Seminggu sebelum pernikahan, Isabella Clark justru menemukan tunangannya berkhianat dengan kakak tirinya. Bahkan, Bella diusir dari rumah dan perusahaan warisan ibu kandungnya diambil paksa! Hal ini membuat kesedihan yang mendalam, hingga Bella berakhir menghabiskan malam dengan pria misterius bernama Giovanni Estes di sebuah bar. Namun, Giovanni justru menawarkan bantuan pada Bella untuk merebut kembali haknya, dengan syarat gadis itu bersedia menikah dengannya. Lantas, bagaimana nasib Bella? Terlebih, identitas Giovanni tidak sesederhana yang ia pikirkan ... dan tak mau melepasnya!
ดูเพิ่มเติม**Bella tertegun. Ia tidak mengira pada siang hari bolong seperti ini, Giovanni akan mendatanginya dan tiba-tiba menagih ciuman.“Gio?”“Just kiss me, Isabella.”Oh, sejak kapan sih pria berdarah dingin ini meminta izin dulu untuk melakukan hal-hal semacam ini? Separuh geli dan setengahnya takjub, Bella lantas berjinjit untuk menempelkan bibirnya pada bibir yang lebih tua.“Sudah,” katanya setelah beberapa detik. “Aku sudah menciummu.”“What the heck!” Namun tanggapan Giovanni tidaklah sesuai ekspektasi. Pria itu mendesis dan menggeram.“Apa aku melakukan kesalahan?”“Absolutely!”“Apa?”“Itu hanya kecupan, bukan ciuman. Ciuman itu seperti ini ….”Giovanni meraih tengkuk Bella dan mendekap pinggangnya. Bibirnya memagut ranum sang istri dengan penuh gairah dan agak kasar. Bella terkejut serta agak kewalahan pada awalnya. Ia terdorong mundur hingga stuck menabrak meja.“Hmp … ti-tidak bisakah kau pelan ….” Bella terengah. Ia berusaha menjauhkan diri dari sang suami yang melepaskannya d
**Bella menelan saliva diam-diam. Sejujurnya ia panik, tapi ia cukup pandai menyembunyikan hal itu di depan Luigi. Tidak, ia tidak boleh tampak gentar. Ia harus terlihat kuat dan angkuh di hadapan lawan.Setidaknya, seperti itulah yang ia pelajari dari Giovanni sepanjang kebersamaan singkatnya ini. Itu membuat lawannya berpikir ia tidak mudah dikalahkan.“Tidak bisa, Tuan Estes,” tandasnya tegas. “Saya masih memegang lebih dari lima puluh persen saham Paradise. Anda tidak bisa mengambil alih hotel saya, sekalipun Matthew Clark menggadaikan semua saham yang dimilikinya di sini kepada anda untuk membayar hutang. Maafkan saya.”Sebelah alis Luigi Estes terangkat. Wajahnya tampak tertarik.“Lagi pula, selama saya masih hidup, saya tidak akan menyerahkan apa yang sudah ibu saya perjuangkan ini. Maaf-maaf saja, tapi anda salah jika berpikir saya akan gentar hanya dengan gertakan semacam ini saja. Jika anda memiliki urusan dengan Matthew, selesaikan sendiri tanpa melibatkan saya. Karena say
**“Apa yang dia akan lakukan kali ini? Haruskah aku memberitahu Giovanni?”Tapi Bella merasa itu bukan hal yang tepat. Entah bagaimana kali ini ia berpikir Luigi Estes tidak akan lagi melakukan hal konyol seperti menculiknya pada tempo lalu. Bella yakin pria itu hanya ingin bertemu.“Apakah ada masalah, Nyonya?” Pertanyaan Felix membuat Bella terperanjat. Dengan gugup perempuan itu mengulas senyum. Terlebih lagi, ia tahu Damian masih mematainya dari ujung meja makan. Maka Bella memutuskan berhati-hati dalam bicara.“Tidak ada, Felix. Aku hanya terkejut karena ternyata sudah cukup siang. Waktu berlalu cepat sekali, eh?”“Anda ingin berangkat sekarang?”Bella mengangguk. Ia segera melangkah menjauh dan tidak memberi kesempatan kepada sepupu suaminya untuk terus memandang penuh curiga.Ketika sudah berada di dalam mobil, barulah perempuan itu bisa berkata jujur kepada Felix tentang apa yang mengganggu benaknya.“Anda tidak harus menemuinya, Nyonya,” tutur Felix serius setelah mendengar
**Bella menelan saliva dengan berat. Sekalipun ia tahu bahwa Giovanni mencurigainya, tapi ia memutuskan untuk bersikap seolah tidak ada yang terjadi. “Apakah kau akan pergi lagi? Kau tidak menemaniku lagi malam ini?” Perempuan itu bertanya dengan sungguh-sungguh. Ia memandang sang suami penuh harap. “Gio, beberapa malam ini aku selalu tidur sendirian tanpamu.”“Kau selalu menemukan aku di sampingmu setiap pagi, Bella.”“Tapi aku tetap tertidur sendirian pada malam harinya.”“Aku harap kau tidak bersikap semanis ini untuk menutupi sesuatu yang baru saja kau lakukan.”Lagi, Bella menelan saliva. Ia konsisten dengan wajah polosnya saat ini.“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Apakah aku salah jika meminta suamiku menemaniku tidur?”“Oh, sial!”Pria itu melemparkan jasnya dan beringsut naik ke atas ranjang, menyusul Bella. Membuat senyum lebar terbit pada bibir yang lebih muda.“Kau menang, Isabella. Aku tidak akan pergi malam ini.”Bella mengangguk dan membatin dengan separuh ras
**“Kau tahu sesuatu tentang nama yang baru saja aku sebut ini?” Andrew masih mengejar. Sulit untuk tidak curiga jika melihat gerak-gerik Matthew saat ini. Pria itu beringsut salah tingkah.“Kau tahu tentang Luigi Estes, Dad? Dia ada hubungannya dengan pria yang Bella nikahi, kan? Kau mengenalnya, kan?”“Tidak. Dan berhentilah bertanya. Aku sudah mengatakan jangan lagi mencampuri segala urusan yang berkaitan dengan Bella jika kau masih ingin menjadi menantuku!”Matthew beranjak meninggalkan sang menantu yang masih bertanya-tanya sendirian. Wajahnya terlihat sangat tidak senang. “Semua orang di rumah ini sama saja,” gumam Andrew muram. ”Jika saja aku punya pilihan, aku pasti sudah meninggalkan rumah ini sejak lama.”Pria itu sekali lagi memandangi layar ponselnya yang padam. Kemudian entah mendapat ilham dari mana, ia membuka daftar kontak dan menggulir layarnya hingga berhenti pada nama Isabella.Andrew meneleponnya.….Bella baru saja meletakkan botol rangkaian night skincare-nya ke
**Andrew menunggu hingga Tracy menyudahi bincang-bincang dengan ibunya dan masuk ke kamar sebelum ia bisa melayangkan pertanyaan yang mengusik benaknya itu.Pria itu mencoba bersikap sebiasa mungkin meski tahu istrinya pasti curiga.“Aku mendengarmu berbicara dengan ibumu tentang Luigi Estes,” katanya. “Apa yang kalian rencanakan?”Tracy berjengit. “Kau menguping pembicaraan kami? You haven’t attitude!”“Aku hanya kebetulan mendengarnya.”“Tetap saja kau menguping, Andrew! Asal kau tahu saja, bukan urusanmu aku mau lakukan apa!”“Urusanku jika kau masih bersikeras melakukan sesuatu yang akan menyakiti Bella!”“Ha! Kau pikir dirimu siapa?” Tracy melayangkan pandangan penuh ejekan. “Kau pikir dengan sikap seperti itu Bella akan terkesan padamu, eh? Berlagak seperti pahlawan kesiangan kau? Memangnya kau punya apa untuk melindunginya? Hidup saja kau masih menumpang kepadaku!”Itu menyakitkan, jujur saja. Namun Andrew harus menelannya mentah-mentah sebab itu adalah fakta. Kenyataannya saa
**“Kau sudah berjanji akan mengambil hotel itu untuk kami. Jadi lakukan, bagaimanapun caranya! Anakmu sudah menjadi istri dari seorang konglomerat sekarang, jadi aku pikir dia tidak butuh hotelnya lagi! Mengapa kau masih belum juga melakukan apapun?”Matthew Clark terhenyak di atas tempat duduknya setelah mendengar omelan panjang dari istrinya, Marita, hari ini. Pria itu menatap wanita di sampingnya dengan mata terbelalak.Pagi hari yang cerah ini, Matthew berencana istirahat di rumah saja. Namun alih-alih ketenangan, yang ia dapatkan justru suara-suara sumbang memekakkan telinga.“Tidak bisa semudah itu, Marita!”“Mengapa tidak bisa semudah itu? Kau tinggal mengubah nama kepemilikannya menjadi nama Tracy atau aku.”Matthew mendesah. Bagaimana ia menjelaskan kepada Marita bahwa saat ini kepemilikan hotel sudah sah dipegang oleh Bella? Putrinya itu memenuhi wasiat ibunya untuk menikah sebelum berusia dua puluh lima tahun sehingga tidak perlu mengalihkan kepemilikan hotel.“Kau tahu, k
**“Jangan mengada-ada, Gio! Bagaimana mungkin– akhh ….”Bella reflek mendongak dengan mulut terbuka ketika ia merasa sesuatu yang keras menyentuh inti tubuhnya. Ia tersentak dan jemarinya tanpa sadar meremas bahu Giovanni.“Ak-aku belum siap, hentikan itu ….” katanya tercekat.“Apakah itu perlu? Aku perlu izinmu untuk melakukan ini atau tidak? Biar kuingat, sepertinya tidak.”Bella kembali tercekat dengan suara berhenti di tenggorokan. Giovanni terus mendesaknya tanpa ampun sementara ia masih berusaha mengumpulkan napas.“Se-sebentar, Gio–”“Sial! Bahkan di dalam air pun kau begitu sempit.”Pria rupawan itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang istri kala kelelakiannya melesak dengan sempurna di dalam Bella. Geraman penuh gairah segera memenuhi kamar mandi. Sementara satu yang lain benar-benar kehilangan suara, bahkan hanya untuk sekedar mendesah.“Ja-jangan di sini ….” Akhirnya Bella berhasil memaksa dirinya untuk bicara. “Jangan di sini, Gio. Ke-keluar … please ….”Sepasang k
**Pagi hari datang dengan damai saat Bella membuka mata dan ia menyadari Giovanni masih berada di sampingnya. Ini hampir tidak pernah terjadi, sebab biasanya Bella selalu terbangun sendirian. Ia bahkan tidak pernah tahu jam berapa Giovanni bangun.Perempuan itu mendongak, mengamati prianya yang masih memejamkan mata dengan napas berdesir teratur. Ia hampir-hampir tidak bisa berkedip saat menyadari betapa elok paras itu. Saat tidur pun ia terlihat seperti patung Dewa.“Apakah aku begitu tampan? Kau jelas sekali sedang terpesona.”Bella terkesiap. Ia mengalihkan pandang dengan wajah yang membara karena malu. Siapa mengira bahwa ternyata Giovanni sudah bangun? Pria itu tenang sekali, tidak ada bedanya dengan tidur.“Kau boleh memandangiku sebanyak yang kau mau, Bella. Aku kan suamimu.” Pria itu terkikik kecil di akhir kalimatnya. Ia menggusak lembut surai cokelat perempuannya dengan sayang.“Aku tidak memandangimu. Kebetulan saja mataku sedang mengarah ke sana. Jangan besar kepala dulu.
**Brak!“Apa maksudnya ini?”Isabella Clark membanting undangan pernikahan di atas meja kafe, sehingga dirinya sontak menjadi pusat perhatian para pengunjung yang berada di sana.Namun, perempuan cantik itu tak peduli akan itu semua dan fokus pada tunangan dan kakak tiri yang duduk di hadapannya.Bagaimana bisa mereka akan menikah?“Apa kau bodoh, Bella?” Tracy, kakak tirinya, menyahut dengan angkuh. “Bukankah sudah sangat jelas tertera dalam undangan itu? Aku dan Andrew akan menikah besok!”Deg!Tubuh Bella gemetar. Ia menggeleng tidak percaya. “Kalian bercanda, kan? Tracy, kau tahu Andrew adalah tunanganku! Mengapa–”“Aku dan Andrew saling mencintai sejak dulu,” potong Tracy cepat. “Daripada mengkhianatimu di kemudian hari setelah kalian menikah, bukankah ini lebih baik?”“Lebih baik?!”“Oh, iya. Pernikahannya akan diadakan di Hall Paradise Hotel. Aku berharap kau bisa datang, Bella.”Belum selesai serangan kejut yang membuat hatinya hancur, sekali lagi Isabella tersentak kaget.“P...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น