Share

6. Terpikat

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tara menatap dingin kekacauan kamar yang ia ciptakan. Seluruh barang berserakan dan lampu tidur itu sudah rusak. Benda tersebut beberapa waktu lalu dilempar ke arah Kivanc dan mengenai perut pria keturunan Jerman – Turki.

“Dia berbohong,” desis Tara, mengingat erangan Kivanc tidak sesuai apa yang terjadi selanjutnya. Pria itu justru menenangkan Tara yang tertangkap menitikan air mata, mencoba meraih bahu dan berucap jika Kivanc baik-baik saja.

Sepertinya ia terlalu berlebihan untuk menyesal telah melakukan hal kejam pada pemilik unit. Ia juga tidak bisa mengendalikan diri saat potongan ingatan itu silih berganti hampir sama, mengulang Tara dalam masa lalu kelam.

Kedua tangan Tara terkepal kuat. Sorot tajam perempuan yang masih berbalut handuk menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin rias. Ada retak kecil di titik fokus akibat lemparan Tara yang sangat brutal dan tidak terkendali.

“Pria asing itu hampir tau kelemahan gue,” ucap perempuan itu.

Rahang Tara mengetat dengan embusan napas memburu. Ia mengejek dirinya sendiri larut dalam bagian pahit dan sangat mudah dipermainkan Kivanc yang mengerang palsu.

Sedangkan di kamar lain. Kivanc menanggalkan pakaian atas, memperlihatkan lebam dan goresan akibat bagian tajam dari lampu yang dilemparkan Tara.

Tubuhnya masih mengingat tenaga Tara yang kuat, menghempaskan Kivanc, lalu melempar benda yang sebenarnya tidak membuat pria yang mengantongi sabuk Dan ke-10 remuk. Kivanc hanya mengerang kecil sebagai respons menghentikan histeris Tara.

Namun, pikiran itu terhenti saat kali pertama perempuan itu khawatir, menyebut nama dengan memperlihatkan raut terluka. “Dia menyimpan kenangan buruk?”

Pria itu memerhatikan dirinya dari pantulan cermin kamar mandi. Teriakan berupa bentakan Tara sangat kuat diingatan dan pendengaran Kivanc. Ada masa lalu yang sepertinya terulang dan Kivanc tanpa sengaja memantik.

“Pertemuan kita sangat menarik, Tara. Dan ini menjadi salah satu alasan kenapa aku menginginkan pertemuan kita berlanjut lebih baik.” Kivanc menatap lurus dirinya sendiri.

“Aku akan berada di sisi kamu untuk menjadi pendengar yang baik dan berusaha membawa kamu untuk menatap dunia lebih baik,” lanjut Kivanc berjanji pada dirinya sendiri.

Ia segera meninggalkan kamar setelah mengganti kaus. Sorot manik hijau itu menatap lurus Tara yang baru keluar dari dapur, membawa satu gelas minum. Pandangan mereka sempat bertemu, sekilas.

Tara hanya menatap dingin tanpa berucap satu patah kata pun. “Aku belum menagih ulang kontrak perjanjian kita, Tara,” cetus Kivanc, berhasil menghentikan langkah perempuan itu.

Kepala Tara menoleh ke samping, menunggu Kivanc melanjutkan ucapannya. “Masalah tadi, aku minta maaf tanpa berniat melakukan hal licik, mengambil keuntungan dari kehadiran kamu di sini.”

Senyum miring Tara terpatri sempurna di paras cantiknya. “Jawaban sederhana yang selalu dipakai oleh pria berengsek di luar sana,” balas perempuan itu berbalik, menatap lurus Kivanc dengan sorot tajam.

Kivanc menaikkan sebelah alis. Ekspresi Tara kembali seperti kali pertama pertemuan mereka dan lebih dingin. Sulit tersentuh untuk sekadar membuka pembicaraan lebih panjang.

“Gue sudah menandatangani perjanjian itu,” sahut Tara melirik ke atas meja di tengah mereka.

Kivanc mengikuti arah pandangan Tara, lalu membiarkan perempuan itu melenggang masuk ke kamar tanpa berminat menanggapi atau mengetahui keadaan Kivanc.

Pintu kamar Tara sudah ditutup sempurna. Manik hijau itu memandang lamat-lamat kamar Tara, lalu menarik kedua sudut bibirnya dengan senyum penuh arti. “Mari kita lihat interaksi kita mulai besok dan seterusnya, Tara.”

Sikap dingin Tara dan masa lalu yang berusaha ditutup rapat Tara semakin menarik di mata Kivanc. Ia juga sudah berjanji tidak akan menggali lebih jauh alasan di balik sikap histeris Tara. Kivanc memilih menyelami satu per satu dan menikmati momen yang ia ciptakan bersama perempuan itu.

**

“Flo?”

Manik hitam Tara berkabut. Ia berucap lirih dengan langkah kaki getir mendekati brankar yang ditempati anak perempuan berusia tujuh tahun, duduk dan sempat tertawa kecil berinteraksi dengan seorang perempuan seusia Tara.

Binar di mata Flora membuat hati Tara remuk, tapi ia memberikan senyum terbaik. Bagian kepala Flora masih diperban akibat kecelakaan yang menimpa anak tidak berdosa itu.

“Kamu baik-baik saja, Sayang?”

Flora mengangguk saat lengan atasnya diusap penuh sayang. Ia membuat isyarat pada Tara menoleh ke arah depan, menatap perempuan yang menggantikan Tara sementara waktu di salah satu rumah sakit Singapura.

Ya. Kivanc membawa Flora jauh dari jangkauan Tara.

“Permisi, Miss. Nama saya Gianina Theresia atau Anda bisa memanggil saya Jia,” balas perempuan berusia dua puluh lima tahun itu sopan.

“Saya ditugaskan Sir Kivanc menjaga Nona Flora. Kebetulan saya mendampingi Nona Flora begitu juga status saya sebagai Psikolog anak,” tambahnya dan membuat Tara tidak salah menangkap, jika perempuan itu sempat melakukan gerakan isyarat tangan.

Tara mengangguk sekilas. “Terimakasih,” balasnya dan kembali menatap Flora penuh kerinduan.

Ia menangkup sisi wajah Flora dengan hati-hati, mendekat dan mengecupkan sentuhan lembut di pipi kecil adiknya. “Besok kita pulang, ya,” bisik perempuan itu dibalas anggukan Flora.

Sebelum menemui Flora. Tara diminta oleh salah seorang yang menemaninya selama penerbangan Jakarta – Singapura, menemui dokter yang menangani Flora terlebih dulu. Alhasil, seluruh data yang diberikan dokter tersebut membuat Tara bernapas lega. Keadaan Flora semakin membaik dan besok anak perempuan itu sudah dipersilakan pulang.

“Saya pamit duluan, Miss.”

“Tunggu, Miss.”

Tara menahan perempuan yang sepertinya sangat mengenali Kivanc. Karena pria itu memercayakan orang di hadapannya menjaga Flora. Terlebih selama perjalanan ke mari Tara dibuat bingung oleh siapa Kivanc sampai bisa dengan mudah mengutus seseorang.

“Ya?”

“Apa Anda mengenal baik Sir Kivanc?” sementara waktu Tara memperjelas siapa yang ingin dibicarakan.

Senyum perempuan itu membuat Tara menatap intens. “Beliau hanya meminta saya menjaga Nona Flora. Dan dipercaya agar interaksi tetap terjalin, meskipun Nona Flora mendapatkan kebutuhan khusus. Jadi, tugas saya hanya untuk menemani Nona Flora sampai dijemput Anda, Miss.”

Tara dibuat diam oleh ucapan pamit dari Miss Jia. Ia seolah merahasiakan sesuatu dan hanya menjawab sesuai porsi saja.

Namun, Tara semakin tidak menyukai kehadiran Kivanc yang mulai mengubah mindset hidup Tara dan juga mengikis ruang geraknya. Ia tidak menginginkan pria itu semakin masuk jauh dalam hidupnya.

Setelah ini. Tara akan membawa pulang Flora ke rumah mereka, lalu mengemasi pakaian dan membeli tiket kereta untuk tinggal di daerah lain.

**

Related chapters

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   7. Menjadi Tetangga Baru

    Sirene ambulans menarik atensi nyaris seluruh penghuni kompleks perumahan dengan type satu tingkat itu. Mereka keluar, melihat ambulans berhenti di salah satu rumah dan dengan cepat membawa satu lelaki mendapatkan perawatan intensif. Lelaki itu tergolek lemah di atas brankar, mengandalkan hidup dari masker oksigen. Napasnya nyaris terputus dan suara histeris sang istri tidak terelakkan. Banyak dari mereka bersimpati, mendekat lalu memberikan kata penenang. Kenapa dia nggak langsung mati? Manik hitam Tara terus saja menyorot sang istri lelaki tersebut yang meraung penuh tangis. Ia melihat sang istri yang mulai ikut naik ke dalam ambulans, disusul petugas medis lainnya yang sigap. “Suami Bu Diandra terkena serangan jantung.” “Untung ambulansnya cepat datang,” timpal salah satu ibu-ibu dari mereka yang berkumpul. Tara hanya melirik malas. Ia pikir, tetangga yang rumahnya hanya disekat oleh dua rumah lain, bisa membawa kabar yang membahagiakan untuk dirinya. Tapi di saat jam sudah m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   8. Fail Panas

    Tara membuka pintu rumah dan mendapati perempuan cantik itu sudah terlihat lelah. “Sorry, Ra! Gue abis ngerayain ulang tahun teman gue dan baru di antar jam segini,” ucapnya tersengal. Karena portal kompleks sudah ditutup dan jika mengambil arah lain, maka akan jauh memutar. Ia lebih baik mengambil rute cepat dan memang harus sedikit berlari karena keadaan malam yang sudah sepi. Tara melirik jam di dinding ruang tamu. “Nggak apa-apa jam setengah satu lo datang. Kebetulan Flo tidur lebih larut karena masih ketakutan,” cetus Tara membuka pintu untuk Karina—teman semasa kuliah Tara—berbeda jurusan. Keduanya dipertemukan karena sebagai mahasiswi baru dan saling mengurus segala administrasi bersama. “Jadi beneran, si tua bangka itu kena serangan jantung?” Karina duduk nyaman seraya mengumpulkan oksigen lebih banyak. Karena lari malam tanpa pemanasan memang sangat menyebalkan. Ia melihat Tara duduk tenang di hadapannya dan mengangguk santai. “Tadinya gue udah berharap dia mati lebih c

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   9. Kalian Harus Mati

    Karina mengerjap tidak menyangka sambil memertahankan tangan yang menyibak gorden. Manik hitam perempuan itu menelisik lebih lekat kegiatan apa saja yang ada di rumah seberang Tara. Lampu teras menyala dan bagian kamar pun sama. Tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Gorden itu ditutup cepat. “Gue tertinggal banyak berita dari lo karena sibuk kerja,” cetus perempuan memperlihatkan raut kaget yang belum bisa pudar. “Sampai pada akhirnya, gue diberitahu sama lo tentang pria asing itu tinggal berseberangan. Gue rasa dia beneran bukan orang kayak kita atau seseorang yang menghabiskan liburan di negara ini.” Karina memberikan penjelasan sambil mengambil duduk di depan Tara. Ia biarkan Tara menikmati nikotin yang terjepit cantik di jemari lentiknya. Keadaan di sekitar mereka sudah sangat tepat membiarkan Tara merokok karena Flora yang sudah terlelap di kamar. “Gue dijanjikan lebih dari 1M sama dia.” “Satu em—“ “—ber.” Bibir Karina terkatup rapat antara ingin terbahak atau melanjutk

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   10. Gerakan Sensual

    Pagi ini Tara berbagi tugas dengan Karina. Perempuan itu membawa Flora ikut bekerja di salah satu perusahaan ternama, membiarkan anak perempuan manis itu duduk dan menunggu Karina menyelesaikan pekerjaannya.Setidaknya, Karina mendapatkan akses lebih bisa membawa orang lain, melalui jalur orang dalam. Karena anak dari pemilik perusahaan itu adalah kekasih Karina.Jadi, Tara akan aman menitipkan Flora pada Karina dan ia bersiap membereskan rumah, lalu pergi bekerja di showroom. Ini kali terakhir ia bekerja setengah hari, lalu mengajukan pengunduran diri dan berangkat sore hari.Ia adalah satu-satunya orang yang berani meminta pekerjaan, tapi disesuaikan dengan kebutuhan Tara.Perempuan itu hanya tidak ingin meninggalkan Flora terlalu lama dan membuat anak perempuan itu kesepian.Dunia terlalu kejam dan terkadang lingkup sekitar sangat rentan membawa perkara. Karena ia tidak memercayai orang lain lagi apalagi membiarkan Flora sendirian di rumah, ditinggal saat Tara bekerja.“Lantainya t

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   11. Jatuh Hati

    “Wow! Ambil cuti istirahat atau mau liburan? Mudah banget ya, izin satu bulan penuh dan sangat mudah lo dapatkan. Asik banget, sih.”Tara mengabaikan sindiran keras Adisty yang mendatanginya ke area loker karyawan.“Padahal, nggak ada tanggal merah ataupun libur besar lainnya,” sambung Adisty menyandarkan punggung di samping loker Tara.Senyum sinis dan tatapan merendahkan diterima Tara saat perempuan itu menutup, lalu mengunci loker miliknya.Ia sedang membereskan beberapa barang yang akan dibawa pulang. Tara bukan tunduk pada ancaman atau raut puas Kivanc pagi tadi. Ia hanya memikirkan untuk menyepi sementara waktu dari kejaran sang politikus yang sewaktu-waktu akan balik mencari celah, lalu menculik atau bisa berakhir membunuh Tara.Ucapan Adisty adalah sindiran keras karena pemilik tempat perempuan itu bernaung sangat mudah memberikan kelonggaran bagi pegawai spesial. Oh, iya, ralat. Lebih tepatnya sangat spesial.Adisty melipat kedua tangan di dada. “Lo hargai berapa tubuh lo sam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   12. Ranjang Hangat Mantan Calon Mertua

    “KATAKAN?! SIAPA YANG TELAH MENGGAGALKAN RENCANAKU UNTUK KESEKIAN KALINYA MENGHUKUM PEREMPUAN MURAHAN ITU, HAH?!” Lelaki tua dengan tubuh gempal dan berkepala pelontos, mengguncang tubuh salah satu pria yang sedikit lebih tinggi tersebut. Ia tetap diam sekalipun berulang kali mendapati suara lelaki tua itu memekakan telinga. Bahkan, dua rekannya hanya diam, menonton teman mereka yang menjadi pelampiasan sang politikus. “Berapa kali harus saya katakan. Jika Tuan saya tidak ingin berurusan dengan orang bodoh seperti Anda.” “BERENGSEK!” “KAMU BERANI SEKALI MENGHINAKU!” Tubuh itu terempas hingga terjerembab. Ia tetap diam, meskipun tubuhnya sedikit sakit oleh dorongan kuat tersebut. Pria muda itu berusaha berdiri sendiri, lalu merapikan kaus putih polos dipadukan celana panjang yang sedikit kotor. Ruangan luas bekas pabrik yang baru ditinggalkan dari keseluruhan aktifitas dua tahun lalu, menjadi tempat yang tepat mempertemukan dua orang berbeda kelas. Tentu Atasannya adalah orang y

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   13. Sentuhan Manis

    Kali pertama melihat emosi Tara yang meledak, membuat Kivanc pada akhirnya tahu jika Tara pernah terluka sangat perih. Ia baru menemukan benang yang sesungguhnya, mengetahui lebih jauh ada perselisihan di antara Tara dan tetangga, sekaligus wanita yang pernah memandang Tara sebagai kekasih putranya.“Kalau niat lo cuma melamun dan menutup gerak gue. Mending lo duduk daripada tubuh tinggi lo menghalangi jalan gue di dapur kecil ini.”Suara ketus Tara menyadarkan keterdiaman Kivanc.Tara melirik datar Kivanc yang hanya memegang cooper tanpa memasukkan bahan yang sudah ia bersihkan. “Biar gue yang haluskan,” cetusnya dan mengambil alih, menjauhkan benda tersebut dari jangkauan Kivanc.Manik hijau Kivanc mendapati perempuan mandiri di sampingnya sangat berbeda dari pertemuan pertama. Perbedaan itu terlihat ketika Tara berusaha menjadi sosok penyayang pada Flora, lalu memenuhi semua kebutuhan anak perempuan itu termasuk apa pun yang diinginkan Flora.Salah satunya, ketika anak perempuan it

    Last Updated : 2024-10-29
  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   14. Debaran Baru di Atas Kapal

    Anak perempuan dengan bandana biru muda itu terlihat bahagia. Senyum semringah selama di pesawat, tergantikan sorot takjub, nyaris tidak berkedip melihat kapal yang ia anggap sangat besar, bersandar di pelabuhan. Flora jingkrak bahagia setelah sadar, lalu mendekat pada Kivanc di sampingnya dengan mengayunkan tangan kiri. Kivanc tertawa kecil dan berjongkok dan memainkan jemari tangan. Kapal ini besar, kan? Flora mengangguk cepat, memperlihatkan deretan gigi rapinya. Sekarang, kita harus melihat isi yang jauh lebih lengkap. Ada kolam renang yang akan membuat kamu takjub. Manik hitam pekat itu membeliak sempurna. Ia tengah membayangkan dalam pikiran seorang anak kecil berusia tujuh tahun, ada kolam renang di atas kapal pesiar. Berbeda dengan Flora yang terlalu menunjukkan antusias. Tara bergeming dengan apa yang baru kali pertama ia lihat. Sebenarnya sudah banyak kapal besar bersandar di pelabuhan bagian Indonesia. Entah di wilayah mana yang kerap ia datangi bersama orangtua ata

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   17. Identitas Tersembunyi

    “Iya, aku baik-baik aja dan Flora juga bahagia ada di dekatku.”Tara tahu Kivanc beberapa kali mencuri pandang ke arah dirinya yang menanggapi telepon dari Rio. Setelah pukul delapan pagi setempat membalas pesan Rio. Pria itupun meminta izin menelepon Tara dan perempuan itu tidak memiliki pilihan lain kecuali untuk menanggapinya.“Habiskan minum susu dan serealnya, Flo. Sebentar lagi kita akan bersandar di pulau tetangga yang indah.”Flora mengangguk cepat dengan binaran bahagia. Anak perempuan itu sudah rapi dengan setelan jumpsuit dipadukan topi pantai berwarna coklat muda.Ia segera meninggalkan Tara dan Kivanc yang berada di ruang tengah untuk duduk manis di atas kursi meja makan.“Jadi, kapan undangan pernikahan kamu dan duda anak satu itu ada di tanganku?”Manik hijau Kivanc melirik ponsel yang masih dalam genggaman Tara. “Di luar urusan pekerjaan, kalian sangat dekat. Panggilan seorang Bos dan karyawan berubah menjadi lebih akrab, aku – kamu.”Kivanc mengikis jarak setelah bera

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   16. Ruangan Pemantik Gairah

    Satu perempuan cantik meliukkan tubuh erotis di tiang tengah klub. Atensi dari ingar bingar kian memanaskan malam yang semakin bergairah. Tara melihat banyak tatapan lapar pria dari kalangan terpandang mencuri, mengabadikan dengan sorot tajam berkabut hasrat ditemani sentuhan perempuan di sisi mereka.Ia menarik sudut bibir. “Terkurung dan ingin bebas mengepakkan sayap,” desis Tara mengepalkan kedua tangan.Kesepakatan di atas kertas dalam bentuk perjanjian, memberikan kesimpulan secara garis besar, jika Tara tidak boleh mengusik kehidupan hubungan orang lain lagi. Tapi tidak ada yang bisa mengatur dirinya untuk berekspresi, bukan? Tara bebas melakukan apa pun, termasuk menggantikan atensi para pengusaha muda dan berusia di atas lima puluh tahun itu.“Dia sakit?!”“Oh, Astaga! Bagaimana bisa di saat kapal ini berlayar dan lebih banyak mengangkut para pengusaha muda yang berlibur, justru kita mendapatkan kabar buruk?! Kalian bisa didepak dari kapal ini jika tidak becus bekerja!”Bentak

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   15. Larut Bersama

    “Gue nggak suka berutang, apalagi dengan orang yang baru dikenal.” Sebelah alis Kivanc terangkat. Ia melihat sorot dingin dari Tara yang mengambil alih pintu unit. Perempuan itu sengaja membiarkan Flora masuk duluan. Mereka bertiga menghabiskan waktu di Paradise Cruise dan berakhir makan malam bersama penuh dengan sajian mewah yang belum pernah Tara cicipi. “Aku masih nggak percaya kalau kamu ternyata lamban memahami penjelasan seseorang.” kedua sudut bibir itu menyeringai puas melihat Tara semakin dingin menatap lawan bicaranya. Dengan santainya Kivanc melirik arloji yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Besok mereka masih akan menikmati keindahan kapal pesiar yang membelah lautan, sudah menjauhi negara Singapura. “Kamu sudah mengantuk atau perlu ditemani?” “Gue butuh lo pergi dari hadapan gue,” balasnya datar. “Tapi aku nggak melihat penjelasan itu dari raut wajah kamu yang kesepian,” balas Kivanc dengan santai mengikis jarak. Pria dominan itu segera mengulurkan tangan

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   14. Debaran Baru di Atas Kapal

    Anak perempuan dengan bandana biru muda itu terlihat bahagia. Senyum semringah selama di pesawat, tergantikan sorot takjub, nyaris tidak berkedip melihat kapal yang ia anggap sangat besar, bersandar di pelabuhan. Flora jingkrak bahagia setelah sadar, lalu mendekat pada Kivanc di sampingnya dengan mengayunkan tangan kiri. Kivanc tertawa kecil dan berjongkok dan memainkan jemari tangan. Kapal ini besar, kan? Flora mengangguk cepat, memperlihatkan deretan gigi rapinya. Sekarang, kita harus melihat isi yang jauh lebih lengkap. Ada kolam renang yang akan membuat kamu takjub. Manik hitam pekat itu membeliak sempurna. Ia tengah membayangkan dalam pikiran seorang anak kecil berusia tujuh tahun, ada kolam renang di atas kapal pesiar. Berbeda dengan Flora yang terlalu menunjukkan antusias. Tara bergeming dengan apa yang baru kali pertama ia lihat. Sebenarnya sudah banyak kapal besar bersandar di pelabuhan bagian Indonesia. Entah di wilayah mana yang kerap ia datangi bersama orangtua ata

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   13. Sentuhan Manis

    Kali pertama melihat emosi Tara yang meledak, membuat Kivanc pada akhirnya tahu jika Tara pernah terluka sangat perih. Ia baru menemukan benang yang sesungguhnya, mengetahui lebih jauh ada perselisihan di antara Tara dan tetangga, sekaligus wanita yang pernah memandang Tara sebagai kekasih putranya.“Kalau niat lo cuma melamun dan menutup gerak gue. Mending lo duduk daripada tubuh tinggi lo menghalangi jalan gue di dapur kecil ini.”Suara ketus Tara menyadarkan keterdiaman Kivanc.Tara melirik datar Kivanc yang hanya memegang cooper tanpa memasukkan bahan yang sudah ia bersihkan. “Biar gue yang haluskan,” cetusnya dan mengambil alih, menjauhkan benda tersebut dari jangkauan Kivanc.Manik hijau Kivanc mendapati perempuan mandiri di sampingnya sangat berbeda dari pertemuan pertama. Perbedaan itu terlihat ketika Tara berusaha menjadi sosok penyayang pada Flora, lalu memenuhi semua kebutuhan anak perempuan itu termasuk apa pun yang diinginkan Flora.Salah satunya, ketika anak perempuan it

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   12. Ranjang Hangat Mantan Calon Mertua

    “KATAKAN?! SIAPA YANG TELAH MENGGAGALKAN RENCANAKU UNTUK KESEKIAN KALINYA MENGHUKUM PEREMPUAN MURAHAN ITU, HAH?!” Lelaki tua dengan tubuh gempal dan berkepala pelontos, mengguncang tubuh salah satu pria yang sedikit lebih tinggi tersebut. Ia tetap diam sekalipun berulang kali mendapati suara lelaki tua itu memekakan telinga. Bahkan, dua rekannya hanya diam, menonton teman mereka yang menjadi pelampiasan sang politikus. “Berapa kali harus saya katakan. Jika Tuan saya tidak ingin berurusan dengan orang bodoh seperti Anda.” “BERENGSEK!” “KAMU BERANI SEKALI MENGHINAKU!” Tubuh itu terempas hingga terjerembab. Ia tetap diam, meskipun tubuhnya sedikit sakit oleh dorongan kuat tersebut. Pria muda itu berusaha berdiri sendiri, lalu merapikan kaus putih polos dipadukan celana panjang yang sedikit kotor. Ruangan luas bekas pabrik yang baru ditinggalkan dari keseluruhan aktifitas dua tahun lalu, menjadi tempat yang tepat mempertemukan dua orang berbeda kelas. Tentu Atasannya adalah orang y

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   11. Jatuh Hati

    “Wow! Ambil cuti istirahat atau mau liburan? Mudah banget ya, izin satu bulan penuh dan sangat mudah lo dapatkan. Asik banget, sih.”Tara mengabaikan sindiran keras Adisty yang mendatanginya ke area loker karyawan.“Padahal, nggak ada tanggal merah ataupun libur besar lainnya,” sambung Adisty menyandarkan punggung di samping loker Tara.Senyum sinis dan tatapan merendahkan diterima Tara saat perempuan itu menutup, lalu mengunci loker miliknya.Ia sedang membereskan beberapa barang yang akan dibawa pulang. Tara bukan tunduk pada ancaman atau raut puas Kivanc pagi tadi. Ia hanya memikirkan untuk menyepi sementara waktu dari kejaran sang politikus yang sewaktu-waktu akan balik mencari celah, lalu menculik atau bisa berakhir membunuh Tara.Ucapan Adisty adalah sindiran keras karena pemilik tempat perempuan itu bernaung sangat mudah memberikan kelonggaran bagi pegawai spesial. Oh, iya, ralat. Lebih tepatnya sangat spesial.Adisty melipat kedua tangan di dada. “Lo hargai berapa tubuh lo sam

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   10. Gerakan Sensual

    Pagi ini Tara berbagi tugas dengan Karina. Perempuan itu membawa Flora ikut bekerja di salah satu perusahaan ternama, membiarkan anak perempuan manis itu duduk dan menunggu Karina menyelesaikan pekerjaannya.Setidaknya, Karina mendapatkan akses lebih bisa membawa orang lain, melalui jalur orang dalam. Karena anak dari pemilik perusahaan itu adalah kekasih Karina.Jadi, Tara akan aman menitipkan Flora pada Karina dan ia bersiap membereskan rumah, lalu pergi bekerja di showroom. Ini kali terakhir ia bekerja setengah hari, lalu mengajukan pengunduran diri dan berangkat sore hari.Ia adalah satu-satunya orang yang berani meminta pekerjaan, tapi disesuaikan dengan kebutuhan Tara.Perempuan itu hanya tidak ingin meninggalkan Flora terlalu lama dan membuat anak perempuan itu kesepian.Dunia terlalu kejam dan terkadang lingkup sekitar sangat rentan membawa perkara. Karena ia tidak memercayai orang lain lagi apalagi membiarkan Flora sendirian di rumah, ditinggal saat Tara bekerja.“Lantainya t

  • Kontrak Cinta si Gadis Penari   9. Kalian Harus Mati

    Karina mengerjap tidak menyangka sambil memertahankan tangan yang menyibak gorden. Manik hitam perempuan itu menelisik lebih lekat kegiatan apa saja yang ada di rumah seberang Tara. Lampu teras menyala dan bagian kamar pun sama. Tidak terlihat mencurigakan sama sekali. Gorden itu ditutup cepat. “Gue tertinggal banyak berita dari lo karena sibuk kerja,” cetus perempuan memperlihatkan raut kaget yang belum bisa pudar. “Sampai pada akhirnya, gue diberitahu sama lo tentang pria asing itu tinggal berseberangan. Gue rasa dia beneran bukan orang kayak kita atau seseorang yang menghabiskan liburan di negara ini.” Karina memberikan penjelasan sambil mengambil duduk di depan Tara. Ia biarkan Tara menikmati nikotin yang terjepit cantik di jemari lentiknya. Keadaan di sekitar mereka sudah sangat tepat membiarkan Tara merokok karena Flora yang sudah terlelap di kamar. “Gue dijanjikan lebih dari 1M sama dia.” “Satu em—“ “—ber.” Bibir Karina terkatup rapat antara ingin terbahak atau melanjutk

DMCA.com Protection Status