Beranda / Horor / ROSALINE (GADIS MAWAR) / Kisah kelam Damar.

Share

Kisah kelam Damar.

Penulis: Mawar_Hitam
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-27 13:29:38

Damar dan pengikutnya merasa sangat senang karena telah memberikan "santapan" enak untuk Ndoro.

Setiap bulan suro, Damar diwajibkan memberikan "santapan" lezat untuk Sang Junjungan.

Itu pun tak sembarang "santapan" yang bisa di beri untuk Ndoro Ratih.

Harus lah gadis berusia tujuh belas tahun dan memiliki weton legi.

Malam ini adalah kali pertama Damar memberi Junjungannya santapan lezat.

Damar merasa was-was mencari gadis belia dengan weton legi.

Tanpa fikir panjang, Damar dan Sang Istri pun sepakat untuk mengorbankan anak semata wayangnya.

Perjanjian dengan setan, dan ambisi akan kekayaan dan kedigjayaan yang Damar inginkan, telah membutakan nuraninya sebagai orang tua.

******

Saat itu, Damar merasa sangat kesulitan ekonomi.

Sang Istri yang sebentar lagi akan lahiran, membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Damar kebingungan mencari biaya untuk persalinan nantinya.

Dengan tak tahu malunya, Damar meminjam uang kepada Juragan Karta, orang terkaya dan terpandang di Desa Panca.

Resiko yang harus di terima jika meminjam kepada Juragan Karta adalah tingginya bunga yang harus dibayarkan, juga kebengisan Juragan Karta serta anak buahnya untuk yang tak mampu membayar hutangnya.

Juragan Karta tak segan memeras, bahkan membunuh siapa saja yang berniat melarikan diri dari jeratan hutangnya yang menumpuk.

Tak sedikit warga yang terlilit hutang harus merelakan nyawanya sebagai penebus hutang yang dimilikinya.

Damar berjalan dengan tubuh gemetar menuju rumah Juragan Karta.

Dengan ragu dan tangan yang gemetar, Damar mengetuk pintu rumah Juragan Karta.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ceklek.

Pintu terbuka, memperlihatkan sosok tinggi besar dan berotot serta wajah garangnya itu tengah memperhatikan Damar dari atas hingga bawah.

"Mau ngapain?" tanya Malih.

"Ma-mau bertemu Juragan Karta, Mas." jawab Damar dengan gemetar.

"Mau hutang? Memang sanggup bayarnya?" ejek Rasman.

"Tolong saya, Mas, saya tengah butuh uang untuk biaya persalinan istri saya. Saya ingin bertemu dengan Juragan Karta!" pinta Damar memelas.

Namun Malih dengan sengaja mendorong tubuh Damar hingga jatuh tersungkur.

"Udah pergi aja sana, kamu gembel bau yang gak akan pernah bisa membayar hutang sampai kapan pun. Berani sekali meminjam uang kepada Juragan kami, cuih!" Rasman mengejek lalu meludah tepat di wajah Damar.

Tangan Damar mengepal kuat, wajahnya merah bak tomat.

Rasa kesal bercokol di dalam hati Damar. Namun apa mau di kata, Damar harus menanggalkan harga dirinya demi Sang Istri.

Juragan Karta yang mendengar keributan pun akhirnya keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.

"Ada apa ini?" tanya Juragan Karta dengan wajah kesal.

"Ampun Juragan, gembel ini berniat untuk meminjam uang kepada Juragan." ucap Malih menundukkan kepalanya.

Juragan Karta pun melihat Damar dari atas hingga kebawah lalu tersenyum sinis, "kamu yakin Mar, mau pinjam uang?"

"Yakin, Juragan." jawab Damar dengan berani.

"Mau bayar pakai apa, kamu? Ibumu itu kan janda miskin, rumah saja sudah mau roboh dan reot seperti itu, kok. Lah, kamu? Kamu sendiri pun gak punya pekerjaan tetap. Hidup luntang-lantung mengandalkan orang lain, kok." ejeknya.

Namun Damar tetap kekeuh dan meyakinkan Juragan Karta bahwa dirinya akan membayar hutangnya nanti.

Juragan Karta pun memberikan sejumlah uang sesuai permintaan Damar.

Namun, sebelum menyerahkan uang itu pada Damar, Juragan Karta terlebih dahulu memberikan syarat kepadanya.

"Ingat, uang sejumlah dua juta ini tentu saja tidak gratis, kamu harus mengembalikan uang itu sebanyak empat juta rupiah. Anak buah saya akan menagih kamu tiap bulannya. Ingat, jangan pernah kabur dari saya. Kalau kamu berani kabur, maka gantinya adalah, kamu!" ucap Juragan Karta.

Damar mengangguk faham. Setelahnya, Damar pulang dengan membawa uang sejumlah dua juta rupiah di kantong celananya.

Damar berteriak memanggil Sang Istri.

Namun saat di depan rumah, samar terdengar suara rintihan.

Damar yang panik segera menerobos masuk ke dalam rumah.

Dilihatnya Sang Istri tengah merintih kesakitan tiada siapa yang menemani.

"Dek!" serunya.

Risma tak dapat lagi menjawab pertanyaan Sang Suami, Risma hanya bisa mengerang dan merintih kesakitan.

"Mbok kemana, kenapa kamu di biarkan sendirian!" cercanya.

Dengan panik Damar terus mondar-mandir dan mengusap wajahnya kasar. Damar tak tahu apa yang harus dia lakukan.

Tak berselang lama, Mbok Mar datang bersama dengan seorang dukun beranak.

Tanpa banyak bertanya, Mbok Jum-dukun beranak itu masuk ke dalam ruangan kecil tempat di mana Risma tengah berjuang sendiri.

Mbok Mar dan Damar menunggu di depan pintu.

Do'a terus di panjatkan dari bibir tua Mbok Mar.

"Mbok kenapa gak kasih tahu aku kalau Risma sudah mau melahirkan!" ujar Damar.

"Mbok gak tahu kamu pergi kemana, kamu juga pergi gak kasih tahu Mbok mau kemana. Toh kejadiannya sangat cepat, daripada Mbok harus cari kamu yang gak tahu dimana, lebih baik Mbok pergi manggil Mbok Jum." jawab Mbok Mar.

Damar pun menyugar rambutnya kasar.

Tak berapa lama, terdengar jerit tangis bayi yang begitu kencang.

Kelahirannya diiringi oleh bunyi binatang malam. Hal itu membuat Mbok Jum dan Mbok Mar merasa was-was.

Damar yang melihat raut wajah Mboknya berubah pun bertanya, "Mbok kenapa cemas?"

Bukan menjawab, Mbok Mar justru menggeleng lalu tersenyum.

Mbok Jum keluar bersama dengan menggendong anak Damar.

Bayi merah dan terdapat bercak sisa darah masih melekat di tubuh bayi perempuan itu.

Mbok Jum membersihkan bayi itu, lalu di letakkan di atas dada Sang Ibu untuk segera di beri Asi.

Damar menangis haru, betapa cantik bayi yang di lahirkan oleh Sang Istri.

Pasangan suami istri itu terlalu menikmati hari bahagianya, tanpa sadar kedua wanita paruh baya itu sudah tak lagi ada di kamar itu.

Mbok Mar menarik tangan Mbok Jum menuju kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya.

"Mbok Jum, apa tadi kamu merasakan sesuatu akan kelahiran anak itu?" tanya Mbok Mar.

"Iyo, Mar. Aku ngerasa bahwa anak tersebut akan memiliki sesuatu yang sangat dahsyat. Lebih lagi cucumu lahir di malam rabu legi, dan dia adalah seorang perempuan yang spesial. Aku merasa, akan ada kejadian besar di masa depan, dan itu ada hubungannya dengan anak itu." jelas Mbok Jum.

Mbok Mar merasa sangat terkejut Mbok Mar tak dapat menahan rasa terkejutnya itu.

"Mar, tak kandanono(aku bilangin), kalau suatu saat terjadi sesuatu yang buruk kepada cucumu itu, bahkan jika dia mati sekali pun kamu harus bisa menyembunyikan dia di tempat yang tak terjamah. Aku merasa, banyak yang mengincar dirinya, baik jiwa dan raga cucumu itu." imbuh Mbok Jum.

Mbok Mar merasa tak faham dengan apa yang di ucapkan oleh Mbok Jum.

Namun sebelum membuang banyak waktu, kedua wanita paruh baya itu kembali ke kamar Risma.

Di lihatnya Risma tertidur pulas bersama Sang Anak, dan di sampingnya Damar pun tertidur.

Mbok Jum mendekat, memberi gelang gaib untuk bayi itu.

"Untuk sementara bayi itu akan terlindungi, tapi semakin dewasa gelang gaib itu tak dapat melindunginya." jelas Mbok Jum.

Bab terkait

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Alina.

    Ngelmu iku kalakone kanthi laku.Lekase lawan kas, tegese kas nyantosani.Setya budya pangekese dur angkara.Alina menembangkan "tembang pocung".Alina sangat menyukai tembang itu ketika Bu Tiwel mendendangkan itu setiap Alina akan tidur.Alina sangat menyukai tembang jawa.Baginya, tembang jawa menyimpan filosofi yang sangat menarik menurutnya."Hei, anak aneh!" teriak Yudi.Alina menghentikan mendendangkan tembangnya dan menoleh ke arah Yudi dan kawan-kawannya.Yudi menamai diri mereka dengan sebutan "ksatria pemberani".Entah ksatria pemberani dari mananya, sedangkan Yudi dan kawan-kawan merupakan anak penakut.mereka hanya berani menindas orang lemah. Salah satunya adalah, Alina.Mereka seringkali membully dan menindas Alina karena mereka menganggap Alina adalah gadis aneh.Alina sering kali berbicara seorang diri.Alina bahkan sering mengamuk dan kerasukan.Hal itu lah yang membuat Alina dijauhi oleh teman-temannya dan mendapat bully di sekolahnya.Saat usia tujuh tahun, Bu Tiwel

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Siapa gadis itu?

    Alina tengah bermain di kebun penuh rumpun bambu dekat dengan kebun miliknya."Nduk, wis surup(sudah senja), ayo masuk.""Nggih(iya), Bu."Alina bangkit dari duduknya, menepuk pelan baju belakangnya menyingkirkan debu yang menempel.Srek ... Srek ... Srek ...Alina pun menghentikan aktifitasnya dan menoleh mencari sumber suara.Dilihatnya seorang gadis seusia dengannya tengah mengintip dibalik rimbunnya pohon bambu.Alina pun menghampiri gadis itu dan menyapanya."Hai, kamu kenapa mengintip? Apa kamu mau main sama aku?" tanya Alina, gadis itu pun mengangguk."Tapi maaf, aku hari ini harus pulang. Bagaimana kalau besok kita main bersama? Oh ya, nama aku Alina." Alina menyodorkan tangannya.Gadis itu pun menyambut uluran tangan Alina. Rasa dingin terasa saat Alina menjabat tangan gadis itu."Rose," jawabnya singkat."Nduk, ayo pulang!" teriakan Bu Tiwel menyadarkan Alina."Rose, aku pulang dulu ya, Ibu sudah nyariin."Tanpa mendengar jawaban dari Rose, Alina berlari menuju rumahnya."Ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Fitnah.

    Pagi itu, salah seorang tetangga meminta izin untuk menimba air di sumur milik Bu Tiwel.Jaman itu, tak banyak warga yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, atau yang memiliki sumur.Hanya orang dengan harta berkecukupan, atau saudagar kaya yang mempunyai kamar mandi di dalam.Sedangkan kebanyakan warga yang memiliki kekurangan ekonomi, masih melakukan aktifitas mandi, mencuci bahkan mengambil air di sungai yang jarak tempuhnya cukup jauh dari desa.Sedangkan untuk masyarakat dengan strata sosial menengah seperti Bu Tiwel biasanya memiliki kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Meksi terpisah, Bu Tiwel merasa bersyukur karena dirinya tak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktifitas hariannya.Bahkan tak jarang, Bu Tiwel memperbolehkan warga yang berusia sepuh atau sakit dan memiliki banyak anak untuk menggunakan kamar mandinya.Bahkan Bu Tiwel tak memungut biaya sepeser pun untuk fasilitas yang dia berikan pada orang yang membutuhkan.Hal itu pula yang memantik kemarahan para s

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Demo.

    Yuni pingsan setelah mengatakan hal itu kepada Ki Reksa-suaminya.Ki Reksa panik bukan kepalang, dengan sigap Ki Reksa mengangkat tubuh Yuni dan membaringkannga ke atas ranjang."Kamu ini kenapa bisa sampai seperti ini, Yun? Bikin aku khawatir aja!" Ki Reksa menggerutu sambil sesekali memberi aroma teraphi ke hidung Yuni.Perlahan mata Yuni bergerak, Yuni pun perlahan membuka matanya."Aduh!" ucapnya sambil memegang kepalanya."Kangmas? Saya kenapa?" tanya Yuni."Kamu pingsan, kecapekan kamu itu. Sudah, ayo kita makan bersama, saya lapar! Habis itu kita tidur."Yuni pun berusaha untuk bangkit lalu berjalan mengikuti Ki Reksa untuk makan bersama.Yuni mengambil nasi dan lauk pauknya lalu menyodorkannya kepada Ki Reksa.Seusai makan, Yuni membersihkan sisa makanan lalu menyusul suaminya ke dalam kamar."Kangmas kemana saja, toh? Belakangan ini sering sekali pergi saat malam hari?" ucap Yuni mencurigai suaminya."Pergi kemana? Ngaco saja kamu kalau bicara." kilah Ki Reksa."Saya gak ngac

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kekhawatiran Bu Tiwel

    Kriet ... Kriet ... Kriet ...Senandung tembang jawa terdengar lirih menggema di dalam kamar.Alina duduk menatap cermin di depannya sambil sesekali menyisir rambut panjangnya."Rose, aku penasaran sama kamu. Kamu kok masih di sini terus, aku takut orang tua kamu khawatir," ucap Alina masih dengan menyisir rambutnya."Belum saatnya kamu tahu, Alina." jawab Rose."Lalu, kapan?" tanya Alina.Rose hanya tersenyum sambil memainkan kakinya di atas ranjang Alina.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu belum tidur?" teriak Bu Tiwel dari depan kamar Alina."Iya, Bu. Ini Lina akan tidur sekarang." jawabnya.Alina menghentikan aktifitasnya menyisir dan berjalan mendekati tempat tidurnya."Aku tidur dulu, Rose. Kamu bisa tidur di sebelah aku." Rose pun hanya mengangguk menanggapi ucapan Alina.Alina memejamkan matanya, tak butuh waktu lama bagi Alina untuk tertidur.Setelah Alina tertidur, Rose bangun dan menjauh dari tempat Alina tertidur."Akan ada saatnya untukmu membantuku, Alina. Kamu anak yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Pertemuan pertama.

    Kinanthi panglipur wuyungRerenggane prawan sunthiDurung pasah doyan nginangTapih pinjung tur mantesiMendah gene yen diwasaBumi langit gonjang ganjingBi Tiwel mendendangkan tembang kinanthi sebagai lagu penghantar tidur untuk Sang Puteri, sambil mengelus puncak kepala Sang Anak sehingga Alina terbuai dalam mimpi indahnya.Lagu yang berisi kasih sayang dan nasehat itu selalu beliau dendangkan untuk Alina."Tidur lah, Cah Ayu. Hidupmu akan diuji dengan banyak cobaan. Ibu harap kamu akan kuat menghadapi garis takdir yang Gusti takdirkan untukmu. Maaf bila Ibu tak bisa banysk membantu kamu, hanya do'a yang bisa Ibu beri untuk kamu," ucapnya lirih.Setelah dipastikan Sang Anak terlelap, Bu Tiwel pun turun dari ranjang dan keluar kamar Alina.Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Bu Tiwel pun akhirnya turun dan duduk tepat di sebelah Alina."Begitu beruntung dirimu, Nduk. Beliau bukan Ibu kandungmu, namun beliau memperlakukan kamu selaiknya anak sendiri. Kasih sayang yang diberi Ibum

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Bimbang.

    Alina memikirkan betul permintaan ustad Ahmad untuk membawa dirinya pergi belajar di tempat yang amat jauh.Alina hanya memikirkan bagaimana nasib Sang Ibu yang akan dia tinggal nantinya.Pasalnya, Alina bukan hanya satu dua hari saja belajar bersama ustad Ahmad."Aku harus bagaimana?" gumamnya sambil menatap lurus ke luar jendela.Srek ... Srek ... Srek ...Alina terkejut ketika mendengar suara daun bergesekan.Dengan tajam, Alina memandang hamparan tanah luas di hadapannya tersebut."Gak ada siapa-siapa, kok. Tapi kenapa aku mendengar suara seperti daun terinjak?" ucapnya memindai sekitarnya.Pasalnya, hari sudah malam. Sangat jarang untuk warga Rejoseno beraktifitas pada malam hari.Apalagi melewati kebun bambu dekat rumah Alina itu.Alina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, semakin dia abai, semakin gencar pula suara tersebut mendekat ke arahnya.Srek ... Srek ... Srek ...Alina berusaha memindai sekali lagi untuk memastikan siapa yang berusaha mengusiknya."Siapa disana?" ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-10
  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Berangkat menuju desa Glagah.

    Pagi itu, Bu Tiwel mempersiapkan segala keperluan dan bekal yang akan Alina bawa selama di perjalanan nanti.Tak lupa Bu Tiwel juga mempersiapkan bekal juga untuk ustad Ahmad."Nduk! Nduk!" panggil Bu Tiwel.Dengan segera Alina berlari kecil menghampiri Bu Tiwel."Ada apa, Bu?" tanya Alina."Ini sudah Ibu siapkan bekal untuk di perjalanan nanti, jangan lupa di masukkan ke dalam tas, Nduk. Ibu lebihkan juga supaya kamu bisa berbagi dengan ustad Ahmad," ucap Bu Tiwel."Iya, Bu. Terimakasih Ibu sudah repot mempersiapkan ini semua, Alina kan bisa sendiri," jawabnya memeluk Sang Ibu."Ngerepotin apa si, Nduk. Kamu anak Ibu, masa iya ngerepotin. Sudah, masukkan dalam tas, takut tertinggal!"Alina pun bangkit dan berjalan menuju kamar untuk meletakkan bekalnya ke dalam tas.Harum mawar menguar menusuk indera penciumannya."Rose, aku tahu itu kamu." ucap Alina tanpa memperhatikan sekelilingnya.Alina sangat faham harum yang selama ini berada di sekitarnya.Rose, bagi Alina memiliki harum yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14

Bab terbaru

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kedatangan Tamu.

    Bu Tiwel yang sedang menyapu halaman belakang rumahnya, dikejutkan oleh suara ketukan di pintu rumahnya. Tok ... Tok ... Tok ..."Ya, sebentar!" sahutnya dari dalam rumah.Tak mau menunggu Sang Tamu, Bu Tiwel berlari dari arah belakang menuju depan dan membukakan pintunya.Tampak seorang wanita paruh baya dengan kebaya berwarna putih dengan corak bunga mawar di setiap sudut bawah, bersanggul model ukel konde bak bangsawan keraton, membuat Bu Tiwel merasa heran. "Permisi, apa benar ini rumah Ibu Tiwel?" tanya wanita itu. "Ya, benar. Sampean(kamu) ini siapa?" tanya Bu Tiwel. "Perkenalkan, saya Maryati, panggil saja Mbok Mar. Kedatangan saya ke sini untuk menemani Ibu selama Nduk Alina pergi," jelas Mbok Mar."Mari masuk dahulu, Mbok."Mbok Mar mengikuti langkah kaki Ibu Tiwel.Ibu Tiwel pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan beberapa cemilan untuk disuguhkan kepada Mbok Mar."Silahkan Mbok, seadanya saja tapi Mbok," ucap Bu Tiwel."Terimakasih banyak," jawab Mbok Mar.Bu Tiwel

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Desa Glagah.

    Fajar perlahan bergerak naik, menandakan bahwa hari sudah pagi.Alina yang tidak bisa tidur setelah melihat bagaimana kejamnya seorang Bapak dan Ibu menumbalkan putri mereka hanya demi kekayaan dan kedigdayaan semata, membuat Alina terus merasa iba.Terlebih lagi, gadis kecil itu adalah Rose.Alina pun membulatkan tekadnya untuk menumpas habis pesugihan yang masih terjadi saat ini.Alina tidak ingin jika korban gadis-gadis remaja akan terus berjatuhan hanya karena duniawi dan keegoisan semata.Hanya karena menginginkan harta secara instan, mereka rela mengorbankan orang lain, bahkan anak sendiri.Sekali pun pelaku pesugihan itu telah tiada, namun biasanya ritual akan terus dilakukan hingga keturunan yang telah mereka sepakati bersama dengan junjungan mereka.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu sudah bangun?" ketuk ustad Ahmad mencoba membangunkan Alina.Ceklek."Sudah ustad, saya sudah bangun dari tadi. Bahkan saya belum tidur lagi," jelas Alina."Ya sudah, nanti kita lanjutkan lagi n

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Menuju desa Glagah 2.

    Ustad Ahmad, Alina dan Sang Kusir memilih bermalam di sebuah rumah tua yang terletak di pinggir hutan.Sang Kusir awalnya menolak untuk bermalam di rumah tua tak berpenghuni tersebut, namun dia terpaksa karena memang tidak ada lagi tempat untuknya beristirahat.Kriet ...Suara derit pintu tua begitu menganggu pendengaran.Suasana di rumah itu sangat rapi, bahkan lantai dan dindingnya tidak berdebu atau pun bersarang laba-laba.Meja, kursi dan yang lainnya pun bahkan tampak terawat. Hanya tercium bau khas kayu saja, karena memang rumah tua itu terbuat dari kayu.Ustad Ahmad dan Alina sempat curiga, bagaimana bisa bangunan tua yang tampak reot bahkan dipenuhi sulur merambat pada bagian depan rumah itu, ternyata sangat terawat di bagian dalamnya.Ustad Ahmad dan Alina pun menepis fikiran buruk yang bertandang ke fikiran mereka.Berbeda dengan mereka berdua, Sang Kusir langsung berlari masuk ke dalam rumah dan membuka satu persatu pintu dan memilih kamar mana yang mau dia tempati.Rumah t

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Berangkat menuju desa Glagah.

    Pagi itu, Bu Tiwel mempersiapkan segala keperluan dan bekal yang akan Alina bawa selama di perjalanan nanti.Tak lupa Bu Tiwel juga mempersiapkan bekal juga untuk ustad Ahmad."Nduk! Nduk!" panggil Bu Tiwel.Dengan segera Alina berlari kecil menghampiri Bu Tiwel."Ada apa, Bu?" tanya Alina."Ini sudah Ibu siapkan bekal untuk di perjalanan nanti, jangan lupa di masukkan ke dalam tas, Nduk. Ibu lebihkan juga supaya kamu bisa berbagi dengan ustad Ahmad," ucap Bu Tiwel."Iya, Bu. Terimakasih Ibu sudah repot mempersiapkan ini semua, Alina kan bisa sendiri," jawabnya memeluk Sang Ibu."Ngerepotin apa si, Nduk. Kamu anak Ibu, masa iya ngerepotin. Sudah, masukkan dalam tas, takut tertinggal!"Alina pun bangkit dan berjalan menuju kamar untuk meletakkan bekalnya ke dalam tas.Harum mawar menguar menusuk indera penciumannya."Rose, aku tahu itu kamu." ucap Alina tanpa memperhatikan sekelilingnya.Alina sangat faham harum yang selama ini berada di sekitarnya.Rose, bagi Alina memiliki harum yang

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Bimbang.

    Alina memikirkan betul permintaan ustad Ahmad untuk membawa dirinya pergi belajar di tempat yang amat jauh.Alina hanya memikirkan bagaimana nasib Sang Ibu yang akan dia tinggal nantinya.Pasalnya, Alina bukan hanya satu dua hari saja belajar bersama ustad Ahmad."Aku harus bagaimana?" gumamnya sambil menatap lurus ke luar jendela.Srek ... Srek ... Srek ...Alina terkejut ketika mendengar suara daun bergesekan.Dengan tajam, Alina memandang hamparan tanah luas di hadapannya tersebut."Gak ada siapa-siapa, kok. Tapi kenapa aku mendengar suara seperti daun terinjak?" ucapnya memindai sekitarnya.Pasalnya, hari sudah malam. Sangat jarang untuk warga Rejoseno beraktifitas pada malam hari.Apalagi melewati kebun bambu dekat rumah Alina itu.Alina berusaha untuk mengabaikannya. Namun, semakin dia abai, semakin gencar pula suara tersebut mendekat ke arahnya.Srek ... Srek ... Srek ...Alina berusaha memindai sekali lagi untuk memastikan siapa yang berusaha mengusiknya."Siapa disana?" ucap

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Pertemuan pertama.

    Kinanthi panglipur wuyungRerenggane prawan sunthiDurung pasah doyan nginangTapih pinjung tur mantesiMendah gene yen diwasaBumi langit gonjang ganjingBi Tiwel mendendangkan tembang kinanthi sebagai lagu penghantar tidur untuk Sang Puteri, sambil mengelus puncak kepala Sang Anak sehingga Alina terbuai dalam mimpi indahnya.Lagu yang berisi kasih sayang dan nasehat itu selalu beliau dendangkan untuk Alina."Tidur lah, Cah Ayu. Hidupmu akan diuji dengan banyak cobaan. Ibu harap kamu akan kuat menghadapi garis takdir yang Gusti takdirkan untukmu. Maaf bila Ibu tak bisa banysk membantu kamu, hanya do'a yang bisa Ibu beri untuk kamu," ucapnya lirih.Setelah dipastikan Sang Anak terlelap, Bu Tiwel pun turun dari ranjang dan keluar kamar Alina.Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Bu Tiwel pun akhirnya turun dan duduk tepat di sebelah Alina."Begitu beruntung dirimu, Nduk. Beliau bukan Ibu kandungmu, namun beliau memperlakukan kamu selaiknya anak sendiri. Kasih sayang yang diberi Ibum

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Kekhawatiran Bu Tiwel

    Kriet ... Kriet ... Kriet ...Senandung tembang jawa terdengar lirih menggema di dalam kamar.Alina duduk menatap cermin di depannya sambil sesekali menyisir rambut panjangnya."Rose, aku penasaran sama kamu. Kamu kok masih di sini terus, aku takut orang tua kamu khawatir," ucap Alina masih dengan menyisir rambutnya."Belum saatnya kamu tahu, Alina." jawab Rose."Lalu, kapan?" tanya Alina.Rose hanya tersenyum sambil memainkan kakinya di atas ranjang Alina.Tok ... Tok ... Tok ..."Nduk, kamu belum tidur?" teriak Bu Tiwel dari depan kamar Alina."Iya, Bu. Ini Lina akan tidur sekarang." jawabnya.Alina menghentikan aktifitasnya menyisir dan berjalan mendekati tempat tidurnya."Aku tidur dulu, Rose. Kamu bisa tidur di sebelah aku." Rose pun hanya mengangguk menanggapi ucapan Alina.Alina memejamkan matanya, tak butuh waktu lama bagi Alina untuk tertidur.Setelah Alina tertidur, Rose bangun dan menjauh dari tempat Alina tertidur."Akan ada saatnya untukmu membantuku, Alina. Kamu anak yan

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Demo.

    Yuni pingsan setelah mengatakan hal itu kepada Ki Reksa-suaminya.Ki Reksa panik bukan kepalang, dengan sigap Ki Reksa mengangkat tubuh Yuni dan membaringkannga ke atas ranjang."Kamu ini kenapa bisa sampai seperti ini, Yun? Bikin aku khawatir aja!" Ki Reksa menggerutu sambil sesekali memberi aroma teraphi ke hidung Yuni.Perlahan mata Yuni bergerak, Yuni pun perlahan membuka matanya."Aduh!" ucapnya sambil memegang kepalanya."Kangmas? Saya kenapa?" tanya Yuni."Kamu pingsan, kecapekan kamu itu. Sudah, ayo kita makan bersama, saya lapar! Habis itu kita tidur."Yuni pun berusaha untuk bangkit lalu berjalan mengikuti Ki Reksa untuk makan bersama.Yuni mengambil nasi dan lauk pauknya lalu menyodorkannya kepada Ki Reksa.Seusai makan, Yuni membersihkan sisa makanan lalu menyusul suaminya ke dalam kamar."Kangmas kemana saja, toh? Belakangan ini sering sekali pergi saat malam hari?" ucap Yuni mencurigai suaminya."Pergi kemana? Ngaco saja kamu kalau bicara." kilah Ki Reksa."Saya gak ngac

  • ROSALINE (GADIS MAWAR)   Fitnah.

    Pagi itu, salah seorang tetangga meminta izin untuk menimba air di sumur milik Bu Tiwel.Jaman itu, tak banyak warga yang mempunyai kamar mandi di dalam rumah, atau yang memiliki sumur.Hanya orang dengan harta berkecukupan, atau saudagar kaya yang mempunyai kamar mandi di dalam.Sedangkan kebanyakan warga yang memiliki kekurangan ekonomi, masih melakukan aktifitas mandi, mencuci bahkan mengambil air di sungai yang jarak tempuhnya cukup jauh dari desa.Sedangkan untuk masyarakat dengan strata sosial menengah seperti Bu Tiwel biasanya memiliki kamar mandi yang terletak di belakang rumah.Meksi terpisah, Bu Tiwel merasa bersyukur karena dirinya tak perlu jauh-jauh untuk melakukan aktifitas hariannya.Bahkan tak jarang, Bu Tiwel memperbolehkan warga yang berusia sepuh atau sakit dan memiliki banyak anak untuk menggunakan kamar mandinya.Bahkan Bu Tiwel tak memungut biaya sepeser pun untuk fasilitas yang dia berikan pada orang yang membutuhkan.Hal itu pula yang memantik kemarahan para s

DMCA.com Protection Status