Kontrak Cinta si Gadis Penari

Kontrak Cinta si Gadis Penari

last updateLast Updated : 2023-09-02
By:  JasAliceOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
17Chapters
947views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Dendam tersemat Gistara semakin lebur bersama kehadiran Kivanc Adskhan. Pria blasteran Jerman – Turki yang hanya mengambil waktu dua bulan mengerjakan proyek di Jakarta. Ia memaksa Tara hidup dalam ‘titik kebebasan’ dan menikmati hari tanpa perlu menghancurkan kehidupan orang lain. Namun, pertemuan bersama Kivanc justru menghadirkan sentuhan manis dan lembut. Pria itu tidak pernah mencari tahu masa lalu Tara, menjaga privasi dan hanya fokus memperbaiki kehidupan Tara bersama gadis kecil tunawicara. Sampai rasa nyaman itu menemukan titik henti. Kivanc Adskhan ... Tidak benar-benar hadir untuk memperbaiki kehidupan Gistara dan meluruhkan semua dendam masa lalunya.

View More

Chapter 1

1. Jebakan Sang Penari

“Y-ya, seperti itu, Sayang ....” desahan nikmat terus terlontar dari bibir lelaki tua yang menikmati sentuhan panas Tara di atas tubuh gempalnya. Ia sudah mengincar tubuh seksi di atasnya sejak perempuan itu memperlihatkan tarian striptis yang mengaliri berkali lipat gairah di dalam dirinya.

Lelaki yang memiliki citra baik di lingkup politik, keluarga dan terkesan agamis, semakin menikmati bibir basah Tara menyusuri leher untuk sampai di salah satu puncak kecil di sana. “Astaga ....”

Sepersekian detik. Tubuh Tara di balik dan lelaki itu langsung memagut bibir ranum sang penari. Ia menggila seraya membawa jemari tangan untuk merobek gaun satin Tara. Namun, bersama erangan lelaki tua yang menikmati remasan di bawah miliknya. Ia merasa pandangan mengabur, kehilangan kesadaran dan akan jatuh menimpa Tara jika perempuan itu tidak segera menyingkir.

“Menjijikkan,” desis Tara mengusap kasar bibirnya yang meninggalkan jejak saliva.

Sorot datar dari paras cantik yang menggunakan cuff earrings di bagian kiri itu diam sesaat. Tara menatap lekat tubuh gempal yang tergeletak di atas ranjang. Bathrobe yang dikenakan lelaki tua itu terbuka, memperlihatkan perut buncit dan celana dalam hitam. Embusan napas teratur dan pose menarik ini, menghadirkan satu tarikan di sudut bibir Tara.

Ia biarkan gaun malam itu robek hampir menyeluruh. Helaian itu masih melekat dan Tara tidak peduli selain mengambil cepat ponsel di atas nakas. Beberapa foto dan video berhasil ia abadikan. “Sebentar lagi semua orang akan tau siapa Anda sebenarnya, Bapak Bhanu Tjahyanto yang terhormat.”

Tara membuka gaun robeknya tepat di sisi pinggir ranjang. Pemandangan lelaki bodoh itu benar-benar menarik dan tidak ingin diabaikan Tara. Ia pergunakan waktu sebaik mungkin untuk membereskan kekacauan di kamar, memakai dressoff shoulder—lengan pendek, lalu meninggalkan lelaki yang beberapa waktu lalu baru saja menenggak wine dengan sedikit ramuan Tara.

Perempuan itu menyeringai puas telah berhasil memasukkan obat tidur, meskipun terlambat karena bibirnya sudah terjamah lebih dulu oleh lelaki tua tadi.

“Apa aku boleh menggantikan posisi lelaki tua itu, Nona Gistara?”

Tara membeku saat ia baru saja membuka pintu kamar, berniat bergegas keluar menuju ruang tengah. Tapi pria bertubuh atletis dengan balutan kemeja marun dua kancing teratas terbuka, dipadukan celana bahan, semakin memperlihatkan sorot memesona dari balik paras blasteran. Manik hijau itu memberikan sorot menantang. “Sayang sekali kan, kalau kamar hotel ini sudah dibayar mahal, tapi kamu justru membuat lelaki itu pingsang?”

“Menyingkir dari hadapan gue. Lo bisa tutup mulut karena kita nggak pernah ada masalah sama sekali.”

Ucapan dingin dan sorot tajam Tara, membuat Kivanc menyeringai kecil. Ini adalah pembicaraan kali pertama mereka setelah tiga kali bersitatap selama Kivanc mengunjungi Executive Club.

Manik hijaunya terus memantau bagaimana berhasrat para lelaki dan pria hidung belang saat melihat penampilan Tara. Ia terus memerhatikan perempuan itu sampai satu informasi menarik berada dalam genggamannya. “Kenapa kamu bersusah payah untuk membuat lelaki itu tidak sadarkan diri? Seharusnya kalian bercinta dan menikmati malam bersama.”

“Karena kamu tipe perempuan lajang yang menyukai lelaki beristri,” tambah pria itu.

Tara terdiam sesaat. Namun, ia berhasil menguasai ekspresi saat pria yang hanya ia ketahui namanya dari salah satu teman penari; pria asing yang menjadi anggota baru di klub ternama.

“Gistara. Perempuan yang bukan berstatus pekerja di Executive Club. Tapi mengincar lelaki beristri dan pria yang sudah memiliki status resmi bersama pasangannya. Alasan kamu menari, mendekati mereka hanya untuk menghancurkan hubungan yang dibangun mereka bersama pasangan masing-masing.” Kivanc mengedipkan sebelah mata saat tatapan Tara terkunci padanya.

Napas Tara tercekat. Kedua jemari tangan itu meremat dan membentuk kepalan tangan. Ia sudah tidak bisa memercayai kehadiran pria berkewarganegaraan asing ini, memiliki tatapan berbeda dibanding pria lain di dalam klub.

Ia sudah tahu jika dipantau dan akan berhadapan langsung dengan Kivanc.

Bahu keduanya bersinggungan ketika Tara memilih melangkah meninggalkan pria yang ia pastikan sangat berpengaruh. “Jadi, kamu memilih pergi dibandingkan menyelamatkan adik angkatmu? Flora?”

Ketukan heels yang terburu-buru itu berhenti cepat. Rambut panjang terurai yang menyembunyikan butterfly tattoo on the upper back, tersibak mengayun saat Tara berbalik. Ia melemparkan sorot tajam ketika pria tinggi di hadapannya memberikan senyum manis. “Adik angkat kamu sedang berada di rumah sakit karena menjadi korban tabrak lari. Benar, kan?”

Tara merasakan napasnya berangsur memburu. Ia menelan saliva susah payah saat Kivanc mengikis jarak mereka, mendekati Tara yang menerima umpan dengan baik. Sorot manik keduanya saling menenggelamkan pikiran mereka masing-masing.

Pria itu merogoh saku celana untuk mengambil ponsel. Jemari tangan itu dengan lincah mencari sesuatu yang diperlukannya sampai memperlihatkan di hadapan Tara. Ia puas melihat paras cantik berkulit putih itu memucat.

Adegan dari rekaman kamera tersembunyi memperlihatkan Tara dan sang politikus bermesraan di dalam kamar. “Bajingan!” pekik Tara mengambil ponsel tersebut.

Kivanc sudah lebih dulu menjauhkannya, lalu memasukkan ke dalam saku celana dengan senyum mengembang penuh kebahagiaan. Ia bisa melihat hidung mancung Tara yang kembang kempis, napas memburu dan wajah memerah. “Siapa lo sebenarnya? Gue nggak pernah memanfaatkan kehadiran lo seperti pria lain yang gue dekati. Tapi lo berusaha mengulik tentang hal pribadi gue sampai dengan piciknya memanfaatkan adik gu—“

“—aku ingin melindungi kalian berdua.”

Deg!

“Flora sudah aman setelah dia bersamaku. Karena para pria dan lelaki yang sudah kamu manfaatkan. Mereka mulai mencari keberadaan kamu yang sering berpindah tempat tinggal.”

Manik hitam itu tidak berkedip. Kivanc bisa melihat raut datar dan dingin tadi berubah sepenuhnya, tampak lebih cemas. Kalimat Kivanc menyeruak dalam hati dan pikiran Tara mengenai gadis kecil tunawicara yang sudah ia jaga seperti adik kandung.

“Mau lo apa?”

Seringai tipis terpatri di paras keturunan Jerman – Turki pria itu. “Berhenti menganggu kehidupan orang lain.”

“Mereka nggak mempunyai masalah dengan kamu. Kalian nggak saling mengenal dan kamu memang mengincar mereka, bukan uang. Kehidupan bahagia mereka kamu hancurkan. Itu dendam tersemat yang aku lihat sejak pertemuan pertama kita.”

Kedua tangan Tara terkepal kuat. Ia tidak menyangka, jika gelagat kehadirannya di klub tersebut sangat mudah dibaca oleh pria di hadapannya. “Lo nggak tau apa pun tentang kehidupan gue. Jadi, lebih baik lo pergi atau—“

Bunyi bel berulang kali menginterupsi ucapan Tara yang terpotong. Perempuan itu menoleh takut ke arah pintu luar. “Ternyata mereka datang tepat waktu,” cetus Kivanc melirik jam tangan.

Pandangan Tara teralihkan pada Kivanc yang memberikan kedipan sekilas. “Di luar sana sudah berdiri anak buah lelaki tua itu. Mereka sedang mencari Tuan yang sudah kamu berikan obat tidur.”

Manik hijau Kivanc menilik keseluruhan lekuk tubuh Tara. Wajah itu pun semakin memucat dengan tubuh kaku yang sangat kentara dilihat Kivanc.

“A-apa ya-ng su-dah l-lo la-kukan?”

“Nggak ada,” balas Kivanc cepat, tersenyum manis.

“Hanya memberitahu anak buah seorang Bhanu Tjahyanto, jika Tuan mereka ada di sini,” tambah pria itu membuat perasaan Tara mencelos.

Ia menatap redup manik hijau Kivanc, merasakan kedua lutut semakin lemas dengan dada bergemuruh cepat mendengar bel yang berulang kali dibunyikan. Bahkan, mereka di luar sana tidak segan menggedor pintu unit, sedangkan Tara berada di posisi paling terburuk yang pernah ia lakukan untuk menjebak seorang lelaki.

**

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
17 Chapters
1. Jebakan Sang Penari
“Y-ya, seperti itu, Sayang ....” desahan nikmat terus terlontar dari bibir lelaki tua yang menikmati sentuhan panas Tara di atas tubuh gempalnya. Ia sudah mengincar tubuh seksi di atasnya sejak perempuan itu memperlihatkan tarian striptis yang mengaliri berkali lipat gairah di dalam dirinya.Lelaki yang memiliki citra baik di lingkup politik, keluarga dan terkesan agamis, semakin menikmati bibir basah Tara menyusuri leher untuk sampai di salah satu puncak kecil di sana. “Astaga ....”Sepersekian detik. Tubuh Tara di balik dan lelaki itu langsung memagut bibir ranum sang penari. Ia menggila seraya membawa jemari tangan untuk merobek gaun satin Tara. Namun, bersama erangan lelaki tua yang menikmati remasan di bawah miliknya. Ia merasa pandangan mengabur, kehilangan kesadaran dan akan jatuh menimpa Tara jika perempuan itu tidak segera menyingkir.“Menjijikkan,” desis Tara mengusap kasar bibirnya yang meninggalkan jejak saliva.Sorot datar dari paras cantik yang menggunakan cuff earrings
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
2. Lawan Seimbang
“Di mana adik gue? Kenapa lo bawa gue ke sini?” Tara mengikuti langkah pria asing itu yang terus berjalan menjauhi Tara. Kivanc hanya ingin duduk di kursi minibar, menuang wine dan menikmati ketenangannya ditemani kehadiran Tara di sisinya. “Ini kali pertama gue berurusan dengan pria aneh kayak lo.” Wajah Kivanc memandang Tara dengan tatapan mengejek. “Dan kali pertama aku bertemu kamu. Seorang perempuan yang minim senyum, ekspresi manis dan menggairahkan. Kamu terlalu dipandang misterius oleh pria di dalam klub. Tapi mampu memikat mereka untuk masuk dalam perangkap kamu,” jelas Kivanc. Pria itu memosisikan duduk menghadap Tara. Dipandanginya paras cantik yang kini menunjukkan lagi tatapan dingin. “Aku akan memberitahu di mana adik kamu berada, kalau perjanjian di antara kita sudah disepakati.” Tara menarik sudut bibir. “Lo berpikir, gue akan mengikuti permintaan yang lo buat sepihak? Keuntungan akan tetap berjalan di pihak lo. Mungkin, gue akan menjadi budak seks—“ “—Kamu bukan t
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
3. Sebagai Hidangan Utama
Tara mendengkus mengejek. “Pilihan lo nggak akan pernah gue lakukan.” “Nggak ada satupun orang yang bisa memaksa ataupun menyuruh gue melakukan tarian. Gue melakukannya karena suka, bukan sebuah paksaan,” desis Tara. Semua pria sama saja, tidak bisa melihat dan membiarkan para perempuan bebas mengekspresikan diri. Termasuk saat Kivanc baru beberapa menit lalu mencampahkan Tara dengan kalimat menyakitkan. Sekarang, pria itu seolah ingin menarik kembali ucapan yang sudah dibuang tanpa perasaan. “Gue yakin lo pria yang memegang ucapannya sendiri. Apalagi lo udah melihat gue sebagai bukan kriteria lo,” tambah Tara. Kivanc tersenyum tipis saat Tara berlalu memasuki salah satu kamar. Rencananya berhasil membuat Tara mengalah dan memutuskan pembicaraan mereka; mengalah. Perempuan bertubuh semampai itu mematung di depan kamar. Ia baru saja memasuki pintu lain, lalu melihat interior dengan kamar yang sudah terisi. Di atas meja rias itu sudah terisi beberapa perlengkapan make up. “Pakaian
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
4. Menemukan Sang Penggoda
“Maaf, Tuan. Nona Gistara berhasil kabur dengan mengelabui kami berdua.” deru napas tersengal terdengar jelas di telinga Kivanc. Pria itu melirik sekilas dari samping, jika dua anak buahnya datang menemui Kivanc di salah satu ruang kerja yang ada di unit apartemen baru miliknya. Mereka memperlihatkan raut menyesal dan sangat takut telah gagal memantau Tara di ruang gym. “Benar, Tuan. Nona Gistara sudah pergi dari ruang gym yang hanya menyisakan beberapa orang saja,” timpal satu pria lagi. Mereka juga ditugaskan untuk ganti memakai pakaian olahraga. Tapi mereka tidak pernah berpikir, jika Tara akan mengabaikan ancaman Kivanc tadi pagi. Karena perempuan itu meminta izin secara memaksa untuk menikmati fasilitas di area gedung apartemen. Kivanc tersenyum samar. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Cuaca di Jakarta dan pemandangannya sudah lama tidak ia temui. “Kalian sudah melakukan hal yang tepat,” balas pria itu berdiri, lalu memandang mereka yang memperlihatkan raut
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
5. Kelam
“Kamu? Aku pikir siapa yang bertamu sore hari dengan membunyikan bel terus menerus.” Kivanc menyambut tamu kehormatannya di depan pintu unit. Paras dingin itu tetap saja memperlihatkan raut pucat yang kentara. “Apalagi nggak ada sopan satun dalam menekan bel.” Kivanc tersenyum samar. Ia sudah cukup puas, meskipun hanya melihat raut pucat Tara yang menipis. Pria itu akui, jika Tara memang memiliki ego yang tinggi dan selalu berusaha keras menutupi kelemahannya. Sorot manik hitam itu memandang lurus Kivanc. “Mereka datang sesuai apa yang lo prediksi.” Kening pria keturunan Jerman – Turki itu mengernyit. Ia masih nyaman berdiri di ambang pintu, membiarkan Tara tidak ia persilakan masuk dengan cepat. “Siapa yang kamu maksud dengan kata mereka?” Tara menatap datar Kivanc celingukan di balik tubuhnya, menelisik keadaan sekitar lantai koridor. Tidak banyak orang lewat di area koridor, kecuali beberapa petugas kebersihan. “Gue memang cukup kaget karena ini kali pertama rencana gue gagal
last updateLast Updated : 2023-02-01
Read more
6. Terpikat
Tara menatap dingin kekacauan kamar yang ia ciptakan. Seluruh barang berserakan dan lampu tidur itu sudah rusak. Benda tersebut beberapa waktu lalu dilempar ke arah Kivanc dan mengenai perut pria keturunan Jerman – Turki. “Dia berbohong,” desis Tara, mengingat erangan Kivanc tidak sesuai apa yang terjadi selanjutnya. Pria itu justru menenangkan Tara yang tertangkap menitikan air mata, mencoba meraih bahu dan berucap jika Kivanc baik-baik saja. Sepertinya ia terlalu berlebihan untuk menyesal telah melakukan hal kejam pada pemilik unit. Ia juga tidak bisa mengendalikan diri saat potongan ingatan itu silih berganti hampir sama, mengulang Tara dalam masa lalu kelam. Kedua tangan Tara terkepal kuat. Sorot tajam perempuan yang masih berbalut handuk menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin rias. Ada retak kecil di titik fokus akibat lemparan Tara yang sangat brutal dan tidak terkendali. “Pria asing itu hampir tau kelemahan gue,” ucap perempuan itu. Rahang Tara mengetat dengan embusa
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more
7. Menjadi Tetangga Baru
Sirene ambulans menarik atensi nyaris seluruh penghuni kompleks perumahan dengan type satu tingkat itu. Mereka keluar, melihat ambulans berhenti di salah satu rumah dan dengan cepat membawa satu lelaki mendapatkan perawatan intensif. Lelaki itu tergolek lemah di atas brankar, mengandalkan hidup dari masker oksigen. Napasnya nyaris terputus dan suara histeris sang istri tidak terelakkan. Banyak dari mereka bersimpati, mendekat lalu memberikan kata penenang. Kenapa dia nggak langsung mati? Manik hitam Tara terus saja menyorot sang istri lelaki tersebut yang meraung penuh tangis. Ia melihat sang istri yang mulai ikut naik ke dalam ambulans, disusul petugas medis lainnya yang sigap. “Suami Bu Diandra terkena serangan jantung.” “Untung ambulansnya cepat datang,” timpal salah satu ibu-ibu dari mereka yang berkumpul. Tara hanya melirik malas. Ia pikir, tetangga yang rumahnya hanya disekat oleh dua rumah lain, bisa membawa kabar yang membahagiakan untuk dirinya. Tapi di saat jam sudah m
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more
8. Fail Panas
Tara membuka pintu rumah dan mendapati perempuan cantik itu sudah terlihat lelah. “Sorry, Ra! Gue abis ngerayain ulang tahun teman gue dan baru di antar jam segini,” ucapnya tersengal. Karena portal kompleks sudah ditutup dan jika mengambil arah lain, maka akan jauh memutar. Ia lebih baik mengambil rute cepat dan memang harus sedikit berlari karena keadaan malam yang sudah sepi. Tara melirik jam di dinding ruang tamu. “Nggak apa-apa jam setengah satu lo datang. Kebetulan Flo tidur lebih larut karena masih ketakutan,” cetus Tara membuka pintu untuk Karina—teman semasa kuliah Tara—berbeda jurusan. Keduanya dipertemukan karena sebagai mahasiswi baru dan saling mengurus segala administrasi bersama. “Jadi beneran, si tua bangka itu kena serangan jantung?” Karina duduk nyaman seraya mengumpulkan oksigen lebih banyak. Karena lari malam tanpa pemanasan memang sangat menyebalkan. Ia melihat Tara duduk tenang di hadapannya dan mengangguk santai. “Tadinya gue udah berharap dia mati lebih c
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more
9. Kalian Harus Mati
Karina mengerjap tidak menyangka sambil memertahankan tangan yang menyibak gorden. Manik hitam perempuan itu menelisik lebih lekat kegiatan apa saja yang ada di rumah seberang Tara. Lampu teras menyala dan bagian kamar pun sama. Tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Gorden itu ditutup cepat. “Gue tertinggal banyak berita dari lo karena sibuk kerja,” cetus perempuan memperlihatkan raut kaget yang belum bisa pudar. “Sampai pada akhirnya, gue diberitahu sama lo tentang pria asing itu tinggal berseberangan. Gue rasa dia beneran bukan orang kayak kita atau seseorang yang menghabiskan liburan di negara ini.” Karina memberikan penjelasan sambil mengambil duduk di depan Tara. Ia biarkan Tara menikmati nikotin yang terjepit cantik di jemari lentiknya. Keadaan di sekitar mereka sudah sangat tepat membiarkan Tara merokok karena Flora yang sudah terlelap di kamar. “Gue dijanjikan lebih dari 1M sama dia.” “Satu em—“ “—ber.” Bibir Karina terkatup rapat antara ingin terbahak atau melanjutk
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more
10. Gerakan Sensual
Pagi ini Tara berbagi tugas dengan Karina. Perempuan itu membawa Flora ikut bekerja di salah satu perusahaan ternama, membiarkan anak perempuan manis itu duduk dan menunggu Karina menyelesaikan pekerjaannya.Setidaknya, Karina mendapatkan akses lebih bisa membawa orang lain, melalui jalur orang dalam. Karena anak dari pemilik perusahaan itu adalah kekasih Karina.Jadi, Tara akan aman menitipkan Flora pada Karina dan ia bersiap membereskan rumah, lalu pergi bekerja di showroom. Ini kali terakhir ia bekerja setengah hari, lalu mengajukan pengunduran diri dan berangkat sore hari.Ia adalah satu-satunya orang yang berani meminta pekerjaan, tapi disesuaikan dengan kebutuhan Tara.Perempuan itu hanya tidak ingin meninggalkan Flora terlalu lama dan membuat anak perempuan itu kesepian.Dunia terlalu kejam dan terkadang lingkup sekitar sangat rentan membawa perkara. Karena ia tidak memercayai orang lain lagi apalagi membiarkan Flora sendirian di rumah, ditinggal saat Tara bekerja.“Lantainya t
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status