Menikah dengan atasannya sendiri, awalnya adalah mimpi indah yang terkabulkan bagi seorang Aisyah Anidia. Namun, bagaimana jika ternyata Bramantyo, pria yang menikahi dirinya itu tidaklah tulus menerimanya sebagai seorang istri? Pria itu hanya bersandiwara di depan kedua orang tua mereka. Wanita idaman lain, tekanan mama mertua, dan juga sikap sang suami yang tidak pernah menganggap kehadirannya adalah sebuah penderitaan lahir maupun bathin bagi seorang Aisyah Anidia. Bagaimana dia bertahan dalam menjalani biduk rumah tangga, tanpa cinta dari suaminya, Bramantyo Laksono? Haruskah dia berjuang sendirian? Lalu, bagaimana jika suatu hari kejadian buruk menimpa suaminya ? Akankah Aisyah tetap setia ataukah memilih menyerah lalu pergi? Ikuti kisahnya dengan terus membaca novel ini!
Lihat lebih banyakMelihat wanita itu hanya diam meskipun dengan wajah merah padam menahan amarah, Aisyah pun kembali berucap,“Anda tau tempat yang paling disukai sayton? Yaitu kamar mandi dan segala macam teman-temanya, dan di tempat itulah kalian membicarakan tentang asmara terlarang kalian ini, sungguh sangat rendah sekali tempat kalian di muka bumi, apalagi di akhirat nanti, innalillahi,” ucap Aisyah lagi. "Jaga bicaramu wanita perebut kekasih orang!”"Dan jaga attitude-mu wanita penggoda suami orang!”Wanita itu tidak peduli, lalu mendorong tubuh Aisyah hingga wanita berhijab itu hampir saja jatuh. "Bram, Bram, keluarlah, ini aku Soffi datang, bukankah kamu sudah berjanji untuk bertemu denganku siang ini? Bram!” Soffi terus saja memanggil nama Bramantyo dengan berteriak. Aisyah tersenyum tipis, dia melihat tak ada pergerakan dari dalam kamar sang suami. "Apa perlu saya panggilkan pihak keamanan apartemen ini untuk membantu Anda keluar, Nona?” "Bram!" teriak Soffi dengan langkah setengah berla
"Cemburu kamu bilang, Mas?” kata Aisyah dengan raut wajah menatap tajam tak percaya kepada Bramantyo.Namun, suaminya itu tak menjawab, pria itu hanya mengedikkan bahu dengan mata yang melebar.“Tentu saja aku cemburu, di malam pertama kita sebagai suami istri, kamu malah sibuk dengan gundikmu itu, bukannya aku tidak tau, Mas, tapi aku menjaga marwahmu sebagai suamiku di mata Ayah, tapi apa yang kamu lakukan terhadapku? Kamu jahat Mas, jahat!”"Mulai sekarang kamu harus tau jika suamimu ini brengsek dan jahat!" ucap Bramantyo tanpa melihat kepada Aisyah. "Akan tetapi, aku tidak peduli, Mas, selama aku masih punya Allah, maka hatimu pun adalah kepunyaan-Nya, jadi, tak ada yang harus kukhawatirkan, jika takdirku adalah bersamamu, maka aku ingin kita bersama hingga ke jannah-Nya. Sepahit apapun akan aku jalani, karena pelangi tak mungkin muncul tanpa hujan terlebih dulu, tak peduli sehina apa penilaianmu terhadapku, nyatanya di hadapan Allah dan kedua orang tua kita, aku adalah istri s
Malam semakin sunyi dan bersiap untuk mengganti hari. Suara kokok ayam selalu saja lebih dulu menyapa kemudian disusul dengan merdunya suara adzan seiring tabuh yang juga terdengar bersahut-sahutan memecah kesenyian waktu subuh. Wanita berhijab itu sudah selesai melaksanakan sholat subuh, kemudian ia pun berniat membangunkan sang sualam semakin sunyi dan bersiap untuk mengganti hari. Suara kokok ayam selalu saja lebih dulu menyapa kemudian disusul dengan merdunya suara adzan seiring tabuh yang juga terdengar bersahut-sahutan memecah kesenyian waktu subuh. Wanita berhijab itu sudah selesai melaksanakan sholat subuh, kemudian ia pun berniat membangunkan sang suami yang masih erat memeluk guling dan selimut tebalnya. "Mas!” ucapnya begitu pelan tepat di sisi kanan pipi suaminya. Belum juga ada reaksi dari suaminya tersebut, wanita itu pun mengulang kembali usahanya untuk membangunkan sang suami.“Mas, sholat subuh dulu ya." Wanita itu menepuk pelan lengan suaminya tersebut, namun ia l
"Gua duluan ya, kalian puas-puasinlah nongkrong di sini, tunjukin aja kartu nama gua!”Setelah berucap demikian, Bram pun keluar dari Cafe tersebut, ia lajukan Toyota Porsche-nya dengan sedikit lamban, sungguh ia malas sekali pulang ke rumah orangtua Aisyah malam ini. Bram menepikan kendaraannya di halaman sebuah penginapan sederhana. Setelah melakukan reservasi, Bram pun kini sudah berada di kamar penginapannya. Drett! Ponselnya kembali bergetar, namun ia biarkan saja, ia pun memilih memejamkan matanya. Namun, baru beberapa menit dia tertidur, Drett! Bramantyo terjaga saat handphonenya kembali berdering dan kali ini lebih lama. "Siapa sih, malam-malam gini, ganggu orang istirahat aja?" gerutunya dengan mata yang belum terbuka sempurna. "Papa?" ucapnya lirih sebelum mengklik tombol hijau pada layar ponselnya. "Iya, Pa, ada apa?""Pulang ke rumah sekarang juga!""Ru …rumah siapa, Pa?" ucapnya sedikit terbata. "Ya rumah istrimulah, rumah siapa lagi? Jangan berulah jika mas
Saya terima nikahnya, Aisyah Anidia binti Usman Al-hamid dengan mas kawin yang tersebut!”“Sah, alhamdulillah!”Doa-doa pun dilangitkan menandai babak baru dua insan manusia tersebut. Setelah akad nikah tak ada pesta meriah atau pun perayaan spesial yang lainnya, itu adalah syarat mutlak yang diajukan mempelai pria jika kedua orangtuanya menginginkan pernikahan antara dirinya dengan gadis pilihan ayahnya itu segera dilaksanakan. Pernikahan dilaksanakan dikediaman orangtua mempelai wanita. Kedua orangtua mempelai pria sudah pamit pulang beberapa jam setelah akad nikah putranya. "Mas, mau kubuatkan minuman hangat atau dingin?" Wanita berhijab putih itu beringsut dari duduknya mendekati pria yang kini sudah sah menjadi suami dan imam untuk dirinya. "Gantilah dulu pakaianmu itu, Aisyah, aku risih melihatnya, kelihatan sekali kalau dirimu itu sangatlah kampungan, kenapa kamu tidak memilih gaun yang sesuai dengan kastamu saja heh?" hardik sang suami dengan tatapan sinisnya terhadap wani
Saya terima nikahnya, Aisyah Anidia binti Usman Al-hamid dengan mas kawin yang tersebut!”“Sah, alhamdulillah!”Doa-doa pun dilangitkan menandai babak baru dua insan manusia tersebut. Setelah akad nikah tak ada pesta meriah atau pun perayaan spesial yang lainnya, itu adalah syarat mutlak yang diajukan mempelai pria jika kedua orangtuanya menginginkan pernikahan antara dirinya dengan gadis pilihan ayahnya itu segera dilaksanakan. Pernikahan dilaksanakan dikediaman orangtua mempelai wanita. Kedua orangtua mempelai pria sudah pamit pulang beberapa jam setelah akad nikah putranya. "Mas, mau kubuatkan minuman hangat atau dingin?" Wanita berhijab putih itu beringsut dari duduknya mendekati pria yang kini sudah sah menjadi suami dan imam untuk dirinya. "Gantilah dulu pakaianmu itu, Aisyah, aku risih melihatnya, kelihatan sekali kalau dirimu itu sangatlah kampungan, kenapa kamu tidak memilih gaun yang sesuai dengan kastamu saja heh?" hardik sang suami dengan tatapan sinisnya terhadap wani...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen