"Daaar!"
Amanda tentu saja merasa terkejut karena kehadiran David saat ini yang berada di sampingnya.
"Hei, untung saja piring ini tidak terjatuh," ujar Amanda seraya tersenyum. Ia lalu kembali membawa semua piring itu ke dalam rak kaca yang berada di hadapannya saat ini.
David tersenyum geli mendengarnya, "Memangnya jika pecah apa yang akan terjadi?"
"Kau harus menggantinya," jawab Alfred yang seketika masuk ke dalam dapur itu. Mereka berdua memang telah siap dengan pakaian kantornya.
"Kau ini, datang di saat yang tidak tepat," geruru David kepadanya.
"Ayolah, kita memiliki jadwal meeting hari ini, kenapa kau melupakannya?" ujar Alfred kepadanya.
David membulatkan kedua matanya. Ia benar-benar lupa dengan pesan dari Alfred semalam, "Ah, maafkan aku. Baiklah, ayo."
Sebelum itu, David juga terlihat mengelus pelan pipi Amanda dan tentunya membuat wanita itu terkejut bukan main.
"Jaga dirimu baik-baik, cantik. Setelah makan siang nanti aku akan kembali lagi kemari untuk mengajakmu jalan-jalan," ujar David kemudian.
"Amanda sangat sibuk hari ini, sudahlah, ayo," jawab Alfred kemudian.
Amanda hanya melihat kepergian mereka seraya tersenyum simpul. Setelah itu, ia pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kehadiran David.
Di lain sisi, saat ini David dan juga Alfred memang memilih untuk menggunakan satu mobil saja. Nick mengantarkan mereka berdua menuju ke kantor yang berada di pusat kota saat ini.
"Apakah Amanda berasal dari Asia?" tanya David seketika.
Alfred yang saat ini sedang menatap ke arah jendela mobilnya itu seketika menoleh ke arahnya, "Memangnya kenapa?"
"Aku hanya ingin tahu saja, lagi pula jika ia berasal dari Asia atau memiliki keluarga yang berasal dari Asia, tentu saja semakin membuatku mudah untuk mendekatinya, apalagi jika ia berasal dari Singapura. Ah, kita akan membangun bahagia di negara yang sama," jawab David dan tentu saja ia berasal dari Singapura, lebih tepatnya Ibunya dan Ayahnya berasal dari Kanada.
"Tidak, ia berasal dari Kanada juga," jawab Alfred kemudian. Ia tak mungkin mengatakan jika Amanda berasal dari Australia. Tentu saja nantinya akan membuat semua rasa penasaran dari dalam diri pria itu semakin besar. Ia tak ingin itu terjadi.
"Ah, sayang sekali. Tapi, tak masalah. Ayahku juga berasal dari Kanada. Tapi, aneh sekali karena ia menyukai masakan khas Asia," gumam David kemudian.
"Hanya kebetulan saja menurutku," ujar Alfred seketika.
"Tapi, kenapa ia memilih rumahmu? Memangnya kenapa ia menginap di rumahmu? Apalagi, kau tak pernah mengajak lawan jenis untuk datang ke sana," tanya David yang masih merasa penasaran.
"Amanda sedang berlibur. Ia memutuskan untuk menginap beberapa pekan di rumahku. Ia menyukai kesunyian, dan penyendiri, jadi menurutku ada baiknya jika Amanda tinggal di rumah itu," jawab Alfred secara asal.
"Liburan? Kenapa ia memilih Kanada padahal ia berasal dari Kanada?" tanya David seketika.
Lihat lihat, bahkan pria itu semakin mengeruk semua informasi tentang Amanda darinya.
Merasa jika Alfred risih, lantas membuat Nick segera mengambil alih topik obrolan mereka tersebut, "Maaf menyela, apakah kita harus memberhentikan mobil ini terlebih dahulu?"
Mereka berdua lantas menatap ke arah depan seketika. Ternyata terlihat seekor anjing yang sangat menggemaskan dan ia memilih berdiri di hadapan mobil milik Alfred.
"Lanjutkan saja perjalanan ini," ujar Alfred seketika.
Nick menggeleng, "Maaf sebelumnya, Sir. Saya akan mengadopsinya, apalagi Nona Amanda menyukai seekor anjing."
Alfred terdiam sejenak. Bahkan Nick lebih mengetahui hewan peliharaan favorit dari Amanda.
Entah mengapa seketika ia mengangguk dan memperbolehkan Nick untuk turun lalu mengambil anjing itu. Sepertinya itu adalah ras mini pom.
"Ah, apa ini? Apakah sainganku adalah Nick? Lihatlah, ia telah mengetahui kesukaan Amanda. Ayo ayo, katakan kepadaku, apa saja yang Amanda sukai?" tanya David seketika.
Tentu saja Alfred mengetahuinya selain anjing yang tadi di beritahukan oleh Nick. Ia baru mengetahuinya.
"Aku tidak tahu, kenapa kau bertanya denganku?" pekik Alfred kemudian.
David terlihat mencibir. Mau tidak mau ia akan mencari tahu semuanya nanti secara langsung dengan Amanda.
***
David pun berjalan keluar dari dalam mobil mewah itu lebih dulu. Ia terlihat tak sabaran untuk bertemu dengan Amanda kali ini.
Alfred pun juga demikian, tapi ia bukannya tak sabaran agar bertemu dengan Amanda saat ini, melainkan melindungi wanita itu agar tak terlalu dekat dengan David. Apalagi hari ini mereka akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan kesuburan masing-masing.
"Di mana dia?" tanya David seketika yang saat ini ia tak melihat kehadiran Amanda di sana.
"Aku tidak tahu, Amanda pasti sedang sibuk, sudah kukatakan kepadamu pagi tadi, kan?" ujar Alfred kepadanya.
"Bolehkah aku masuk ke dalam kamarnya? Di mana kamarnya?" tanya David kemudian.
"Hei, kau lancang sekali masuk ke kamar wanita. Tentu saja tidak boleh. Ini adalah rumahku, kau berhak menuruti semua laranganku," jawab Alfred kemudian.
Bersamaan dengan itu, pintu lift pun terbuka dan memperlihatkan Amanda di sana. Ia tersenyum manis kepada Alfred, tidak, tapi dengan David.
"Hai, Amanda," sapa David kepadanya.
Amanda terlihat tersenyum dan melambaikan tangannya itu kepada David.
"Apakah kau akan memasak makanan Asia lagi?" tanya David yang saat ini tengah berjalan mengikuti Amanda menuju ke arah dapur. Ia yakin, Amanda pasti akan memasak makan siang kali ini.
Alfred menghela napas panjang. Kedatangan David memang selalu membuatnya was-was karena pria itu selalu saja tak terduga.
"David, kau harus kembali pulang, ada berkas yang kukirim kepadamu. Semua itu harus kau selesaikan hari ini juga," ujar Alfred yang berjalan mengikuti mereka berdua menuju ke arah dapur.
"Oh, ayolah, tunggu sebentar, aku harus membicarakan sesuatu yang sangat penting dengan Amanda saat ini," jawab David dan setelah itu kembali mendekati Amanda. Ia lalu berdiri di sebelah wanita itu.
"Amanda, apakah kau sibuk untuk hari ini?" tanya David kemudian.
Amanda yang tengah memotorng sayur saat ini pun seketika tersenyum, "Tidak juga, ada apa?"
"Amanda berbohong, dia sangat sibuk hari ini karena harus bertemu dengan teman-temannya," jawab Alfred kemudian.
Amanda lantas tersenyum mendengarnya. Ia juga ingat bahwa hari ini adalah jadwal mereka berdua untuk pergi ke dokter dan memeriksakan kesehatan keduanya. Tapi, jika diundur menjadi besok, tak ada masalahnya, bukan?
"Hei, aku bertanya dengan Amanda, bukan denganmu," ujar David kemudian dan seketika Amanda terkekeh mendengarnya.
"Teman-temanku bisa saja memakluminya, aku akan mengundurnya menjadi besok. Memangnya ada apa?" tanya Amanda kemudian seraya melihat ke arah Alfred saat ini.
"Ah, bagus sekali. Temanmu sangat baik rupanya. Undur saja menjadi besok atau kapan pun itu karena hari ini, setelah kita makan siang, aku ingin untuk mengajakmu berjalan-jalan, bagaimana?" tawar David kepadanya.
"David!"
"Tentu, dengan senang hati aku akan menerimanya," jawab Amanda dan setelah itu kembali memfokuskan dirinya kepada kegiatan masaknya saat ini. Ia harus memasak makan siang secepatnya dengan menu yang mudah saja, sup untuk di siang hari.
"Wow, lihatlah. Amanda menerima ajakanku, terima kasih, aku akan mencarikan tempat hari ini," ujar David dan setelah itu berjalan pergi menuju ke luar dapur.
Alfred membiarkan pria itu pergi berlalu dan setelahnya berjalan mendekati ke arah Amanda yang masih sibuk dengan kegiatannya itu.
"Amanda, apakah kau lupa dengan semua jadwalmu itu? Kita sudah berjanji pagi tadi untuk segera memeriksakan semuanya ke rumah sakit hari ini," ujar Alfred yang terlihat sangat panik kedengarannya.
Amanda lantas tersenyum dan setelah itu menatapnya, "Kita bisa mengundurnya besok."
"Amanda, kau tidak boleh seenaknya seperti itu. Pergi dengan pria lain yang tak kau kenali dan membatalkan semua janji yang telah kau sepakati denganku pagi tadi," ujar Alfred kemudian.
Amanda memberhentikan kegiatannya saat ini, ia lalu menatap ke arah Alfred yang saat ini juga tengah menatapnya, "Sesuai dengan isi kontrak itu, aku bebas menjalin hubungan dengan siapa pun, tak ada larangannya, bukan? Kau tak perlu merasa khawatir atau pun panik untuk memikirkanku. Satu lagi, ini adalah rahimku, jadi aku berhak mengatur semuanya, sesuka hatiku. Lagi pula, kau juga tak mengenalku, lalu kenapa kau menikahi orang yang sama sekali tak kau kenali?"
Seketika Alfred seperti terkena senjata makan tuan kali ini. Ah, benar sekali. Kenapa ia harus merasa panik dengan Amanda?
***
Amanda memulai pekerjaannya kembali. Untuk saat ini ia memang tak memiliki jadwal kencan dengan Andrew, kekasihnya itu.Ya, ia memang memiliki seorang kekasih, yang bahkan sangat ia cintai. Mereka saling mencintai dan bertekad untuk menunjukkan cintanya itu di depan altar nantinya.Andrew adalah pria yang manis dan juga perhatian kepadanya. Mereka telah menjalin hubungan selama dua tahun lamanya. Cukup matang bisa di katakan.Amanda lalu berjalan mendekati ranjang Katy, seorang bayi perempuan yang berusia satu tahun. Ini adalah pekerjaannya selama enam bulan terakhir, menjadi seorang pengasuh anak untuk keluarga yang sangat kaya raya.Amanda memang tak berasal dari keluarga yang bergelimang harta seperti majikannya ini. Ia hanyalah seorang wanita yang di lahirkan dan di besarkan di keluarga yang berkecukupan. Tapi semua itu tak membuatnya merasa malas untuk bekerja atau pun merasa malu."Lihatlah, siapa yang pintar dan tak suka menangis, hm?" goda
"Amanda, apakah kau tak pergi berkencan?" goda Julie kepadanya.Amanda terkekeh, "Mungkin lain kali saja. Aku akan membantumu mengerjakan semua ini."Selama satu minggu ini, Andrew memang tak memberikannya kabar seperti biasanya. Amanda yakin bahwa pria itu sedang sibuk dengan pekerjaannya tersebut."Ah, sayang sekali. Kau sama sekali belum berkencan selama seminggu ini, Amanda. Apakah Andrew sedang sibuk?" tanya Julie yang saat ini sedang membersihkan guci mahal yang berada di hadapannya saat ini, di bantu oleh Amanda tentu saja."Ya, begitulah. Ia salah satu pewaris tunggal di keluarganya, bahkan semua pekerjaan itu ia lakukan seorang diri," jawab Amanda.Julie melongo mendengarnya. Ia lalu mendekati Amanda, "Wow, lihatlah, kau adalah calon istri dari salah satu billionaire Kanada. Kapan kalian akan segera menikah, hm?"Amanda yang mendengarnya lantas terkekeh, "Doakan saja, mungkin secepatnya.""Aku selalu mendoakanmu, berkat senan
Alfred tengah duduk seorang diri di sebuah kursi tunggu yang berada di hadapan ruang rawat Lily, ibunya itu.Sudah hampir enam bulan belakangan ini ia selalu di sibukkan oleh pekerjaannya dan juga mengurus Ibunya yang terkena gagal ginjal.Maka dari itu, Alfred mencari tenaga lainnya untuk membantu para asisten rumah tangganya dalam menjaga Katy selama enam bulan belakangan ini.Gwen tentu tak bisa melakukannya karena wanita itu selalu mengedepankan karier dan juga hobinya yang sangat mewah tersebut. Bahkan, satu hal yang baru saja Alfred ketahui adalah ternyata Katy bukanlah putri kandungnya. Entahlah wanita itu membuatnya dengan pria mana, ia tak ingin mengetahuinya lebih lanjut. Semua kesibukannya ini tentu saja membuat Alfred semakin jarang untuk mencari tahu istrinya itu. Bahkan sekarang tak ada kehadiran Gwen di sisinya. Ia begitu menyesal menerima perjodohan dari mendiang Ayahnya dua tahun yang lalu. Lihatlah, bayangkan saja jika ia menolaknya, mungkin Al
Amanda menghela napas panjang sebelum ia membuka pintu yang menghubungkannya langsung dengan lapangan golf yang berada di rumah megah itu.Terlihat lapangan yang sangat luas saat ini. Ia bahkan baru pertama kali melihatnya. Ternyata rumah itu sangat megah.Wanita itu pun melihat Alfred yang saat ini tengah memukul bola itu dengan sangat keras. Seketika Amanda terkejut, tentu saja semua itu sangat luar biasa. Ternyata Alfred adalah pemain yang hebat.Alfred memberhentikan permainannya itu sejenak. Ia menatap ke arah tepi lapangan dan di sana terlihat Amanda yang tengah berdiri sambil menatapnya. Seketika Alfred berjalan mendekati wanita itu."Berapa luas lapangan ini? Berapa pula mereka membayar tagihan listriknya?" gumam Amanda seraya memikirkan semuanya."Amanda?" panggil Alfred kemudian.Amanda tersenyum kikuk dan menunduk hormat kepadanya, "Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"Alfred terdiam sejenak, entah ia seketika lupa dengan
Amanda mengetuk pintu kamar itu. Ia yakin jika kamar yang berada di lantai dua satu-satunya itu adalah kamar milik majikannya, Alfred. "Masuklah." Amanda mendengarnya dengan jelas. Ia pun membuka pintu kamar itu seraya melihat ke arah Alfred yang saat ini tengah duduk di tepi tempat tidurnya itu. "Tutup pintunya kembali, Amanda," ujar Alfred seketika. Amanda melakukannya, walaupun ia merasa kikuk kali ini, apalagi dengan cahaya yang sangat terang di dalam kamar tersebut. "Apakah kau menangis?" tanya Alfred seketika saat ia melihat kedua mata hazel milik Amanda. Wanita itu terkesiap. Apakah nampak jelas? "Ehm, maafkan aku, abaikan saja. Apakah Katy tertidur?" tanya Alfred kemudian. Amanda tersenyum dan mengangguk, "Ya, Katy sedang tertidur." "Baiklah." Setelah itu di antara keduanya terlihat sangat kikuk. Bahkan, Amanda berpikir jika semuanya sudah selesai. "Amanda.." Setelah menunggu kura
Kedua mata Amanda menjadi sembab akibat semalam. Ia tak bisa tidur sama sekali karena memikirkan semuanya.Ia memang telah resmi putus dari Andrew. Pikirannya menjadi kacau pagi ini, namun sebisa mungkin Amanda tetap mengerjakan tugasnya sesuai dengan tugasnya sebagai seorang pengasuh bagi Katy.Untuk saat ini sarapan akan berjalan, biasanya mereka tak akan sibuk seperti itu, apalagi selama enam bulan waktu itu mereka selalu bersantai di pagi hari karena tak perlu memasak apa pun.Amanda bersama dengan Katy telah siap, anak itu juga telah menyantap buburnya untuk sarapan."Ramai sekali suasana di luar," gumam Amanda kepada Katy saat ini. Ia juga tak melihat Julie sejak tadi. Itu karena pasti wanita tersebut tengah berada di antara mereka semua."Apakah kita harus keluar kamar sekarang?" tanya Amanda kepada Katy.Terlihat Katy yang sangat ingin keluar kamarnya itu. Amanda tersenyum dan setelahnya berjalan untuk membuka pintu itu secara
Amanda terlihat tengah bersama dengan Katy kembali saat ini. Anak itu terlihat mengantuk dan tentu saja membuat mereka harus pergi kembali menuju ke dalam kamarnya."Amanda."Ia mendengar panggilan itu lagi. Untung saja dari Julie. Wanita itu berjalan menghampirinya."Hm, kedua matamu telah menjelaskan semuanya soal Andrew," ujar Julie seketika.Amanda hanya tersenyum saja mendengarnya, "Aku akan kembali setelah ini."Julie melihat ke arah Katy yang setengah tertidur. Seketika ia terkekeh dan berjalan beriringan bersamanya, "Aku akan ikut menjaganya sekarang. Ayo."Amanda mengangguk, mungkin itu lebih baik. Mereka lalu berjalan menuju ke arah kamar Katy untuk membiarkan anak itu tidur di ranjangnya yang nyaman."Jadi, apakah ia telah memberikan klarifikasi?" tanya Julie dengan nada yang setengah berbisik.Amanda yang saat ini tengah menatap ke arah Katy pun hanya bisa tersenyum saja. Ia lalu mengalihkan pandangannya kepada Juli
Amanda melihat butik itu dengan sangat takjub. Sungguh ia merasa seperti seorang putri saja kali ini. Mereka semua terlihat melayani Alfred dan juga Amanda dengan sangat sopan dan sabar. Bahkan mereka semua juga sangat ramah dengannya. "Tidak usah, biar aku saja," ujar Amanda seraya melepaskan sepatu yang ia pakai saat ini. Mereka semua tentu merasa terkejut. Tak ada yang seperti Amanda sampai detik ini. Mereka semua pasti menyuruh para pegawai butik itu untuk melakukannya. Bahkan tak segan untuk menyuruh-nyuruh mereka semua. "Anda baik sekali, nona. Tapi, biarkan kami bekerja," ujar salah satu di antaranya kepada Amanda. Amanda tersenyum. Ia pun melepaskan sepatunya di bagian sebelah saja dan setelah itu membiarkan mereka semua melakukan tugasnya, seperti keinginannya tadi. Alfred tentu saja tak terlihat, sepertinya pria itu berada di luar ruangan ini. Entahlah, ia sama sekali tak bisa melihat keadaan di luar sana. "Anda sangat berunt