Jelita memandang pantulan dirinya di cermin, mengamati perut buncitnya yang kini semakin besar. Enam bulan sudah berlalu sejak ia menandatangani kontrak yang membuatnya harus menyerahkan anaknya pada Novita kelak. Setiap hari, beban itu terasa semakin berat di pundaknya. Dengan helaan napas panjang, Jelita mengelus perutnya lembut. "Sabar ya, nak. Ibu akan terus mencari jalan keluar untuk kita," bisiknya pelan. Hari ini, Jelita berencana untuk menginap di rumah orang tuanya. Ia merindukan kehangatan keluarganya, terutama di saat-saat sulit seperti ini. Namun, sebelum ia bisa melangkah keluar kamar, Novita mencegatnya di pintu. "Mau kemana kau, Jelita?" tanya Novita dengan nada dingin. Jelita menelan ludah, berusaha menenangkan diri. "Aku... aku ingin menginap di rumah orang tuaku, Mbak. Hanya sehari saja." Novita menatap Jelita tajam, seolah-olah mencari kebohongan di matanya. "Baiklah," ujarnya akhirnya. "Tapi ingat, jangan coba-coba macam-macam atau kabur. Kau tahu apa akibatnya
Read more