Home / Romansa / Tertawan Gairah Panas sang Penguasa / 2. Mereka Merampas Segalanya

Share

2. Mereka Merampas Segalanya

last update Last Updated: 2025-01-13 22:28:32

**

“Astaga!”

Perlu beberapa waktu bagi Isabella Clark menyadari di mana dirinya berada saat ini. Semalam ia mabuk berat, kemudian pergi bersama seseorang, dan … mengira dirinya bermimpi.

Tapi siapa sangka, kini ada pria tampan tak dikenal di atas ranjang yang sama dengannya. Dalam keadaan tanpa busana pula! Berarti apa yang terjadi semalam itu sama sekali bukan mimpi.

“Sial, apa yang aku lakukan? Kenapa aku begitu bodoh?”

Tanpa banyak berpikir, Perempuan itu menyingkirkan lengan si pria yang masih memeluknya dan beringsut bangkit diam-diam.

Ia meringis kesakitan ketika melangkah, sebab bagian bawahnya terasa nyeri. Tak bisa dipungkiri, sebab ini adalah pertama kalinya ia melakukan hal ini.

Sembari terus merutuki diri, Bella memunguti pakaiannya yang tercecer di lantai kamar.

Tak lupa, ia meninggalkan beberapa lembar uang tunai di atas meja rias sebagai ‘kompensasi’ atas tindakannya semalam. Ia merasa bersalah karena sudah sembarangan mengajak tidur seorang pria tak dikenal.

“Mari lupakan semua ini dan anggap saja tidak pernah terjadi, Tuan. Maafkan aku,” lirih Bella sebelum terseok-seok berjalan keluar kamar. Ia bertekad pergi sebelum si pria melihatnya.

Hanya saja, Bella tidak tahu bahwa pria tampan itu sudah terbangun dan mengawasi gerak-geriknya sejak tadi!

Giovanni Estes bangun dari ranjang dengan perasaan kesal.

Terlebih saat ia memandang tumpukan uang yang baru saja Bella tinggalkan.

“Apa dia pikir aku ini gigolo atau semacam itu? Seharusnya aku yang membayarnya!”

Namun belum sempat melampiaskan emosinya, pria rupawan itu tak sengaja melihat

noda merah yang sudah mulai mengering–mengotori bagian tengah seprai.

“Gadis itu pasti sudah gila,” gerutu Giovanni sembari menggelengkan kepala.

Tanpa basa-basi, ia lalu meraih ponsel di atas nakas untuk menghubungi bawahannya, 

“Cari tahu siapa wanita yang menghabiskan malam bersamaku dan kirimkan data secepatnya!"

Tut!

Pria 30 tahun itu segera memutus sambungan telepon. Netra hitamnya menggelap memandang hamparan lanskap kota San Diego yang terlihat dari dinding kaca kamar. Ini pertama kalinya dalam hidup Giovanni: alerginya tidak kambuh saat menyentuh perempuan.

Sementara itu di tempat lain, Bella melamun dalam taksi sepanjang jalan pulang.

Setelah ia sadar dari mabuk, kenyataan itu semakin terasa menyakitkan.

Tunangannya telah berkhianat dengan kakak tirinya.

Padahal dengan tulus Bella menemaninya dan mencintainya. Sejak Andrew menjadi pegawai magang hotel milik ibunya, hingga sekarang pria itu menjadi manager di sana.

Belum lagi, ia telah melepas keperawanannya dengan pria asing!

Semua fakta yang campur aduk ini membuat kepala Bella semakin pening.

“Sial! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian.” Dua tetes air mata meluncur turun, membasahi pipi gadis bersurai cokelat itu.

Ketika menyadari taksi yang ditumpangi telah berhenti di depan rumah, Bella mengusapnya dengan cepat dan segera turun dari mobil. Ia lalu melangkah menuju bangunan mewah itu meski hatinya sungguh tidak nyaman.

“Pulang juga kau, jalang kecil!”

Bella tersentak saat suara keras terdengar menghardiknya. Ia mengangkat wajah dan mendapati Marita –ibu tirinya– berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang. Tak hanya itu, ada sebuah koper besar berdiri di dekat kakinya.

“Apa maksudnya, Ma?”

“Ck! Mulai sekarang, rumah ini bukan lagi rumahmu. Terserah kau mau tinggal di mana. Jadi, pergi segera!”

“Tunggu! Ini rumah ibuku! Kau tidak bisa mengusirku begitu saja!”

Marita menuruni tangga teras, melangkah angkuh menuju Bella yang masih terpaku. Wanita itu mendorong gagang koper ke arah si gadis dengan kasar.

“Kau tidak lagi berhak atas apapun yang ditinggalkan ibumu sekarang. Termasuk rumah ini.”

“Apa yang kau katakan? Jangan sembarangan!”

“Putriku akan menikah besok, jadi hak waris semua harta Alice akan jatuh kepadanya. Sesuai kesepakatan, kau gagal menjadi ahli waris jika tidak menikah sampai usiamu 25 tahun.”

“Apa-apaan kalian ini?” Bella menghentak kaki. “Kau dan Tracy bahkan tak ada hubungannya dengan ibuku?!”

“Tapi, ayahmu telah setuju dengan kesepakatan itu. Tracy menikah lebih dulu, dan dia mendapatkan semuanya!” Wanita separuh baya dengan wajah penuh make up itu menyeringai penuh kemenangan. “Sekarang kau harus meninggalkan rumah ini.”

“Aku harus bicara dengan Dad!”

“Silakan. Ayahmu berada di Florida saat ini. Kau bisa menyusulnya ke sana kalau mau.” Marita berbalik menaiki undakan teras, membawa langkah kakinya dengan jumawa. Sebelum mencapai pintu, wanita itu berbalik lagi.

“Ah, dan satu lagi. Aku akan melaporkanmu ke polisi atas tuduhan pencurian jika kau nekat memasuki rumah ini. Selamat pagi, Isabella Sayang. Jangan lupa hadir ke pernikahan Tracy dan Andrew besok, ya.”

Bella berdiri di tengah halaman rumah megahnya dengan hati yang tidak hanya remuk redam, tapi sudah terasa nyaris kosong. Air mata kembali berderai membasahi pipi.

Gadis itu tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Ia meraih pegangan kopernya dan melangkah menjauh dari rumahnya sendiri.

“Mom ….” bisiknya serak, “Aku harus bagaimana? Hidup ini sulit sekali tanpa kau ada di sini. Aku harus pergi ke mana sekarang?”

Bella berjalan dengan linglung tak tentu arah. Kendaraan lalu lalang di dekatnya, namun tak ada satu pun yang mempedulikannya.

Ditambah matahari yang bersinar terik di atas kepala, gadis itu merasa tubuhnya hampir limbung.

Sampai kemudian suara klakson panjang membuat Bella tersadar.

Ia menoleh, dan sepertinya terlambat.

BRAK!

Tubuhnya tersambar hingga jatuh tersungkur di tepi jalan–membuat seorang pria tampan yang kebetulan berada tak jauh dari sana menjadi terperanjat, terkejut.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   3. Menikah Denganku!

    **“Hentikan mobilnya!”Giovanni mendadak berseru ketika tampak olehnya di kejauhan, seorang perempuan terlempar ke trotoar jalan setelah terserempet mobil. Dan mobil yang menyerempet terus melaju kencang alih-alih berhenti.“Tuan, apakah harus? Sebaiknya kita tidak ikut campur.”Meski tidak ada jawaban dari atasannya itu, sang sopir tahu tidak ada yang bisa menghalangi keinginan sang tuan. Maka, ia bergegas menepikan mobil.“Maaf Tuan,” ucapnya lalu menuruti perintah.Setelahnya, Giovanni pun keluar dari mobil untuk memeriksa perempuan yang tidak sadarkan diri itu. Keningnya berkerut kala ia menyadari siapa yang sedang ia hadapi. Segera ia angkat tubuh lemah itu tanpa berkata apapun.“Isabella Clark.” Pria itu bergumam lirih sementara mobilnya melaju kencang menuju rumah sakit.Tentu saja Giovanni masih menyimpan data yang dikirim para bawahannya tadi pagi. Isabella Clark, 24 tahun, dan putri seorang pengusaha akomodasi. Ibunya sudah meninggal, dan ayahnya menikah lagi.Ia memiliki s

    Last Updated : 2025-01-14
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   4. Pernikahan Dadakan

    **“Aku? Sudah kubilang, aku Giovanni Estes.” Pria rupawan itu tersenyum. Senyumnya sungguh mempesona, sampai membuat Bella rasanya hampir mengiyakan apapun yang pria itu katakan.“Tap-tapi, jika hanya menikah, apakah itu akan menguntungkanmu? Maksudku, apakah sebanding dengan apa yang kau terima? Jika tidak, bukankah kau akan menderita kerugian?”’ tanya Bella penasaran.“Jika aku menawarkan demikian, tentunya aku sudah mempertimbangkan untung ruginya, Nona. Jadi sekarang bagaimana, kau menerima tawaran ini atau tidak? Aku membantumu mendapatkan kembali hakmu, dan kau menjadi istriku sampai orang tuaku meninggal.”“Ap– hei! Tidak boleh berkata begitu! Kau menyumpahi orang tuamu sendiri untuk meninggal?”“Jangan cerewet, Isabella! Kau bersedia atau tidak?”“Aku– sebentar, dari mana kau tahu namaku? Seingatku aku belum memperkenalkan diri?”“Mudah saja untukku mengetahui hal seperti itu. Tidak perlu kau pikirkan.”Benar juga. Itu bisa Bella tanyakan lagi nanti. Sekarang yang harus ia pi

    Last Updated : 2025-01-15
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   5. Kurebut Kembali Hakku

    **Hanya saja, semua terlupa saat kasur king size di ruangan itu membuatnya terlelap. Gadis itu jatuh tertidur lebih cepat sebab semua yang terjadi pada hari ini membuatnya sangat lelah.Terlebih, Bella panik kala mengingat rencana keduanya keesokan paginya. Apakah semuanya akan berjalan seperti yang ia harapkan?“Apakah kau gugup?” tanya Giovanni yang baru turun dari mobil. Pria itu menyadari gerak-gerik wanitanya.Wanita itu sontak mengangguk menatap lobby Paradise Hotel.“Kau bisa melakukan ini.” Tanpa basa-basi, ia meraih jemari Bella dan menarik tangan sang istri untuk memasuki hall Paradise Hotel yang saat itu didekorasi dengan mewah.Tamu-tamu berbusana indah dan mahal bertebaran di penjuru ruangan.Mereka semua seperti ikut merayakan luka hati Isabella yang berdarah-darah. Dan oleh sebab itu, rasa gugup gadis itu mendadak lenyap. Digantikan dengan api yang membara di dalam dadanya.“Mereka bersenang-senang di atas penderitaanku,” desis Bella. “Sama sekali tidak bisa dibiarkan.

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   6. Siapa Sebenarnya Kau?

    **Peringatan itu membuat Andrew kembali mundur.Sekali gertak saja ia tahu bahwa Giovanni bukanlah tandingannya. Maka pria itu memilih mencari aman dan hanya bisa menggertakkan gigi dengan kesal tanpa bisa menjawab ancaman Giovanni. Setengahnya Andrew tak habis pikir, bagaimana Bella bisa mendapatkan pria ini dalam waktu satu hari saja?Perhatian khalayak kembali kepada Bella, ketika gadis itu kembali berucap dengan tenang kepada Marita.“Siapapun yang berada di sini akan bersedia menjelaskan kepadamu, Mama. Kebetulan mereka semua mendengar percakapan hangat aku dengan Tracy dan Andrew tadi. Kalau begitu aku permisi, sekali lagi selamat untuk pernikahannya.”Kemudian diapitnya lengan Giovanni seraya melangkah pergi dari sana dalam langkah anggun.Kendati demikian, lewat sudut mata, Bella masih dapat melihat Andrew menarik Tracy yang menangis ke dalam pelukannya, dan itu sangat menyakitkan.Hati Bella kembali remuk redam karenanya.Di luar hall hotel, barulah gadis itu menarik napas d

    Last Updated : 2025-01-16
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   7. Giovanni Estes

    **“Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja.” Giovanni menjatuhkan pandangan tajamnya kepada sang istri. “Kau bisa mengandalkan aku, Bella.”“Ya, ya.” Perempuan itu tersenyum gugup. Bohong sekali jika ia tidak takut. Sekalipun Giovanni bersikap baik, tapi aura gelap pada paras tampannya tetap tidak bisa disembunyikan. Hanya tinggal menunggu waktu hingga jati diri pria itu terungkap.Kembali kepada jalanan siang hari Kota San Diego yang tidak cukup ramai. Awalnya Giovanni mengemudi dengan santai menuju ujung kota, di mana rumahnya yang seperti kastil berada. Namun sesuatu kemudian mengganggu fokusnya. Pandangan mata tajam lelaki itu sekali-sekali mengarah kepada spion. Ada sebuah mobil hitam yang berjalan dengan jarak cukup dekat di belakang.“Mobil itu mengikuti kita,” katanya, lebih kepada dirinya sendiri.“Mobil? Yang mana?” Bella menoleh ke belakang. Ia menyipitkan mata dan menemukan mobil mana yang dimaksud suaminya. “Tidak, Gio. Mungkin saja itu hanya mobil orang lain yang

    Last Updated : 2025-01-30
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   8. Pria Pertamaku

    **Giovanni Estes sudah berusia 30 tahun saat ini, namun ini adalah pertama kalinya ia bisa merasa menjadi laki-laki yang normal. Selama ini ia hanya bisa tersiksa saat melihat perempuan dalam bentuk apapun.Pria itu mengangkat tubuh ramping Bella dan membawanya ke atas ranjang. Ia memagut bibirnya dengan lembut, merasakan gejolak hasrat yang seperti akan meledak.“Aku senang bisa menjadi pria pertamamu,” bisiknya di telinga sang istri.“Ba-bagaimana kau tahu kau adalah pria pertamaku?”Tidak menjawab, Giovanni membaringkan Bella pelan-pelan di atas ranjang dan memandang gadis itu dengan intens.Ia melepas kemejanya yang bernoda darah tadi, dan melemparkannya ke bawah ranjang. Memamerkan tubuh bagian atasnya yang terpahat sempurna. Kekar namun tidak berlebihan, dengan kulit bersih yang dihiasi goresan tatto pada seluruh lengan kiri hingga menyentuh dada.Urat-urat halus berkejaran di sepanjang v-shape dengan navel tersemat di antaranya.“Suka pemandangannya?” sindirnya, sehingga Bell

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   9. Pertemuan Yang Buruk

    **Giovanni menghentikan mobilnya di depan sebuah kafe yang ditunjuk Bella. Pria itu lantas menoleh kepada sang istri yang bukannya segera turun, malah diam termangu di tempat.“Kau mau aku saja yang menemui ayahmu?” tawar Giovanni, yang segera dijawab oleh pelototan dari yang lebih muda.“Aku tidak mengantarmu ke sini hanya untuk duduk diam di parkiran, Bella.”Perempuan itu mendesah lelah. “Kau benar. Ayo turun dan bicara dengan Dad.”Giovanni mengangkat alis sebelum mengikuti Bella meninggalkan mobil.Keduanya berjalan ke arah sudut kafe, di mana seorang pria dengan perawakan agak tambun duduk sembari memegang iPad.“Aku datang, Dad,” sapa Bella sebelum menempatkan diri, duduk di hadapan pria itu, Matthew Clark. “Dan ini adalah Giovani Estes. Emm … suamiku.”Seperti respon yang diharapkan Bella, Matthew seketika menampakkan wajah tidak suka kepada menantu barunya. Pria itu tidak memandang Giovanni dengan terkejut, sebab mungkin saja sudah mendapatkan spoiler dari istrinya.Marita d

    Last Updated : 2025-01-31
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   10. Dilema

    **“Kau … mengizinkan aku pergi ke hotel?”Bella masih menatap sepasang manik hitam itu. Mungkin saja Andrew akan berada di hotel juga, dan mengingat apa yang bisa Giovanni lakukan, Bella khawatir pria itu akan menembak kepala Andrew jika keduanya bertemu dalam suasana tidak kondusif seperti ini.“Sudah kukatakan, aku akan mengizinkanmu pergi ke manapun selama masih berada di bawah pengawasanku.”“Baiklah, ayo antar aku ke sana sekarang. Aku akan sekalian mengajakmu makan siang di sana. Chef hotelku adalah yang terbaik, kau tahu.”Giovanni tersenyum kecil –sesuatu yang jarang ia lakukan– saat melihat Bella berkata penuh semangat. Sepertinya Bella sudah bisa mengatasi rasa galau karena percekcokan dengan ayahnya barusan. Maka Giovanni mendekat dan mengecup pipi wanitanya...Tepat seperti apa yang Bella perkirakan, ia bertemu dengan mantan tunangannya di kantor hotel.“Bella!” sebut Andrew segera, “kau datang?”“Kau di sini untuk membereskan barang-barangmu, kurasa,” timpal Bella dat

    Last Updated : 2025-01-31

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   31. What You Said?

    **Bella terkesima. Ia tidak pernah berpikir Giovanni akan mengatainya seperti itu. Bella tahu, suaminya itu bukanlah pria lemah lembut. Namun ia juga tahu, Giovanni tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya seperti ini.“Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?” tuntut Bella, “Kau mengataiku jalang?”“Lalu apa namanya perempuan yang bergaul dengan banyak laki-laki, sementara dia sudah memiliki ikatan?”“Gio, aku hanya berbincang dengan Damian! Semua yang memiliki mata bisa melihat itu! Dan Luigi? Aku bahkan baru melihat bagaimana rupanya sesaat sebelum kau datang. Sejak tiba di rumahnya, aku terkunci di dalam kamar!”“Tapi kau bersamanya. Kau berada sedekat itu dengannya. Apa namanya itu jika bukan jalang murahan?”“For a God shake, Giovanni!” Bella menghentakkan kaki dengan frustasi. Ia memandang pria di hadapannya itu dengan wajah yang sudah merah padam karena frustasi. Sementara satu yang lain masih tetap pada posisi semula, dengan batangan nikotin di sela-sela

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   30. Salah Paham

    **Bella mengernyit sementara tangan Giovanni terus menjelajahi tubuhnya yang polos. Setelah sekian lama keduanya bersama, dan sekian banyak malam yang Bella habiskan bersama pria ini, baru kali ini ia memiliki perasaan tidak nyaman seperti sekarang ini.Giovanni tidak memiliki rasa apapun kepadanya, kan?Ia melakukan ini hanya sebatas memenuhi hasrat.Bagaimana Bella bisa menikmati adegan percintaan ini jika ia dan Giovanni tidak memiliki rasa apapun?Oh, ayolah. Mengapa baru terpikirkan hal seperti itu sekarang?“Ada apa denganmu?” Giovanni menghentikan aktivitasnya kala ia pikir Bella sangat pasif hari ini. Pria itu terlihat tidak senang.“Ap— apa maksudmu ada apa denganku?”“Kau tidak menginginkannya?”“Giovanni—”“Kau tidak menyukainya?”Bella menggeleng dengan panik. “Tidak! Tidak, bukan seperti itu—”“Ya, kau seperti itu. Kau tidak seperti biasanya.” Giovanni menarik tubuhnya menjauh. Ia memandangi Bella dengan kedua alis terpaut.“Giovanni, sungguh. Kau salah.”“Apa saja yang

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   29. You're Only Mine

    **Pemandangan apa itu?Bella ternganga di tempat. Sepasang bola matanya terbeliak lebar. Tidak ingin melihat apa yang terjadi, namun ia tidak bisa berkedip.Genangan berwarna merah pekat itu segera saja melebar di bawah kepala anak buah Luigi yang terkapar tanpa nyawa di atas lantai pualam.“Kau membunuhnya,” komentar sang tuan besar ringan. “Dia salah satu bawahan favoritku. Sayang sekali.”“Aku tidak segan melakukan hal yang sama kepadamu jika kau berani menyentuh milikku,” balas Giovanni tajam. Pria itu mengulurkan tangan kepada Bella, yang segera diterima dengan hati sangat lega.“Aku tahu kau akan datang,” desah Bella lirih. “Walau mustahil, aku percaya kau akan datang, Giovanni.”“Mengapa mustahil? Aku memang harus datang, kan?”Senyum gugup terbit pada bibir Bella. Perempuan itu menggamit lengan suaminya, bertumpu di sana sebab ia rasa lututnya lemas sekali.“Giovanni, ayo kita pulang. Aku rasanya mau pingsan.”Segera saja kerutan menghiasi kening halus sang tuan muda. Ia tam

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   28. Ayahmu Sungguh Buruk

    **Pria rupawan itu terkesiap. Tubuhnya menegang waspada setelah suara tembakan lenyap. Ia memindai seluruh penjuru ruangan dengan mata serigalanya yang berkilat tajam.“Jika sesuatu terjadi dengan Bella, aku bersumpah akan menjadikan kepalamu pajangan meja!” ancamnya dingin kepada Luigi, yang hanya dibalas dengan kekehan mengejek dari yang bersangkutan.Giovanni tidak punya waktu untuk meladeni kegilaan ayahnya. Ia kembali mengayun langkah melintasi koridor hening, kali ini menuju tangga yang mengarah ke lantai tiga.“Bella!” panggilnya lagi. “Bella, kau dengar aku? Di mana kau, Bella?”Seperti halnya lantai satu dan dua, lantai tiga mansion mewah itu juga hening. Ada beberapa pintu kamar yang mengitari ruangan lebar dengan seperangkat sofa di tengah-tengahnya. Giovanni yakin, istrinya ada di balik salah satu pintu-pintu kamar itu.“Sial! Kenapa rumah ini besar sekali?” Diiringi umpatan keras, Giovanni mulai melangkah menuju pintu-pintu tertutup itu.Tanpa sama sekali rasa segan, ia

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   27. Father And Son

    **Mata gelap Giovanni berkilat penuh kemarahan saat Luigi Estes bangkit dari sofa dan mengayun langkah ke arahnya. Pria separuh baya itu tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangan.“Aa … My Son!”“Katakan di mana istriku?”“Tidak mau memeluk ayahmu dulu, Nak? Sudah berbulan-bulan kita tidak berjumpa walau berada di kota yang sama. Kau menghindariku, eh?”“Aku tidak butuh basa-basimu! Katakan di mana istriku!” Giovanni mengepalkan kedua tangan. Kemarahan berkobar tampak jelas pada kedua manik hitamnya, meskipun kata-kata yang ia ucapkan tidak cukup keras dan lebih kepada geraman dingin.“Ah, baiklah, baiklah.” Luigi bertingkah seakan mengalah. Pria itu mengangkat bahu, tidak jadi memeluk putranya yang sedang murka.“Aku hanya ingin melihatnya. Dia aman-aman saja sekarang. Siapa namanya? Annabella?”Giovanni mendesis. Kesabarannya nyaris lindap menghadapi pria yang sama sekali tidak sudi ia menyebutnya ayah itu.Benar. Bagi Giovanni, ayahnya sudah lama mati. Bersamaan dengan saat

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   26. Luigi Estes

    **“Di mana ini?”Ketika Bella membuka mata, ia berada dalam keadaan separuh kebingungan.Perempuan itu bangun dengan agak panik dari atas ranjang yang asing. Ia diam sejenak dan mencoba memutar kembali ingatannya.“Felix!” serunya segera. “Ya Tuhan, Felix pasti bingung mencari keberadaanku. Aku meninggalkannya di restoran. Astaga, sebenarnya ada di mana aku sekarang?”Bella bangun dan mondar-mandir di dalam kamar yang luas dan bagus itu. Ia beberapa kali mencoba membuka pintu, namun sialnya terkunci dari luar. Tidak ia temukan pula ponsel di saku bajunya. “Apa ini? Siapa yang melakukan ini?” desahnya cemas. Bella layangkan pandang ke sekeliling ruangan guna mencari jalan keluar. Selain pintu di hadapannya, di sisi lain ruangan ada dua buah jendela besar yang terbuka. Langit senja bersepuh jingga tampak jelas menghampar di baliknya. Hanya saja, dua buah jendela itu ditutup oleh teralis besi yang kokoh. Tidak ada celah untuk melarikan diri lewat jendela tersebut.“Seseorang menculikku

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   25. Titik Koordinat

    **Felix membungkuk untuk melihat lebih jelas benda berkilau di atas keset toilet itu. Ia memungutnya, dan seketika hatinya terasa mencelos keluar.Itu adalah salah satu anting berlian yang tadinya dipakai oleh sang nyonya.Pria Amerika itu menegakkan tubuh. Pandangan tajamnya kosong mengarah kepada pintu kamar mandi yang terbuka, sementara ia menggenggam anting milik Bella.“Sial!” makinya, seraya berbalik dan mengayun langkah secepat mungkin menuju meja resepsionis di bagian depan restoran.“Tunjukkan padaku rekaman kamera pengawas lorong toiletmu sepuluh menit yang lalu,” bisiknya tajam kepada resepsionis yang berjaga.Gadis muda di sana mengerutkan alis. “Maaf, Sir. Tapi anda memerlukan izin khusus untuk itu. Saya perlu tahu anda siapa.”Bukannya menjawab, Felix justru mempersempit jarak dengan si gadis. Lalu dengan gerakan yang sama sekali tidak kentara dan hanya bisa dilihat oleh gadis itu saja, ia membuka jasnya. Menunjukkan sebuah senjata api jenis Desert Eagle yang mengkilap

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   24. Di Mana Nyonya?

    **Felix mengerutkan alis sementara memandang si tuan muda membawa pergi Porsche-nya. Ia juga tidak menyukai Damian, sesungguhnya. Sepupu muda Giovanni itu seringkali bersikap arogan dan merasa dirinya tuan besar.“Tapi aku tidak bisa mengabaikan kata-katanya tentang Nyonya. Jika terjadi sesuatu dengan Nyonya, Tuan Giovanni bisa menggantungku di pintu gerbang mansion.” Seraya mengayun langkah menuju kantor hotel yang sudah dikenalnya dengan baik, pria itu bergumam sendirian.“Apakah anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Felix sesampainya. Kebetulan sekali pintu ruangan Bella terbuka saat itu, sehingga Felix tidak perlu mengetuk.“Hm?” yang lebih muda mengangkat wajah dari balik layar laptop. “Ada apa? Kenapa memangnya?”“Saudari anda? Dia ada di sini?”“Kalau maksudmu Tracy, para pegawai hotel mengatakan bahwa dia sudah pulang setelah mengawal Damian tadi. Mengapa kau menanyakan Tracy?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya khawatir kepada anda.”“Astaga, Felix. Kupikir kenapa.” Bella mengangkat

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   23. Pandangan Damian

    **“Jangan ganggu aku, Damian! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!”Bella habis sabar. Ia menunjuk pria di hadapannya dengan terang-terangan. Sama sekali tidak peduli dengan status pria tersebut, yang seharusnya masih patut dihormati karena ia adalah saudara Giovanni.“Kau tidak mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Bella? Wah, padahal aku sudah menganggapmu keluarga sendiri. Bukankah itu agak kejam?”“Pergi dari sini, sial!”“Kenapa denganmu ini? Dia bahkan tak melakukan apapun! Apakah kau tidak bisa sopan sedikit kepada orang lain?”Bella terkesima mendengar kata-kata dengan nada jelas sekali dibuat-buat itu. Ia ternganga ketika menyaksikan Tracy merangsek maju dan mengulurkan tangan dengan malu-malu kepada Damian Estes.“Hai, aku Tracy. Aku kakak Bella,” katanya.“Kakak tiri,” ralat Bella malas. “Dan sudah aku anggap tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak dia mengkhianatiku.”Damian mengerutkan alis mendengar kata-kata terakhir Bella. Ia hampir menanyakan apa maksudnya, sebelum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status