All Chapters of Istri Kedua yang Tersakiti: Chapter 51 - Chapter 55

55 Chapters

BAB 51 - Ulang Tahun Raditya

Pagi itu, kediaman Baskara tampak berbeda dari biasanya. Hiasan warna-warni menghiasi setiap sudut rumah, balon-balon berbentuk karakter kartun favorit Raditya mengambang di udara, dan aroma lezat kue-kue serta hidangan pesta menguar dari dapur. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba - ulang tahun pertama Raditya.Jelita bangun pagi-pagi sekali, hatinya berdebar-debar menyambut hari istimewa ini. Meski ia tahu posisinya yang sulit, ia bertekad untuk memberikan yang terbaik pada hari ulang tahun putranya. Dengan hati-hati, ia mengenakan gaun terbaiknya, sebuah gaun berwarna biru muda yang elegan namun sederhana.Sementara itu, Bambang dan Novita sibuk menyambut tamu-tamu yang mulai berdatangan. Para rekan bisnis Baskara Group, tokoh-tokoh penting dalam dunia bisnis, serta kerabat dekat keluarga Baskara memenuhi halaman dan ruang tamu yang luas.Raditya, yang menjadi bintang utama acara, digendong bergantian oleh Bambang dan Novita, dipeluk dan dicium oleh para tamu yang gemas melihat
Read more

BAB 52 - Rencana Memisahkan

Malam telah larut ketika pesta akhirnya usai. Para tamu mulai berpamitan satu per satu, meninggalkan rumah keluarga Baskara yang kini tampak berantakan dengan sisa-sisa pesta. Jelita, yang sepanjang acara berusaha untuk tetap tidak mencolok, akhirnya bisa kembali ke kamarnya.Begitu pintu tertutup di belakangnya, pertahanan Jelita runtuh. Ia jatuh terduduk di lantai, isakan yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah. Air matanya mengalir deras, membasahi gaun biru mudanya yang indah.Bayangan Raditya yang memanggil "Ma... ma..." terus berputar dalam benaknya. Apakah itu hanya kebetulan? Ataukah di suatu tempat dalam diri putra kecilnya itu, masih ada ingatan tentang ibunya yang sebenarnya?Sementara Jelita larut dalam kesedihannya, di ruang keluarga, Bambang, Novita, dan Roni Baskara sedang terlibat dalam percakapan s
Read more

BAB 53 - Pergolakan Hati Bambang

Pagi itu, sinar mentari menembus tirai-tirai jendela ruang makan keluarga Baskara, menerangi meja makan yang telah ditata rapi dengan berbagai hidangan sarapan. Bambang, Novita, dan Roni duduk mengelilingi meja, suasana terasa tegang meski tak ada yang mengucapkan sepatah kata pun.Roni memecah keheningan, "Jadi, Bambang, bagaimana dengan rencana kita semalam? Sudah kau pikirkan?"Bambang meletakkan sendoknya, matanya menatap piring di hadapannya. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangkat wajahnya, menatap Roni dan Novita bergantian."Maaf, Ayah, Novita. Saya... saya tidak bisa melakukannya," ujar Bambang dengan suara pelan namun tegas.Novita hampir tersedak kopinya. "Apa maksudmu, Bang?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
Read more

BAB 54 - “Aku Menghargaimu”

Malam telah larut ketika Bambang melangkahkan kakinya menuju kamar Jelita. Lorong-lorong rumah mewah keluarga Baskara terasa begitu sunyi, hanya detak jam dinding yang sesekali memecah keheningan.Bambang berhenti sejenak di depan pintu kamar Jelita, tangannya terangkat hendak mengetuk, namun ia ragu. Pikirannya kembali pada percakapan di meja makan pagi tadi, tentang rencana perceraian yang diusulkan Novita. Hatinya berkecamuk, antara rasa bersalah dan kebingungan yang tak berkesudahan.Akhirnya, dengan satu tarikan napas dalam, Bambang memberanikan diri mengetuk pintu. "Jelita? Ini aku, Bambang. Boleh aku masuk?" tanyanya dengan suara pelan.Terdengar suara langkah kaki dari dalam kamar, dan tak lama kemudian pintu terbuka. Jelita berdiri di ambang pintu, mengenakan gaun tidur sederhana namun tetap memancarkan kecantikan alaminya. Matanya yang lelah menatap Bambang dengan sedikit terkejut."Abang? Ada apa malam-malam begini?" tanya Jelita, suaranya lembut namun terdengar sedikit kha
Read more

BAB 55 - Permohonan Bambang

Pagi menjelang, sinar mentari perlahan merayap masuk melalui celah-celah tirai kamar Bambang. Ia terbaring di ranjangnya, matanya menatap kosong ke langit-langit kamar.Semalaman ia nyaris tak bisa memejamkan mata, pikirannya terus berputar pada percakapannya dengan Jelita dan rencana perceraian yang diusulkan Novita.Bambang bangkit dari ranjangnya, berjalan menuju jendela dan menyibak tirai. Pemandangan taman belakang rumahnya yang asri menyambutnya, namun bahkan keindahan alam pagi itu tak mampu mengusir kegelisahan yang bersarang di hatinya.Ia menghela napas panjang, mengingat kembali setiap detail percakapannya dengan Jelita semalam. Kelembutan suaranya, kesabaran dalam matanya, dan bagaimana ia dengan mudah memaafkan semua perlakuan tidak adil yang telah ia terima.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status