai yang jarak tempuhnya cukup jauh dari desa.Sedangkan untuk masyarakat dengan strata sosial menengah seperti Bu Tiwel biasanya memiliki kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Meksi terpisah, Bu Tiwel merasa bersyukur karena dirinya tak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktifitas hariannya.Bahkan tak jarang, Bu Tiwel memperbolehkan warga yang berusia sepuh atau sakit dan memiliki banyak anak untuk menggunakan kamar mandinya.Bahkan Bu Tiwel tak memungut biaya sepeser pun untuk fasilitas yang dia berikan pada orang yang membutuhkan.Hal itu pula yang memantik kemarahan para s

DMCA.com Protection Status