Pagi itu, mentari bersinar redup, seolah enggan menyambut hari yang akan datang. Faris berdiri di ruang tamu kediaman Baskara, tas travel kecil di sampingnya. Ia telah memutuskan untuk kembali ke apartemennya, meski hatinya berat meninggalkan Jelita."Saya pamit, Bu Novita, Pak Bambang," ujar Faris dengan sopan, mengangguk kepada pasangan Baskara yang berdiri di hadapannya.Novita mengangguk singkat, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Hati-hati di jalan, Faris."Bambang, di sisi lain, hanya menatap Faris dengan dingin, tidak mengatakan apa-apa. Ketegangan di antara mereka terasa begitu pekat, seolah bisa dipotong dengan pisau.Jelita berdiri di samping Bambang, matanya berkaca-kaca. "Kak Faris..." bisiknya lirih, suaranya bergetar menahan tangis.Faris tersenyum lembut pada Jelita. "Jaga dirimu baik-baik, Jel. Jangan lupa makan yang teratur dan istirahat yang cukup."Jelita mengangguk pelan, tidak mampu berkata-kata. Ia ingin berlari, memeluk Faris dan memintanya untuk tinggal. Namun, ke
Read more